Anda di halaman 1dari 94

Pemerintah Kabupaten Tegal

LAPORAN EVALUASI TAHUN KETIGA


RPJMD KABUPATEN TEGAL 2009-2014




Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Tahun 2012



ii
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Tegal 2009-2014 telah memasuki tahun
ketiga. Berbagai upaya telah dilaksanakan baik secara langsung
oleh Pemerintah maupun secara tidak langsung oleh pihak lain
untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Sesuai amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun
2010 mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
Pemerintah Kabupaten Tegal wajib melaksanakan evaluasi
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014. Evaluasi ini
dilakukan untuk mengukur capaian kinerja Kabupaten Tegal
dalam melaksanakan pembangunan daerah. Dalam
pelaksanaannya, evaluasi dilakukan melalui mekanisme focus
group discussion (FGD) dengan mengundang SKPD terkait,
sehingga mampu menggali kondisi riil di lapangan dan
memberikan gambaran nyata tentang masalah dan potensi yang
ada.
Evaluasi RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 dibagi dalam tujuh
prioritas pembangunan daerah yaitu Ekonomi Kerakyatan,
Pendidikan, Kesehatan, Good Governance, Data/Informasi,
Kesejahteraan Sosial, dan Kerjasama Daerah. Secara umum,
kinerja pembangunan Kabupaten Tegal hingga tahun ketiga
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 sudah berada
pada jalur yang benar. Tetapi, tidak bisa dinafikan bahwa muncul
beberapa kendala yang menjadi tantangan, diantaranya adalah
pewujudan kawasan perkotaan yang lebih manusiawi,
peningkatan minat baca masyarakat, pemerataan dan
peningkatan kualitas layanan kesehatan, penempatan pegawai
pada posisi yang optimal, pembangunan basis data, penyusunan
cetak biru mitigasi bencana secara komprehensif, dan dialog
Pemerintah Kabupaten Tegal dengan pihak swasta.
Buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
capaian kinerja Kabupaten Tegal pada tahun ketiga pelaksanaan
RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014, mengidentifikasi potensi
dan masalah yang ada, serta memberikan rekomendasi untuk
mengakselerasi pembangunan daerah. Diharapkan, pada akhir
tahun pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014, semua
target kinerja daerah dapat tercapai.

Slawi, Desember 2012
Kepala Bappeda Kabupaten Tegal



Ir. Suharmanto



iii
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................. iii

BAGIAN I PENDAHULUAN......................................................... 1
Bab I.1 Latar Belakang .......................................................... 1
Bab I.2 Ringkasan RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 ......... 2
Bab I.3 Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi RPJMD
Kabupaten Tegal 2009-2014 ..................................... 4
Bab I.4 Sistematika Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten
Tegal 2009-2014 ....................................................... 5

BAGIAN II CAPAIAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH ....... 6
Bab II.1 Prioritas 1 Ekonomi Kerakyatan ............................... 6
2.1.1 Pengantar ............................................................. 6
2.1.2 Pencapaian Prioritas Ekonomi Kerakyatan ............ 7
2.1.3 Permasalahan ..................................................... 31
2.1.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 31
Bab II.2 Prioritas 2 Pendidikan ............................................ 33
2.2.1 Pengantar ........................................................... 33
2.2.2 Pencapaian Prioritas Pendidikan ......................... 34
2.2.3 Permasalahan ..................................................... 40
2.2.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 40
Bab II.3 Prioritas 3 Kesehatan ............................................. 42
2.3.1 Pengantar ........................................................... 42
2.3.2 Pencapaian Prioritas Kesehatan .......................... 43
2.3.3 Permasalahan ..................................................... 47
2.3.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 48
Bab II.4 Prioritas 4 Good Governance ................................. 49
2.4.1 Pengantar ........................................................... 49
2.4.2 Pencapaian Prioritas Good Governance .............. 50
2.4.3 Permasalahan ..................................................... 58
2.4.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 59
Bab II.5 Prioritas 5 Data/Informasi ..................................... 60
2.5.1 Pengantar ........................................................... 60
2.5.2 Pencapaian Prioritas Data/Informasi .................. 61


iv
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.5.3 Permasalahan ..................................................... 74
2.5.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 75
Bab II.6 Prioritas 6 Kesejahteraan Sosial ............................. 77
2.6.1 Pengantar ........................................................... 77
2.6.2 Pencapaian Prioritas Kesejahteraan Sosial .......... 78
2.6.3 Permasalahan ..................................................... 84
2.6.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 84
Bab II.7 Prioritas 7 Kerjasama Daerah................................. 85
2.7.1 Pengantar ........................................................... 85
2.7.2 Pencapaian Prioritas Kerjasama Daerah.............. 86
2.7.3 Permasalahan ..................................................... 87
2.7.4 Rencana Tindak Lanjut ........................................ 88

BAGIAN III PENUTUP .............................................................. 89















1

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAGIAN I PENDAHULUAN
BAB I.1 LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa
daerah diharuskan menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah setelah Kepala Daerah terpilih dilantik. Oleh
karenanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang
selanjutnya disingkat RPJMD, merupakan kewajiban yang harus
dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Tegal setelah dilantiknya
Bupati/Wakil Bupati periode 2009-2014 pada tanggal 8 Januari
2009.
Sementara, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah mengamanatkan agar Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dievaluasi setiap tahun.
Evaluasi ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur capaian
kinerja Pemerintah dalam jangka waktu lima tahun.
RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 20092014 merupakan penjabaran
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJPD Kabupaten Tegal Tahun 2005-2025 dan
memperhatikan RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan
Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program kewilayahan disertai
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif untuk rentang waktu 5
(lima) tahun terhitung mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009 2014 ditetapkan dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
komponen pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha), dengan tujuan untuk mewujudkan visi, misi, dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya
yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis,
koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam
satu pola sikap dan pola tindak.
Penyusunan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 2
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Tegal Tahun 2005-2025, serta memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan RPJMD Provinsi Jawa
Tengah. Keterkaitan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
dengan dokumen perencanaan yang lebih tinggi (Pemerintah Pusat
dan Provinsi), akan menjamin keterpaduan arah pembangunan
melalui program-program pembangunan yang akan dilakukan di
daerah.
Selanjutnya RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 dijadikan
sebagai acuan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Tahun 2009-2014 di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tegal dan acuan dalam penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) periode tahun 2010
sampai dengan tahun 2014. Selain itu dalam RPJMD Kabupaten
Tegal Tahun 2009-2014 juga dicantumkan program-program tahun


2

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
transisi, sebagai dasar penyusunan RKPD Tahun 2014 yaitu sebelum
ditetapkannya RPJMD periode berikutnya.
RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 dalam pelaksanaannya
ditekankan pada pelengkapan instrumen inovasi. Inisiasi sistem
inovasi yang telah dimulai pada RPJMD tahap sebelumnya perlu
terus dilanjutkan. Kegiatan inovasi tidak terputus-putus sesuai
tahapan, melainkan dilanjutkan dengan penekanan yang berbeda
sesuai prioritas dan kematangan pemangku kepentingan.
Pembangunan sistem inovasi membutuhkan pelengkapan
perangkat inovatif yang mendukung, tidak hanya instrumen
kelembagaan tetapi juga instrumen kebijakan.
BAB I.2 RINGKASAN RPJMD KABUPATEN
TEGAL 2009-2014
Dokumen RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 merupakan rencana
yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Program dan
Kegiatan pembangunan Kabupaten Tegal dalam jangka waktu lima
tahun. Dokumen ini terdiri dari visi, misi, agenda, strategi, arah
kebijakan, prioritas program pembangunan, dan indikator kinerja
daerah.
VISI PEMBANGUNAN
Visi pembangunan Kabupaten Tegal adalah TEGAL GOTONG
ROYONG YANG DILANDASI KETAKWAAN KEPADA TUHAN YANG
MAHAESA.
TEGAL GOTONG ROYONG merupakan suatu entitas utuh yang
menunjukan seluruh elemen dalam wilayah administratif
Kabupaten Tegal yaitu pemerintahan daerah, dunia usaha dan
rakyat. Entitas tersebut adalah semangat bekerja sama dengan rasa
pasedulur dan keiklasan, sebagai satu bentuk kearifan lokal.
Kemampuan bergotong-royong adalah inner strength (kekuatan
dari dalam) yang khas. Gotong royong merupakan manifestasi dari
demokrasi dan dapat diindikasikan dengan besarnya keterlibatan
masyarakat dalam proses pembangunan. Gotong-royong
merupakan landasan penting dalam mencapai kesejahteraan yang
adil. Selain itu, gotong-royong harus menjadi asas bagi proses
pembangunan dan distribusi hasil-hasilnya.
KETAKWAAN KEPADA TUHAN YANG MAHAESA memiliki pengertian
bahwa segala tata kehidupan dan regulasi pembangunan ditujukan
bagi kesejahteraan rakyat Kabupaten Tegal dengan niat ibadah
dalam rangka mengabdi kepada Tuhan Yang Mahaesa dan
mensyukuri limpahan rahmat dan karunia-Nya. Ketakwaan ini
merupakan asas pokok sekaligus modal pembangunan.
MISI PEMBANGUNAN
Ada 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk mewujudkan visi
pembangunan daerah Kabupaten Tegal yaitu:
Pertama, meningkatkan iklim kondusif bagi kehidupan beragama
dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang Mahaesa. Upaya nyata
sebagai konsekuensi sebuah kabupaten dengan ciri khas
masyarakat religius mutlak bagi pemerintah untuk meningkatkan
iklim yang kondusif atas kehidupan beragama bagi seluruh
pemeluknya. Peningkatan iklim kondusif yang memungkinkan
terciptanya rasa aman dalam menjalankan ibadah sesuai agama
dan kepercayaan masing-masing menjadi mutlak untuk dilakukan
sebagai wujud nyata peran serta pemerintah. Di samping itu
penciptaan iklim dialog antara pemeluk agama dan kepercayaan
yang berbeda mutlak dijadikan prinsip dasar relasi antarumat.


3

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Kedua, memperkokoh ekonomi kerakyatan dengan prinsip
kemitraan yang sinergis antara masyarakat, swasta dan
pemerintah yang didukung pengelolaan berkelanjutan seluruh
sumber daya alam adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sehingga pendapatan per kapita pada akhir periode
pembangunan jangka panjang mencapai tingkat kesejahteraan
setara dengan kabupaten/kota yang maju di Jawa Tengah,
membaiknya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif sektor basis ekonomi daerah, sehingga
mampu menghasilkan komoditi berkualitas, berdaya saing global,
menjadi motor penggerak perekonomian, meningkatnya sumber-
sumber pembiayaan pembangunan daerah, semakin baiknya
ketersediaan kebutuhan pokok yang didukung dengan swasembada
pangan dan yang disertai dengan tersedianya instrumen jaminan
pangan pada tingkat masyarakat, dan semakin optimalnya
pemanfaatan aset dan produk daerah yang berdaya saing tinggi
sebagai sumber-sumber kekayaan daerah. Ketiga, meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan akses terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, demi terwujudnya budaya hidup sehat
adalah upaya untuk mengedepankan pembangunan sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing. Keempat, meningkatkan
budaya belajar yang didukung oleh fasilitas pendidikan yang
berkualitas, terjangkau, dan merata bagi seluruh lapisan
masyarakat adalah upaya untuk mengedepankan pembangunan
sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan
merupakan fondasi utama untuk menuju kehidupan yang lebih baik,
peningkatan kesejahteraan, dan modal utama melepaskan diri dari
kemiskinan. Prinsip terpenting yang perlu mendapat perhatian
adalah menciptakan sebuah kultur belajar yang akan menjadi dasar
kehidupan berprestasi. Kelima, mengembangkan kualitas tata
kehidupan masyarakat dengan penguatan peranan wanita,
keluhuran nilai-nilai keluarga yang dilandasi kearifan lokal adalah
upaya penataan sistem tata kehidupan masyarakat yang mewadahi
dinamika kemasyarakatan. Hal ini dilakukan dengan terus
memperkokoh kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Keenam,
meningkatkan kapasitas kelembagaan Pemerintah Kabupaten
Tegal untuk mendukung pelaksanaan good governance adalah
upaya untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan tata
pemerintahan yang baik yang didukung dengan peningkatan
profesionalitas aparatur daerah, peningkatan kualitas pelayanan
publik sesuai dengan standar mutu pelayanan yang berorientasi
pada terciptanya kepuasan masyarakat, pengembangan sistem dan
iklim demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik,
peningkatan kemampuan dan kemandirian daerah dalam
mendukung pembangunan daerah, penguatan kelembagaan lokal
yang mampu mengakomodasi tuntutan perubahan dan berperan
aktif dalam pembangunan daerah, dan peningkatan hubungan kerja
sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak pada
tingkat lokal, nasional, dan internasional.
AGENDA PEMBANGUNAN
Dalam upaya pencapaian visi dan misi, terdapat 4 (empat) agenda
besar yang memayungi sejumlah tujuan. Keempat agenda besar
dimaksud berikut tujuannya adalah sebagai berikut:
Pertama, agenda penguatan landasan sistem inovasi yang terdiri
dari empat tujuan yaitu tertatanya basis data, terbangunnya
kerjasama antar daerah, termanfaatkannya teknologi informasi dan
komuni-kasi (TIK), dan meningkatnya aktivitas penelitian dan
pengembangan. Kedua, agenda peningkatan daya saing daerah
yang merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun


4

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2004 yang menekankan bahwa salah satu harapan dari pemberian
otonomi daerah adalah agar daerah mampu meningkatkan daya
saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman daerah. Untuk memaknai agenda ini, ada tiga
tujuan yang hendak dicapai yaitu terlaksananya penguatan
lingkungan usaha, terwujudnya eko-efisiensi, dan tumbuhnya
industri kreatif. Ketiga, agenda pemulihan dan perlindungan yang
berusaha untuk menjamin terlaksananya pembangunan yang
berkelanjutan. Agenda ini dijabarkan dalam dua tujuan yaitu
terwujudnya perlindungan terhadap keluarga dan
tertanggulanginya perlindungan terhadap lingkungan. Keempat,
agenda pembangunan manusia yang dimaksudkan untuk memacu
indeks pembangunan manusia. Agenda pembangunan manusia
memuat dua tujuan besar yaitu terwujudnya tata kepemerintahan
yang baik dan meningkatnya kualitas SDM.

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi maka ditetapkan strategi
tertentu yang merupakan sehimpunan tahapan capaian yang
disusun dalam rangkaian yang logis. Strategi tertentu digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu dan spesifik. Kalimat penuntun
tercapainya tujuan spesifik semacam ini disebut arah kebijakan.
Strategi pembangunan Kabupaten Tegal yaitu penetapan data dasar
atau basis data, pemantapan pembangunan manusia seutuhnya,
pemulihan kerusakan lingkungan ekosistem pesisir, daerah aliran
sungai (DAS) dan hutan, perlindungan keluarga dari kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) dan pengaruh negatif faktor eksternal,
membangun sistem inovasi melalui penataan basis data dan
peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang), serta
peningkatan daya saing daerah.
Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Tegal adalah penguatan
landasan inovatif, peningkatan daya saing daerah, pemulihan dan
perlindungan, serta pembangunan sumber daya manusia.
PRIORITAS PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN
Semua arahan makro dalam RPJMD Kabupaten Tegal akan
dijabarkan dalam program pembangunan. Secara umum, terdapat 7
prioritas program pembangunan yang akan dijabarkan lebih lanjut
dalam program daerah. Prioritas program pembangunan Kabupaten
Tegal dimaksud adalah prioritas pendidikan, kesehatan, ekonomi
kerakyatan, data/informasi, kerjasama daerah, kesejahteraan sosial,
dan good governance.
Setelah prioritas program pembangunan dijabarkan dalam program
pembangunan daerah, pencapaian kinerjanya akan diukur dengan
capaian indikator kinerja daerah.
BAB I.3 MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI
RPJMD KABUPATEN TEGAL 2009-2014
Pelaksanaan Evaluasi RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 dilakukan
dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah mengirimkan
permintaan data kepada SKPD sesuai dengan indikator kinerja
sasaran yang sudah ditentukan. Setelah data yang masuk diinput
dan diperbandingkan, tahap kedua adalah menganalisis data
tersebut secara intern tim teknis. Tim teknis terdiri dari
Kabid/Kasubid pada Bappeda dan anggota dari luar Bappeda yang
dianggap memiliki kompetensi. Tahap ketiga adalah pembahasan


5

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
rencana FGD dengan SKPD yang berkaitan langsung dengan
indikator kinerja. Perencanaan ini dilakukan secara diskusi dengan
narasumber dari Bandung (Ir. Kawi Boedisetio; wakil ketua
Perkumpulan untuk Pengembangan Usaha Kecil PUPUK). FGD
bertujuan untuk menggali informasi sedalam mungkin mengenai
capaian kinerja hingga tahun 2012, serta kondisi eksisting di
lapangan. Langkah keempat adalah melaksanakan FGD dengan
SKPD. FGD dilaksanakan berdasar Prioritas Program dan dihadiri
SKPD yang terkait langsung serta tim teknis dan narasumber. Dalam
FGD, diskusi dilaksanakan secara cair untuk menggali semua
informasi sekaligus meminta masukan dari SKPD mengenai RPJMD
dan kondisi ideal yang diinginkan. Langkah kelima adalah kompilasi
data dan melakukan analisa dari data yang ada. Langkah ini
dilaksanakan dengan cara memberikan narasi pada data untuk
menambah penjelasan serta melakukan cross-check dengan laporan
revisi Renstra SKPD dan kontak person SKPD. Pada langkah ini juga
dilakukan pelengkapan data yang belum tersedia. Langkah keenam
adalah pembahasan draft laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Tegal
2009-2014 dengan tim teknis. Ini dilakukan untuk mendapatkan
masukan akhir mengenai evaluasi kinerja Kabupaten Tegal. Setelah
pembahasan selesai dilaksanakan, langkah ketujuh yang
merupakan tahap terakhir adalah pemaparan hasil evaluasi di
depan seluruh SKPD Kabupaten Tegal.
BAB I.4 SISTEMATIKA LAPORAN EVALUASI
RPJMD KABUPATEN TEGAL 2009-2014
Buku laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 ini terdiri
dari dua bagian yaitu Pendahuluan dan Evaluasi Capaian Kinerja
Kabupaten Tegal.
Buku ini berisi capaian kinerja pembangunan daerah hingga tahun
2012. Tidak hanya mengukur capaian yang ada, laporan ini juga
membahas mengenai hal yang ada di belakang angka yang
muncul, masalah yang terjadi, potensi yang belum tereksplorasi,
kemungkinan pencapaian target pada tahun 2014, dan rencana
tindak lanjut untuk mencapai target yang telah ditentukan.
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelaksanaan
evaluasi pembangunan, akan terus diupayakan pengembangan
sistem dan mekanisme evaluasi yang lebih baik, lebih dipercaya,
dan lebih akurat sehingga hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
bahan perbaikan dan masukan dalam menyusun rencana
pembangunan tahun berikutnya.
---===+++ooOOOoo++===---









6

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAGIAN II
CAPAIAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN DAERAH
BAB II.1. PRIORITAS 1
EKONOMI KERAKYATAN
2.1.1. PENGANTAR
Misi Kedua dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 adalah
Memperkokoh ekonomi kerakyatan dengan prinsip kemitraan
yang sinergis antara masyarakat, swasta dan pemerintah yang
didukung pengelolaan berkelanjutan seluruh sumber daya alam.
Untuk memperkokoh ekonomi kerakyatan perlu adanya kebijakan
yang mampu menciptakan kemitraan yang sinergis antara
masyarakat, swasta dan pemerintah, dengan kegiatan fasilitasi
dalam bentuk :
a. Menumbuhkembangkan kapasitas dan kualitas ruang publik di
seluruh wilayah Kabupaten Tegal demi menciptakan area
interaksi dalam konteks ekonomi dan bisnis.
b. Memfasilitasi semakin tumbuh dan berkembangnya iklim
investasi dengan segala dinamikanya melalui berbagai kebijakan
dan regulasi yang mensinergikan masyarakat, swasta dan
pemerintah.
c. Menumbuhkan iklim usaha yang mempertautkan dan
mensinergikan aspek produksi dan distribusi dalam upaya
memasarkan segala hasil pertanian, industri, dan pariwisata.
d. Menstimulasi berbagai aktivitas produksi dan inovatif dalam
berbagai bidang (ekonomi, budaya, dan seni) yang dapat
berfungsi sebagai sektor nonformal jejaring pengaman sosial.
Untuk menunjang pencapaian target sasaran Prioritas Ekonomi
Kerakyatan, peran utama Pemerintah Kabupaten adalah sebagai
enabler kegiatan perekonomian masyarakat. Dengan demikian,
tugas pokok Pemerintah Kabupaten adalah menyediakan
infrastruktur pendukung ekonomi, menyusun dan mengaplikasikan
peraturan yang berpihak pada pertumbuhan yang merata dan
berkeadilan, mejamin keamanan dan ktertiban dalam berusaha,
mempromosikan daerah dan membuka akses pemasaran,
mengembangkan potensi ekonomi lokal, memberikan insentif dan
subsidi scara efektif dan efisien, menjamin terlaksananya
pembangunan yang berkelanjutan, menjamin hak atas kekayaan
intelektual, dan melakukan intervensi pada pasar ketika keadaan
tidak berpihak pada rakyat.
Program-program Daerah yang dilaksanakan oleh SKPD dalam
rangka pencapaian target sasaran Prioritas Ekonomi Kerakyatan
adalah Pengembangan Infrastruktur Perdagangan; Pembangunan
Pelibatan Sumber Daya Paseduluran; Penciptaan Iklim Yang
Mendukung Investasi; Peningkatan Infrastruktur Pendukung
Investasi; Pemasaran Aktif; Penyederhanaan Regulasi Bisnis;
Penciptaan Lingkungan Legal dan Regulasi Kondusif; Peningkatan
Kolaborasi Ekonomi; Peningkatan Skema Pembiayaam Berisiko;
Pengembangan Insentif dan Disinsentif; Penguatan Industri Ramah
Lingkungan; Penataan Daerah Industri; Pengembangan Nilai


7

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Ekonomi Kegiatan Kreatif; Peningkatan Transaksi Industri Kreatif;
Perbaikan Lingkungan Klaster; Perlindungan dan Pemanfaatan HKI;
Fasilitasi Perolehan HKI; Penataan Aktivitas Nelayan di Pesisir;
Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir; Rehabilitasi
DAS/DTA; Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
DAS; Reboisasi Hutan; Peningkatan Pelibatan Masyarakat Dalam
Pengelolaan Hutan; Pengembangan Lembaga Keswadayaan
Masyarakat; dan Peningkatan Perempuan di Daerah Tertinggal.
Fokus sasaran dari Prioritas Ekonomi Kerakyatan yang hendak
dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Tegal sebagaimana yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah : Terbangunnya Fasilitas Perdagangan; meningkatnya
Penanaman Modal; terwujudnya Reformasi Kebijakan Bisnis;
tumbuh dan berkembangnya Formasi Rumpun Usaha; Terwujudnya
Sistem Insentif Untuk Eko-Efisiensi; Terwujudnya Pembenahan
Sistem Produksi; Tumbuhnya Inisiasi Rumpun Usaha Kreatif (Klaster
Industri Kreatif); Meningkatnya Perolehan HKI; Terpulihkannya
Kerusakan Ekosistem pesisir ; Terpulihkannya Kerusakan DAS; dan
Terpulihkannya Kerusakan hutan.

2.1.2. PENCAPAIAN PRIORITAS EKONOMI KERAKYATAN
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERC
APAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangunny
a fasilitas
perdagangan
a. Proporsi panjang
jaringan jalan dalam
kondisi baik
% 39,22 43,14 47,064 50,986 54,908 38,03 38,03 44,32
b. Rasio panjang jalan
per jumlah kendaraan
- 0,54 0,594 0,648 0,702 0,756 0,53 0,51 0,49
c. Rasio ijin trayek - 0,00004 0,00005 0,00006 0,00007 0,00008 0,000067 0,000081 0,000063
d. Jumlah uji kir
angkutan umum
Buah 4.671 4.951 5.248 5.562 5.895 5.282 5.721 6.237
e. Ketersediaan restoran
(jenis, kelas, dan
jumlah restoran)
Buah 80 100 115 130 140 145 145 145
f. Ketersediaan
penginapan (jenis,
kelas, dan jumlah
penginapan)
Buah 10 11 12 13 14 32 32 32


8

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERC
APAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
g. Jumlah terminal bus Buah 2 2 3 3 3 2 2 2
h. Jumlah orang/barang
yang terangkut
angkutan umum
Orang 832.827 866.140 900.786 936.817 974.290 254.986 255.132 188.214
i. Jumlah orang/barang
melalui terminal per
tahun
Orang 832.827 866.140 900.786 936.817 974.290 182.685 183.907 133.295
j. Jumlah arus
penumpang angkutan
umum
- 832.827 866.140 900.786 936.817 974.290 437.671 493.039 321.509
k. Tumbuhnya lembaga
pembiayaan berisiko
Lembag
a
1 1 1 1 1 115 115 115

Pelaksanaan Program Daerah Pengembangan Infrastruktur
Perdagangan dalam rangka pencapaian sasaran Terbangunnya
fasilitas perdagangan diimplementasikan oleh Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi, dan
Bagian Ekonomi dan Pembangunan dalam program-program
antara lain Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;
Inspeksi kondisi jalan dan jembatan; peningkatan sarana dan
prasarana kebinamargaan; pembangunan jalan dan jembatan;
pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan; dan
peningkatan pelayanan angkutan. Tingkat capaian kinerja
sasaran terbangunnya fasilitas perdagangan terukur dalam
masing-masing indikator kinerja sebagai berikut :
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik realisasi pada
Tahun 2011 38,03% dan pada Tahun 2012 sebesar 44,32%,
masih dibawah target yang sebesar 47,064%. Prediksi pada akhir
tahun pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal target kinerja
proporsi jaringan jalan dalam kondisi baik sebesar 54,908% akan
tercapai, mengingat alokasi anggaran untuk infrastruktur jalan
menjadi prioritas dan dialokasikan cukup besar dari tahun ke
tahun. Jika melihat proporsi kondisi jalan yang baik dan sedang,
maka besarannya sudah mencapai 73,52% pada Tahun 2012 ini,


9

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
sehingga fokus perbaikan jaringan jalan yang kondisinya rusak
ringan dan rusak berat hanya tinggal 26,48%. Perlu dijadikan
catatan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini, alokasi
anggaran juga banyak diberikan untuk perbaikan dan
pembangunan jalan Desa yang notabene bukan merupakan
kewenangan Kabupaten.
Indikator rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dari tahun ke
tahun terjadi penurunan. Hal ini disebabkan penambahan jumlah
kendaraan terus meningkat, sementara ruas jalan tidak
mengalami penambahan yang signifikan. Jumlah kendaraan
bermotor kisaran di atas angka 1900 buah, sementara panjang
jalan di Kabupaten Tegal 896,55 km. Indikator ini tidak terlalu
relevan dijadikan ukuran capaian kinerja karena meningkatnya
jumlah kendaraan dapat diartikan adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga peningkatan jumlah
kendaraan dapat diartikan tingkat mobilitas ekonomi semakin
dinamis. Adapun program penambahan jalan baru perlu
dipertimbangkan untuk menghubungkan akses ekonomi antar
wilayah. Sebagai rekomendasi antara lain perlu jalan baru akses
Desa Sangkanjaya Kecamatan Balapulang dengan Desa tetangga
melalui Desa Danareja.
Indikator kinerja sasaran rasio ijin trayek pada data tahun 2010
sebanyak 93 ijin, tahun 2011 sebanyak 129 ijin sedangkan tahun
2012 adalah jumlah ijin trayek s/d Oktober 2012 yaitu sebanyak
88 ijin. Untuk penghitungan rasio ijin trayek, formulanya adalah
jumlah ijin trayek dibagi jumlah penduduk, sehingga pada tahun
2011 sudah mencapai rasio 0.000081 dan sampai dengan
Oktober 2012 rasio 0,000063.
Indikator kinerja jumlah uji KIR angkutan umum dari tahun 2010
sampai tahun 2012 mengalami peningkatan. Pada tahun 2012
jumlah uji KIR sebanyak 6.237 lebih banyak dibandingkan target
tahun 2012 sebanyak 5.248, maupun target sampai dengan
berakhirnya RPJMD pada tahun 2014 sebanyak 5.895. Semakin
banyaknya jumlah uji KIR harus diimbangi dengan pelayanan
yang memuaskan kepada masyarakat selain perlu upaya
memenuhi kelengkapan dan pemeliharaan secara rutin alat alat
uji KIR.
Indikator kinerja ketersediaan restoran (jenis, kelas dan jumlah
restoran) sampai dengan tahun 2012 ada sebanyak 145 buah.
Jumlah ini lebih tinggi daripada target sampai dengan
berakhirnya pelaksanaan RPJMD tahun 2014. Pendataan jumlah
restoran dari DPKAD perlu dilakukan ulang, mengingat sejak
tahun 2010 sampai dengan 2012 jumlah tetap 145 buah, padahal
dapat dipastikan ada peningkatan jumlah Restoran di Kabupaten
Tegal. Hal ini akan terkait dengan penurunan realisasi capaian
PAD dari Pajak Restoran dari data Tahun 2011 sebesar Rp.
105.558.956,- sedangkan realisasi Tahun 2012 sampai dengan
bulan Agustus 2012 sebesar Rp. 47.112.217,- . Jadi perlu
direkomendasikan untuk peningkatan realisasi Pajak Restoran
dengan melakukan cacah ulang jumlah restoran dengan berbagai
jenis dan kelasnya.


10

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Indikator kinerja sasaran berupa ketersediaan penginapan (jenis,
kelas dan jumlah penginapan), jika melihat jumlah dari tahun
2010 sampai dengan 2012 tetap sebanyak 32 buah lebih besar
daripada target yang ditetapkan sampai dengan berakhirnya
RPJMD pada tahun 2014 yaitu sebanyak 14 buah. Namun
demikian jumlah penginapan yang sudah melebihi target
ternyata tidak selaras dalam pencapaian target PAD dari Pajak
Hotel. Pada Tahun 2011 realisasi sebesar Rp. 200.643.205,-
sedangkan target Tahun 2012 sebesar Rp. 171.094.950,- dan
realisasi sampai dengan bulan Agustus 2012 sebesar Rp.
76.527.757,- belum sampai dengan 50% dari target.
Ketidakselarasan ini perlu ditindaklanjuti dengan melakukan
evaluasi dan upaya-upaya intensifikasi peningkatan capaian
target PAD dari Pajak Hotel.
Jumlah terminal bus di Kabupaten Tegal sampai dengan tahun
2012 masih tetap 2 terminal. Indikator kinerja jumlah terminal
ini yang perlu diberikan catatan adalah mengenai belum
termanfaatkannya terminal Adiwerna dan masih adanya
kegiatan terminal bayangan di petigaan Yamansari. Rencana
pembangunan terminal di Yamansari dan rencana pemindahan
Terminal Slawi ke Desa Dukuhsalam sampai dengan Tahun 2012
belum dapat direalisasi walaupun upaya mengundang dan
mengajak investor sudah berkali-kali dilakukan.
Isian data pada kolom realisasi Indikator kinerja jumlah orang /
barang yang terangkut angkutan umum; jumlah orang / barang
melalui terminal per tahun dan jumlah penumpang angkutan
umum sebagaimana Tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa Dinas
Perhubungan Kominfo mengalami kendala dalam pencacahan
data yang dimaksud. Adapun yang dimiliki Data dalam kolom
Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum adalah
jumlah arus penumpang keluar daerah. Data yang tercantum
pada tahun 2012 adalah data s/d September 2012, dimana
jumlahnya semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh
kemungkinan perekonomian lesu, orang semakin jarang
bepergian, atau beralih ke moda transportasi lain seperti KA,
kapal, dan sepeda motor. Jumlah orang/barang melalui terminal
per tahun adalah jumlah arus penumpang yang masuk daerah.
Data yang tercantum pada tahun 2012 adalah data s/d
September 2012. Untuk ketiga indikator tersebut, ada kendala
dalam collect data, baik SDM di Intansi yang tidak memiliki
kapasitas atau mungkin pula diperlukan untuk dijadikan
pertimbangan pada penyusunan RPJMD ke depan, agar
penentuan target kinerja sasaran disesuaikan dengan target
kinerja yang datanya secara real dimiliki dan mudah diperoleh
oleh SKPD terkait.
Indikator kinerja sasaran berupa tumbuhnya lembaga
pembiayaan berisiko sampai dengan Tahun 2012 dari data yang
disampaikan Bagian Ekonomi Pembangunan Setda Kabupaten
Tegal sebanyak 115 lembaga dengan perincian 1 BPD, 13 BPR, 13
LKD, dan 88 BKD. Secara jumlah, maka target kinerja sudah
tercapai, namun demikian ada catatan untuk adanya upaya
kebijakan berupa kemudahan pemberian kredit kepada usaha


11

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
kecil / mikro yang telah berhasil didampingi PNPM Mandiri. Hal
yang lain adalah, penetapan indikator kinerja ini diarahkan pada
keberpihakan pada peningkatan UMKM, namun demikian pada
realitasnya lebih ke bisnis oriented atau hanya berorientasi
keuntungan. Dengan demikian perlu ada komunikasi antara
Pemerintah Daerah dengan Lembaga Keuangan untuk
mendiskusikan skema pembiayaan berisiko dengan sasaran
UMKM di Kabupaten Tegal.
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Meningkatny
a penanaman
modal
a. Jumlah investor
berskala nasional
(PMDN/PMA)
Investor
(ada 4)
4 5 5 6 6 2 5 8
b. Jumlah nilai investasi
berskala nasional
(PMDN/PMA)
Rp.
(milyar)
10 11 12 13 14 61,05 118,65 N/A
c. Rasio daya serap
tenaga kerja
% 83,9 85,6 87,3 89 90,8 72,35 75,61 77,85
d. Rasio penduduk yang
bekerja
% 82,9 84,5 86,2 88 89,7 68,22 69,87 71,38
e. Angka partisipasi
angkatan kerja
70,2 73,7 77,4 81,3 85,3 69,15 71,91 75,85
f. Angka sengketa
pengusaha-pekerja
per tahun
Kasus 26 20 16 12 10 26 18 12

Pencapaian kinerja sasaran Meningkatnya Penanaman Modal,
diupayakan melalui Program Daerah antara lain Pelibatan
sumberdaya paseduluran, penciptaan iklim yang mendukung
investasi; peningkatan infrastruktur investasi dan upaya
pemasaran aktif. Program Daerah tesebut diimplementasikan
oleh Kantor Penanaman Modal, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Dinas Koperasi UKM dan Pasar melalui


12

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
program-program antara lain penyiapan potensi sumber daya
dan sarana prasarana Daerah; pembangunan infrastruktur Desa;
Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; dan
Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
Indikator kinerja jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
pada Tahun 2010 sebanyak 2 investor, tahun 2011 sebanyak 5
investor dan Tahun 2012 sebanyak 8 investor. PMA yang
berinvestasi di Kabupaten Tegal bergerak di bidang perikanan,
kosmetik bulu mata, pakan ternak, meubelair dan lainnya, antara
lain PT. Nam Kyung, PT. Sung Shim Internasional dan PT. SAS
Kreasindo. PMDN yang berinvestasi yaitu PT. Estika Pulomas, PT.
Tire Austenite Tbk., PT. Laksmana Kurnia Mandiri Sejahtera, PT.
Charoen Pokhan Jaya Farm, dan PT. Guci Mas Plasindo. Dengan
demikian telah memenuhi realisasi capaian target sampai
dengan berakhirnya RPJMD pada Tahun 2014 sebanyak 6
investor. Adapun indikator jumlah nilai investasi berskala
nasional (PMDN/PMA) pada Tahun 2011 sebesar Rp. 61,05
Milyar dan pada Tahun 2012 sebesar Rp. 118,65 milyar. Ada
peningkatan yang cukup signifikan nilai investasi yang ditanam
di Kabupaten Tegal jika dibandingkan dengan target yang
ditetapkan dalam RPJMD.
Indikator kinerja sasaran dalam rangka meningkatnya
penanaman modal di Kabupaten Tegal dilihat dari Rasio daya
serap tenaga kerja, dimana selalu ada peningkatan dari data
Tahun 2010 sebesar 72,35%, Tahun 2011 sebesar 75,61% dan
Tahun 2012 sebesar 77,85%. Adanya peningkatan rasio ini
merupakan hal yang positif, namun demikian masih dibawah
target yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD yaitu pada Tahun
2012 Rasio 87,3%.
Demikian pula untuk indikator Rasio Penduduk yang bekerja,
selalu ada peningkatan sejak Tahun 2012 sebesar 68,22%, Tahun
2011 sebesar 69,87% dan Tahun 2012 sebesar 71,38%.
Peningkatan rasio penduduk yang bekerja merupakan hal yang
positif walaupun masih dibawah target dalam RPJMD untuk
Tahun 2012 sebesar 86,2%.
Indikator partisipasi angkatan kerja sebesar 69,15% pada Tahun
2010, kemudian mengalami peningkatan pada Tahun 2011
sebesar 71,91% dan pada Tahun 2012 sebesar 75,85%. Rasio
partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan yang cukup
signifikan walaupun masih dibawah target Tahun 2012 yang
sebesar 77,4%.
Peningkatan ketiga rasio tersebut perlu diberikan apresiasi dari
semua pihak, namun demikian di sisi lain perlu ada upaya yang
lebih optimal untuk mencapai target yang sudah ditetapkan
dalam RPJMD, ataukah memang sejak awal penentuan target
yang kurang realistis sehingga sulit untuk bisa dicapai.
Angka sengketa pengusaha-pekerja di Kabupaten Tegal lebih
disebabkan oleh permasalahan PHK. Ada penurunan angka
sengketa dimana pada Tahun 2010 sebanyak 26 kasus, Tahun
2011 sebanyak 18 kasus dan Tahun 2012 sebanyak 12 kasus. Dari
data tersebut terlihat semakin berkurangnya jumlah kasus


13

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
sengketa dari tahun ke tahun, yang jumlahnya dibawah target
kinerja Tahun 2012 yang sebanyak 16 kasus. Jika melihat situasi
yang terjadi di Jakarta ataupun Kota Besar lainnya, dimana kasus
sengketa pengusaha-pekerja banyak disebabkan karena
kebijakan kesejahteraan seperti UMR, maka kondisi yang terjadi
di Kabupaten Tegal lebih disebabkan kebijakan PHK. Kondisi yang
terjadi di Jakarta tersebut, merupakan peluang bagi Kabupaten
Tegal untuk mengundang dan mengajak investor / pemilik pabrik
/ pengusaha memindahkan pabriknya ke Kabupaten Tegal. Hal
tersebut sudah dilakukan oleh Kabupaten Boyolali dengan
menyiapkan lahan bagi investor dan kebijakan UMK yang sangat
kompetitif.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
reformasi
kebijakan
bisnis
a. Lama proses perijinan Hari 15 15 15 15 15 15 15 5-15
b. Jumlah Perda yang
mendukung iklim
usaha
Jenis 16 17 18 19 20 10 10 2
c. Jumlah dan macam
pajak dan retribusi
daerah
Jenis 14 14 14 14 14 14 14 32

Pelayanan perijinan usaha di Kabupaten Tegal dilakukan oleh
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT). Mekanisme, lama
proses biaya dan kebijakan yang menjadi dasar hukum perijinan
berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha yang diajukan. Terdapat
45 jenis perijinan di Kabupaten Tegal, antara lain Ijin Usaha
Angkutan; Ijin Hotel; Ijin Trayek; Ijin Gangguan (HO) dan Ijin
Bebas Gangguan (Non HO); Ijin Pemasangan Reklame; Ijin Galian
Golongan C; Ijin Usaha Angkutan; Ijin Penerbitan Tanda Daftar
Perusahaan dan lain-lain. Lama proses perijinan antara 7-15 hari
sesuai jenis usaha yang diajukan. Biaya perijinan juga
menyesuaikan jenis dan skala usaha, tetapi khusus untuk
beberapa jenis usaha tidak dipungut biaya sama sekali.
Dalam rangka pencapaian sasaran terwujudnya reformasi
kebijakan bisnis di Kabupaten Tegal telah ditetapkan Peraturan
Daerah yang mendukung iklim usaha pada Tahun 2012 sebanyak


14

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2 Perda yaitu Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Pajak Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012
tentang Retribusi Daerah.
Jenis Pajak dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pajak Daerah ada 11 jenis; yaitu pajak hotel; pajak
restoran; pajak hiburan; pajak reklame; pajak penerangan jalan;
pajak mineral bukan logam dan batuan; pajak parkir; pajak air
tanah; pajak sarang burung walet; pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan; dan bea perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.
Pada Peraturan Daerah tentang Retribusi diatur obyek Retribusi
adalah Jasa Umum; Jasa Usaha dan Perizinan tertentu. Jenis
retribusi Jasa Umum sebanyak 10 jenis, antara lain Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan; Retribusi Pelayanan
Pemakaman; Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum;
Retrbusi Pelayanan Pasar; dan lainnya. Sedangkan Jenis retribusi
Jasa Usaha meliputi 7 Jenis Retribusi, antara lain : Retribusi
Terminal; Retribusi Rumah Potong Hewan; Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga; dan lainnya. Adapun Jenis Retribusi
Perizinan Tertentu sebanyak 4 Retrbusi, yaitu Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan; Retribusi Izin Gangguan; Retribusi Izin
Trayek dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Dengan demikian pada Tahun 2012 telah diatur jumlah dan
macam pajak dan retribusi daerah dengan rincian pajak daerah
sebanyak 11 macam dan retribusi sebanyak 21 jenis. Dengan
jumlah Peraturan Daerah yang lebih sedikit yaitu 2 Peraturan
Daerah, tetapi mengatur jenis pajak dan retribusi yang lebih
banyak, sehingga diharapkan ada peningkatan pendapatan
daerah melalui pajak dan retribusi daerah.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Tumbuh dan
berkembangn
ya formasi
rumpun
usaha
a. Persentase koperasi
aktif
% 314 327 332 342 357 527 546 559
b. Jumlah UKM non BPR/
LKMUKM
Unit 28.975 29.000 29.025 29.050 29.075 28.980 29.395 29.484
c. Jumlah Wisman Orang 26 31 37 44 53 52 151 159
d. Jumlah Wisnu Orang 596.638 835.294 1.002.353 1.202.823 1.443.387 442.443 527.365 499.193


15

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
sistem
insentif
a. Peningkatan bantuan
modal
unit
Koperasi - 10 10 10 10 10 8 0 N/A
UKM 60 60 60 60 60 481 187 N/A
b. Dispensasi pengenaan
pajak


Pencapaian kinerja sasaran tumbuh dan berkembangnya formasi
rumpun usaha dan sasaran terwujudnya sistem insentif
diupayakan melalui Program Daerah Peningkatan Kolaborasi
Ekonomi; Peningkatan Skema Pembiayaan Berisiko; dan Program
Pengembangan Insentif dan disinsentif. Program Daerah
tersebut diimplementasikan oleh Dinas Koperasi UKM dan Pasar;
Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan; dan Bagian Perekonomian dan Pembangunan
melalui program-program antara lain Peningkatan Kualitas
Kelembagaan Koperasi; Penciptaan Iklim Usaha yang kondusif;
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Kecil Menengah; Penataan Struktur Industri; Peningkatan
Kemampuan Teknologi Industri.
Indikator kinerja sasaran dalam rangka tumbuh dan
berkembangnya formasi rumpun dilihat dari persentase Koperasi
aktif dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yaitu Tahun
2010 Koperasi aktif sebanyak 527 Koperasi, kemudian Tahun
2011 menjadi 546 Koperasi dan meningkat pada Tahun 2012
menjadi sebanyak 559 Koperasi. Namun demikian, sebagai
catatan perlu ada tindaklanjut dari SKPD yang terkait untuk
melakukan identifikasi Koperasi yang masuk kategori aktif dan
tidak aktif. Adanya kebijakan insentif dari Pemerintah Kabupaten
Tegal dalam bentuk bantuan sosial/hibah untuk koperasi telah
menjadi pengungkit tumbuhnya koperasi-koperasi baru. Jadi
dimungkinkan pendirian koperasi baru adalah semata-mata
karena untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Jika
realisasi sasaran jumlah Koperasi pada Tahun 2012 sudah
tercapai, maka pekerjaan rumahnya adalah bagaimana
merevitalisasi koperasi-koperasi yang tidur. Hampir semua
koperasi tidak berfungsi dengan baik, padahal koperasi adalah
manfestasi ekonomi kerakyatan dan juga sesuai dengan visi
Kabupaten Tegal (gotong royong). Perlu usaha keras untuk


16

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
merevitalisasi koperasi. KUD perlu mendapat prioritas untuk
dihidupkan kembali. Koperasi perlu dijadikan sebagai soko guru
ekonomi. Di sisi lain, moral hazard harus dihilangkan dari
pengurus koperasi.
Dari sekian banyak koperasi yang tercatat dalam kondisi tidak
aktif yang perlu mendapat perhatian untuk direvitalisasi adalah
Koperasi Unit Desa (KUD), disinyalir aset koperasi banyak yang
hilang. KUD banyak yang mengalami kolaps, kebijakan
Pemerintah pada masa lalu memberi mandat kepada KUD untuk
mendistribusikan benih dan pupuk. Sekarang petani secara
individual yang memiliki modal bisa mengusahakan sendiri
penyediaan pupuk dan benih sehingga tidak lagi melibatkan KUD.
Pembinaan manajemen koperasi yang merupakan kegiatan rutin
dari Dinas Koperasi UKM dan Pasar pada setiap tahun hanya
mampu untuk dilakukan pembinaan terhadap 10-25 koperasi
dari jumlah keseluruhan di Kabupaten Tegal sebanyak 559
koperasi. Bentuk pembinaan perlu dicarikan model yang tepat
yang memang bisa memberikan nilai tambah bagi UKM, tidak
sekedar penyuluhan. Jadi masih dibutuhkan dukungan dari
pengambil kebijakan untuk memberikan perhatian
penganggaran bagi kegiatan pembinaan koperasi, sehingga
target peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi dapat
dipenuhi secara optimal.
Pencapaian sasaran tumbuh dan berkembangnya formasi
rumpun, jika dilihat dari jumlah UKM non BPR/LKMUKM dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan
dan melebihi target yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten
Tegal Tahun 2009-2014. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri
sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998
pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Jumlah UKM
pada Tahun 2012 telah mencapai 29.484 UKM, melebihi target
sampai dengan akhir pelaksanaan RPJMD pada Tahun 2014 yang
sebanyak 29.050 UKM. Untuk mendukung Penciptaan Iklim
Usaha yang kondusif dan Pengembangan Kewirausahaan serta
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, Dinas UKM
Koperasi dan Pasar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
memfasilitasi UKM untuk ikut serta dalam kegiatan
promosi/pameran baik tingkat Kabupaten, Provinsi maupun
Nasional. Namun demikian ada catatan dalam pelaksanaan
kegiatan promosi/pameran ini, dimana antar SKPD kurang
adanya sinergi dan peserta yang diikutkan dalam pameran masih
pengusaha tertentu saja yang sudah sering mengikuti pameran.
Selain itu juga pasca mengikuti pameran perlu dilakukan evaluasi
dan tindak lanjut agar tidak terjebak sebagai kegiatan yang
sifatnya rutinitas saja. Adapun fasilitasi terhadap UKM untuk
kegiatan pelatihan kewirausahaan dilaksanakan dengan jumlah
peserta yang terbatas, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh


17

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
UKM yang ada di Kabupaten Tegal. Kegiatan fasilitasi pelatihan
kepada UKM ini pun masih belum ada kerjasama maupun sinergi
antar SKPD yang terkait dengan UKM, misalnya tidak
memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK); kepesertaan pelatihan
tidak memanfaatkan embrio UKM yang telah mendapat
bimbingan dan pembinaan melalui Program PNPM Mandiri.
Indikator kinerja pencapain sasaran tumbuh dan berkembangnya
rumpun usaha berupa jumlah wisatawan mancanegara dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang realisasinya
melebihi target, sedangkan jumlah wisatawan nusantara masih
jauh dari target yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal
Tahun 2009-2014. Pada Tahun 2012 realisasi jumlah wisatawan
mancanegara telah mencapai 159 orang, diatas target yang
sebanyak 37 orang, sebaliknya realisasi wisatawan nusantara
sampai dengan Oktober 2012 baru mencapai 499.193 orang atau
sekitar 50% masih jauh dari target yang tercantum dalam RPJMD
sebanyak 1 juta orang. Namun demikian jika dilihat dari target
pendapatan Retribusi Tempat Rekreasi realisasi pada Tahun
2010 sebesar 98,69%, Tahun 2011 realisasi sebesar 85,23% dan
sampai dengan Oktober 2012 realisasi baru mencapai 62,02%.
Berdasarkan capaian yang demikian, perlu mengkaji ulang
penetapan target, baik jumlah wisatawan maupun target PAD
yang ditetapkan. Fasilitas obyek wisata perlu ditingkatkan
kualitasnya, akses jalan menuju obyek wisata dan atraksi
pertunjukan di lokasi obyek wisata perlu dikreasi dan
dikembangkan sehingga menarik kunjungan wisatawan
nusantara. Wacana kerjasama dengan pihak ketiga dalam
pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Tegal perlu mendapat
respon dengan melakukan kajian dan benchmarking ke daerah
lain yang sudah melaksanakan.
Dalam rangka mewujudkan sasaran terwujudnya sistem insentif,
pada Tahun 2010 dan 2011 ada kegiatan pemberian bantuan
modal kepada UKM. Kebijakan pemberian bantuan modal atau
insentif, legalisasi, dan bantuan manajemen menjadi
kewenangan dan tanggungjawab Dinas UKM Koperasi dan Pasar,
sedangkan bantuan modal kepada UKM dalam bentuk peralatan
dan teknis menjadi kewenangan dan tanggungjawab Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. Pemberian bantuan modal pada
Tahun 2010 di alokasikan melalui belanja bantuan sosial kepada
UKM di Kabupaten Tegal sebesar Rp. 1.249.937.000,- (satu
milyar dua ratus empat puluh sembilan juta sembilan ratus tiga
puluh tujuh ribu rupiah), kemudian pada Tahun 2011
dialokasikan bantuan sosial kepada UKM sebesar Rp.
1.188.000.000,- (satu milyar seratus delapan puluh delapan juta
rupiah), sedangkan pada Tahun 2012 UKM di Kabupaten Tegal
tidak lagi diberikan bantuan sosial karena prosedurnya tidak
dapat memenuhi ketantuan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 dan Peraturan Bupati Tegal Nomor 70
Tahun 2011. Menindklanjuti adanya ketentuan tersebut, maka
masing-masing SKPD yang mempunyai kewenangan dan
tanggungjawab memberikan bantuan kepada UKM untuk
menyusun ketentuan pemberian bantuan kepada UKM supaya


18

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
tepat sasaran, tepat tujuan, tepat manfaat dan perlu prsyarat
serta tahapan yang jelas bagi pemberian dan penerimaan
bantuan. Walaupun pada Tahun 2012 tidak ada pemberian
bantuan kepada UKM, Dinas UKM Koperasi dan Pasar terus
berupaya memfasilitasi UKM di Kabupaten Tegal untuk
mendapatkan bantuan melalui CSR Perusahaan. Pada Tahun
2013 Dinas UKM Koperasi dan Pasar akan melaksanakan
kegiatan formalisasi badan hukum UKM agar mempermudah
UKM untuk mendapat akses bantuan baik dari Pemerintah
maupun Perusahaan Swasta melalui CSR. Dalam rangka
pengembangan UKM di Kabupaten Tegal perlu ada kebijakan
yang strategis seperti kewajiban pemakaian seragam Batik Tegal
untuk PNS di Kabupaten Tegal setiap Kamis dan Jumat.
Kebijakan serupa perlu juga untuk mengangkat potensi UKM
industri kulit, misalnya kewajiban PNS menggunakan sepatu kulit
dan sabuk kulit produk asli UKM Kabupaten Tegal, belum lagi
pasar untuk siswa sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA, dalam
bentuk sekedar himbauan untuk menggunakan sepatu dan
sabuk produk Tegal. Contoh yang lain adalah pemanfaatan
produk lampu taman yang buatan UKM Kabupaten Tegal untuk
jalan-jalan utama di Kabupaten Tegal.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
pembenahan
sistem
produksi
a. Jumlah unit usaha
yang ramah
lingkungan

Pengecoran Logam Unit/thn 1 1 1 1 1 12 12 12
Kapur Unit/thn 12 12 12 12 12 2 0 0
Krom Unit/thn 5 5 5 5 5 1 0 0
Batik Unit/thn 6 6 6 6 6 0 0 10
b. Jumlah jenis usaha
yang bersertifikat ISO
Unit 5 5 5 5 5 5 5 6



19

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Pencapaian kinerja sasaran terwujudnya pembenahan sistem
produksi diupayakan melalui Program Daerah Penguatan Industri
Ramah Lingkungan dan Penataan Daerah Industri. Program
Daerah tersebut diimplementasikan oleh Bappeda; Badan
Lingkungan Hidup; Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui
program-program antara lain Peningkatan Industri Manufaktur
berbasis Ekoefisien; Peningkatan kemampuan industri pengolah
berbasis bahan tambang; Peningkatan kualitas produk Industri
Kecil menengah; Program Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan; Program peningkatan pengendalian polusi dan lain-
lain.
Indikator kinerja sasaran terwujudnya pembenahan sistem
produksi dilihat dari jumlah unit usaha yang ramah lingkungan
dan jumlah jenis usaha yang bersertifikat ISO. Jumlah unit usaha
yang ramah lingkungan untuk usaha pengecoran logam dan batik,
sejak Tahun 2010 telah dilaksanakan berbagai upaya
pendampingan, sehingga untuk kedua jenis usaha tersebut
relatif ada peningkatan jumlah unit usaha yang ramah
lingkungan. Usaha pengecoran logam sampai dengan Tahun
2012 telah ada sebanyak 12 usaha yang ramah lingkungan, lebih
daripada target yang ditetapkan. Cor logam (non ferro) yang
ramah lingkungan ada sebanyak 12 usaha yang berlokasi di PIK
Kebasen. Total pengusaha cor logam sekitar 150, sehingga masih
perlu upaya keras dari Pemerintah Kabupaten Tegal untuk
memfasilitasi produksi cor logam yang ramah lingkungan. Proses
produksi yang ramah lingkungan memakai cerobong asap
setinggi 18 meter.
Demikian pula usaha batik, telah dilakukan upaya pendampingan
baik oleh Bappeda, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
maupun Dinas Koperasi UKM dan Pasar untuk memberikan
pelatihan Batik dengan menggunakan pewarna alam. Sampai
dengan Tahun 2012 telah ada sebanyak 10 pengrajin batik yang
ada di Desa Langgen, Pasangan dan Bengle yang sudah
memproduksi batik dengan menggunakan pewarna alam.
Sedangkan pengecoran krom di Kabupaten Tegal telah masuk
dalam daftar investasi negatif, sehingga tidak dikembangkan.
Jumlah eksisting sekitar 15 di Mangunsaren, yang ramah
lingkungan hanya 1 di Dampyak (Setia Kawan); yang lain tidak
memiliki UKL/UPL.
Industri ramah lingkungan kapur di Kecamatan Margasari telah
diupayakan dengan modernisasi tobong, ada 2 kelompok
sebanyak 2 tungku. Bantuan dari Pemda tahun 2006.
Sebelumnya menggunakan oli bekas sebagai bahan bakar,
setelah modernisasi menggunakan batubara. Di Kabupaten Tegal
ada sekitar 50 tobong, 1 tobong sekitar Rp. 650 juta. Jadi untuk
pembenahan sistem produksi yang ramah lingkungan untuk
industri kapur, perlu upaya fasilitasi bantuan atau mengingat
mahalnya biaya pembuatan tobong, maka perlu kebijakan
pemberian insentif kepada pelaku usaha yang mau
menggunakan tobong ramah lingkungan. Industri yang memiliki


20

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
ISO di Kabupaten Tegal sampai dengan Tahun 2012 telah ada
sebanyak 6 perusahaan yaitu PT. Karya Paduyasa (alat berat), PT.
Putra Bungsu (alat berat), PT. Setia Kawan (komponen kapal), CV
Target (alkes), PT. Estika Pulomas (furnitur), PT. Gemilang Lestari
Teknik (alat berat dan komponen otomotif). Ada audit internal
setiap bulan dan audit eksternal setiap 6 bulan.
Dalam kerangka mewujudkan pembenahan sistem produksi,
perlu segera dibuat aturan pro investasi, misalnya peraturan
tentang mineral, bahan logam, dan batuan. Rencana peraturan
daerah yang akan disusun pada tahun 2013 adalah tentang air
tanah dan pasar modern. Hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi
dari para pelaku usaha di bidang pengecoran logam dan batik.
Produksi batik warna alam perlu terus ditingkatkan, Pemerintah
Kabupaten dapat memfasilitasi pelatihan teknis pewarnaan alam,
penyediaan bahan baku dan membantu pemasaran Batik Warna
Alam. Selain itu juga sebagai salah satu upaya untuk
memberdayakan masyarakat, sekaligus mendukung
pembenahan sistem produksi adalah dengan mengubah barang
rongsok menjadi barang standar. Perlu diseminasi teknologi
kepada kelompok masyarakat yang didukung dengan riset dan
ujicoba.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Tumbuhnya
inisiasi klaster
industri
kreatif
a. Jumlah grup kesenian Grup 29 34 39 44 49 25 598 598
b. Jumlah gedung
kesenian
Unit 1 1 1 1 1 1 1 1
c. Jumlah klaster industri
kreatif
Unit 5 5 8 10 15 15 5 5

Pencapaian target kinerja sasaran tumbuhnya inisiasi klaster
industri kreatif diwujudkan melalui implementasi Program
Daerah Pengembangan Nilai Ekonomi kegiatan kreatif;
Peningkatan transaksi industri kreatif dan Perbaikan Lingkungan
Klaster. Program Daerah tersebut dilaksanakan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Koperasi UKM Pasar,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Bappeda melalui program-
program perencanaan pembangunan ekonomi; pengembangan


21

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
kewirausahaan dan keunggulan Kompetitif UKM;
pengembangan sentra-sentra industri potensial; pengembangan
pemasaran dan destinasi pariwisata.
Indikator kinerja jumlah grup kesenian berdasarkan data yang
didapat sampai dengan Tahun 2012 telah tercatat sebanyak 598
grup kesenian, jauh di atas target yang ditetapkan. Sedangkan
jumlah gedung kesenian sejak Tahun 2010 sampai dengan Tahun
2012 masih tetap hanya 1 gedung. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan telah melakukan upaya pencapaian target indikator
kinerja sasaran berupa peningkatan komoditas usaha berbasis
industri kreatif. Klaster industri kreatif yang banyak mendapat
fasilitas pengembangan dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan adalah klaster Batik pewarna alam, kerajinan logam
dan anyaman bambu. Klaster logam engine bekerjasama dengan
Balitbang Provinsi Jawa Tengah dan Politeknik Purbaya berupa
pengembangan alat penepung ikan. Ada fasilitasi dari provinsi
(Fastrapi Fasilitasi Terapan Hasil Penelitian) dan LPPM Purbaya.
Contoh: batik warna alam, redesain traktor melalui SIM
(Supporting Industri Manufaktur). Kegiatan Kreanova (Kreativitas
dan Inovasi Masyarakat) yang dilaksanakan oleh Bappeda
memunculkan Pengrajin atau Calon Wirausahaan baru dengan
ideide produksi yang inovatif. Perlu ada tindaklanjut
pengembangan produksi kreativ oleh instansi yang menangani
perdagangan, industri, ketenagakerjaan, dan UKM.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Meningkatny
a perolehan
HKI
Bertambahnya jenis
produk IKM yang
telah memiliki :

a. Hak Merek Buah 5 7 7 10 10 8 11 13
b. Hak Paten Buah - - 1 1 1 0 0 1
c. Hak Desain Buah - - 1 1 1 0 0 0

Pencapaian target kinerja sasaran peningkatan perolehan Hak
atas Kekayaan Intelektual (HaKI) di Kabupaten Tegal
diimplementasikan dalam Program daerah perlindungan dan
pemanfaatan HaKI dan fasilitasi perolehan HaKI. Program Daerah


22

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
tersebut dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan Dinas Koperasi UKM Pasar. Sampai dengan Tahun 2012 telah
difasilitasi perolehan Hak Merek sebanyak 12 produk IKM,
jumlah tersebut telah melebihi target dalam RPJMD. Hak merek
yang sudah didaftarkan antara lain untuk IKM Batik 6 merek,
shuttlecock 2 merek, makanan abon lele 1 merek, alat asah pisau
1 merek, dan tahu Tegal 1 merek. Pendaftaran Hak Paten ada 1
yaitu alat mesin perbaikan beras dengan sistem pengabutan
yang dipatenkan oleh IKM di Kabupaten Tegal Sedangkan
pendaftaran Hak Desain sampai dengan Tahun 2012 belum
dilakukan fasilitasi kepada IKM di Kabupaten Tegal.
Ragam inovasi IKM perlu mendapat perhatian dari pengambil
kebijakan mengingat potensinya yang cukup bagus di Kabupaten
Tegal. Ragam inovasi IKM terdapat pada industri alat pertanian,
alat kesehatan, komponen otomotif dan kapal, dan alat rumah
tangga. Ragam inovasi UMKM di Kabupaten Tegal yang berkaitan
dengan alat-alat pertanian seperti Mesin penggiling kopi basah,
traktor tangan Takaru yang diproduksi oleh LIK Takaru, perbaikan
mesin beras dengan bantuan penggabutan.
Alat-alat kesehatan yang diprodukasi oleh IKM CV. Target di
Kabupaten Tegal, seperti Meja operasi, kereta dorong untuk
ambulance dan penyekat antar pasien. komponen kapal seperti
jangkar, jendela dan kemudi kapal. Produksi komponen kapal
tidak hanya di konsumsi oleh masyarakat pemilik kapal lokal,
tetapi juga di pasarkan ke kota-kota besar di Indonesia. Makin
banyaknya kendaraan roda dua memungkinkan permintaan akan
knalpot semakin meningkat. Peningkatan membuat UMKM di
Kabupaten Tegal untuk memproduksi knalpot. Permintaan akan
spare part kendaraan ini semangkin meningkat seiring
bertambahnya jumlah kendaraan roda dua yang diproduksi.
Alat rumah tangga merupakan alat yang paling banyak
diproduksi oleh IKM di Kabupaten Tegal. Banyak IKM yang
memproduksi alat-alat rumah tangga tersebut, seperti Kompor
Bio gas, Kompor batu bara, kompor dengan bahan bakar minyak
jlantah dan kompor dengan bahan bakar sekam. Alat kebutuhan
rumah tangga sederhana lain yang diproduksi oleh UMKM
seperti perontok jagung, pemotong bawang, pemotong singkong
dan alat pengrajang tembakau. Dari ke empat produk yang
dihasilkan oleh UMKM di Kabupaten Tegal yaitu alat pertanian,
alat kesehatan, komponen motor dan kapal serta alat rumah
tangga tersebut diatas, hanya alat mesin perbaikan beras dengan
sistem pengabutan yang dipatenkan oleh IKM di Kabupaten
Tegal.





23

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terpulihkann
ya kerusakan
ekosistem
pesisir
a. abrasi (panjang
pantai) (2009 : 10 km)
km 9 8 7 6 5 N/A N/A N/A
b. luas mangrove( hutan
pantai) (Kondisi 2009 :
105 hektar)
hektar 106 107 108 109 110 107 109 111
c. Jumlah kelompok
peduli ekosistem
pesisir (Pokmaswas
2009 : 8 kel)
Kelomp
ok
10 12 14 16 18 9 9 9
d. Kawasan Konservasi
Laut Daerah (KKLD).
Kawasan eksisting
4,67 ha, dengan
luasan terumbu
karang 1,34 ha
ha. 1,3467 1,3534 1,3601 1,3668 1,3735 N/A N/A N/A

Pencapaian target kinerja sasaran terpulihkannya kerusakan
ekosistem pesisir melalui implementasi Program Daerah
pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan Program
penataan aktivitas nelayan di pesisir. Program Daerah tersebut
dilaksanakan oleh Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan;
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan; Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan; dan Badan Lingkungan Hidup melalui program-
program antara lain Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengawasan dan pengendalian Sumber Daya Kelautan;
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir; Peningkatan Kesadaran dan
Penegakkan Hukum dalam Pendayagunaan Sumber Daya Laut;
Pengelolaan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut; dan lain-lain.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa
Tengah yang memiliki wilayah pesisir di pantai utara Pulau Jawa.
Wilayah tersebut terletak pada jalur transportasi utama pantai
utara Jawa (jalur pantura) dengan panjang pantai 23 km,
meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kramat, Suradadi, dan
Warureja. Garis pantai di Kabupaten Tegal merupakan daerah


24

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
yang didominasi oleh pantai berpasir dan beberapa bagian di
muara sungai yang merupakan daerah pantai berlumpur
(lempung). Sepanjang garis pantai terdapat 9 (sembilan) muara
sungai yang memiliki fungsi konservasi sebagai habitat hutan
mangrove maupun fungsi ekonomi sebagai alur pelayaran.
Pemanfaatan wilayah pantai digunakan untuk usaha perikanan
(tambak), pertanian (melati), industri, pemukiman, dan
pariwisata. Kondisi lingkungan di wilayah pesisir Kabupaten Tegal
sudah kritis, kerusakan yang terjadi antara lain sedimentasi
muara sungai, erosi dan abrasi garis pantai, kerusakan mangrove,
dan kerusakan terumbu karang. Permasalahan tersebut terjadi
baik akibat faktor manusia yang kurang bijak dalam mengelola
ekosistem (perusakan dan alih fungsi) maupun karena faktor
alam (arus, gelombang, angkutan sedimen). Selain masalah
tersebut, di wilayah pesisir juga terjadi fenomena tanah timbul
(akresi) yang perlu dikelola secara tepat agar tidak merugikan
lingkungan sekitar. Permasalahan lingkungan di pesisir
berdampak pada aspek ekonomi dan sosial, karena dapat
menimbulkan kerentanan wilayah pesisir terhadap ancaman
bencana alam yaitu banjir, erosi dan abrasi pantai.
Sebagai informasi tambahan, sejak Tahun 2010 Pantai utara
(pantura) Jawa Tengah terus digerus abrasi. Hingga saat ini luas
areal yang hilang dari Brebes hingga Rembang mencapai lebih
4.000 hektare (ha). Rata-rata daratan yang terseret arus laut 5-
30 meter per tahun. Abrasi itu mengakibatkan rusak dan
hilangnya hutan bakau (mangrove), perkebunan rakyat, areal
pertambakan, dan permukiman penduduk yang berada di bibir
pantai.
Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan secara khusus belum
pernah menghitung panjangnya abrasi di pantai utara Kabupaten
Tegal, namun demikian beberapa upaya telah dilaksanakan
untuk mencegah terjadinya abrasi dengan adanya kegiatan
penanaman mangrove pada tahun 2010, 2011 dari dana APBD
Kabupaten Tegal dan Tahun 2012 dari dana APBD Provinsi Jawa
Tengah, serta pembangunan groin dan bronjong dari dana DAK.
Indikator kinerja berupa peningkatan luasan hutan mangrove
dihitung dari kegiatan penanaman mangrove. SKPD yang
melaksanakan kegiatan penanaman mangrove adalah Dinas
Kelautan Perikanan Peternakan, Badan Lingkungan Hidup, dan
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan tapi tidak ada
sinergi antar SKPD dalam penentuan lokasi sasaran dan waktu
pelaksanaan. Sebagai salah satu bentuk nyata Gotong Royong
penghijaun Hutan Mangrove juga dilaksanakan oleh Perusahaan
Swasta dalam kegiatan CSR-nya, misalnya Bank Mandiri
menanam cemara laut di Pantai Munjungagung. Luasan eksisting
mangrove pada Tahun 2009 adalah 105 hektar. Penambahan
perluasan hutan mangrove setiap tahun diperkirakan seluas 2
hektar, di pantai utara Kabupaten Tegal. Setiap Tahun Dinas
Kelautan Perikanan dan Peternakan melaksanakan kegiatan
rehabilitasi dan perluasan penanaman mangrove sebanyak
20000 batang atau untuk rehabilitasi hutan mangrove seluas 10
hektar, Badan Lingkungan Hidup pada Tahun 2012 melaksanakan


25

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
kegiatan penghijauan pantai dengan penanaman mangrove
sebanyak 80000 batang atau untuk luasan 40 hektar dan Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan melaksanakan
penanaman mangrove sebanyak 225000 batang untuk
rehabilitasi dan perluasan hutan mangrove seluas 105 hektar.
Alokasi anggaran hanya untuk penanaman, tetapi tidak untuk
perawatan, sehingga dimungkinkan banyak tanaman yang tidak
dapat tumbuh dengan baik.
Jumlah kelompok peduli ekosistem pesisir (Pokmaswas) sampai
dengan Tahun 2012 sejumlah 9 kelompok. Perlu upaya dari Dinas
Kelautan Perikanan dan peternakan untuk menginisiasi
pembentukan Pokmaswas baru dan juga melakukan pembinaan
yang intensif terhadap Pokmaswas yang sudah terbentuk.
Data kawasan konservasi laut daerah dari Dinas Kelautan
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal sampai dengan saat
ini belum pernah menghitung / mengukur pertumbuhan
terumbu karang karena belum ada sarana dan prasarana; namun
demikian sudah ada kegiatan penanaman terumbu karang pada
Tahun 2012 sebanyak 40 unit di Karang Jeruk.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terpulihkann
ya kerusakan
DAS
a. Berkurangnya lahan
kritis
Ha. - - - - 700 10.800 8.136
b. Bertambahnya luas
hutan rakyat:
Ha. 120 240 360 480 600 Swadaya
7.029
Pembang
unan
4.480
Swadaya
7.029
Pembangu
nan
6.930

Terpulihkann
ya kerusakan
hutan
a. Luas reboisasi Ha 200 200 200 200 200 531,3 373,4 N/A
b. Bertambahnya luas
hutan kota
Ha 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Taman Kota: 2008:
14.445 m
2





26

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Pencapaian target kinerja sasaran terpulihkannya kerusakan
Daerah Aliran Sungai (DAS)dan terpulihkannya kerusakan hutan
melalui implementasi Program Daerah Rehabilitasi daerah
tangkapan sungai; program peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan DAS; peningkatan pelibatan masyarakat
dalam pengelolaan hutan dan reboisasi hutan. Program Daerah
tersebut dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum; Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan; dan Badan Lingkungan
Hidup serta Bappeda, melalui program-program pengembangan,
pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumberdaya
lainnya; pemanfaatan potensi sumber daya hutan; rehabilitasi
hutan dan lahan; dan lainnya.
Inidkator kinerja berkurangnya luas lahan kritis dapat dilihat dari
luas lahan kritis di Kabupaten Tegal yang mengacu pada Data
Spasial Lahan Kritis 2009 BPDAS Pemali Jratun yaitu: (1) sangat
kritis: 0 ha, (2) kritis: 270,15 ha, (3) Agak kritis 2.229,20 ha, dan
(4) potensial kritis: 8.300,87 ha. Total adalah 10.800,22 ha.
Upaya-upaya yang telah dilakukan setiap tahun untuk
mengurangi lahan kritis adalah dengan kegiatan vegetatif
(pembuatan hutan rakyat, penghijauan lingkungan, penghijauan
kanan-kiri sungai) dan kegiatan sipil teknis (pembuatan dam
penahan, gully plug, dan sumur resapan). Dari berbagai upaya
tersebut telah mengurangi luas lahan kritis seluas 1.664 hektar
dari 10.800 hektar menjadi 8.136 hektar.
Indikator kinerja bertambah luasnya hutan rakyat dilihat dari
bertambah luasnya hutan rakyat swadaya dan hutan rakyat
pembangunan. Hutan rakyat swadaya sampai dengan Tahun
2012 seluas 7.029 hektar, sedangkan luas hutan pembangunan
bertambah dari 4.480 hektar pada Tahun 2011 menjadi 6.930
hektar pada Tahun 2012 atau bertambah seluas 2.450 hektar,
melebihi target penambahan setiap tahun yang ditetapkan
dalam RPJMD.
Target kinerja sasaran terpulihkannya kerusakan hutan,
pencapaiannya ditunjukkan melalui luasan reboisasi yang
melebihi target tiap tahun dalam RPJMD yang setiap tahun 200
hektar, dimana luasan reboisasi pada Tahun 2010 seluas 531,3
hektar dan reboisasi pada Tahun 2011 seluas 374,4 hektar.
Adapun target indikator kinerja berupa luasan hutan kota di
Kabupaten Tegal sampai dengan Tahun 2012 belum terealisasi.
Hutan kota adalah hutan yang berada di wilayah perkotaan
dengan luas minimal 0,25 ha dan telah mendapat penetapan
oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Sampai
dengan tahun 2012, di Kabupaten Tegal belum ada lokasi yang
ditetapkan sebagai hutan kota. Pada Tahun 2009 luas hutan kota
di Kota Slawi 10.303 m2,. Luas Kota Slawi adalah 1.389 ha,
ketentuan luas hotan kota adalah 20 % dari luas kota, atau
sekitar 2.778.000 m
2
, masih jauh dari target yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan. Dengan demikian perlu
upaya yang lebih serius dari pihak terkait, untuk membuat
langkah-langkah kebijakan strategis untuk pemenuhan luasan
hutan kota di Kota Slawi.



27

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Meningkatny
a kapasitas
ekonomi
masyarakat
miskin/keseja
hteraan
masyarakat
a. Persentase penduduk
di bawah garis
kemiskinan
% 17,17 16,63 16,09 15,54 15,00 13,11 11,54
b. Ketimpangan
kemakmuran (Ginni
Ratio)
- < 0,27 < 0,27 < 0,27 < 0,27 < 0,27 0,3016 0,2824
c. Pertumbuhan
ekonomi (PDRB atas
dasar harga konstan)
% 5 5 5 5 5 4,83 4,81
d. PDRB per kapita
(harga berlaku)
Rp. 4.416.607 4.863.526 5.355.668 5.897.611 6.494.393 5.689.566 6.283.464
e. Laju inflasi % 7 s.d. 8 7 s.d. 8 7 s.d. 8 7 s.d. 8 7 s.d. 8 6,44 2,74 4,13
f. Pola konsumsi pangan
masyarakat
(2008 :1982,66)
Kkal/kap
/hr
1.984,64 1.986,62 1.988,60 1.990,58 1.992,57 2,75 2,75
g. Terbentuknya
Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat
(LDPM) (2009 : 2
kelompok)
Lembag
a
5 9 13 18 23 5 5
h. Persentase konsumsi
RT untuk non pangan
% 36 37 38 39 40
i. Nilai tukar petani
(perbandingan faktor
produksi dengan
produk)
% >100 >100 >100 >100 >100 104,56 108,64 112,30
j. Rasio ketergantungan % 50 s.d. 52 50 s.d. 52 50 s.d. 52 50 s.d. 52 50 s.d. 52


28

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
k. Proporsi penyandang
PMKS terhadap
jumlah penduduk

orang
85,213 81,175 72,000 61,000 52,000 57 57

Pencapaian target kinerja sasaran meningkatnya kapasitas
ekonomi masyarakat miskin/kesejahteraan masyarakat terdiri
dari 11 indikator kinerja yang menggambarkan kondisi
perekonomian makro di Kabupaten Tegal. Secara umum, kondisi
makro ekonomi di Kabupaten Tegal bisa dikatakan stabil dan
tidak buruk, tetapi juga tidak luar biasa.
Prosentase penduduk Kabupaten Tegal yang berada di bawah
garis kemiskinan relatif kecil dan berhasil memenuhi target
kinerja yang ditetapkan. Kinerja Kabupaten Tegal tentang hal ini
bahkan sangat baik, dan laju penurunan prosentase penduduk
miskin merupakan yang terbaik dari seluruh kabupaten/kota di
Jawa Tengah. Hal ini harus terus dipertahankan, dan untuk itu
diperlukan sinergi antar pelaku pembangunan yang baik.
Masyarakat harus dilibatkan sebagai subyek pembangunan dan
bukan hanya obyek pembangunan. Pada dasaranya, indikator
kinerja ini merupakan muara dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Kabupaten Tegal. Kegiatan yang dapat secara
langsung mengurangi jumlah penduduk miskin akan didukung
oleh kegiatan-kegiatan lain yang tidak secara langsung
mengurangi prosentase jumlah penduduk miskin, dan bermuara
pada target akhir yang ditetapkan.
Di sisi lain, angka ketimpangan pendapatan (Koefisien Gini)
melampaui target yang ditetapkan. Koefisien Gini adalah
koefisien yang digunakan untuk mengukur ketimpangan secara
agregat dengan rentang angka antara 0 (kemerataan sempurna)
dan 1 (ketimpangan sempurna). Semakin besar angka indeks
berarti semakin besar pula ketimpangan yang ada. Katagorisasi
koefisien Gini biasanya dibagi dalam tiga kelompok yaitu
ketimpangan rendah (0,20 0,35), ketimpangan sedang (0,36
0,49), dan ketimpangan tinggi (0,50 0,70). Menurut katagori
tersebut, ketimpangan pendapatan di Kabupaten Tegal relatif
rendah. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah nilai
koefisien masih lebih tinggi daripada target, yang
mengindikasikan bahwa kinerja Kabupaten Tegal belum dapat
mencapai target yang ditetapkan. Selain itu, tren dari tahun 2000
menunjukkan bahwa nilai Koefisien Gini cenderung meningkat,
yang berarti bahwa ketimpangan pendapatan di Kabupaten
Tegal cenderung mengalami peningkatan.
Pertumbuhan PDRB (pertumbuhan ekonomi) juga belum
memenuhi target yang ditetapkan. Meskipun target kinerja
relatif moderat (5%, lebih rendah daripada target pertumbuhan
nasional yang > 6%), namun kinerja Kabupaten Tegal belum


29

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
dapat memenuhi target, meskipun masih positif. Untuk itu,
diperlukan usaha-usaha untuk mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Tegal. Hal yang perlu mendapat perhatian
adalah usaha untuk mewujudkan hal tersebut tidak boleh
mengorbankan kualitas lingkungan hidup, mengingat
pertumbuhan ekonomi biasanya berkorelasi negatif dengan
kualitas lingkungan. Tugas utama Pemerintah adalah mengatur
dan mengarahkan perekonomian agar tidak menjadi tak
terkontrol dan sebagai regulator untuk mencegah monopoli,
menjamin keamanan berusaha dan iklim berinvestasi, serta
memastikan bahwa aturan hukum diterapkan secara konsisten.
Caranya adalah dengan mengeluarkan regulasi yang berpihak
pada masyarakat; pro poor, pro growth, dan pro job. Perda yang
ada harus berkualitas tanpa ada agenda tersembunyi, serta
dapat dipertanggungjawabkan. Memang sulit karena kebijakan
publik seringkali merupakan ajang pertarungan politik (dan bila
perekonomian diurus oleh politikus, hampir dapat dipastikan
yang akan terjadi adalah transaksi kepentingan jangka pendek),
tetapi para pengambil kebijakan selayaknya mengesampingkan
ego politik demi kesinambungan pembangunan Kabupaten Tegal.
Di sisi lain, kebijakan fiskal harus juga berpihak pada masyarakat.
Kegiatan dalam APBD harus mempunyai daya ungkit yang besar
(untuk ini, hasil studi Input-Output pada Bappeda bisa menjadi
patokan dalam penentuan kegiatan yang dilaksanakan
Pemerintah Kabupaten Tegal). Juga, Pemkab dapat melakukan
intervensi dan terobosan-terobosan untuk mengungkit
perekonomian; contohnya adalah menganggarkan dana talangan
untuk menanggulangi gagal panen, menganggarkan subsidi
untuk budaya khas tegal seperti batik tegalan agar tidak punah,
menggalakkan pemakaian bahan lokal Tegal untuk pengadaan
kegiatan (seperti mebel, batik, dan peralatan pertanian), dan
memberikan subsidi pada investor yang menanamkan modal
(seperti penalangan pajak selama periode waktu tertentu,
penyediaan tanah dengan hak sewa bagi investor yang
menanamkan modal, lobi penyediaan energi pada PLN dan
Pertamina, serta penyediaan prasarana penunjang). Intinya,
Pemkab dapat berposisi sebagai pelaku pasar dalam keadaan
yang memaksa. Yang perlu diingat adalah kebijakan tersebut
tidak boleh menghasilkan defisit yang justru menjadikan kondisi
keuangan Pemkab tidak sehat. Kebijakan Kementerian Keuangan
yang membatasi maksimal defisit anggaran APBD sebesar 5%
merupakan rem untuk mencegah bangkrutnya pemerintah.
PDRB perkapita (harga berlaku) sudah memenuhi target yang
ditetapkan. Tetapi, target kinerja PDRB perkapita seharusnya
tidak menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku. Penentuan
target atas dasar harga berlaku berarti memasukkan inflasi
dalam prediksi; suatu hal yang sangat tidak mudah dilakukan.
Target kinerja akan lebih tepat sasaran jika ditetapkan dengan
berdasar harga konstan, karena sudah bebas dari inflasi dan
dapat memotret tren produktivas masyarakat berdasarkan
waktu. Mempertimbangkan hal tersebut, indikator kinerja PDRB
perkapita atas dasar harga berlaku pada RPJMD 2009-2014 ini
kurang dapat memotret kinerja Kabupaten Tegal secara
keseluruhan.
Laju inflasi di Kabupaten Tegal relatif rendah dan dapat
memenuhi target yang ditetapkan. Secara umum, inflasi bahkan
mengalami penurunan. Inflasi seringkali berbanding lurus


30

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
pesat mempunyai konsekuensi meningkatnya permintaan
barang, jasa, dan tenaga manusia serta perputaran uang yang
bermuara pada meningkatnya inflasi. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tegal yang kurang begitu tinggi bermuara pada inflasi
yang juga relatif rendah. Tujuan akhir yang diinginkan bukanlah
zero inflation (atau bahkan deflasi), tetapi inflasi yang terkendali
dan tidak terlalu tinggi, yang lebih rendah daripada
pertumbuhan ekonomi, dan menjadikan harga komoditi masih
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Pola konsumsi masyarakat sudah berhasil memenuhi target yang
ditetapkan yang mengindikasikan bahwa pemenuhan kebutuhan
pokok masyarakat sudah dapat terpenuhi. Penentuan target
kinerja pada RPJMD akan lebih ideal jika minimal konsumsi kalori
adalah 2.000 Kkal/kap/hari sesuai dengan standar kesehatan.
Target sebesar tersebut tidak terpaut jauh dengan kinerja pada
tahun 2011 dan kemungkinan akan bisa tercapai di tahun
mendatang.
Indikator selanjutnya yaitu terbentuknya Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM) belum berhasil melampaui target
yang telah ditetapkan. Meskipun tiap tahun jumlah LDPM
bertambah, namun belum berhasil memenuhi target. LDPM
merupakan lembaga yang didirikan untuk menjamin ketanahan
pangan masyarakat, yang langsung berhubungan langsung
dengan masyarakat. Diperlukan usaha lebih keras lagi untuk
mencapai taret kinerja dan mempertahankan LDPM yang telah
berfungsi.
Persentase konsumsi RT untuk non pangan juga belum dapat
mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, yang
mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil pendapatan yang
digunakan untuk konsumsi non pangan. Secara ekonomi, ini
berarti pengeluaran rumah tangga masyarakat Kabupaten Tegal
sudah tersita untuk memenuhi kebutuhan pangan saja.
Diperlukan usaha keras untuk menambah penghasilan
masyarakat.
Indikator nilai tukar petani (perbandingan faktor produksi
dengan produk) sudah dapat melampaui target yang ditetapkan,
yaitu > 100. Hal ini berarti modal petani yang digunakan untuk
menanam dapat dilampaui oleh hasil jual produk pertanian;
dalam bahasa awam adalah petani memperoleh laba. Hanya saja,
pengukuran indikator ini dilakukan secara global, dalam artian
mencakup petani dengan luasan tanah luas hingga petani gurem
dan diambil nilai rata-rata yang ada. Proses ini kurang
berkeadilan mengingat sebagian besar petani merupakan petani
gurem yang memiliki luasan lahan < 0,25 ha. Akan lebih baik jika
angka nilai tukar petani diukur menggunakan median, tetapi hal
ini akan sangat sulit dilakukan.
Selanjutnya, rasio ketergantungan di Kabupaten Tegal tidak
berhasil memenuhi target, bahkan angkanya meningkat pada
tahun 2011. Rasio ketergantungan menggambarkan jumlah
keseluruhan orang yang ditanggung kebutuhannya oleh orang
yang bekerja. Semakin tinggi rasio, berarti semakin banyak
proporsi orang yang ditanggung; bisa disebabkan oleh
bertambahnya jumlah masyarakat atau berkurangnya jumlah
orang yang bekerja. Untuk memperkecil rasio ini, dibutuhkan


31

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
akselerasi kegiatan terutama yang bersifat padat karya sehingga
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak dan
penarikan investor untu berinvetasi di Kabupaten Tegal yang
akan menyerap tenaga kerja atau lapangan kerja bertambah.
Indikator terakhir yaitu proporsi penyandang PMKS terhadap
jumlah penduduk sudah memenuhi target pada tahun 2011.
Hanya saja, jika memperhitungkan tren yang terjadi, maka
kinerja Kabupaten Tegal dilihat dari indikator ini tidak akan
tercapai pada tahun mendatang. Dibutuhkan usaha yang keras
untuk mengakselerasi penurunan proporsi penyandang PMKS
terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Tegal.
2.1.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas Ekonomi
Kerakyatan adalah:
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di
Kabupaten Tegal masih perlu mendapatkan perhatian
mengingat target sampai dengan Tahun 2014 masih belum
tercapai.
2. Rencana pemindahan dan pembangunan Terminal Slawi di
lahan yang sudah tersedia di Desa Dukuhsalam sampai
dengan Tahun 2012 belum juga terealisasi, serta Terminal
Adiwerna belum termanfaatkan sebagaimana mestinya.
3. Daya serap tenaga kerja dan angka partisipasi angkatan
kerja masih dibawah target capaian dalam RPJMD,
walaupun setiap tahun mengalami peningkatan.
4. Jumlah wisatawan nusantara masih jauh dibawah target
yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal.
5. Unit usaha tambang kapur di Kecamatan Margasari masih
banyak yang masuk dalam kategori tidak ramah lingkungan.
6. Masih kurang terbangunnya Klaster industri kreatif di
Kabupaten Tegal, baik inisiasi produk kreatif, akses rantai
ekonomi dan fasilitasi pasar.
7. Permasalahan kerusakan pesisir pantai utara Kabupaten
Tegal terjadi baik akibat faktor manusia yang kurang bijak
dalam mengelola ekosistem (perusakan dan alih fungsi)
maupun karena faktor alam (arus, gelombang, angkutan
sedimen). Selain masalah tersebut, di wilayah pesisir juga
terjadi fenomena tanah timbul (akresi) yang perlu dikelola
secara tepat agar tidak merugikan lingkungan sekitar.
8. Luas hutan kota di wilayah perkotaan Kabupaten Tegal
masih kurang dari aturan jumlah luasan hutan kota yang
semestinya ada.
9. Permasalahan ekonomi secara makro adalah ketimpangan
pendapatan mengalami tren menaik dari tahun 2000-2010
dan pertumbuhan ekonomi selalu di bawah target.
2.1.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Perbaikan dan pemeliharaan jalan untuk menunjang akses-
akses ekonomi baik di daerah perkotaan maupun pedesaan
perlu mendapat prioritas penganggaran.
2. Penawaran investasi pembangunan dan pengelolaan
Terminal Slawi perlu terus diupayakan. Segera direalisasi
pemanfaatan dan pengelolaan Terminal Adiwerna sesuai
peruntukkan dan perencanaan awal. Perlu pula disiapkan


32

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
konsep penganggaran multi years untuk mengantisipasi jika
penawaran investasi tidak terjadi, karena daya tarik
membangun terminal rendah.
3. Peningkatan daya serap tenaga kerja perlu diupayakan
dengan upaya membangun iklim investasi yang kondusif dan
perlu upaya lebih realistis misalnya penyediaan lahan
dengan akses infrastruktur yang memadai untuk lingkungan
industri.
4. Kelengkapan sarana prasarana wisata, variasi atraksi wisata
dan akses jalan menuju obyek wisata menjadi rekomendasi
yang perlu ditindaklanjuti baik oleh pengelola obyek wisata
maupun Instansi lain yang terkait di Kabupaten Tegal dalam
rangka peningkatan jumlah pengunjung / wisatawan
nusantara. Jalin komunikasi dan kerjasama dengan Asosiasi
Biro Perjalanan Wisata, karena merupakan salah satu mata
rantai dalam mengelola wisata. Selain itu juga adanya
wacana kerjasama pengelolaan obyek wisata dengan Pihak
Ketiga perlu didiskusikan dan dibahas secara serius, dengan
harapan obyek wisata dapat dikelola secara profesional dan
menghasilkan pendapatan asli daerah yang lebih tinggi.
5. Untuk pembenahan sistem produksi yang ramah lingkungan
untuk industri kapur di Kecamatan Margasari, perlu upaya
fasilitasi bantuan atau mengingat mahalnya biaya
pembuatan tobong, maka perlu kebijakan pemberian
insentif kepada pelaku usaha yang mau menggunakan
tobong ramah lingkungan.
6. Klaster industri kreatif masih mengandalkan pendampingan
pada Klaster Batik, upaya pencarian produk kreatif baru
sudah diupayakan melalui kegiatan Kreanova yang
dilaksanakan oleh Bappeda, namun demikian masih perlu
pendampingan secara khusus agar produk yang diciptakan
dapat mempunyai nilai ekonomi yang pada akhirnya bisa
terbangun klaster industri kreatif yang baru.
7. Pembentukan dan pembinaan Pokmaswas perlu terus
dilakukan oleh Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan,
mengingat pentingnya peran masyarakat dalam menjaga
dan memelihara ekosistem pesisir.
8. Implementasi dari Perencanaan Tata Ruang Kota Slawi perlu
perhatian dan dukungan dari pengambil kebijakan dan
semua pengampu kepentingan di Kota Slawi dalam upaya
realisasi penyediaan ruang ruang untuk hutan kota,
utamanya melalui pengadaan lahan maupun pemanfaatan
lahan milik Pemerintah Kabupaten Tegal.
9. Untuk mempertajam analisis dalam menyusun strategi
dalam mengatasi ketimpangan pendapatan perlu
menggunakan instrumen berupa indikator ketimpangan
wilayah (Indeks Williamson) untuk menjadi pelengkap
indikator ketimpangan pendapatan (Koefisien Gini).








33

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAB II.2 PRIORITAS 2
PENDIDIKAN
2.2.1. PENGANTAR
Misi Keempat dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah Meningkatkan budaya belajar yang didukung oleh
fasilitas pendidikan yang berkualitas, terjangkau, dan merata
bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan adalah investasi
sumberdaya manusia dalam jangka panjang, yang baru dapat
dirasakan 20 tahun ke depan. Pemerintah Pusat telah
mengambil kebijakan bahwa pendidikan merupakan hal yang
menjadi landasan pembangunan, dan mengalokasikan dana
pembangunan minimal 20% untuk mendukung pendidikan. Teori
ekonomi mengemukakan bahwa investasi dalam pendidikan
akan mengurangi pendapatan selama sekitar 5 tahun awal,
tetapi akan meningkatkan pendapatan obyek pendidikan
sehingga melebihi (dan dapat menutup) investasi awal yang
telah ditanamkan. Dalam kalimat sederhana, pendidikan akan
dapat meningkatkan produktivitas masyarakat. Misi keempat ini
adalah upaya untuk mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan
merupakan fondasi utama untuk menuju kehidupan yang lebih
baik, peningkatan kesejahteraan, dan modal utama melepaskan
diri dari kemiskinan. Prinsip terpenting yang perlu mendapat
perhatian adalah menciptakan sebuah kultur belajar yang akan
menjadi dasar kehidupan berprestasi. Untuk itulah, proses
menjadikan (be coming) berprestasi sebagai tuntutan dalam
konteks pembelajaran diri yang terus-menerus. Untuk itu
diperlukan kebijakan yang antara lain diharapkan dapat
menstimulasi:
a. Diteruskannya program keterbukaan akses sebesar-
besarnya bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan
melalui program pendidikan terjangkau.
b. Fasilitasi tumbuhkembangnya lembaga pendidikan formal,
informal, dan nonformal yang bertujuan menciptakan
sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif dan berdaya
guna.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam lingkup
Kabupaten Tegal, Pemerintah Kabupaten Tegal tidak hanya
memperhatikan pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah
negeri saja, tetapi juga pendidikan yang dilaksanakan oleh
sekolah swasta (pendidikan formal), pendidikan non formal
(seperti kursus keterampilan), dan pendidikan informal (misalnya
pendidikan budi pekerti dalam keluarga dan masyarakat).
Untuk menjabarkan Prioritas Pendidikan, ditentukan sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran tercapainya kualitas pendidikan
merupakan sasaran yang langsung menjabarkan prioritas
dimaksud, sedangkan beberapa sasaran lain yang tidak terkait
secara langsung adalah terlaksananya TIK kependidikan,
meningkatnya aktivitas litbang pemerintah, tumbuhnya
budaya litbang masyarakat, dan berkembangnya pengetahuan
tradisional.


34

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Selanjutnya, sasaran dijabarkan dalam program RPJMD. Program
Daerah yang secara langsung mendukung prioritas pendidikan
adalah Penuntasan pendidikan dasar, Pembinaan potensi unggul
generasi muda, Peningkatan budaya belajar (life long learning,
minta baca), dan Pelibatan masyarakat peduli pendidikan,
sedangkan Program Daerah yang tidak secara langsung
mendukung Prioritas Pendidikan adalah Penerapan manajemen
pendidikan berbasis TIK, Peningkatan kapasitas lembaga litbang,
Kerjasama antar lembaga litbang, Publikasi hasil litbang,
Penumbuhan kegiatan litbang masyarakat, Apresiasi dan
pemanfaatan hasil litbang, dan Identifikasi pengetahuan
tradisional.

2.2.2. PENCAPAIAN PRIORITAS PENDIDIKAN
SASARAN
SATU
AN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERC
APAI
PERLU
USAHA
KERAS
Tumbuhnya
budaya Litbang
masyarakat
a. Jumlah kelompok/lembaga
Litbang masyarakat
Kelom
pok
2 3 4 5 6 N/A N/A N/A
b. Jumlah hasil kajian
masyarakat yang
terpublikasikan
Paket 5 5 5 5 5 N/A N/A N/A
c. Partisipasi masyarakat
dalam kreanova
Thema 25 25 25 25 25 40 33 45

Sasaran tumbuhnya budaya litbang masyarakat terdiri dari 3
indikator kinerja. Dari 3 indikator, hanya ada 1 indikator yang
dapat diukur kinerjanya. Dua indikator yaitu jumlah
kelompok/lembaga litbang masyarakat dan jumlah hasil kajian
masyarakat yang terpublikasikan tidak terukur karena tidak ada
data yang tersedia. Pada dasarnya, kedua indikator tersebut
telah berjalan di masyarakat; hanya saja tidak ada data yang
valid yang dapat meng-cover indikator bersangkutan. Diperlukan
usaha yang keras untuk menggali basis data mengenai kelompok
litbang di masyarakat dan hasil kajian masyarakat yang
terpublikasikan.
Sementara, partisipasi masyarakat dalam kreanova selalu
melebihi target kinerja, meskipun sempat turun pada tahun 2011.
Kreanova merupakan kegiatan resmi tahunan di Bappeda
Kabupaten Tegal yang berusaha untuk menghimpun kreasi dan
inovasi yang ada pada masyarakat (melalui lomba kreanova) dan


35

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
mengaplikasikannya. Peminat lomba kreanova relatif tinggi pada
tiap tahun pelaksanaan, dan hal ini harus dipertahankan dan jika
memungkinkan dapat ditingkatkan.

SASARAN
SATU
AN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERC
APAI
PERLU
USAHA
KERAS
Tercapainya
kualitas
pendidikan
a. Angka melek huruf % 94,60 95,20 95,80 96,30 96,90 94,60 95,53 95,68
b. Angka rata-rata lama
sekolah
Tahun 6,61 6,70 6,80 6,90 7,00 6,61 6,73 6,84
c.



Angka partisipasi murni %
SD/MI 98,8 99,4 99,8 100 100 98,8 97,12 97,43
SMP/MTs 56,12 56,93 58,73 59,01 60,68 76,12 76,92 78,12
SMA/MA/SMK 49 50,3 51,6 52,9 54,2 49,23 50,22 53,16
d.



Angka partisipasi kasar %
SD/MI 109,43 109,75 110,19 110,73 111,39 109,20 107,90 109,71
SMP/MTs 97,2 97,91 98,91 99,05 100 97,25 97,51 97,86
SMA/MA/SMK 59,77 60,82 60,77 61,82 61,77 59,79 60,11 60,54
e. Angka partisipasi sekolah
dasar
92,7 94,74 96,74 98,74 100 98,36 98,39 98,42
f.







Jumlah perpustakaan Unit
Jml perpustakaan daerah 1 1 2 2 3 1 1 1
Jml perpustakaan khusus
(SKPD)
15 24 33 42 51 9 9 9
Jml perustakaan tempat
ibadah
13 16 19 22 25 4 5 5
Jml perpustakaan desa/kel. 30 48 66 84 102 11 28 34
Jml Perpustakaan Keliling 2 3 4 4 4 1 1 1


36

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATU
AN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERC
APAI
PERLU
USAHA
KERAS

Perpustakaan Silang
Terpadu
6 11 16 21 26 1 1 1
Jml perpustakaan sekolah 414 414 414
Jml perpustakaan
perguruan tinggi
6 6 6 6 6 3 3 3
g. Pustakawan 1 1 3 7 15 5 5 5
h. Anggota Perpustakaan 5.971 6.271 6.871 7.471 7.571 8.271 6.519 6.785 7.186
i.

Jumlah pengunjung
perpustakaan per hari
Orang
(200)
200 250 500 600 700 50 20 33
Jumlah pengunjung
perpustakaan keliling per
hari
100 225 375 500 500 525 8 11 12

Sasaran tercapainya kualitas pendidikan terdiri dari 9 indikator
kinerja. Sumber data dari kesembilan indikator kinerja tersebut
adalah Dinas Dikpora (indikator a-e) dan Kantor Perpusarda
(indikator f-i). Secara umum, penentuan indikator kinerja akan
lebih baik jika memasukkan indikator kesetaraan gender dalam
pendidikan. Pada lingkup nasional hal ini sudah diakomodir,
sedangkan pada RPJMD Kabupaten Tegal 2009-2014 belum
dimasukkan sebagai salahsatu indikator kinerja.
Data yang bersumber dari DInas Dikpora adalah data yang
dihimpun dari Laporan Individu Sekolah yang dikompilasi oleh
UPTD Kecamatan. Beberapa data memiliki perbedaan dengan
data BPS; hal ini karena laporan Dinas Dikpora bersifat real time
dan tidak menggunakan sampel (sedangkan BPS menggunakan
sampel). Di satu sisi, hal ini akan meningkatkan validitas data
untuk memotret kondisi eksisting yang ada; sedangkan di sisi lain
data yang diperoleh akan menjadi tidak bemanfaat (bahkan
dapat menimbulkan misinterpretasi) jika kompetensi pengambil
data diragukan.
Kinerja Pemerintah Kabupaten Tegal tentang angka melek huruf
(AMH) pada tahun 2012 tidak memenuhi target meskipun
kinerja pada tahun 2010 dan 2011 telah berhasil memenuhi
target. Hal ini mayoritas disebabkan oleh adanya beberapa orang


37

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
yang dulunya menjadi target pemberantasan buta huruf (dan
akhirnya berhasil melek huruf), tetapi kemudian menjadi buta
huruf lagi. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada orang lanjut usia
yang jarang mempergunakan kemampuan baca-tulis sehingga
menjadi lupa untuk menggunakannya lagi. Untuk mengatasi
masalah buta huruf di Kabupaten Tegal, telah dilakukan
beberapa usaha yaitu kejar paket (pendidikan setara SD, SMP,
dan SMA), gerakan desa tuntas buta aksara yang melibatkan
tokoh agama, kerjasama dengan perguruan tinggi dalam bentuk
KKN Tematik, pemberdayaan taman baca masyarakat yang
dikelola oleh masyarakat, dan optimalisasi fungsi perpustakaan
daerah yang dikelola oleh pemerintah. Di sisi lain, dibutuhkan
juga kegiatan penyuluhan keaksaraan fungsional. Jika
pemberantasan buta huruf hanya menyasar masyarakat yang
belum bisa baca-tulis, maka penyuluhan keaksaraan fungsional
mendidik masyarakat untuk memahami simbol-simbol dan
tanda-tanda yang mengatur ketertiban masyarakat; sebagai
contoh adalah ketika ada lampu lalulintas berwarna merah,
maka tidak boleh menyerobot.
Berkenaan dengan indikator angka rata-rata lama sekolah,
terdapat perbedaan standar perhitungan antara BPS dengan
Dinas Dikpora. Metode perhitungan menurut BPS adalah rata-
rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun
ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani, dan angka rata-rata lama sekolah pada tahun
2012 adalah 6,6. Sementara, perhitungan berdasar Dinas
Dikpora adalah jumlah anak yang mampu menyelesaikan
pendidikan dari kelas 1 hingga kelas 5 SD / jumlah anak yang
bersekolah dari kelas 1 SD. Penghitungan dilakukan dengan
mempergunakan metode Cohort. Angka yang didapat
merupakan rasio; minimal 0 dan maksimal 10. Pada dasarnya,
indeks ini adalah indeks bertahan (dan bukan angka rata-rata
lama sekolah), tetapi perhitungan di Dinas Dikpora hanya
mengenal indeks yang bersangkutan sehingga digunakan untuk
mengukur capaian kinerja rata-rata lama sekolah.
Beberapa sebab putus sekolah adalah masalah ekonomi
(membantu orangtua bekerja), akses sekolah yang sulit dicapai,
pola pikir orangtua yang menganggap bahwa setelah anaknya
bisa baca tulis maka sudah cukup masa bersekolahnya, dan
malas bersekolah. Untuk meningkatkan angka lama sekolah,
telah dilakukan beberapa program diantaranya adalah beasiswa
prestasi, beasiswa miskin, bantuan dana BOS (seragam, sepatu,
dan transportasi), dan pendekatan sosial (merubah pola pikir
masyarakat mengenai pentingnya sekolah).
Beberapa pertanyaan yang muncul mengenai capaian kinerja
rata-rata lama sekolah versi Dinas Dikpora (yaitu angka
bertahan) adalah komponen penghitungan; kenapa hanya
menghitung lama sekolah antara kelas 1-5 SD, sedangkan
program nasional adalah wajar dikdas 9 tahun. Secara logika,
perhitungan angka bertahan seharusnya dilakukan antara kelas 1
SD hingga kelas 3 SMP. Berdasarkan penjelasan dari DInas
Dikpora, standar penghitungan (yang hanya 5 tahun) adalah
standar yang sudah ditetapkan dari Pusat, dan semua
Kabupaten/Kota hanya mengikuti ketentuan yang ada. Indikator
ini merupakan salahsatu indikator MDGs di bidang pendidikan
yang dikenal dengan nama survival rate (Kemendiknas


38

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
menggunakan nama angka bertahan) kelas 5, dan digunakan
untuk mengukur keberhasilan sistem pendidikan yang dapat
mengantar murid naik dari satu kelas ke kelas berikutnya.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pada dasarnya angka
rata-rata lama sekolah dan angka bertahan adalah dua
indikator yang berbeda, yang pada dasarnya dapat saling
melengkapi. Hanya saja, terdapat miskomunikasi sehingga Dinas
Dikpora menggunakan angka bertahan sebagai pengisi data
angka rata-rata lama sekolah. Hal ini karena publikasi data
resmi yang dimiliki Dinas Dikpora adalah angka bertahan,
sedangkan angka rata-rata lama sekolah dipublikasikan oleh
BPS.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah jika demikian
standar yang ditentukan oleh Pusat, apakah pengukuran
indikator bisa diperpanjang dari 5 tahun menjadi 10 tahun untuk
mengakomodir wajar dikdas 9 tahun. Seharusnya hal ini dapat
dilakukan, karena data yang dipakai untuk melakukan
perhitungan adalah data yang bersumber dari Laporan Individu
Sekolah. Penjelasan lanjut yang diberikan Dinas Dikpora adalah
hal itu membutuhkan tambahan dana, sehingga sulit untuk
dilaksanakan.
Indikator selanjutnya, angka partisipasi murni (APM), dianggap
tidak perlu masuk dalam indikator kinerja karena lebih cocok
ketika digunakan sebagai potret kondisi eksisting, tetapi kurang
tepat jika digunakan sebagai penilaian kinerja. Nilai APM bisa
bias karena ada anak sebelum umur minimal yang sudah masuk
sekolah, ada anak setelah umur maksimal yang masih bersekolah,
dan ada anak yang pindah sekolah dari daerah satu ke daerah
lain. Hal ini menjadi polemik karena berdasarkan BPS, APM
justru dianggap sebagai indikator yang lebih baik daripada APK
karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar
di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.
Dengan mempertimbangkan bahwa APM juga merupakan
indikator kinerja dalam pemenuhan target MDGs, maka
sebaiknya APM tetap digunakan sebagai indikator kinerja dalam
evaluasi RPJMD Kabupaten Tegal.
Selanjutnya, angka partisipasi kasar (APK) dirasa lebih dapat
dipakai sebagai instrumen penilaian kinerja. Angka mengulang
dan angka putus sekolah juga dapat dipakai sebagai indikator.
Target APK untuk SD minimal 100, sedangkan SMP minimal 95.
Kondisi suatu daerah dianggap wajar apabila APM < angka
partisipasi sekolah < APK.
Sementara itu, indikator kinerja f i merupakan indikator yang
ada pada Kantor Perpusarda. Dalam penentuan indikator, jumlah
taman bacaan masyarakat (TBM) juga dapat dimasukkan dalam
indeks pengukuran kinerja, selain jumlah perpusda. Secara
umum, jumlah perpustakaan di Kabupaten Tegal masih belum
memenuhi target dan cenderung stagnan. Tren yang cukup
bagus hanya ada pada jumlah perpustakaan desa/perpustakaan
keliling, meskipun belum memenuhi target kinerja. Akan
diperlukan upaya yang sangat keras untuk mencapai target yang
telah ditentukan.
Di sisi lain, perpusda terus berusaha untuk meningkatkan
pelayanan pada masyarakat. Salahsatu caranya adalah
penyediaan katalog elektronik untuk memudahkan pencarian


39

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
buku dan melihat status peminjaman buku. Sayangnya, jumlah
pustakawan yang ada di perpusda masih sangat kurang. Dari
kebutuhan minimal 7 pustakawan, hanya ada 5 pustakawan.
Sarana prasarana penunjang perpusda juga dirasa masih belum
memenuhi kebutuhan. Komputer sirkulasi hanya ada 3 buah
(dari minimal 5 buah), komputer yang terhubung dengan
jaringan internet hanya ada 3 buah (dari seharusnya minimal 9
buah), dan AC belum terpasang di semua ruangan layanan
(ruang baca dewasa, ruang baca anak, ruang referensi, ruang
koran/majalah, ruang internet). Kekurangan lain adalah
perpusling dan perpusda memiliki koleksi buku yang fixed (satu
sama lain tidak berhubungan); seharusnya koleksi buku dapat
fleksibel sehingga jika ada masyarakat yang memesan buku
tertentu bisa diantarkan lewat perpusling.
Terkait jumlah mobil yang digunakan untuk perpusling, jumlah
yang ada sangat kurang (hanya ada 2 buah); dan itupun mobil
kecil yang tidak dapat menampung buku dalam jumlah banyak.
Karena satu dan lain hal, mobil perpusling terkadang tidak dapat
berkeliling menuju desa; hal yang membuat Kades marah karena
sudah mengundang masyarakat untuk datang tetapi ternyata
perpusling justru tidak datang. Minat baca masyarakat untuk
membaca di perpusling cukup baik, dan buku yang menjadi
favorit adalah buku tentang pertanian.
Ditinjau dari segi jumlah, perpusda yang hanya ada satu buah
dan berada di Slawi sangat tidak mendukung bagi masyarakat
yang tempat tinggalnya jauh untuk datang. Solusi yang mungkin
dilakukan adalah membangun perpustakaan baru; juga dapat
dengan menitipkan pesanan buku di perpusling (dan perlu
penambahan mobil perpusling). Selain itu, lokasi perpusda yang
berada di jalur regional berbahaya bagi anak kecil. Pengunjung
anak SD turun drastis setelah perpusda pindah di lokasi yang
baru. Sebagai perbandingan, Kota Tegal bahkan memindahkan
lokasi perpusda dari pantura ke sebelah selatan alun-alun Kota
Tegal. Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah
memfungsikan jalingkos sehingga arus regional dapat dialihkan
(merupakan solusi jangka panjang), dan membangun jembatan
(atau sarana lain) penyeberangan. Jika memungkinkan, waktu
pelayanan perpusda akan lebih baik apabila diperpanjang hingga
malam hari.
Ditilik dari jumlah koleksi buku, perpusda relatif hanya memiliki
sedikit koleksi dan perlu ditambah. Setiap tahun ada kegiatan
penambahan buku untuk perpusda, tetapi hal ini sebaiknya tidak
dijadikan sebagai satu-satunya sumber penambahan buku.
Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuka
konter-konter penyumbangan buku atau pemaksaan bagi
pegawai yang mendapat kenaikan pangkat dan guru yang
mendapat sertifikasi untuk menyumbangkan buku; cukup 2 buku
saja bagi tiap persona. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan BKD
untuk legalisasi kegiatan (yang berarti bahwa kegiatan ini dapat
dilaksanakan dan tidak melanggar peraturan); Kantor Perpusarda
seharusnya dapat melakukan inisiasi hal tersebut.
Beberapa usulan indeks tambahan yang dapat digunakan sebagai
indikator capaian kinerja di bidang pendidikan adalah nilai UN,
tingkat pendidikan guru, dan kualitas sarana prasarana
pendidikan. Sebagai tambahan, perangkingan sekolah berdasar
metode yang dipakai saat ini dianggap kurang tepat karena


40

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
hanya dilakukan dengan melihat nilai akhir siswa. Penilaian
seharusnya dilihat dari input dan output sekolah, yaitu berapa
nilai siswa sebelum masuk dan berapa nilai siswa ketika lulus.
Roadmap pengembangan perpusda juga menjadi suatu hal yang
mendesak untuk dilakukan. Tujuan akhir yang ingin dicapai
adalah menjadikan perpusda sebagai tempat yang nyaman untuk
membaca dan lokasi favorit untuk beraktivitas. Beberapa hal
yang dapat menjadi pertimbangan adalah penambahan
playground, kafe, dan koleksi buku sesuai request masyarakat.

2.2.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas Pendidikan
adalah:
1. Beberapa Indikator Kinerja perlu ditambahkan untuk
mengakomodir Indikator Kinerja nasional.
2. Ada Indikator Kinerja yang dapat ditambahkan sebagai
standar penilaian kinerja. Indikator lain yang seharusnya
dimasukkan adalah SPM Bidang Pendidikan.
3. Ada standar penghitungan yang berbeda antara Dinas
Dikpora dengan BPS, yaitu angka rata-rata lama sekolah.
Angka rata-rata lama sekolah yang seharusnya dipakai
adalah angka yang dipublikasikan oleh BPS.
4. Penghitungan angka lama bertahan di DInas Dikpora (yang
digunakan sebagai pengganti angka lama sekolah) hanya
dilakukan untuk menghitung indeks selama 5 tahun;
idealnya dihitung selama 9 tahun sesuai dengan program
wajar dikdas 9 tahun.
5. Tidak adanya roadmap pengembangan perpusda yang
menyebabkan tingkat pelayanan perpusda kurang optimal.
Absennya roadmap menjadikan perencanaan
pengembangan perpusda kurang berkelanjutan dan bersifat
sepotong-sepotong.
6. Koleksi buku perpusda dan perpusling yang terpisah dan
tidak fleksibel.
7. Lokasi perpusda yang berada pada jalur regional rawan bagi
anak kecil yang ingin mengunjungi perpusda.

2.2.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1. Penambahan beberapa Indikator Kinerja yang berkaitan
dengan penilaian kinerja di tingkat Pusat, misalnya
keterwakilan gender; juga indikator lain yang dianggap perlu
yaitu nilai UN, tingkat pendidikan guru, sarpras pendidikan,
angka bertahan, dan SPM bidang Pendidikan di Kabupaten
Tegal.
2. Perlu penjelasan indeks yang digunakan dalam penilaian
kinerja, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh
indeks dimaksud agar tidak ada kebingungan dalam
mengisikan capaian kinerja.
3. Perlu dilakukan penghitungan angka lama bertahan selama
9 tahun (diperpanjang dari penghitungan metode lama yang
hanya 5 tahun).


41

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
4. Perlu adanya usaha yang keras untuk meningkatkan angka
lama sekolah, diantaranya dengan meng-cover opportunity
cost dan pemudahan akses menuju sekolah.
5. Perlu adanya crosscheck data dan standar penilaian
Indikator Kinerja dengan Dinas Dikpora untuk memastikan
validitas data.
6. Penyusunan roadmap pengembangan perpusda.
7. Penyatuan koleksi buku perpusda dan perpusling sehingga
lebih fleksibel dalam tingkat pelayanan.
8. Penambahan SDM pustakawan sesuai kebutuhan yang ada.

---===+++ooOOOoo++===---



































42

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAB II.3. PRIORITAS 3
KESEHATAN
2.3.1. PENGANTAR
Misi Ketiga dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan akses
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, demi
terwujudnya budaya hidup sehat. Kesehatan bersama
pendidikan adalah investasi sumberdaya manusia dalam
jangka panjang, yang baru dapat dirasakan 20 tahun ke depan.
Kondisi kesehatan yang baik akan dapat meingkatkan
produktivitas kerja, sedangkan kondisi kesehatan yang buruk
akan menurunkan produktivitas, bahkan berpotensi menjadi
beban karena memerlukan usaha penyembuhan. Misi ketiga ini
adalah upaya untuk mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing. Adapun upaya yang
selama ini dilakukan adalah peningkatan akses terhadap layanan
kesehatan bagi masyarakat. Peningkatan atas apa yang telah
dicapai itu akan diformulasikan dalam bentuk kebijakan yang
bermuara pada:
a. Perbaikan gizi masyarakat melalui penumbuhan prakarsa
masyarakat, layanan kesehatan keliling, dan program
kesehatan ibu dan anak.
b. Meningkatkan kampanye budaya hidup bersih melalui
penciptaan ikon dan percontohan kampung bersih
dengan semakin memaksimalkan layanan kesehatan
keliling dengan orientasi preventif di seluruh wilayah
Kabupaten Tegal.
Pelayanan kesehatan terdiri dari 4 aspek yaitu preventif, kuratif,
promotif, dan rehabilitatif. Aspek preventif berarti pencegahan
terhadap penyakit, terutama pada masyarakat yang berisiko
tinggi. Aspek kuratif yaitu usaha penyembuhan dari penyakit
yang menyerang. Aspek promotif adalah usaha meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, terutama pada masyarakat yang sehat. Aspek
rehabilitatif adalah usaha pemulihan dari penyakit dengan
tujuan mencapai kualitas hidup yang sama dengan saat sebelum
terkena penyakit.
Untuk menjabarkan Prioritas Kesehatan, ditentukan sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran tercapainya kualitas ksehatan
merupakan sasaran yang langsung menjabarkan prioritas
dimaksud. Selanjutnya, sasaran dijabarkan dalam program
RPJMD. Program Daerah yang secara langsung mendukung
prioritas kesehatan adalah Peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan, Peningkatan kecukupan pangan dan gizi,
dan Pengembangan budaya sehat.



43

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.3.2. PENCAPAIAN PRIORITAS KESEHATAN
SASARAN
SATU
AN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Tercapainya
kualitas
kesehatan
a. Angka kelangsungan
hidup bayi
- 108 103 98 93 88 99 99 N/A
b. Angka usia harapan
hidup
Tahun 69,21 69,60 69,99 70,37 70,76 68,79 69,08 N/A
c. Persentase balita gizi
buruk
% 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,19 0,22 0,21
d. Rasio posyandu per
satuan balita
20 20 20 20 20 12,24 12,87 12,87
e. Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
satuan penduduk
0,0018 0,0054 0,0162 0,0486 0,1458 0,1005 0,0888 0,1007
f. Rasio rumah sakit per
satuan penduduk
- 0,00000
3
0,00001 0,00003 0,000089 0.00027 0,0000
187
0,0000
164
0,00001
86

g. Rasio dokter per satuan
penduduk
0,00105 0,00315 0,00945 0,02835 0,08505 0,0496 0,0453 0,0514
h. Persentase RT yang
menggunakan air
bersih
% 55 58 61 64 67 65,25 67,28 N/A
i. Rasio rumah layak huni - 45,5 50,5 55,6 66,7 76,9 51,61 51,61 N/A
j. Persentase rumah
tinggal bersanitasi
% 55 58 61 64 67 47,78 51,86 N/A
k. Jumlah klub olahraga Klub 10 15 20 25 30 364 365 365
l. Jumlah gedung
olahraga
Unit 2 5 7 9 12 164 164 164


44

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATU
AN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
m. Jumlah kegiatan
olahraga
Jenis 5 8 10 12 15 2 3 2
n. Rata-rata jumlah anak
per keluarga
1,46 1,41 1,36 1,31 1,26 1,48 1,46 N/A
o. Rasio akseptor KB 75,27 75,84 76,41 76,98 75,27 174,79 183,49 N/A

Prioritas Kesehatan hanya terdiri dari satu sasaran yaitu
tercapainya kualitas kesehatan. Sasaran tersebut memiliki 15
indikator kinerja yang ditangani oleh empat SKPD yaitu Dinas
Kesehatan, Dinas Dikpora, Bapermasdes, dan BPPKB sebagai
SKPD leader.
Kinerja Pemerintah Kabupaten Tegal berkaitan dengan angka
kelangsungan hidup bayi sudah cukup baik yang mencapai 99%
bayi lahir dalam keadaan hidup. Hanya saja, ada perbedaan
penentuan indikator antara RPJMD dengan Dinkes. Untuk RPJMD
periode selanjutnya, perbedaan penentuan indikator kinerja ini
diharapkan tidak terjadi lagi.
Untuk menurunkan angka kematian bayi, ada beberapa usaha
yang telah dilakukan diantaranya adalah:
a. Pemberian living cost bagi penunggu ibu yang melahirkan. Hal
ini bertujuan untuk mengganti opportunity cost yang hilang
bagi penunggu ibu yang melahirkan, sehingga penunggu
dapat berkonsentrasi memberikan bantuan pada ibu yang
melahirkan.
b. Pelatihan bidan. Karena keterbatasan anggaran, setiap tahun
pelatihan hanya dapat dilaksanakan bagi sekitar 20 bidan.
Pelatihan ini tidak ideal dilaksanakan dengan sistem TOT
karena sangat teknis, sehingga peserta (bidan) harus dilatih
secara langsung (pembelajaran secara gethok tular akan
menjadi kurang efektif). Secara umum, jumlah bidan yang ada
tidak mampu tersentuh peningkatan skill, karena hanya
sebagian kecil bidan yang dapat mengikuti pelatihan.
c. Melaksanakan audit kematian maternal dan perinatal. Hal ini
dilakukan di tingkat puskesmas untuk mengukur tingkat
kredibilitas bidan.
d. Melaksanakan audit near miss. Latar belakang audit ini adalah
bahwa pembelajaran tidak hanya bisa didapat dari kasus
kematian saja, tetapi juga dari kasus hampir meninggal. Data
yang digunakan bersumber dari rumah sakit, karena kasus
hampir meninggal adalah rujukan dari bidan ke rumah sakit.


45

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
e. Penggalakan ASI eksklusif. Hal ini perlu didukung dengan
pelatihan konselor ASI.
f. Pengembalian kewenangan tenaga medis sesuai job
description-nya. Ada 2 masalah yang sering terjadi terkait
kewenangan bidan: (1) seharusnya menangani tetapi tidak
ditangani, (2) bidan yang seharusnya hanya menolong
persalinan normal ternyata melebihi kewenangan.
g. Bayi berisiko tinggi didata oleh bidan setempat untuk
perencanaan kelahiran.
h. SMS Gathering. SMS gathering merupakan program Dinas
Kesehatan Provinsi Jateng yang bertujuan untuk membangun
database dan sistem koneksi bagi ibu hamil. Setiap ibu hamil
diminta untuk mendaftarkan nomor ponsel orang yang
kemungkinan akan dibutuhkan dalam proses persalinan
(misalnya suami, pengantar, calon donr darah). Setiap bulan,
kondisi ibu hamil akan dikabarkan dan akan lebih intens pada
minggu-minggu terakhir hari perkiraan lahir. Di Kabupaten
Tegal, bidan bertugas untuk melakukan input data.
i. Melakukan pembinaan dukun bayi agar dapat memberikan
pelayanan sesuai standar pelayanan minimal kesehatan.
RSUD Suradadi rutin melaksanakan hal ini sehingga hubungan
yang terjalin antara dukun bayi dan petugas kesehatan
menjadi dekat.
Angka usia harapan hidup belum mampu memenuhi target
kinerja yang telah ditetapkan, tetapi berada dalam tren yang
bagus. Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh penyakit
degeneratif, angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan
pelayanan kesehatan (imunisasi, dsb). Pelayanan kesehatan
dasar yang bagus akan secara langsung meningkatkan usia
harapan hidup masyarakat Kabupaten Tegal.
Prosentase balita yang mengalami gizi buruk jauh di bawah
target yang ditetapkan; ini mengindikasikan bahwa kinerja
Kabupaten Tegal sudah baik. Hal yang perlu mendapat perhatian
adalah tren yang naik pada tahun 2011 dan hanya turun sedikit
pada tahun 2012. Diperlukan usaha yang lebih keras untuk
mengurangi angka prosentase tersebut. Untuk melaksanakan hal
tersebut, dilakukan dua hal yaitu pemberian makanan tambahan
untuk bayi dengan gizi buruk dan perawatan bayi dengan gizi
buruk. Sayangnya, RSUD dr. Soeselo tidak mampu untuk
menangani pasien gizi buruk karena peralatan yang ada tidak
mencukupi. Perawatan dilakukan di Balai Besar Penanganan Gizi
Buruk di Magelang. Hanya saja, hal ini terkendala karena tidak
adanya anggaran untuk melakukan rujukan ke Magelang.
Pembentukan pusat pemulihan gizi di puskesmas perlu menjadi
prioritas, terutama pada puskesmas rawat inap.
Rasio posyandu per satuan balita masih sangat kurang dan
belum memenuhi target. Jumlah posyandu di Kabupaten Tegal
pada tahun 2012 adalah 1.525 buah. Pemberdayaan RW dan PKK
perlu ditingkatkan untuk memperbaiki kualitas pelayanan
posyandu. Keberadaan posyandu biasanya mengikuti pada level
RW. Pada beberapa wilayah yang penduduknya padat, jumlah
posyandu dapat melebihi 1 pada tiap RW.


46

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu per satuan penduduk
sudah memenuhi target yang ditetapkan, bahkan kinerjanya
dapat dikatakan sangat baik jika dibandingkan dengan target
kinerja. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah tren yang relatif
stagnan. Jika hal ini terus berlangsung tanpa adanya peningkatan
yang signifikan, maka target kinerja pada tahun 2014 akan sulit
tercapai.
Tren rasio rumah sakit per satuan penduduk belum mampu
memenuhi target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2012.
Perlu usaha yang lebih keras untuk memenuhi target kinerja
pada tahun 2014. Pada dasarnya, penambahan rumah sakit
bukan menjadi prioritas utama; yang diperlukan adalah
peningkatan kualitas pelayanan dan pemudahan akses bagi
masyarakat untuk menjangkau rumah sakit.
Rasio dokter per satuan penduduk sudah memenuhi target
kinerja pada tahun 2012, tetapi bila kondisi tetap berjalan tanpa
ada akselerasi, tren yang ada menunjukkan bahwa target kinerja
pada tahun 2014 tidak akan tercapai. Selain itu, masalah lain
yang cukup signifikan adalah persebaran dokter yang terpusat di
Slawi, kawasan perbatasan dengan Kota Tegal, dan sepanjang
jalur Tegal-Purwokerto. Perlu pemerataan penyebaran dokter
agar seluruh masyarakat Kabupaten Tegal dapat mengakses
pelayanan dokter dengan mudah.
Prosentase rumah tangga yang menggunakan air bersih sudah
mencapai target yang ditetapkan. Hasil ini perlu dipertahankan
dan jika perlu ditingkatkan. Air bersih dapat bersumber dari
sumur atau saluran PDAM. Pemerintah Kabupaten Tegal perlu
untuk meningkatkan pelayanan PDAM (secara jangkauan dan
kualitas) untuk memperluas pelayanan pada masyarakat.
Rasio rumah layak huni belum mampu mencapai target kinerja
yang tepah ditetapkan, dari jumlah rumah sebanyak 310.020
buah di tahun 2012. Diperlukan usaha yang sangat keras untuk
memperbaiki kinerja yang ada. Hal yang dapat dilakukan bukan
hanya perbaikan fisik rumah (karena anggaran yang ada sangat
terbatas), tetapi juga dapat dilakukan dengan meningkatkan
kondisi ekonomi masyarakat. Kesejahteraan yang semakin
meningkat pasti akan meingkatkan kualitas rumah tinggal.
Pencapaian target rasio rumah layak huni ini merupakan
kegiatan lintas SKPD, dan dibutuhkan koordinasi yang jelas agar
tidak tumpang tindih.
Sama seperti rasio rumah layak huni, kinerja prosentase rumah
tinggal bersanitasi juga tidak dapat memenuhi target yang telah
ditetapkan. Sanitasi menjadi prasyarat bagi rumah untuk dapat
ditinggali dengan layak. Usaha yang perlu dilakukan juga terkait
dengan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan rasio rumah
layak huni.
Jumlah klub olahraga jauh melebihi target kinerja yang
ditetapkan. Definisi klub ini termasuk perkumpulan olahraga
yang banyak tersebar di Kabupaten Tegal. Sayangnya, data yang
ada tidak mencakup klub olahraga dalam level kabupaten dan
hanya meng-cover total jumlah klub olahraga. Target jumlah klub
olahraga pada tahun 2013 = 370, dan tahun 2014 = 370.


47

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Sementara, jumlah gedung olahraga juga jauh melebihi target
kinerja yang telah ditetapkan. Hampir tiap desa memiliki gedung
olahraga. Ditambah dengan gedung olahraga milik swasta, maka
jumlah gedung olahraga di Kabupaten Tegal relatif banyak.
Hanya saja, data yang tersedia tidak memberikan informasi
mengenai gedung olahraga dalam level kabupaten. Selain GOR
Trisanja, tidak diketahui gedung olahraga lain. Target jumlah
gedung olahraga pada tahun 2013 = 165, dan tahun 2014 = 165.
Jumlah kegiatan olahraga dalam tingkat kabupaten tidak
memenuhi target kinerja yang ditetapkan. Kegiatan rutin
olahraga di tingkat kabupaten hanya Popda dan Porseni tingkat
kabupaten, sedangkan pada tahun 2011 menjadi tuan rumah
Porseni tingkat karesidenan. Era otonomi daerah memberikan
kewenangan pada pemerintah kabupaten untuk menentukan
prioritas urusan, dan olahraga tidak berada pada prioritas yang
tinggi di Kabupaten Tegal.
Rata- rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Tegal belum
mampu memenuhi target kinerja yang telah ditetapkan. Sebagai
indikator keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana,
pada dasarnya indikator ini bisa dikatakan berhasil dilaksanakan
(jumlah anak < 2), dan tren yang ada juga menunjukkan angka
yang menurun. Diperlukan percepatan agar dapat memenuhi
target kinerja pada tahun 2012.
Indikator terakhir yaitu rasio akseptor KB di Kabupaten Tegal
sudah memenuhi target kinerja yang ditentukan. Hal ini perlu
dipertahankan dan dijaga kualitasnya. Akseptor KB tahun 2010:
243.350 orang dan tahun 2011 adalah 291.314. Sesuai rumus
rasio (jumlah akseptor / jumlah penduduk), rasio akseptor KB
(satuan adalah permil) adalah 2010 = 174,79 dan 2011 = 183,49.

2.3.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas Kesehatan
adalah:
1. Ada beberapa kemungkinan angka indikator kinerja
(terutama ketika angkanya rendah atau menurun atau naik
secara drastis) yaitu: (a) angka menunjukkan kondisi
eksisting, (b) angka menunjukkan banyak kasus yang tidak
terlaporkan (sehingga angkanya rendah) dan baru
terlaporkan ketika ada kegiatan pendanaan sehingga angka
naik drastis, (c) ada kejadian luar biasa. Hal ini perlu untuk
ditelaah lebih lanjut.
2. Ada perbedaan standar dalam penentuan kriteria rumah
sehat antar SKPD Dinas Kesehatan dan Bapermasdes.
3. Kurangnya akses bagi publik untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Daerah terpencil kurang mendapat akses yang
baik.
4. Tidak ada data sebaran dan kualitas akses pelayanan
kesehatan. Kawasan perkotaan bisa saja memiliki akses yang
buruk dalam menjangkau layanan kesehatan yang
disebabkan oleh tidak optimalnya sistem administrasi
kesehatan.


48

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
5. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sarana
kesehatan pemerintah (Puskesmas dan RSUD) sering
mendapat keluhan karena kurang memenuhi harapan.

2.3.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Perlu ditampilkan basis data dalam bentuk spasial untuk
melihat sebaran data dan kualitas akses pelayanan
kesehatan, sehingga dapat melengkapi basis data kesehatan
yang sudah relatif bagus.
2. Perlu perluasan akses bagi publik untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Daerah terpencil kurang mendapat
akses yang baik. Pembenahan sistem administrasi kesehatan
juga perlu mendapat perhatian.
3. Peningkatan kualitas layanan kesehatan yang diberikan
sarana kesehatan pemerintah (Puskesmas dan RSUD), baik
dari sisi keramahan, ketepatan waktu, sistem administrasi,
dan pelayanan medis.

---===+++ooOOOoo++===---
























49

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAB II.4. PRIORITAS 4
GOOD GOVERNANCE

2.4.1. PENGANTAR
Misi Keenam dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah Meningkatkan kapasitas kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Tegal untuk mendukung pelaksanaan good
governance.
Good governance atau tata kelola yang baik merupakan satu
keniscayaan dalam era otonomi daerah. Tata kelola ini tidak
hanya berlaku untuk instansi pemerintah saja, tetapi melingkupi
semua aspek dalam kehidupan masyakarat. Bagi Pemerintah,
good governance akan bermuara pada good government, yaitu
birokrasi yang benar-benar mengabdi pada kepentingan
masyarakat, mengarahkan pembangunan sehingga
berkesinambungan, dan menjadi wasit yang adil dalam
melaksanakan peraturan.
Good governance adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik yang didukung
dengan peningkatan profesionalitas aparatur daerah,
peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan standar
mutu pelayanan yang berorientasi pada terciptanya kepuasan
masyarakat, pengembangan sistem dan iklim demokrasi pada
berbagai aspek kehidupan politik, peningkatan kemampuan dan
kemandirian daerah dalam mendukung pembangunan daerah,
penguatan kelembagaan lokal yang mampu mengakomodasi
tuntutan perubahan dan berperan aktif dalam pembangunan
daerah, dan peningkatan hubungan kerja sama yang saling
menguntungkan dengan berbagai pihak pada tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Selain itu, Pemerintah Kabupaten
Tegal dapat mewujudkan keberhasilan otonomi daerah yang
seimbang yang didukung oleh stakeholders dalam mempercepat
kesejahteraan rakyat dan pelayanan umum. Itulah sebabnya,
keberhasilan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik sangat
tergantung pada peran pemerintah, dunia usaha/swasta dan
masyarakat sebagai tiga pilar utama good governance. Dalam
rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan, Pemerintah
Kabupaten Tegal perlu melaksanakan kebijakan yang mengarah
pada upaya:
a. Mendorong peningkatan kualitas sumber daya aparat yang
berbasis pada aspek mentalitas, intelektualitas, dan
keahlian, yang didukung oleh lingkungan kerja yang
kondusif untuk mewujudkan budaya kerja mengabdi pada
masyarakat dengan ikhlas.
b. Memacu penerapan teknologi informasi dalam birokrasi (e-
government) guna mewujudkan pemerintah yang efisien
dan efektif.
Untuk menjabarkan Prioritas Good Governance, ditentukan
sasaran yang ingin dicapai yaitu terwujudnya penguatan desa,
meningkatnya kapasitas penyelenggara pemerintah daerah,


50

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
terlaksananya inisiasi e-Gov (hukum), dan meningkatnya
kesadaran berwarganegara.
Selanjutnya, sasaran dijabarkan dalam program RPJMD. Program
Daerah yang secara langsung mendukung Prioritas Good
Governance adalah Peningkatan kapasitas aparat desa,
Peningkatan kapasitas dan kelembagaan dan kemitraan desa,
Akses data antar SKPD, Inisiasi e-procurement, Peningkatan
kompetensi penyelenggaraan pemerintah daerah, Peningkatan
kapasitas pengawasan dengan penerapan sistem penghargaan
(reward) dan sanksi (punishment), Peningkatan kesadaran politik
masyarakat, dan Peningkatan tertib berwarganegara.

2.4.2. PENCAPAIAN PRIORITAS GOOD GOVERNANCE
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
penguatan desa
a. Persentase desa berstatus
swasembada terhadap total
desa
% 70 75 80 85 90 N/A N/A N/A
b. Jumlah produk hukum tentang
desa
Jenis 3 3 3 3 3 3 2 2
c. Jumlah Perdes yang diberita
daerahkan
8 1 2

Sasaran terwujudnya penguatan desa terdiri dari 3 indikator
yang pendataannya berada pada Bagian Pemerintahan dan
Bagian Hukum Setda. Indikator pertama yaitu prosentase desa
berstatus swasembada terhadap total desa sudah tidak valid lagi
untuk digunakan sebagai indikator kinerja, karena klasifikasi desa
swasembada sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, indikator
kinerja bersangkutan sebaiknya diganti dengan indikator lain
yang dapat mengukur kinerja desa dalam hal ketahanan pangan.
Indikator jumlah produk hukum tentang desa pada dasarnya
rancu karena bisa ada 2 pengertian yaitu (a) perdes (yang
diberitadaerahkan), dan (2) Perda/Perbup tentang desa. Data
yang digunakan dalam pengukuran ini menggunakan produk


51

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
hukum berupa Perda/Perbup tentang desa, dan belum dapat
memenuhi target yang ditetapkan. Untuk memperjelas kriteria,
maka ditambahkan indikator jumpah Perdes yang
diberitadaerahkan. Jumlah Perdes ini sangat sedikit
dibandingkan keseluruhan jumlah Perdes yang ada (sebagai
contoh, APBDes merupakan satu Perdes). Berdasarkan
Permendagri, jika Perdes tidak diberitadaerahkan maka Perdes
tersebut cacat hukum. Untung saja, hingga saat ini tidak pernah
ada masalah berkaitan dengan hal tersebut. Meskipun demikian,
selayaknya hal ini menjadi perhatian agar tidak timbul masalah
di kemudian hari.


SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Meningkatnya
kapasitas
penyelenggara
pemerintah
daerah
a. Kesertaan pegawai dalam
berbagai jenis Diklat
% 7.499
Diklat Kepemimpinan % 58,00 63,00 68,00 73,00 78,00 35,00 3,00 74,00
Diklat Prajabatan % 100 100 100 100 100 100 100 100
b. Tingkat pendidikan tinggi PNS orang
Dikdas 1.239 1.229 1.219 1.209 1.199 1.086 1.119 1.054
Dikmen 2.853 2.803 2.753 2.703 2.653 3.302 762 2.678
Dikti 1.614 1.574 1.534 1.494 1.454 7.726 9.177 9.185
c. Terpetakannya Kompetensi PNS
Struktural
orang 54 78 102 126 150 6 11 6
d. Bertambahnya pejabat fungsional orang 500 500 500 500 500 128 0 8
e. Jumlah PNS yang dikenai hukuman
disiplin
orang 27 25 23 21 19 16 26 20
f. Terevaluasinya produk perundang-
undangan yg tdk relevan
Jumlah 3 3 3 3 3 1 0 7


52

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
g. Tindaklanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih
tinggi
Jumlah 5 5 5 5 5 54 74 83
h. Sosialisasi peratuaran perundang-
undangan
Jumlah 4 4 4 4 4 4 6 7
i. Penanganan perkara/sengketa % 100 100 100 100 100 2 13 6

Sasaran meningkatnya kapasitas penyelenggara pemerintah
daerah terdiri dari 9 indikator kinerja yang terkait dengan PNS
dan aturan resmi di Kabupaten Tegal. Data pencapaian kinerja ini
bersumber dari BKD yang merupakan badan yang mengurus
kepegawaian dan Bagian Hukum Setda. Penjelasan mengenai
capaian kinerja sasaran ini bersumber dari FGD yang dilakukan
dan diperkaya dengan tulisan Trianto Budiatmoko pada majalah
IdeA edisi 11 tahun 2012 yang mengupas tentang evaluasi
capaian kinerja di bidang kepegawaian.
Indikator pertama, kesertaan pegawai dalam berbagai jenis
diklat, dibagi dalam dua katagori yaitu diklat prajabatan dan
diklatpim. Kinerja terkait diklat prajabatan sudah memenuhi
target (Pemerintah Kabupaten Tegal menyelenggarakan diklat
prajabatan secara mandiri untuk PNS Golongan I dan Golongan II,
serta sekdes); sedangkan kinerja terkait diklatpim masih jauh
dari target. Hal yang masih menjadi perhatian adalah masih
banyaknya pejabat struktural yang belum mengikuti Diklatpim.
Pejabat eselon III dan IV yang belum mengikuti Diklatpim
berjumlah 295 orang, dengan perincian pejabat eselon III
berjumlah 44 orang dan pejabat eselon IV berjumlah 251 orang,
terdiri dari eselon IVa 137 orang, dan eselon IVb 114 orang.
Permasalahan semestinya bisa dipecahkan melalui dua cara.
Yang pertama adalah pengerahan anggaran secara masif untuk
memberangkatkan semua pejabat struktural yang belum
mengikuti Diklatpim, dan yang kedua adalah melakukan evaluasi
pasca diklat terhadap peserta Diklatpim sehingga peningkatan
kapasitas peserta maupun kualitas pembelajaran dalam
Diklatpim dapat diketahui secara pasti. Selama ini Diklatpim
belum pernah dievaluasi dari sisi dampak: apakah ia memang
meningkatkan kapasitas para pejabat sehingga bisa menjadi
modal bagi pembangunan, atau hanya memboroskan anggaran


53

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
daerah tanpa hasil yang jelas? Lagipula, kepemimpinan adalah
yang diperoleh dari pengalaman, bakat, dan intuisi yang
dibangun dalam jangka yang panjang, bukan diklat yang hanya
beberapa minggu.
Indikator kedua yaitu tingkat pendidikan tinggi PNS dirasa kurang
tepat untuk dijadikan indikator. Tingkat pendidikan PNS
berhubungan langsung dengan sekolah (tugas belajar dan ijin
belajar), sedangkan PNS tidak dapat dipaksa untuk
melaksanakan studi lanjut tersebut. Di sisi lain, Pemerintah
Kabupaten Tegal setiap tahun hanya mengirimkan sekitar 2
individu untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S2; angka yang
tidak signifikan. Jika indikator ini tetap dijadikan indikator, maka
ada konsekuensi bagi Pemerintah Kabupaten Tegal untuk
menyediakan anggaran tambahan untuk menyekolahkan PNS di
lingkungannya agar target dapat dicapai.
Indikator ketiga yaitu terpetakannya kompetensi PNS struktural
sangat berhubungan dengan PCAP. Penilaian atau asesmen
kompetensi sebenarnya sudah dilakukan oleh Pemkab Tegal
sejak tahun 2009 melalui Position Competencies Assessment
Program (PCAP), hanya belum konsekuen dan menyeluruh. Dari
tahun 2009-2011 Pemkab Tegal telah memberangkatkan 41
orang pejabat eselon II dan III untuk mengikuti PCAP, terdiri dari
5 pejabat eselon II dan 36 pejabat eselon III. Untuk tahun 2011
Pemkab Tegal mengirimkan 5 orang pejabat eselon II untuk
mengikuti PCAP calon Sekda Kabupaten Tegal, dan 6 orang
pejabat eselon III untuk mengikuti PCAP calon pejabat eselon II.
Berharap dari PCAP tentu saja tidak cukup, baik dari sisi
substansi maupun cakupannya. Secara substansi PCAP belum
dapat mewujud sebagai sarana eksekusi pemilihan pejabat
struktural, karena PCAP terdegradasi menjadi sebuah
rekomendasi. PCAP juga belum bisa diberdayakan ke potensinya
sebagai sarana pemeta kompetensi maupun sarana umpan balik
peserta karena keterbatasan implementasi. Dari sisi cakupan,
PCAP menjadi instrumen yang sangat terbatas karena PCAP
memang didesain hanya untuk (calon) pejabat eselon II. Dengan
demikian asesmen kompetensi untuk pejabat struktural yang lain,
apalagi staf, belum dapat dilaksanakan. Asesmen kompetensi,
untuk seluruh PNS, sudah seharusnya dipahami dan disepakati
sebagai sebuah hal yang sangat vital dan mendasar. Sudah
saatnya kepegawaian Pemerintah Kabupaten Tegal menata
dengan serius penempatan PNS dalam jabatan dengan
mempertimbangkan kesesuaian antara kompetensi individu
dengan kompetensi jabatan. Keberhasilan menempatkan
pegawai yang tepat dalam posisi yang tepat akan sangat
berperan terhadap keberhasilan sebuah organisasi dalam meraih
visinya.
Indikator selanjutnya yaitu bertambahnya pejabat fungsional
masih sangat jauh dari target yang ditetapkan. Seyogyanya,
birokrasi lebih bertumpu pada tenaga fungsional daripada
struktural. Dalam praktiknya, hal yang terjadi adalah sebaliknya.
Mulai tahun 2005, perekrutan PNS baru melalui jalur umum
(kecuali pada saat diadakan moratorium penerrimaan PNS baru
dari jalur umum) pada dasarnya adalah perekrutan tenaga


54

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
fungsional. Hanya saja, ketika PNS yang bersangkutan sudah
bekerja pada instansi yang ditunjuk, sistem kerja yang berlaku
adalah sistem kerja struktural. Hal ini berakibat pada tidak
optimalnya pemanfaatan tenaga PNS sesuai kompetensinya.
Untuk itu, diperlukan sistem yang dapat mengembalikan tenaga
fungsional yang salah asuh tersebut agar dapat kembali sesuai
khittah-nya. Di sisi lain, penetapan target sebanyak 500 PNS
fungsional setiap tahun dipandang tidak realistis dan akan sangat
sulit untuk dicapai.
Indikator kelima yaitu jumlah PNS yang dikenai hukuman disiplin
relatif memenuhi target. Jumlah ini bisa saja dikatakan kecil atau
rendah jika dibandingkan dengan jumlah pegawai Pemerintah
Kabupaten Tegal yang berjumlah lebih dari 13.000 orang; tetapi
bisa jadi ini adalah sebuah fenomena gunung es. Tampak kecil di
permukaan, tetapi masif di bawah permukaan. Ini karena tidak
semua kasus diungkap ke permukaan. Kasus pelanggaran jam
kerja yang umum terjadi, eksistensi dana nonbujeter, atau
penolakan beberapa PNS untuk menandatangani pakta integritas
adalah contoh kecil dari fenomena gunung es tersebut. Di
permukaan, mereka tampak hanya sebagai masalah kecil atau
bahkan tidak dianggap sebagai sebuah masalah, tetapi
sebenarnya mereka adalah gambaran dari pelanggaran disiplin,
integritas dan kode etik PNS yang sangat besar. Pembinaan
disiplin sejatinya mempunyai tugas yang besar. Tidak sekedar
sebagai tindak penyelesaian kasus, pembinaan disiplin juga harus
dinyatakan sebagai upaya serius penegakkan peraturan
kepegawaian dan pemberian keteladanan. Di sini,
kepemimpinan jelas menjadi faktor kunci. Lebih lanjut lagi,
indikator jumlah PNS yang dikenai hukuman disiplin dirasa
kurang tepat digunakan, dan akan lebih baik jika indikator yang
digunakan adalah jumlah penyelesaian kasus.
Indikator keenam yaitu terevaluasinya produk perundang-
undangan yang tidak relevan bisa dikatakan tidak jauh dari
target jika dihitung secara kumulatif. Terkait jumlah Perda yang
dievaluasi, terdapat 14 Perda selama tahun 2010-2012; dari
jumlah itu, 6 Perda dicabut dan 4 Perda diubah karena tidak
relevan dengan kondisi riil. Proses evaluasi dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
Indikator selanjutnya yaitu tindaklanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi memunculkan kerancuan
karena tidak ada keterangan penjelas. Pada dasarnya, semua
peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal
merupakan tindaklanjut dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Data di Bagian Hukum menunjukkan bahwa
target yang ditetapkan dapat dicapai, dengan memperhitungkan
bahwa tindaklanjut yang dimaksud terdiri dari Perda, Perbup,
dan SK Bupati. Pada tahun 2010 terdapat 8 Perda, 46 Perbup,
dan 389 SK Bupati; pada tahun 2011 terdapat 10 Perda, 64
Perbup, dan 714 SK Bupati; serta pada tahun 2012 terdapat 19
Perda, 64 Perbup, dan 1079 SK Bupati.
Mengenai sosialisasi peraturan perundang-undangan, belum ada
keterpusatan dalam melakukannya. Tiap SKPD melakukan
sosialisasi sesuai dengan tupoksinya masing-masing, dan Bagian


55

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Hukum menjadi anggota tim dalam kegiatan dimaksud. Hal lain
yang perlu mendapat perhatian adalah proses pembuatan Perda.
Proses untuk mengundangkan pada dasarnya tidak rumit; hal
yang seringkali menjadikan proses relatif lama adalah pada legal
drafting. Seharusnya, proses drafting dilakukan oleh masing-
masing SKPD dan Bagian Hukum hanya tinggal melakukan
koreksi pada redaksional (karena yang mengetahui teknis
substansi adalah SKPD). Tetapi dalam kenyataannya, banyak
SKPD yang menyerahkan semua proses dari awal ke Bagian
Hukum yang pada akhirnya menjadi beban tambahan pada
personil di Bagian Hukum. Tentu saja permintaan ini tidak resmi
karena dilakukan hanya lewat lisan saja.
Indikator terakhir yaitu penanganan perkara/sengketa akan sulit
diukur jika penetapan indikator masih menggunakan prosentase.
Hal ini terjadi karena penyelesaian kasus terkadang tidak dapat
diselesaikan dalam satu tahun anggaran, tetapi bisa lebih lama
dari satu tahun. Untuk itu, data pada indikator ini merupakan
jumlah perkara yang ditangani. Pada tahun 2012 terdapat 6
perkara yang ditangani, tetapi hanya 4 perkara yang dapat
diselesaikan, sedangkan 2 perkara akan diusahakan selesai pada
tahun 2013.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terlaksananya
inisiasi e-Gov
(hukum)
a. Jumlah SIM yang diterapkan Jenis 3 4 5 6 7 5 6 9
b. Jumlah pengumuman
penyedia barang/jasa
pemerintah melalui internet
% 10 20 30 40 50 0
(satuan:
jumlah)
3 6
c. Banyaknya pegawai yang
memiliki email
% 5 10 15 20 25 N/A N/A N/A
d. Jumlah SKPD yang
berkorepondensi melalui
internet
% 5 10 15 20 25 N/A N/A N/A
e. Persentase website SKPD yang
aktif
% 5 10 15 20 25 9 18 23



56

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Sasaran terlaksananya inisiasi e-gov terdiri dari 5 indikator
kinerja yang berkaitan dengan internet. Hampir semua target
telah berhasil dicapai dari segi kuantitas, sedangkan pengukuran
kualitas sangat sulit untuk dilakukan. Terkait dengan internet,
Pemerintah Kabupaten Tegal telah memiliki website resmi di
www.tegalkab.go.id sejak tahun 2011 yang pengelolaannya
berada pada Dinas Hubkominfo dan di-update secara resmi.
Indikator pertama yaitu jumlah SIM yang diterapkan sudah
memenuhi target yang ditetapkan. Pada tahun 2012 ada 9 SIM,
diantaranya pada Dinas Kesehatan, Inspektorat, Dinas Dukcapil,
DPPKAD, dan BKD. Semua SIM tersebut di-update tiap tahun.
Sayangnya, tidak ada keterpaduan antar SIM yang ada. Tiap SIM
berdiri secara terpisah dan tidak memiliki basis data yang bisa
dipertukarkan. Jika ada basis data yang dapat dipertukarkan
(misalnya SIAK dengan SIMPEG dan SIM Kesehatan), maka
proses pendataan dan pemanfaatan SIM akan berjalan lebih
efektif dan efisien.
Indikator kedua yaitu jumlah pengumuman penyedia
barang/jasa pemerintah melalui internet relatif tidak memenuhi
target jika dilihat dari kacamata sempit. Data yang dicantumkan
dalam capaian kinerja ini adalah data lelang yang diumumkan
secara elektronik di website resmi Pemerintah Kabupaten Tegal.
Mekanisme yang harus ditempuh adalah SKPD yang akan
melakukan lelang menghubungi Dinas Hubkominfo agar
pengumuman lelang diinformasikan pada website Kabupaten
Tegal, dan kemudian pengumuman akan ditautkan pada laman
website. Data pada capaian kinerja ini tidak memasukkan data
dari LPSE dan ULP Kabupaten Tegal. Secara luas, jika yang target
kinerja yang akan diukur adalah jumlah pengumuman penyedia
barang/jasa pemerintah melalui internet, maka hal tersebut
relatif sudah tercapai karena semua kegiatan pengadaan dengan
nilai > 100 juta rupiah harus dilelangkan melalui LPSE dan ULP
Kabupaten Tegal.
Indikator banyaknya pegawai yang memiliki e-mail sangat sukar
untuk diukur. Mengingat banyaknya pegawai di Kabupaten Tegal
yang memiliki akun jaringan sosial, maka dipastikan bahwa
jumlah pegawai yang memiliki e-mail relatif banyak. Hal yang
menjadi pertanyaan lanjutan adalah apakah para pegawai
tersebut aktif menggunakan e-mail untuk berkorespondensi,
ataukah pembuatan e-mail itu hanya sebagai prasyarat untuk
membuat akun pada jaringan sosial saja. Penilaian indikator
secara kuantitatif tidak cukup untuk mengukur indikator ini, dan
diperlukan penilaian secara kualitatif. Hanya saya, hal ini
kemungkinan sulit untuk dilakukan, karena e-mail merupakan
privasi seseorang dan bisa dikatakan mustahil untuk mengukur
keaktifan penggunaan e-mail.
Senada dengan indikator kedua, indikator jumlah SKPD yang
berkorepondensi melalui internet juga sangat sulit untuk diukur
kinerjanya. Jika yang dimaksud dengan indikator ini adalah
jumlah SKPD yang memiliki alamat e-mail, maka seluruh SKPD
bahkan hingga seluruh Desa memiliki alamat e-mail yang
menginduk pada website Kabupaten Tegal


57

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
(alamat.email@tegalkab.go.id). Hanya saja, tidak diketahui
apakah SKPD tersebut aktif mempergunakan e-mail yang dimiliki.
Indikator terakhir yaitu prosentase website SKPD yang aktif
sudah dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Hingga
tahun 2012, terdapat 13 SKPD yang memiliki website aktif.
Meskipun demikian, tingkat keaktifan website bervariasi antar
SKPD; ada yang aktif di-update harian, dan ada juga yang hingga
6 bulan tidak melakukan update. Aktifnya website ini sebenarnya
sangat penting untuk membuka akses masyarakat yang berada di
luar Kabupaten Tegal untuk dapat mengikuti berita mengenai
Kabupaten Tegal, berinteraksi dengan pemangku kepentingan,
memberi masukan, dan memperoleh data. Dalam era digital
sekarang, adanya website akan dapat menghilangkan sekat
ruang-waktu, dan seyogyanya website yang dimiliki SKPD (selain
tegalkab.go.id) selalu aktif melakukan update setidaknya
seminggu sekali dan aktif berinteraksi dengan pengunjung. Selain
melalui website, SKPD juga dapat mempergunakan akun media
sosial lain untuk berinteraksi dan menyampaikan informasi,
seperti facebook, twitter, Google+, dan mailing list.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Meningkatnya
kesadaran
berwarganegara
a. Angka kriminalitas
Jumlah linmas per jumlah
10.000 penduduk
- 1 1 2 2 2 8 8 8
b. Rasio Pos Siskamling per
jumlah desa/kelurahan
- 4 4 5 5 6 4 4 4
c. Jumlah LSM Lembaga 49 52 54 56 58 65 66 72
d. Jumlah organisasi pemuda Lembaga 15 16 17 18 19 17 17 17
e. Jumlah kegiatan kepemudaan Kegiatan 15 16 17 18 19 17 17 17
f. Tingkat partisipasi masyarakat
dalam :

a. Pemilu legislatif dan
Presiden
% - - - - 65 - - -


58

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
b. Piklada Gubernur % - - - 63 - - - -
c. Pilkada Bupati % - - - 65 - - - -
d. Pilkades % 80 80 80 80 80 80 80 80

Sasaran meningkatnya kesadaran berwarganegara terdiri dari
6 indikator kinerja yang datanya bersumber dari Kantor
Kesbangpolinmas. Secara umum, kondisi di Kabupaten Tegal
aman terkendali dan tidak ada gejolak yang dapat menimbulkan
konflik besar, baik vertikal maupun horizontal. Hal yang perlu
mendapat perhatian adalah indikator kinerja untuk sasaran ini
dirasa kurang tepat untuk dijadikan indikator kinerja Kabupaten
Tegal. Indikator kinerja tersebut tidak mencerminkan kinerja dari
Pemerintah Kabupaten, karena hanya berupa database saja dan
bukan merupakan kualitas kerja. Untuk itu, perlu dirumuskan
alternatif indikator kinerja lain yang lebih mengakomodir kualitas
kerja.

2.4.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas Good
Governance adalah:
1. Kinerja di bidang peraturan perundangan yang tidak jelas
karena tidak ada target pembahasan Perda.
2. Indikator Kinerja kepegawaian banyak yang kurang pas
untuk dijadikan indikator penilaian. Banyak yang jika
dipakai maka akan menimbulkan konsekuensi pembiayaan
untuk Pemkab dan kurang dapat memotret kondisi
eksisting dan potensi pegawai yang ada di Kabupaten
Tegal.
3. Tiap SIM berdiri sendiri; tidak ada basis data yang dapat
dipertukarkan.
4. Banyak website SKPD yang tidak aktif.
5. Indikator kinerja untuk sasaran meningkatnya kesadaran
berwarganegara dirasa kurang tepat untuk dijadikan
indikator kinerja Kabupaten Tegal. Indikator kinerja
tersebut tidak mencerminkan kinerja dari Pemerintah
Kabupaten, karena hanya berupa database saja dan bukan
merupakan kualitas kerja



59

Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.4.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Perlu penetapan Prolegda agar target kinerja Eksekutif dan
Legislatif dapat diukur dengan jelas.
b. Bagian Hukum perlu menggelar bintek legal drafting untuk
mengurangi beban kerjanya, agar dapat terbagi pada SKPD
lain.
c. Perlu komitmen kuat tanpa syarat dan tanpa konflik
kepentingan untuk membangun sistem penempatan PNS
(staf maupun pejabat struktural) di Kabupaten Tegal.
d. Perlu adanya evaluasi hasil kegiatan peningkatan kapasitas
pegawai yang terdiri dari diklatpim, diklat teknis, dan diklat
fungsional. Semua diklat tersebut harus dievaluasi; apakah
dapat meningkatkan kinerja ataukah hanya pemborosan
anggaran.
e. Perlu komitmen dan kesanggupan Pemerintah Kabupaten
Tegal dalam pendayagunaan jabatan fungsional, termasuk
merancang formula yang bisa memberikan daya tarik bagi
pegawai untuk menekuni jabatan fungsional.
f. Basis data SIM agar sama sehingga dapat dipertukarkan
satu sama lain (misalnya basis data pada SIAK yang
diintegrasikan dengan basis data SIMPEG dan SIM
Kesehatan).
g. Website SKPD harus update data minimal seminggu sekali
dan jika memiliki akun di media sosial (misalnya facebook,
twitter, Google+, dan mailing list) harus
mengintegrasikannya pada website SKPD yang
bersangkutan.
h. Perlu dirumuskan alternatif indikator kinerja lain yang lebih
mengakomodir kualitas kerja untuk pencapaian sasaran
meningkatnya kesadaran berwarganegara.

---===+++ooOOOoo++===---














60
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAB II.5. PRIORITAS 5
DATA/INFORMASI

2.5.1. PENGANTAR
Misi Keenam dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah Meningkatkan kapasitas kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Tegal untuk mendukung pelaksanaan good
governance. Salahsatu hal yang dapat mendukung misi tersebut
adalah dengan memprioritaskan pembangunan basis data.
Basis data yang valid dan up-to-date menjadi satu prasyarat
untuk dapat melaksanakan pembangunan dengan baik dan
berkelanjutan. Jika kualitas data baik dan bisa
dipertanggungjawabkan, maka analisis yang dilakukan juga akan
baik sehingga kebijakan yang dirumuskan akan efektif dan efisien.
Sebaliknya, kualitas data yang tidak baik akan menjadikan
pembangunan tidak berjalan optimal.
Untuk menjabarkan Prioritas Data/Informasi, ditentukan
beberapa sasaran dalam RPJMD yaitu terbangunnya sistem
informasi kependudukan, terbangunnya sistem informasi tata
ruang, terbangunnya sistem data tata ruang spasial berbasis TIK,
terbangunnya sistem informasi daya dukung wilayah,
terbangunnya sistem informasi hasil-hasil pembangunan,
terbangunnya infrastruktur TIK, dan terbangunnya sistem
komunikasi data.
Selanjutnya, sasaran RPJMD dijabarkan dalam program RPJMD.
Program Daerah yang secara langsung mendukung Prioritas
Data/Informasi adalah penyempurnaan data kependudukan,
pengembangan data tata ruang, identifikasi daya dukung alam,
identifikasi daya dukung infrastruktur wilayah, penerapan
keterbukaan informasi, mendorong pemanfaatan keterbukaan
informasi, pengembangan jaringan teknologi informasi dan
komunikasi, pengaturan piranti lunak, standardisasi data, dan
integrasi data.














61
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.5.2. PENCAPAIAN PRIORITAS DATA/INFORMASI
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangunnya
sistem
informasi
kependudukan
a. Rasio penduduk ber
KTP per satuan
penduduk
% 85 90 95 100 100 70 75 96,72
b. Rasio bayi berakte
kelahiran
% 100 100 100 100 100 72 75 57,15
c. Rasio pasangan berakte
nikah
% 85 90 95 100 100 42 52 46,15
d. Rasio keluarga ber-KK % 75 80 85 90 100 61 65 95,56
e. Rasio penduduk
berakte kelahiran
% 80 85 90 95 100 72 75
f. Rasio penduduk ber-
NIK
% 85 90 100 100 100 0 0 100
g. Rasio pasangan cerai
ber-akta perceraian
% 90 95 100 100 100 31 49 50
h. Rasio penduduk
meninggal ber-akta
kematian
% 1 3 4 6 8 2 3 4
i. Termanfaatkannya NIK
sebagai data wajib
urusan 1 3 5 7 10 1 1 1

Sasaran terbangunnya sistem informasi kependudukan terdiri
dari 9 sasaran yang proses pendataannya berada pada DInas
Dukcapil. Secara umum, sasaran ini belum dapat mencapai
target yang telah ditetapkan, kecuali rasio penduduk ber-KTP,
rasio KK, dan NIK penduduk. Dari segi validitas data, data pada
tahun 2010 dan 2011 merupakan data perkiraan yang perlu di-
crosscheck lebih lanjut. Data perkiraan ini menjadikan tren



62
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
pencapaian kinerja terlihat tidak mulus dan menimbulkan
pertanyaan.
Rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk sudah memenuhi
target kinerja, dan sudah terekam dalam SIAK (Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan). Tinggal diperlukan usaha
penyempurnaan untuk melanjutkan proses perekaman basis
data kependudukan. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah
adanya penduduk ganda pada database sebanyak 30.000, yang
perlu diverifikasi lebih lanjut. Secara umum, program e-ktp yang
berbasis pada SIAK sudah berjalan dengan baik; hanya saja
terkadang koneksi jaringan masih bermasalah.
Prosentase bayi ber-akta kelahiran di tahun 2012 lebih rendah
dari tahun 2011 karena mulai Januari 2012 pemohon yang
usianya diatas 1 tahun harus melalui sidang pengadilan untuk
memperoleh akta. Meskipun demikian, secara administratif
semua bayi yang baru lahir sudah tercatat secara manual.
Realisasi pasangan ber-akta nikah rendah karena kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mengurusnya; sebagian
menganggap perkawinan secara agama (nikah siri atau
pernikahan di gereja) sudah mencukupi. Masyarakat baru
mengurus setelah membutuhkan akta nikah untuk persyaratan
anak masuk sekolah. Diperlukan penyuluhan secara kontinyu
pada masyarakat mengenai pentingnya akta nikah.
Rasio keluarga ber-KK sudah memenuhi target, dan perlu
dipertahankan. Jumlah wajib KK pada tahun 2012 adalah
452.567, dan yang ber-KK adalah 432.475. Rasio penduduk ber-
NIK juga sudah memenuhi target.
Rasio pasangan cerai ber-akta perceraian belum dapat
memenuhi target dan masih jauh dari tercapai. Data yang ada
hanya dari dari pasangan non-muslim yang menjadi tupoksi
Disdukcapil dan belum ada kerjasama dengan Pengadilan Agama
untuk pendataan pasangan cerai yang beragama Islam.
Rasio penduduk meninggal ber-akta kematian sudah memenuhi
target kinerja, tetapi target kinerja yang ditetapkan relatif sangat
rendah. Selain itu, masyarakat menganggap bahwa hal ini tidak
penting, dan kesadaran masyarakat rendah untuk melaporkan
informasi adanya kematian. Sebagai perbandingan, di Kota Tegal
setiap pendaftaran kematian akan mendapat dana duka Rp.
300.000,-. Secara administratif, konsekuensi dari hal ini adalah
tidak adanya penduduk Kabupaten Tegal yang meninggal dunia.
Akibatnya proses perubahan data penduduk hanya dipengaruhi
oleh kelahiran dan perpindahan penduduk dan penduduk
Kabupaten Tegal terus bertambah secara statistik karena data
penduduk lahir masuk dalam pencatatan, tetapi penduduk
meninggal tidak masuk dalam pencatatan. Jumlah penduduk
Kabupaten Tegal versi Dinas Dukcapil adalah 1,6 juta;
sedangkan menurut BPS adalah 1,3 juta.
Indikator kinerja terakhir yaitu pemanfaatan NIK sebagai data
wajib belum berfungsi secara optimal. Hingga tahun 2012, NIK
hanya dimanfaatkan sebagai basis data kependudukan. Rencana
global yang ada adalah mengintegrasikan NIK pada pelayanan
publik sehingga pelayanan dapat diberikan secara lebih efektif
dan efisien dengan adanya 1 nomor identitas. Hal ini
membutuhkan akselerasi dan dukungan dari Pemerintah Pusat.



63
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangunnya
sistem
informasi tata
ruang
a. Persentase luas
permukiman yang
tertata
% 75 80 85 90 95 30 80 N/A
b. Penyimpangan
terhadap RTRW
% 35 34 33 32 30 5 34 N/A
c. Rasio bangunan ber
IMB per satuan
bangunan
% 65 66 67 68 70 49 66 N/A

Sasaran terbangunnya sistem informasi tata ruang memiliki 3
indikator kinerja. Dari ketiga indikator tersebut, bisa dikatakan
tidak ada indikator kinerja yang dapat memenuhi target. Hal ini
terjadi karena sulitnya pengukuran indikator kinerja dimaksud,
dan juga tidak adanya basis data terkait indikator dimaksud.
Data mengenai prosentase luas permukiman yang tertata tidak
tersedia. Seharusnya, Kabupaten Tegal memiliki dokumen RP4D
sebagai cetak biru yang akan dijadikan acuan dalam
pembangunan kawasan permukiman, tetapi dokumen tersebut
tidak dimiliki. Data penyimpangan terhadap RTRW juga tidak
tersedia karena RTRW Kabupaten Tegal disusun pada tahun 2009
dan di-perda-kan pada tahun 2012; sedangkan review RTRW
dilaksanakan 5 tahun setelah RTRW ditetapkan. Data yang ada
pada tahun 2010 dan 2011 merupakan data hasil perkiraan
dengan membandingkan peta rencana penggunaan lahan
dengan peta penggunaan lahan eksisting. Indikator kinerja
terakhir yaitu rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan juga
relatif sulit untuk didata. Data mengenai jumlah IMB memang
dapat diperoleh, tetapi jumlah satuan bangunan di seluruh
wilayah Kabupaten Tegal tidak tersedia. Sebagai konsekuensi,
indikator kinerja dimaksud tidak dapat didefinisikan. Secara
umum, pengukuran indikator kinerja pada sasaran RPJMD ini
sangat sulit untuk dilakukan. Diperlukan usaha yang sangat keras
untuk membangun basis data yang valid dan up-to-date.





64
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangun
sistem data
tata ruang
spasial berbasis
TIK
berfungsinya lembaga
pengelola sistem data tata
ruang
keterangan : tersusunnya
dokumen standar
operasional prosedur (SOP)
pemutakhiran data tata
ruang spasial:
1) polusi air
2) ruang terbuka hijau
3) kawasan kumuh
4) konservasi pesisir
5) daerah rawan bencana
6) pedagang kaki lima (PKL)
7) sawah produktif
8) industri
9) lahan kritis
10) perdagangan
11) kemiskinan
% 20 40 60 80 100 0 0 0

Sasaran terbangunnya sistem data tata ruang spasial berbasis
TIK hanya terdiri dari satu sasaran, yaitu berfungsi optimalnya
BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah). Sayangnya,
BKPRD Kabupaten Tegal tidak berjalan dengan optimal.
Pada dasarnya, BKPRD Kabupaten Tegal merupakan badan
koordinasi yang mengurus tata ruang dalam lingkup wilayah
Kabupaten Tegal, dan terdiri dari 1 Sekretariat serta 2 Kelompok
Kerja; Pokja Perencanaan Tata Ruang dan Pokja Pengendalian
Pemanfaatan Ruang. Sekretariat BKPRD bertugas untuk
menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD



65
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Kabupaten Tegal; memfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja
kegiatan BKPRD Kabupaten Tegal; menyiapkan dan
mengembangkan informasi tata ruang Kabupaten Tegal; dan
menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan
terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Pokja Perencanaan Tata Ruang bertugas untuk memberikan
masukan kepada BKPRD Kabupaten Tegal dalam rangka
perumusan kebijakan perencanaan tata ruang Kabupaten Tegal;
mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang sesuai
ruang lingkup, wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten Tegal; melakukan evaluasi terhadap Rencana Tata
Ruang di Kabupaten Tegal; menginventarisasi dan mengkaji
masalah-masalah (konflik) yang timbul dalam perencanaan serta
memberikan alternatif pemecahannya; melaporkan kegiatan
kepada BKPRD Kabupaten Tegal serta menyampaikan usulan
pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD
Kabupaten Tegal. Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang
bertugas untuk memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten
Tegal dalam rangka perumusan kebijakan pemanfaatan dan
pengendalian ruang Kabupaten Tegal; mengkoordinasikan
pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap
rencana tata ruang; mengkoordinasikan penertiban dan
perizinan pemanfaatan ruang Kabupaten Tegal;
menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul
dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang serta memberikan
alternatif pemecahannya; dan melaporkan kegiatan kepada
BKPRD Kabupaten Tegal serta menyampaikan usulan
pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD
Kabupaten Tegal.
Masalah yang timbul dalam penataan ruang di Kabupaten Tegal
pada dasarnya berkaitan dengan Pokja Perencanaan Tata Ruang
dan Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang, karena Sekretariat
hanya bertugas administratif saja. Hal utama yang perlu
diperbaiki dalam Pokja Perencanaan Tata Ruang adalah sistem
kontrol dalam penyusunan Rencana Tata Ruang. Selama ini,
sistem kontrol yang ada cenderung kurang ketat sehingga RTR
yang dihasilkan masih memiliki banyak kekurangan yang
menimbulkan polemik dalam penerapannya. Sekarang, sesuai
dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, RUTRK yang
cenderung parsial akan digantikan dengan RDTRK yang lebih
aplikatif dalam proses perijinan. Dalam RDTRK diatur rencana
penggunaan lahan dalam satu kecamatan (tidak hanya IKK), dan
wilayah perkotaan dalam kecamatan. Dengan demikian, ada dua
jenis zoning; makro dan mikro. Zoning makro berlaku untuk satu
wilayah kecamatan; sedangkan zoning mikro berlaku bagi
wilayah perkotaan, dan lebih detail karena merupakan block
plan. Tugas BKPRD adalah melaksanakan supervisi dalam
pembuatan RDTRK agar rencana yang dihasilkan optimal dan
applicable. Setiap SKPD yang terlibat dalam Pokja Perencanaan
Tata Ruang harus memiliki visi yang sama dalam mengarahkan
perkembangan kota dan mempunyai komitmen yang tinggi
dalam penentuan rencana tata ruang; dan setiap penyusunan
RTR tentu saja harus melibatkan masyarakat sebagai subyek dan
obyek pembangunan.



66
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam Pokja Pengendalian
Pemanfaatan Ruang adalah sistem perijinan pembangunan.
Pembangunan fisik suatu kawasan memerlukan beberapa
langkah yang harus dilakukan. Wewenang BKPRD adalah
pemberian ijin lokasi yang mencakup perubahan status tanah,
pengecekan dengan RTR, paparan pandangan anggota tim
berdasarkan kebijakan SKPD yang diampu, peninjauan lapangan,
diskusi antar anggota tim, dan pengambilan keputusan. Proses
perubahan status tanah dari tanah sawah menjadi tanah kering
perlu diperketat guna meminimalisir oknum yang memanfaatkan
celah yang ada. Selain itu, penerapan peraturan juga harus
dilaksanakan dengan konsisten. Pelaksanaan pembangunan yang
tidak sesuai RTR harus cepat disikapi sehingga tidak
menimbulkan kesan bahwa Pemerintah Kabupaten Tegal tidak
tanggap dan cenderung melakukan pembiaran terhadap
pelanggaran. Ketidak-tegasan dan inkonsistensi dalam
pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
menjadi preseden bagi peningkatan skala pelanggaran yang
memiliki dampak negatif signifikan terhadap lingkungan hidup.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu untuk mendapatkan
penyadaran publik mengenai RTR yang berlaku sehingga
terbangun rasa memiliki untuk menjaga pemanfaatan lahan agar
sesuai dengan RTR. Selain berpartisipasi dalam penyusunan RTR,
masyarakat juga berhak dan wajib untuk berpartisipasi dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.
Dengan komitmen BKPRD yang kuat, maka RTR akan berfungsi
secara optimal, perkembangan wilayah dapat diarahkan, dan
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangunnya
sistem
informasi daya
dukung wilayah
a. Persentase rumah
tangga yang
menggunakan listrik
% 90 92 94 96 98 80,6 85,25 85,25
b. Luas wilayah produktif
pertanian
% 53,1 53 52,9 52,8 52,7 N/A N/A N/A
c. Rasio ruang terbuka
hijau per satuan luas
wilayah
% N/A N/A 1,1
d. Persentase
penanganan sampah
% 73 75 77 78,5 80 72,73 72,73 65,25



67
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
e. Persentase sampah
yang terdaur-ulang
% 5 10 15 20 25 N/A N/A N/A
f. Rasio jaringan irigasi 0,01133 0,01134 0,01134 0,01134 0,01135 0,00548 0,00492 0,00492

Sasaran terbangunnya sistem informasi daya dukung wilayah
terdiri dari 6 indikator kinerja. Dari enam indikator, hanya empat
yang datanya tersedia; sedangkan dua lainnya tidak. Dari empat
indikator yang ada, semuanya tidak dapat memenuhi target
kinerja yang ditetapkan.
Prosentase rumah tangga yang menggunakan listrik masih jauh
dari target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi terutama pada
kawasan terisolir yang sulit diakses. Jaringan utama listrik PLN
adalah melalui tiang, dan daerah terisolir sulit dicapai untuk
mendirikan tiang listrik. Data ini diambil dari data jangkauan
pelayanan energi listrik. Solusi yang dapat diambil diantaranya
adalah perbaikan akses menuju ke daerah terisolir dan
pengembangan pembangkit listrik dengan tenaga alternatif
seperti PLTMH, PLTS (tenaga surya), dan PLTB (tenaga bayu)
yang disesuaikan dengan kondisi eksisting. Mengingat bahwa hal
ini membutuhkan biaya investasi awal yang cukup besar, maka
dibutuhkan peran pemerintah untuk menanggung initial cost
yang ada.
Selanjutnya, data mengenai luas wilayah produktif pertanian
tidak tersedia. Data yang ada adalah data produktivitas padi tiap
satuan luas, sedangkan luasan sawah yang produktif tidak
tersedia. Lebih jauh lagi, indikator wilayah produktif relatif
sulit untuk didefinisikan dengan jelas.
Indikator rasio ruang terbuka hijau per satuan luas bahkan tidak
memiliki target kinerja. Idealnya, berdasarkan pada UU 26/2007
tentang Penataan Ruang, rasio ruang terbuka hijau adalah
minimal 30%. Ruang terbuka hijau ini tidak termasuk ruang
terbuka yang digunakan sebagai kawasan budidaya (misalnya
sawah) ataupun kawasan lindung. Luasan ruang terbuka hijau
pada tahun 2012 hanya 1,1%; masih sangat sedikit dari luasan
ideal. Dari segi penentuan indikator kinerja, ruang terbuka hijau
dirasa kurang tepat digunakan dan akan lebih baik jika yang
dipakai sebagai indikator adalah ruang terbuka (secara umum).
Ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka
non hijau, yang keduanya dapat berfungsi sebagai area resapan
air. Perbedaannya adalah ruang terbuka hijau cenderung
berfungsi sebagai paru-paru kota, sedangkan ruang terbuka non
hijau dapat berfungsi sebagai kawasan untuk bersosialisasi dan
pusat aktivitas masyarakat.



68
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Senada dengan rasio ruang terbuka hijau, prosentase
penanganan sampah juga belum memenuhi target yang
ditetapkan; bahkan kinerjanya mengalami penurunan pada
tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sarana
pengangkut sampah di Kabupaten Tegal. Proses pengangkutan
sampah hanya dapat melayani daerah perkotaan dan beberapa
titik yang menjadi pusat aktivitas masyarakat. Pada daerah
perdesaan, sampah yang ada dibakar atau ditimbun dalam tanah.
Menyikapi hal ini, diperlukan penyuluhan pada masyarakat
untuk memilah sampah organik dan non-organik. Sampah
organik dapat diproses lebih lanjut menjadi kompos, sedangkan
sampah non organik dapat dikumpulkan dan didaur ulang atau
dibakar ketika kondisi tidak memungkinkan.
Indikator selanjutnya yaitu prosentase sampah yang terdaur-
ulang tidak dapat dikur kinerjanya karena tidak tersedianya data.
Secara umum, daur ulang sampah belum menjadi budaya di
Kabupaten Tegal, dan membutuhkan sosialisasi secara intensif
untuk membudayakannya.
Indikator terakhir yaitu rasio jaringan irigasi juga tidak
memenuhi target kinerja yang telah ditetapkan. Panjang jaringan
irigasi tahun 2010 2012 adalah 1.980.120 m dan tidak
mengalami penambahan. Jaringan irigasi ini terdiri dari jaringan
irigasi teknis primer 36.613 m, jaringan irigasi teknis sekunder
285.150 m, jaringan irigasi teknis tersier 822.535 m, dan jaringan
irigasi non teknis 835.822 m. Luasan sawah tahun 2010 adalah
36.147 ha, tahun 2011 adalah 40.220 ha, dan tahun 2012 adalah
40.235 ha. Setelah dikonversi dalam m
2
, kemudian dibandingkan
dengan panjang jaringan irigasi, maka diperoleh angka rasio
jaringan irigasi. Kecilnya rasio jaringan irigasi ini diperparah
dengan kondisi jaringan yang hanya sekitar 50% berada dalam
kondisi baik. Untuk menjaga ketahanan pangan, perbaikan
jaringan irigasi perlu menjadi perhatian dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Juga, diperlukan koordinasi dengan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat terkait kewajiban
pemeliharaan dan operasional jaringan, mengingat jaringan
dengan daerah irigasi antara 1.000 ha 3.000 ha dan berada
batas kabupaten menjadi kewenangan provinsi, dan jaringan
dengan daerah irigasi lebih dari 3.000 ha dan berada pada batas
provinsi menjadi kewenangan pusat.


SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangunnya
infrastruktur
a. Jumlah jaringan
komunikasi
Unit 4 8 10 10 14 33 33 34



69
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
TIK
b. Rasio wartel/warnet
terhadap penduduk
% 0,27 0,26 0,25 0,14 0,11
c. Jumlah SKPD yang
terhubung dalam
jaringan intranet
% SKPD 10 20 30 40 50 10 14 33

Sasaran terbangunnya infrastruktur TIK terdiri dari 3 indikator
kinerja, yang performanya relatif bagus dan sudah memenuhi
target. Secara makro, infrastruktur TIK yang berupa website
www.tegalkab.go.id telah berfungsi aktif dan di-update secara
kontinyu mulai 2011. Pengelolaan website berada pada Dinas
Hubkominfo.
Jumlah jaringan komunikasi di Kabupaten Tegal sudah
memenuhi target, yang berupa titik wireless (sebanyak 34 titik
pada tahun 2012). Hanya saja, tidak semua titik dapat berfungsi
secara aktif karena sudah mengalami kerusakan. Target pada
akhir tahun 2012 adalah 21 titik dapat berfungsi, dengan
prioritas pemfungsian pada kantor Kecamatan, Dinas Dukcapil,
Dinas Hubkominfo, dan Perpusarda. Dari 34 titik tersebut,
idealnya setiap tahun terdapat anggaran untuk melaksanakan
perawatan. Hanya saja, anggaran yang ada tidak mencukupi dan
hanya cukup untuk melakukan perawatan pada 5 titik; anggaran
yang ada juga hanya untuk penggantian alat dan tidak ada
anggaran untuk tenaga operasional.
Indikator rasio wartel/warnet terhadap penduduk tidak terukur
karena data yang dibutuhkan tidak tersedia. Dengan penetrasi
telepon seluler yang masif bahkan hingga ke daerah perdesaan,
rasio wartel dirasa tidak perlu digunakan lagi sebagai indikator
kinerja. Sementara, rasio warnet juga sulit untuk diukur. Kondisi
eksisting yang ada adalah banyak wanet baru yang muncul dan
diikuti dengan rental game online. Secara kuantitas, warnet yang
ada sudah cukup banyak. Hal yang menjadi persoalan adalah
data persebaran warnet. Kondisi sekarang adalah warnet
cenderung terpusat pada kawasan perkotaan. Sumber jaringan
internet memang tidak hanya terpusat pada warnet karena
jaringan fixed-line PSTN dan langganan (internet service provider)
ISP personal sudah banyak tersedia; tetapi kedua layanan itu
juga hanya terpusat pada kawasan perkotaan. Di sisi lain,
layanan langganan data menggunakan operator telekomunikasi
seluler terkendala dengan kualitas sinyal yang (juga) hanya bagus
pada kawasan perkotaan.
Pada dasarnya, akses untuk penggunaan internet merupakan hal
yang cukup mendesak untuk dikerjakan karena dapat membuka



70
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
komunikasi yang tanpa batas pada seluruh dunia, dan hal ini
perlu menjadi prioritas pemerintah untuk memperluas jaringan
yang ada. Untuk menjangkau keseluruhan wilayah, Pemerintah
Kabupaten Tegal mengadakan hotspot kecamatan yang
ditempatkan pada kantor kecamatan. Pemerintah Pusat juga
turut memperluas akses jaringan internet melalui program Pusat
Layanan Internet Kecamatan (PLIK) di 18 kecamatan. PLIK
merupakan warnet yang disewa Pemerintah selama 4 jam tiap
hari untuk memberikan akses internet murah (Rp 1.000,-/jam)
dan setelahnya dikembalikan pada mekanisme pasar. Ada juga
M-PLIK (Mobile PLIK) yang sama seperti PLIK, tetapi
menggunakan 1 buah mobil yang dilengkapi 4-5 laptop. Ada 4
mobil layanan yang berkeliling wilayah Kabupaten Tegal.
Sayangnya, M-PLIK sering disalahgunakan sebagai mobile PPOB.
Indikator kinerja terakhir yaitu jumlah SKPD yang terhubung
dalam jaringan intranet pada akhir 2012 sudah memenuhi target
yang ditetapkan. Prioritas intranet adalah untuk kecamatan,
Disdukcapil (untuk program SIAK), dan Dinas Hubkominfo. Di
tahun 2012 Perpusarda juga tergabung dalam jaringan. Idealnya,
semua SKPD terhubung dengan intranet. Tower intranet (ada 23
tower milik Pemerintah Kabupaten Tegal) banyak yang rusak
sehingga tidak berfungsi secara optimal. Masalah yang sering
terjadi adalah usia pakai peralatan wi-fi yang hanya 2 tahun dan
membutuhkan penggantian secara berkala. Konsekuensinya,
seharusnya tidak ada biaya perawatan komponen wi-fi, tetapi
langsung diganti baru; sementara pada kenyataannya perawatan
peralatan wi-fi muncul sebagai kegiatan dalam APBD, satu hal
yang menjadi pertanyaan. Masalah lain adalah pencurian
komponen yang sering terjadi, terutama kabel ground.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terbangunnya
sistem
komunikasi
data
a. Jumlah SKPD yg
memiliki alamat email
SKPD 55 0 0 0 0 55 55 55
b. Jumlah Pemerintah
Desa yg memiliki
alamat email
Desa 281 0 0 0 0 0 0 281
c. Jumlah SKPD yang
memiliki data digital
55 55 55




71
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Sasaran terbangunnya sistem komunikasi data terdiri dari 3
indikator kinerja yang kesemuanya sudah melampaui target
secara kuantitas.
Jumlah SKPD yang memiliki alamat e-mail sudah mencakup
semua SKPD yang menginduk pada website Kabupaten Tegal
yaitu www.tegalkab.co.id. Hanya saja, kondisi apakah alamat e-
mail tersebut aktif digunakan atau tidak, tidak dapat diperiksa
karena alamat e-mail merupakan domain dari masing-masing
SKPD. Hal yang dapat dilakukan oleh Dinas Hubkominfo (sebagai
administrator website www.tegalkab.go.id) adalah melakukan
cek pada kapasitas e-mail; dan semuanya terisi. Hanya saja, hal
tersebut tidak dapat dijadikan patokan bahwa e-mail yang
bersangkutan aktif, karena isi dari e-mail tersebut bisa saja
berupa spam. Begitu juga dengan alamat e-mail Pemerintah
Desa. Semua Pemerintah Desa di Kabupaten Tegal dibuatkan
alamat e-mail oleh Dinas Hubkominfo, tetapi tidak dapat
diketahui kondisinya; apakah alamat e-mail tersebut aktif
ataukah tidak. Di sisi lain, tidak ada kewajiban bagi SKPD untuk
aktif memanfaatkan e-mail resmi SKPD. Diperlukan kebijakan
dari atas (top-down) agar SKPD mencantumkan alamat e-mail
pada kop surat dan aktif menggunakan e-mail tersebut.
Indikator terakhir yaitu jumlah SKPD yang memiliki data digital
relatif sulit diukur karena definisi data digital sangat luas. Jika
elamat e-mail dapat digunakan untuk memenuhi kriteria
dimaksud, maka semua SKPD di Kabupaten Tegal telah dapat
memenuhi target untuk memiliki data digital.
Secara umum, indikator kinerja yang ditetapkan sebagai ukuran
keberhasilan sasaran ini kurang tepat. Akan lebih baik jika data
yang digunakan juga menyertakan indikator secara kualitatif
seperti keaktifan dan intensitas penggunaan.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terlaksananya
TIK
kependidikan
a. Jumlah sekolah
berakses internet
Sekolah 57 60 65 70 75 Semua
sekolah

b. SIM Pendidikan (e-
book)
Paket 1 1 1 1 1 1 1 1

Sasaran terlaksananya TIK kependidikan sudah memenuhi
target yang ditetapkan. Semua sekolah diwajibkan untuk
mempunyai akses internet yang digunakan sebagai basis data
SIM Pendidikan. SIM Pendidikan juga sudah ada dan menginduk



72
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
pada Dinas Dikpora, yang pelaporannya akan disampaikan ke
Dinas Pendidikan Provinsi Jateng dan Kementerian Pendidikan
Nasional. Sama dengan sasaran terbangunnya sistem
komunikasi data di atas, hal yang perlu mendapat penekanan
adalah validitas data dan keterbaruan data.


SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Meningkatnya
aktivitas
Litbang
Pemerintah
a. Jumlah hasil kajian Paket 5 5 5 5 5 N/A N/A N/A
b. Jumlah hasil kajian
yang teraplikasikan
Paket 5 5 5 5 5 N/A N/A N/A

Sasaran meningkatnya aktivitas litbang pemerintah terdiri dari
2 sasaran yaitu jumlah hasil kajian dan jumlah hasil kajian yang
teraplikasikan. Pada dasarnya, hasil kajian litbang pemerintah
rutin diadakan setiap tahun di setiap SKPD dalam bentuk yang
berbeda-beda tergantung pada masing-masing SKPD (termasuk
di dalamnya adalah kajian rutin). Hanya saja, hal tersebut belum
pernah didata sehingga jumlah hasil kajian (khususnya studi
penelitian pemerintah daerah) tidak diketahui jumlahnya.
Sebagai konsekuensi, aplikasi hasil kajian tersebut juga tidak
diketahui datanya. Hal ini diperburuk dengan kondisi bahwa
belum tentu hasil kajian yang ada akan diaplikasikan dalam
bentuk kebijakan resmi pemerintah.


SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Tumbuhnya
budaya Litbang
masyarakat
a. Jumlah
kelompok/lembaga
Litbang masyarakat
Kelomp
ok
2 3 4 5 6 N/A N/A N/A



73
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
b. Jumlah hasil kajian
masyarakat yang
terpublikasikan
Paket 5 5 5 5 5 N/A N/A N/A
c. Partisipasi masyarakat
dalam kreanova
Thema 25 25 25 25 25 40 33 45

Sasaran ini pada dasarnya sama dengan sasaran yang ada pada
prioritas Pendidikan. Sasaran tumbuhnya budaya litbang
masyarakat terdiri dari 3 indikator kinerja. Dari 3 indikator,
hanya ada 1 indikator yang dapat diukur kinerjanya. Dua
indikator yaitu jumlah kelompok/lembaga litbang masyarakat
dan jumlah hasil kajian masyarakat yang terpublikasikan tidak
terukur karena tidak ada data yang tersedia. Pada dasarnya,
kedua indikator tersebut telah berjalan di masyarakat; hanya
saja tidak ada data yang valid yang dapat meng-cover indikator
bersangkutan. Diperlukan usaha yang keras untuk menggali basis
data mengenai kelompok litbang di masyarakat dan hasil kajian
masyarakat yang terpublikasikan.
Sementara, partisipasi masyarakat dalam kreanova selalu
melebihi target kinerja, meskipun sempat turun pada tahun 2011.
Kreanova merupakan kegiatan resmi tahunan di Bappeda
Kabupaten Tegal yang berusaha untuk menghimpun kreasi dan
inovasi yang ada pada masyarakat (melalui lomba kreanova) dan
mengaplikasikannya. Peminat lomba kreanova relatif tinggi pada
tiap tahun pelaksanaan, dan hal ini harus dipertahankan dan jika
memungkinkan dapat ditingkatkan.


SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Berkembangny
a pengetahuan
tradisional
a. Jumlah pengetahuan
tradisional yang
teridentifikasi
Jenis 2 2 2 2 2 N/A N/A N/A



74
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
b. Jumlah pengetahuan
tradisional yang
dikembangkan
Jenis 1 1 1 1 1 N/A N/A N/A

Sasaran berkembangnya pengetahuan tradisional terdiri dari
dua indikator kinerja mengenai pengetahuan tradisional. Sama
seperti sasaran meningkatnya aktivitas litbang pemerintah di
atas, data mengenai pengetahuan tradisional tidak tersedia,
sehingga jumlah dan pengembangan pengetahuan tradisional
tidak diketahui jumlahnya. Secara umum, pengetahuan
tradisional masih berkembang di masyarakat dalam bentuk
kearifan lokal dan teknologi tepat guna yang sesuai dengan
kondisi eksisting pada masyarakat lokal. Permasalahan yang ada
adalah tidak adanya basis data yang lengkap mengenai hal
tersebut sehingga Pemerintah merasa kesulitan dalam
mengembangkannya.

2.5.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas
Data/Informasi adalah:
1. Jaringan SIAK belum berfungsi secara optimal. Sebelumnya,
Kabupaten Tegal mendapat bantuan implementasi SIAK dari
GTZ; namun dalam pelaksanaannya tidak dapat mengikuti
target yang ditetapkan sehingga tidak lagi mendapat
bantuan.
2. Tidak adanya basis data tata ruang (spatial database) yang
valid dan up-to-date. Basis data ini sangat diperlukan
sebagai pedoman pembangunan.
3. Tidak berfungsinya BKPRD yang menyebabkan
pembangunan fisik kota seringkali dilakukan tanpa
memperhatikan rencana tata ruang yang sudah ditetapkan.
Bahkan pembangunan seringkali dilaksanakan tanpa
mengikuti mekanisme yang baku (tanpa ada ijin).
4. Jangkauan pelayanan listrik masih rendah.
5. Indikator kinerja tentang ruang terbuka hijau kurang tepat
digunakan. Akan lebih tepat jika yang digunakan sebagai
indikator adalah ruang terbuka secara umum, dan kemudian
dijabarkan lebih detail menjadi ruang terbuka hijau dan
ruang terbuka non hijau.
6. Rasio penanganan sampah masih rendah.
7. Kondisi jaringan irigasi yang semakin buruk.



75
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
8. Ada missing link dalam melihat gambaran besar tujuan
penerapan TIK di Kabupaten Tegal. Hal ini tergambar dalam
keadaan Kabupaten Tegal yang kekurangan ahli TI, serta
pengambil kebijakan yang ada bukan orang yang berpikir TI
(tidak perlu ahli di bidang TI, tetapi bisa melihat tujuan akhir
dan me-manage penerapan TI). Hal ini dapat menjadi
masukan untuk BKD dalam menempatkan personil, karena
banyak pegawai yang tidak memiliki job description sesuai
dengan kompetensinya.

2.5.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Penyusunan roadmap penyusunan basis data
kependudukan.
2. Optimalisasi jaringan SIAK.
3. Pelayanan permohonan KTP cukup dilayani di kantor
Kecamatan. Dinas Dukcapil hanya melayani permohonan ijin
tinggal bagi WNA.
4. Pembangunan basis data spasial yang valid dan up-to-date.
Basis data ini akan digunakan sebagai dasar penyusunan tiap
rencana tata ruang dan studi kajian. Kabupaten Tegal telah
mempunyai basis data dimaksud. Data yang belum dimiliki
adalah SITR (Sistem Informasi Tata Ruang) yang fungsinya
adalah menjadikan tampilan informasi tata ruang menjadi
lebih bersahabat untuk masyarakat awam (user-friendly).
Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan basis data
spasial yang ada dengan kegiatan yang dilaksanakan
Pemerintah melalui pemetaan kegiatan secara spasial.
5. Revitalisasi fungsi BKPRD.
6. Pengembangan sumber energi listrik alternatif seperti
PLTMH dan PLTS. Karena keterbatasan dana, maka
Pemerintah Kabupaten Tegal sebaiknya berkonsentrasi pada
pembangkit listrik skala mikro dan diprioritaskan pada
kawasan terpencil. Penyediaan pada kawasan perkotaan
menjadi tanggungjawab PLN dan terhubung dalam
interkoneksi jaringan nasional.
7. Perlu peningkatan pelayanan pengangkutan sampah
khususnya di wilayah perkotaan. Bank sampah sudah
diinisiasi, dan dalam proses pengembangan. Di sisi lain,
masyarakat perlu dididik untuk memisahkan sampah sesuai
klasifikasi organik - non organik - daur ulang, khususnya di
wilayah perdesaan. Sampah organik dapat diproses menjadi
kompos dengan menggunakan komposter, sedangkan
sampah non organik dapat didaur ulang.
8. Untuk memperbaiki kondisi sarana dan jaringan irigasi,
dibutuhkan penambahan jaringan baru, perbaikan kondisi (<
50% jaringan berada dalam kondisi yang baik), dan
perawatan agar fungsinya tidak menurun. Hal ini
membutuhkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi (pada
DI dengan luas areal irigasi 1.000 3.000 ha dan lintas



76
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
kabupaten) serta Pemerintah Pusat (pada DI dengan luas
areal irigasi > 3.000 ha dan lintas provinsi).
9. Diperlukan roadmap pengembangan TIK Kabupaten Tegal.
Open source: apakah benar-benar dibutuhkan oleh
Kabupaten Tegal? Bukan yang maksimal yang dibutuhkan,
tetapi yang optimal. Kabupaten Tegal tidak boleh hanya
menyiapkan hardware dan software saja, tetapi terutama
harus menyiapkan pengguna software (menyiapkan SDM).
Pada faktanya, beberapa program juga tidak kompatibel
dengan open source, terutama SIM. Berkaitan dengan
operating system, dimungkinkan adanya kerjasama dengan
Microsoft untuk lisensi Windows bagi perkantoran (satu
lisensi dipakai untuk beberapa komputer).
10. Pemakaian e-mail bisa sangat menghemat pemakaian
kertas, hanya saja belum ada SKPD yang menjalankannya.
Perlu kebijakan top-down untuk melaksanakan hal ini.
11. Perlu adanya proses perencanaan dan penganggaran yang
berkelanjutan. Pengalaman kerjasama dengan GTZ
seharusnya menjadi bahan pembelajaran. Kabupaten Tegal
adalah kabupaten yang selalu terdepan dalam inisiasi, tetapi
dalam pelaksanaannya selalu tertinggal dan tidak pernah
tuntas.
12. Indeks Perbup sebaiknya tidak terlalu kaku karena
pergerakan harga terutama komponen elektronik dan
komputer sangat cepat berubah. Akan lebih baik jika ada
suplemen setiap 3 bulan; dan harga barang bukan berdasar
merk, tetapi berdasar penggunaan (misalnya komputer
untuk penggunaan administrasi perkantoran seharga Rp. xxx
dan untuk penggunaan desain visual seharga Rp. yyy).
13. Data tidak hanya tentang ketersediaan, tetapi juga validitas
dan kebaruan. Oleh karenanya, dibutuhkan update serta cek
dan cross-check data secara berkala untuk memastikan tiga
hal tersebut dapat dipenuhi.

---===+++ooOOOoo++===---

















77
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAB II.6. PRIORITAS 6
KESEJAHTERAAN SOSIAL

2.6.1. PENGANTAR
Misi Kelima dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah Mengembangkan kualitas tata kehidupan masyarakat
dengan penguatan peranan wanita, keluhuran nilai-nilai
keluarga yang dilandasi kearifan lokal. Misi ini adalah adalah
upaya penataan sistem tata kehidupan masyarakat yang
mewadahi dinamika kemasyarakatan. Ini dilakukan dengan terus
memperkokoh kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
Aplikasinya bisa dilakukan secara berjenjang berdasarkan
stratifikasi kehidupan sosial, budaya dan kearifan lokal. Hal ini
tidak bisa dilepaskan dari peranan perempuan, yang secara
umum status perempuan dalam masyarakat masih memerlukan
perhatian. Budaya paternalistik yang masih banyak dianut oleh
masyarakat relatif meletakkan laki-laki sebagai pengambil
keputusan utama dalam rumah tangga.
Penguatan kapasitas manusia dari dalam keluarga akan
membentuk mentalitas yang kuat, tangguh, berkarakter,
berintegritas, dan adaptif. Penguatan ini pada akhirnya secara
agregatif akan mewujudkan masyarakat Kabupaten Tegal yang
memiliki sifat gotong royong dan saling menguatkan dalam
membangun daerah.
Upaya untuk mengembangkan kualitas tata kehidupan
masyarakat akan dilakukan melalui penerapan kebijakan yang
diarahkan pada upaya menstimulasi peningkatan kesadaran dan
sikap apresiasif keluarga sejahtera dengan memaksimalkan
peran dan fungsi lembaga-lembaga sosial; dan membuka ruang
aktualitas diri secara maksimal di ranah publik bagi para wanita
dan ibu rumah tangga untuk menunjukkan potensi diri
berdasarkan asas kesetaraan gender.
Prioritas Kesejahteraan Sosial pada RPJMD Kabupaten Tegal
2009-2014 terkait dengan empat Sasaran RPJMD yaitu
Terwujudnya perlindungan terhadap ancaman dari luar lingkup
keluarga, Terwujudnya perlindungan terhadap KDRT,
Terwujudnya perkuatan moral agama, dan Tertanganinya
bencana alam; yang dijabarkan dalam delapan Program Daerah
yaitu Pengembangan partisipasi kelembagaan peduli Pekat dan
PMKS, Pengembangan unit rehabilitasi Pekat, Pengembangan
unit penanganan PMKS, Penguatan lembaga perlindungan
terhadap kekerasan berbasis gender, Perkuatan forum
komunikasi antar umat, Dukungan aktivitas keagamaan,
Antisipasi bencana alam, dan Pencegahan dan pemulihan
bencana alam.






78
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.6.2. PENCAPAIAN PRIORITAS KESEJAHTERAAN SOSIAL
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
perlindungan
terhadap
ancaman dari luar
lingkup keluarga
a. Rata-rata jumlah
kelompok binaan PKK
(2009 : 14.010 Dasa
Wisma - 390.213 KK)
Kel. 14.297 14.584 14.871 15.158 15.445 13.582 12.880 N/A
b. Menurunnya angka
kenakalan remaja
% 62 48 42 34 26 28 132 N/A
c. Berkurangnya penyakit
masyarakat (Pekat)
% 173 152 146 138 125 96 63 N/A
d. Jumlah lembaga
penyuluhan keluarga :
Unit 8
1) BKB keluarga 9.626 10.107 10.612 11.143 11.700 12.568 13.054 N/A
2) BKR keluarga 7.404 7.774 8.163 8.571 9.000 12.062 14.821 N/A
3) BKL (5%) keluarga 9.107 9.562 10.040 10.622 11.153 10.394 10.942 N/A
4) BLK (5%) kelompok 287 305 323 341 359 287 0 N/A
5) BUPPKS (5%) kelompok 1.844 1.862 1.880 1.898 1.916 1.894 1.998 N/A
e. Terbentuknya forum
anak tingkat kecamatan
3 5 6 8 9 0 0 0

Sasaran pertama yaitu Terwujudnya perlindungan terhadap
ancaman dari luar lingkup keluarga dijabarkan dalam lima
indikator kinerja yang sumber datanya berasal dari BPPKB,
Bapermasdes, Dinas Sosnakertrans, dan Dinas Dikpora
Kabupaten Tegal. Indikator kinerja pertama yaitu Rata-rata
jumlah kelompok binaan PKK (2009 : 14.010 Dasa Wisma -
390.213 KK) masih belum dapat mencapai target yang
ditetapkan, bahkan tren yang ada mengalami penurunan. Hal ini
perlu lebih ditingkatkan di masa datang karena kelompok binaan
PKK merupakan indikator hasil pemberdayaan wanita dalam
komunitas masyarakat. Kegiatan dalam kelompok Dasa Wisma
diusahakan agar dapat memberikan kontribusi yang positif pada



79
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
lingkungan. Indikator kedua yaitu Menurunnya angka kenakalan
remaja juga belum dapat mencapai target, bahkan angka
kenakalan semakin meningkat tiap tahun. Pada dasarnya,
nomenklatur kenakalan remaja kurang tepat dipakai, dan akan
lebih tepat jika yang digunakan adalah anak nakal. Data yang
ada memiliki validitas 80%, yang sumbernya dari tiap desa. Solusi
untuk menangani anak nakal adalah pembinaan panti (dikirim ke
Panti Sosial Bina Remaja di Ungaran) dan pembinaan non panti.
Data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 98 kasus, hanya
tertangani 20, sedangkan sisanya 78 tidak tertangani.
Penanganan anak nakal ini tidak cukup hanya dengan tindakan
represif saja; yang lebih penting adalah tindakan preventif.
Dibutuhkan lingkungan keluarga dan masyarakat yang
mendukung untuk melaksanakan hal tersebut. Kepolisian juga
mengadakan pembinaan rutin untuk mencegah munculnya anak
nakal, dan ada peta sekolah rawan kenakalan. Usaha lain yang
dilakukan adalah kemah bakti antar sekolah untuk menambah
keakraban antar remaja. Indikator selanjutnya yaitu
Berkurangnya penyakit masyarakat (Pekat) sudah mencapai
target yang ditetapkan, dan tren yang ada juga sangat baik.
Secara umum, terdapat 6 masalah kesejahteraan sosial:
kemiskinan, anak telantar, cacat, tuna sosial, korban bencana,
dan korban eksploitasi. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Tegal
secara umum selalu mengalami penurunan; bahkan prosentase
warga miskin yang ada di bawah rata-rata Jawa Tengah dan
Indonesia, serta laju penurunannya juga lebih baik dibanding laju
penurunan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah dan
Indonesia. Setiap tahun Dinas Sosnakertans juga memberikan
pelatihan untuk anak cacat dan anak terlantar @20 anak yang
diberikan pelatihan menjahit; selain itu juga diadakan Porseni
untuk kaum difabel yang menjadi agenda rutin tahunan.
Sementara, penanganan eks pengguna narkoba dan eks WTS
raltif berhasil, terutama yang mendapatkan perawatan di panti;
sayangnya pembinaan di masyarakat kurang berhasil dalam
membentuk mental yang lebih baik. Indikator keempat yaitu
Jumlah lembaga penyuluhan keluarga sudah tercapai. Hal yang
perlu mendapat perhatian adalah data yang ada hanya
mengukur kuantitas saja, dan belum memperhatikan
fungsionalitas lembaga penyuluhan keluarga. Akan lebih baik jika
data yang ada juga menampilkan seberapa jauh lembaga
tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Indikator
terakhir yaitu Terbentuknya forum anak tingkat kecamatan
bahkan tidak dapat dilaksanakan, dan Kabupaten Tegal tidak
memiliki satupun forum anak. Hal ini perlu mendapat perhatian
agar dapat dilaksanakan pada tahun mendatang.







80
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
perlindungan
terhadap KDRT
a. Rasio KDRT 0,15 0,15 0,14 0,14 0,12 N/A N/A N/A
b. Persentase jumlah tenaga
kerja di bawah umur
% 602 597 591 585 578 137 117 465
c. Tersusunnya peraturan
perundangan tentang
gender dan anak
Paket 2 - - - - N/A N/A N/A
d. Terbentuknya Pusat
Pelayanan Terpadu
Korban Kekerasan
Berbasis Gender (2009 :
Tingkat Kabupaten
terbentuk)
Kec. 3 6 10 14 18 N/A N/A N/A

Sasaran Terwujudnya perlindungan terhadap KDRT terdiri dari
empat indikator. Sayangnya, tiga indikator yaitu Rasio KDRT,
Tersusunnya peraturan perundangan tentang gender dan anak,
dan Terbentuknya Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan
Berbasis Gender (2009 : Tingkat Kabupaten terbentuk) tidak
memiliki data sehingga kinerja Kabupaten Tegal tidak dapat
diukur. Berkaitan dengan KDRT, terdapat Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga yang berlokasi di Slawi, yang membantu
menangani masalah sosial. Hanya saja, lembaga ini belum
berfungsi secara optimal karena anggaran yang ada hanya Rp.
50.000,- pertahun yang dianggarkan melalui pamong desa.
Sementara, indikator Prosentase jumlah tenaga kerja di bawah
umur sudah memenuhi target yang ditetapkan. Pendataan
dilakukan pada tahun 2012, dan jumlah tersebut merupakan
pekerja anak yang bekerja di sektor informal. Hal yang perlu
mendapat perhatian adalah tren yang ada cenderung meningkat.
Kondisi ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi eksploitasi pada
anak, khususnya anak usia sekolah.






81
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
perkuatan moral
agama
a. Rasio tempat ibadah per
satuan penduduk (ideal 1
masjid/3.500 orang, 1
musholla/800 orang)
2.820 2.850 2.850 2.900 2.900 2.820 2.850 2.850
b. Peningkatan jumlah
lembaga dakwah (majelis
taklim)
Lembaga N/A N/A N/A
c. Jumlah forum komunikasi
keagamaan
1) FKUB (1)
2) FKKB(1)
3) Forkom Hafid
Hafidhoh(1)
4) Forkom Imam
Rowatib(1)
5) Forkom Khotib
Mibaligh & PAIDAH (1)
6) Forkom Pondok
Pesantren(1)
7) FKMD(19)
8) Bako TPQ (19)
Jenis 8 8 8 8 8 8 8 8
d. Terbentuknya BAZ di tk.
Kec..
Unit 3 3 4 4 4 0 0 0
e. Bertambahnya Lembaga
pendidikan keagamaan
(2009 terdapat 1400)
50 50 50 50 50 50 50 50
f. Tersusunnya data base
bid. Keagamaan
paket 1 1 1 1 1 0 0 1




82
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Sasaran Terwujudnya perkuatan moral agama terdiri dari enam
indikator. Indikator pertama yaitu Rasio tempat ibadah per
satuan penduduk (idealnya 1 masjid/3.500 orang, 1
musholla/800 orang) sudah dapat mencapai target kinerja; hal
yang patut diapresiasi. Indikator selanjutnya yaitu Peningkatan
jumlah lembaga dakwah (majelis taklim) sulit untuk diukur
kinerjanya karena tidak tersedianya data. Indikator ketiga yaitu
Jumlah forum komunikasi keagamaan sudah berhasil memenuhi
target yang ditetapkan, meskipun secara kualitas belum begitu
baik pelaksanaannya. Dari jumlah hafidh hafidhoh sebanyak
800 orang yang tergabung dalam Forum Komunikasi, baru 400
orang yang mendapat bantuan/hibah. Dari anggota PAIDAH yang
700 orang, juga hanya 400 orang yang mendapat
bantuan/hibah. Indikator keempat yaitu Terbentuknya BAZ di tk.
Kecamatan, kondisi yang ada pada tahun 2010, 2011, dan 2012
adalah tidak berjalan (vakum); dan pada Januari 2013 telah
terbentuk susunan pengurus baru yang perlu ditindaklanjuti
tentang program kerja yang telah disusun dengan dukungan,
bantuan/hibah APBD Tahun 2013. Indikator kelima yaitu
Bertambahnya Lembaga pendidikan keagamaan (pada tahun
2009 terdapat 1400) sudah dapat memenuhi target yang
ditetapkan. Indikator terakhir yaitu Tersusunnya data base bid.
Keagamaan baru dapat tersusun di tahun 2012 (1 paket), karena
baru mendapat alokasi anggaran pada tahun 2012.

SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCA
PAI
AKAN
TERCA
PAI
PERLU
USAHA
KERAS
Tertanganinya
bencana alam
a. Luas wilayah kebanjiran Ha 520 510 480 425 380 80 120 105
b. Luas wilayah kekeringan Ha 970 950 870 800 800 70 90 146
c. Tersedianya sarana
mitigasi bencana alam
Paket 2 2 4 4 5 2 2 5
d. Tersedianya manual
mitigasi bencana alam
Jenis 1 2 4 6 8 0 1 4
e. Jumlah masyarakat
terlatih menghadapi
bencana alam
Orang 150 200 250 300 350 100 250 300




83
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
Sasaran terakhir yaitu Tertanganinya bencana alam merupakan
domain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Berdasarkan FGD yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
BPBD merupakan SKPD yang baru terbentuk dan mengalami
kekurangan srtruktur dan infrastruktur pendukung. Meskipun
demikian, lima indikator kinerja yang ditetapkan sudah dapat
dicapai.
Indikator pertama dan kedua yaitu Luas wilayah kebanjiran dan
Luas wilayah kekeringan. Hanya saja, indikator ini sangat
berkaitan dengan iklim makro yang sulit untuk diprediksi. Hal
yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Tegal adalah
melakukan antisipasi agar dampak bencana yang terjadi tidak
berkembang dalam skala masif. Indikator ketiga yaitu
Tersedianya sarana mitigasi bencana alam sudah dapat
mencapai target yang ditetapkan yang berupa HT dan mobil bak
terbuka. Sararawan bencanna ini perlu ditambah lagi (dan dijaga
kondisinya), mengingat wilayah Kabupaten Tegal yang luas dan
rawan bencana alam. Indikator keempat yaitu Tersedianya
manual mitigasi bencana alam juga sudah dapat memenuhi
target yang diwujudkan dalam Perda SOT BPBD, Perda
Penanggulangan Bencana Daerah, pemetaan daerah bencana,
dan Peraturan Kepala BPBD tentang SOP Penanggulangan
Bencana. Kondisi yang sama juga ada pada indikator terakhir
yaitu Jumlah masyarakat terlatih menghadapi bencana alam
yang sudah dapat mencapai target yang ditetapkan. Kondisi ini
perlu dipertahankan dan ditingkatkan kesiapannya dalam
menghadapi bencana.
Secara umum, klasifikasi rawan bencana di Kabupaten Tegal
terdiri dari rawan bencana tanah longsor, banjir, gempa, angin
lisus, dan kekeringan. Pada tahun 2013 terdapat kegiatan
pembuatan peta rawan bencana di BPBD; sedangkan peta dasar
rawan bencana sudah ada di Bappeda. Berkaitan dengan hal ini,
perlu adanya perbedaan antara peta yang ada di Bappeda
dengan yang akan dibuat BPBD, misalnya ada solusi pemecahan
masalah dan langkah-langkah mitigasi bencana.
Menyikapi wilayah yang terkena bencana banjir yang notabene
merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di wilayah
Kabupaten Tegal usaha yang dilakukan adalah normalisasi
sungai. Namun hal ini perlu dipertimbangkan pelaksanaannya
dalam benefit/cost ratio. Normalisasi akan menyebabkan sungai
menjadi lurus, arus menjadi deras, dan akhirnya berpengaruh
pada ekosistem. Alternatif lain perlu untuk dicari dan
dipertimbangkan. Kegiatan darurat yang dilakukan adalah
pembangunan rumah hunian sementara dan pembangunan
bronjong. Pada dasarnya hal ini tidak dapat menyelesaikan
masalah karena tidak menyasar sumber bencana secara
langsung. Diperlukan koordinasi lintas SKPD untuk mengetahui
sumber utama penyebab banjir; jika karena hulu hutan yang
gundul maka diperlukan reboisasi, jika karena pendangkalan
sungai maka diperlukan pengerukan, jika karena penyempitan
badan sungai akibat aktivitas manusia maka diperlukan
pembebasan sempadan sungai dari aktivitas, dan lain sebagainya.
Sementara, wilayah rawan bencana kekeringan terbagi menjadi
beberapa katagori yaitu puso, gagal panen, kemarau panjang,
daerah rawan air.



84
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.6.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas Kesejahteraan
Sosial adalah:
1. Belum ada penanganan terhadap masyarakat korban
bencana dan korban eksploitasi secara menyeluruh.
Penanganan yang dilakukan masih sebatas pemenuhan
kebutuhan dasar dan belum menyentuh kebutuhan
sosial. Selain itu, belum ada cetak biru mitigasi bencana
Kabupaten Tegal, diantaranya adalah penetapan jalur
evakuasi, koordinasi lintas SKPD untuk tindakan preventif
dan antisipatif, serta penjaminan fungsi infrastruktur
dasar dalam keadaan darurat.
2. Penanganan bencana masih berfokus pada bencana alam
dan belum mempertimbangkan bencana karena industri.
3. Data lembaga penyuluh keluarga hanya menampilkan
kuantitas saja dan belum fungsionalitas lembaga
bersangkutan.
4. Belum terbentuknya forum anak.
5. Tren jumlah pekerja anak semakin meningkat.
6. Kinerja bidang keagamaan belum menyentuh forum
dialog lintas agama; masih berkutat dalam pembinaan
agama Islam. Sebagai pemerintah yang mengayomi
seluruh warga tanpa memandang agama, seyogyanya
dialog antar umat beragama menjadi hal yang rutin
dilakukan karena isu SARA merupakan hal yang dapat
memancing timbulnya konflik horisontal.

2.6.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Pembuatan dokumen mitigasi bencana secara
komprehensif.
2. Pertimbangan kemungkinan bencana karena industri
dalam penyusunan mitigasi bencana.
3. Perlu ada data kualitas dan fungsionalitas lembaga
penyuluh keluarga.
4. Pembentukan forum anak.
5. Penggalakan sekolah bagi anak usia sekolah secara
komprehensif, terutama dengan mempertimbangkan
opprtunity cost dan merubah pola pikir masyarakat
mengenai pentingnya sekolah.
6. Pelaksanaan dialog lintas agama.







85
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAB II.7. PRIORITAS 7
KERJA SAMA DAERAH

2.7.1. PENGANTAR
Misi Keenam dari 6 (enam) misi yang akan dijalankan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Tegal yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah Meningkatkan kapasitas kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Tegal untuk mendukung pelaksanaan good
governance. Implementasi dari Misi keenam ini salah satunya
adalah dalam kerangka menjawab isu strategis tentang
kerjasama daerah. Kerjasama dalam bentuk yang beragam
dirasakan masih belum memunculkan hasil yang memadai
sehingga perlu dibangun kolaborasi strategis (jangka panjang)
yang bersifat kelembagaan. Kerjasama antaradaerah tetangga,
kemitraan daerah dan keterpaduan kebijakan pusat-daerah
perlu dibangun untuk memadukan potensi pembangunan.
Peningkatan kerja sama antardaerah merupakan sarana untuk
lebih memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu
dengan daerah yang lain dalam kerangka NKRI, menyerasikan
pembangunan daerah, mensinergikan potensi antardaerah
dan/atau dengan pihak ketiga serta meningkatkan pertukaran
pengetahuan, teknologi dan kapasitas fiskal. Melalui kebijakan
peningkatan kerjasama antardaerah diharapkan dapat
mengurangi kesenjangan daerah dalam penyediaan pelayanan
umum, khususnya yang ada di wilayah terpencil, perbatasan
antardaerah dan daerah tertinggal sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan sumber pendapatan asli daerah.
Implementasi kebijakan tersebut dijalankan melalui program
penanganan wilayah perbatasan dan program peningkatan
kolaborasi regional tematik.
Kerjasama Daerah menjadi faktor penting dalam era reformasi.
Kerjasama Daerah dimaksudkan untuk mensinergikan
pembangunan sehingga tidak terjadi kompetisi antar daerah
tetapi justru kerjasama antar daerah.
Untuk menunjang pencapaian target sasaran Prioritas Kerjasama
Daerah, peranan Pemerintah Kabupaten Tegal adalah melakukan
Pemetaan potensi daerah yg akan dikerjasamakan dan
menyusun daerah-daerah yg akan bekerjasama, kemudian
pembentukan tim koordinasi, menyiapkan kelembagaan,
menyusun rencana kerja sama (jangka pendek, menengah dan
panjang), penyiapan SDM Aparatur yg mempunyai kompetensi di
bidang kerja sama daerah, dan memilih model kerja sama yg
sesuai dengan karakteristik daerah.
Program-program Daerah yang dilaksanakan oleh SKPD dalam
rangka pencapaian target sasaran Prioritas Kerjasama Daerah
adalah Penumbuhan Dialog antar wilayah; Penanganan wilayah
perbatasan dan Program peningkatan kolaborasi regional.
Fokus sasaran dari Prioritas Kerjasama Daerah yang hendak
dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Tegal sebagaimana yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014
adalah terwujudnya kerjasama daerah melalui peningkatan
frekuensi dialog dengan Pemerintah dan/atau antar Pemerintah



86
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
daerah; peningkatan frekuensi dialog dengan swasta; frekuensi
dialog dengan luar negeri; dan jumlah program kolektif yang
menjadi agenda berkala.


2.7.2. PENCAPAIAN PRIORITAS KERJASAMA DAERAH
SASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA REALISASI PREDIKSI
URAIAN INDIKATOR KINERJA 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
SDH
TERCAP
AI
AKAN
TERCAP
AI
PERLU
USAHA
KERAS
Terwujudnya
kerjasama antar
daerah
a. Frekuensi dialog antar
Pemda
kali/bulan 1 1 1 1 1 N/A N/A N/A
b. Frekuensi dialog dengan
swasta
kali/bulan 1 1 1 1 1 N/A N/A N/A
c. Frekuensi dialog dengan
luar negri
kali 1 1 1 1 1 N/A N/A N/A
d. Jumlah program kolektif
yang menjadi agenda
berkala
Paket 1 1 1 1 1 N/A N/A N/A

Pencapaian kinerja sasaran terwujudnya kerjasama antar daerah,
diupayakan melalui Program Daerah antara lain Penumbuhan
Dialog antar wilayah; Penanganan Wilayah Perbatasan dan
Peningkatan Kolaborasi Tematik. Program Daerah tesebut
diimplementasikan oleh Bappeda, Bagian Pemerintahan, Kantor
Penanaman Modal, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi melalui Program Kerjasama Pembangunan;
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan; Peningkatan
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah dan Pengembangan
Wilayah Transmigrasi.
Capaian indikator kinerja frekuensi dialog antar Pemerintah
Daerah selama ini terealisasi dengan baik. Terjalin dialog dan
diskusi dalam penyusunan kebijakan, seperti RPJMD dan RTRW
masing-masing Daerah Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan
Kabupaten Tegal. Beberapa agenda Program bersama antara
Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes dan Kota Tegal dengan
sebutan BREGAS telah disepakati antara lain yang sudah



87
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
terimplementasi adalah sistem penyediaan air minum (SPAM)
yang dihasilkan melalui intensifikasi dialog yang melibatkan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Program BREGAS lain yang sedang terus digagas dan dialog
dilakukan terus menerus adalah pengelolaan sampah bersama
dalam Program Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Regional. Pada tingkat eks Karesidenan Pekalongan forum dialog
secara rutin dilaksanakan melalui kegiatan SAMPAN, dengan
tujuan secara bersinergi mengembangkan secara bersama-sama
potensi yang dimiliki oleh masing-masing Kabupaten/Kota di
wilayah eks-Karesidenan Pekalongan, baik pendampingan
produksi maupun pemasaran hasil produksi. Dialog dengan
Pemerintah Pusat menghasilkan banyak program yang memang
menjadi unggulan Kabupaten Tegal, yaitu antara lain
pengembangan sektor industri. Dalam rangka pengembangan
sektor industri sudah dijalin kerjasama dengan Kementerian
Perindustrian, BPPT dan Kementerian Riset dan Teknologi untuk
produksi mesin genset. Selain itu Pemerintah Pusat juga
mendukung secara penuh pengembangan Kompetensi Inti
Industri Daerah Kabupaten Tegal yaitu industri komponen kapal.
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi terus dijalin oleh
Pemerintah Kabupaten Tegal, antara lain dengan Perguruan
Tinggi yang ada di Kabupaten Tegal dan sekitarnya, serta juga
dengan Perguruan Tinggi Negeri seperti IPB, UGM dan ITS. Untuk
mengembangkan Potensi pertanian di Kabupaten Tegal, telah
dilakukan penandatangan kerjasama antara Bupati Tegal dan
Rektor IPB, diawali dengan penyusunan Road Map
Pembangunan Pertanian di Kabupaten Tegal. Sedangkan potensi
pengembangan industri tahu Tegal, Pemerintah Kabupaten Tegal
bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Namun
demikian dialog dengan Luar Negeri belum dilakukan secara
serius oleh Pemerintah Kabupaten Tegal, padahal peluang
kerjasama di sektor industri cukup memiliki peluang bagus,
mengingat selama ini pasar produk industri logam Kabupaten
Tegal sudah sampai mancanegara, dan pengusaha lokal
Kabupaten Tegal telah menjalin kerjasama dengan Perusahaan
Luar Negeri.

2.7.3. PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang ada terkait prioritas Kerjasama
Daerah adalah:
1. Kerjasama regional dalam wadah SAMPAN, masih dalam
bentuk yang monoton, semacam pembuatan buku potensi
regional dan kegiatan pameran produk. Pada Tahun 2012,
kegiatan kerjasama SAMPAN terhenti, karena ada
permasalahan teknis pembayaran iuran bersama dalam
pengaturan bantuan hibah.
2. Tindak lanjut hasil kerjasama dengan Perguruan Tinggi
belum disusun skema yang menghasilkan manfaat optimal
bagi pengembangan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten
Tegal.
3. Dialog Luar Negeri belum diupayakan, padahal potensi pasar
produk industri Kabupaten Tegal sangat potensial.



88
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
2.7.4. RENCANA TINDAK LANJUT
Terkait kondisi eksisting dan permasalahan yang ada, perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Kerjasama regional dalam wadah SAMPAN perlu di evaluasi
dan dikaji tingkat kemanfaatannya. Untuk itu perlu
menyusun strategi pengembangan potensi melalui dialog
bersama anggota SAMPAN. Selain itu wadah SAMPAN juga
bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi dan
mengatasi permasalahan bersama dengan memfasilitasi
dialog Pemerintah, Swasta dengan Masyarakat.
2. Perlu disusun skema kerjasama dengan Perguruan Tinggi
yang implementatif bagi pengembangan potensi produk
Kabupaten Tegal. Selian itu juga, terlaksananya kegiatan KKN
Mahasiswa yang berlokasi di Kabupaten Tegal hendaknya
dibuat program yang berkelanjutan secara tematik sesuai
potensi masing-masing wilayah yang menjadi lokasi KKN.
3. Mengingat potensi Industri dan Pariwisata Kabupaten Tegal
yang cukup potensial, maka perlu dibangun jejaring
internasional untuk penjajagan kerjasama dengan Kota di
Negara lain semacam Sister City.















89
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
BAGIAN III PENUTUP

Pada tahun ketiga pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal 2009-
2014, upaya pembangunan daerah melalui tujuh prioritas telah
menghasilkan berbagai capaian yang umumnya berada pada
jalur yang diharapkan. Meskipun demikian, beberapa hal juga
belum dapat berlangsung sesuai rencana yang telah ditetapkan
dan memerlukan percepatan dalam memenuhi indikator kinerja
yang ada.
Kinerja Kabupaten Tegal dalam memenuhi target prioritas
Ekonomi Kerakyatan sudah berada dalam jalur yang benar, dan
kinerja ini perlu dipertahankan. Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah perlunya usaha untuk menjadikan kawasan
perkotaan menjadi lebih manusiawi dan berpihak pada
masyarakat, dengan menyediakan fasilitas dan ruang terbuka
publik yang berpihak pada masyarakat.
Kinerja Kabupaten Tegal dalam memenuhi target prioritas
Pendidikan juga sudah baik, khususnya dalam melaksanakan
amanat wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Hanya saja,
angka lama sekolah masih menjadi hal yang perlu mendapat
prioritas, karena hanya 6,84 tahun. Sesuai RPJMD Kabupaten
Tegal 2009-2014, target kinerja kemungkinan memang akan
tercapai, namun hal ini masih jauh dari target akhir yaitu minimal
9 tahun. Selain itu, pengembangan perpustakaan juga harus
menjadi perhatian, karena kondisinya sangat kurang dan
cenderung menurun. Secara fisik, bangunan perpustakaan
daerah sudah sangat mendukung; tetapi jumlah kunjungan
justru mengalami penurunan. Peningkatan minat baca harus
ditingkatkan, dan pelayanan harus dilaksanakan agar perpusarda
dapat menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi semua
lapisan masyarakat.
Selanjutnya, kinerja Kabupaten Tegal dalam memenuhi target
prioritas Kesehatan secara makro sudah baik. Dilihat dari segi
jumlah, sarana dan prasarana penunjang kesehatan sudah dapat
memenuhi tingkat layanan minimal; tetapi secara mikro apabila
dilihat dari segi persebaran dan kualitas layanan, hal ini perlu
untuk ditingkatkan. Di sisi lain, pewujudan rumah sehat perlu
mendapat prioritas untuk dilaksanakan karena dapat berfungsi
untuk mencegah timbulnya penyakit.
Prioritas keempat yaitu Good Governance secara umum juga
berjalan sesuai rencana. Hanya saja, pemetaan pejabat
struktural masih belum berjalan dengan baik. Meskipun jika
dilihat dari segi jumlah relatif kecil jika dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan pegawai, namun pejabat struktural
merupakan pengambil kebijakan yang menentukan arah
kebijakan Pemerintah Kabupaten Tegal. Penempatan pegawai
haruslah mempertimbangkan prinsip the right man in the right
place, sehingga pemetaan pegawai merupakan hal yang
seharusnya mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Hal lain yang
perlu mendapat penekanan adalah banyaknya SIM di Kabupaten
Tegal yang sayangnya tidak terintegrasi. Basis data masing-
masing SIM tidak dalam format yang sama, sehingga output satu
SIM tidak dapat menjadi input SIM yang lain. Jika keterpaduan



90
Evaluasi Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2009-2014 BAPPEDA 2012
basis data SIM dapat diwujudkan, maka SIM yang ada akan dapat
berfungsi secara optimal untuk mewujudkan birokrasi yang
efektif dan efisien.
Kinerja Kabupaten Tegal dalam memenuhi target prioritas
Data/Informasi sayangnya masih sangat kurang, padahal
pemenuhan target prioritas ini seharusnya dilaksanakan pada
awal implementasi RPJMD. Hingga saat ini, Kabupaten Tegal
masih memerlukan penguatan basis data yang diikuti dengan
updating. Hal yang harus dihindari adalah adanya data yang
salah yang digunakan sebagai input analisis, sehingga hasil akhir
proses yang berupa kebijakan justru akan membawa
pembangunan daerah ke arah yang salah. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah belum berfungsinya litbang di pemerintah
dan masyarakat secara optimal. Dokumen litbang pemerintah
cenderung menjadi dokumen yang tidak diimplementasikan,
sedangkan litbang di masyarakat relatif belum tersentuh dan
terdokumentasikan dengan baik; ini adalah satu hal yang
disayangkan hasil litbang dapat dimanfaatkan sebagai teknologi
tepat guna yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Capaian kinerja prioritas keenam yaitu Kesejahteraan Sosial
relatif masih kurang, padahal dapat menjadi pedoman bagi
masyarakat untuk berperilaku dalam komunitas masyarakat.
Meskipun demikian, pencapaian di bidang keagamaan dan
tanggap bencana sudah relatif bagus. Hal yang perlu dilengkapi
adalah penyusunan cetak biru mitigasi bencana secara
komprehensif.
Kinerja Kabupaten Tegal dalam memenuhi target prioritas
terakhir yaitu Kerjasama Daerah juga masih kurang. Hal yang
sudah rutin dilaksanakan baru dialog antar pemerintah dan
dialog dengan lembaga akademis. Dialog dengan swasta masih
jarang dilaksanakan, padahal dapat memberikan manfaat
khususnya ekonomi dalam bentuk investasi. Dialog dengan luar
negeri bahkan tidak pernah dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai