Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL PERILAKU FOOD WASTE DI KANTIN FIKOM

UNIVERSITAS PADJAJARAN YANG DIPENGARUHI OLEH FAKTOR


PSIKOLOGIS INDIVIDU

Mata Kuliah Perilaku Konsumen


Dosen Pengampu:
Dr. Asep Suryana, M.Si.

Disusun Oleh:
Aisyah Janna Ramira 210510180084
Ilham Widyatmoko 210510180076
Muhammad Alim Rasyad 210510180078
Faza Hapsari 210510180071
Alfini Vania Naylufar 210510180052

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
PERILAKU FOOD WASTE DI KANTIN FIKOM UNIVERSITAS
PADJAJARAN YANG DIPENGARUHI OLEH FAKTOR PSIKOLOGIS
INDIVIDU

Manusia tidak akan bisa hidup tanpa mengkomsumsi pangan maka dari itu pangan
adalah kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut dikarenakan pangan adalah
sumber energi yang menjadi kebutuhan biologis tubuh manusia. Dilansir dari data
Kementrian Pertanian, pengeluaran masyarakakat Indonesia pada tahun 2018 dialokasikan
untuk pangan sekitar 33,9%. Pada tahun 2016 sampai 2018, perkembangan pengeluaran
nominal untuk pangan per kapita mengalami pertumbuhan rata – rata sebesar 10,05%. Hal ini
menunjukkan bahwa pangan menjadi alokasi utama dalam pengeluaran pendapatan
masyarakat Indonesia. Walau masyarakat Indonesia mengalokasikan sebagian besar
pendapatannya untuk membeli panganan, hal tersebut tidak menjamin panganan tersebut
dikonsumsi semua oleh masyarakat Indonesia. Pangan yang dibeli oleh masyarakat Indonesia
sebagian besar menjadi sampah makanan yang tidak habis dikonsumsi atau bahkan tidak
dikonsumsi sama sekali.

Pangan yang terbuang begitu saja, memberi dampak negatif seperti kerugian dan
pencemaran lingkungan. Pangan yang terbuang dapat dialokasikan kepada yang
membutuhkan dan dana yang dipakai untuk membeli pangan yang terbuang dapat dipakai
untuk hal lain yang lebih berguna. Itu mengapa usaha pengurangan sampah makanan perlu
dilakukan. Dilansir dari Tirto, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa Indonesia menjadi penghasil sampah
makanan terbesar kedua setelah Arab Saudi pada tahun 2018.  Akan tetapi, menurut data dari
Kementerian Kesehatan, data stunting (pertumubuhan anak secara tidak sempurna akiba
kekurangan gizi) mencapai 30 persen di periode yang sama. Bambang Brodjonegoro
mengatakan hal tersebut menjadi ironi dimana Indonesia sebagai penghasil sampah makanan
terbesar kedua mempunyai permasalahan kekurangan makanan (Tirto.id, 2019). Volume
sampah makanan, baik besar atau kecilnya, di pengaruhi beberapa faktor seperti hari dan
jenis makanan.

Peneliti akan melakukan penelitian riset mengenai perilaku konsumen terhadap food
wasting di kantin Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Kantin Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran atau disingkat Fikom Unpad, berpotensi terhadap
kegiatan food wasting dikarenakan terdapat kurang lebih 2.500 mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi yang menjadi konsumen rutin dari kantin Fikom Unpad. Angka tersebut tidak
menutup kemungkinan terjadinya kegiatan food wasting yang dilakukan oleh mahasiswa
Fikom Unpad dan bertambahnya timbulan sampah makanan yang terdapat di kantin Fikom
Unpad. Katin Fikom Unpad menyediakan berbagai macam varian, mulai dari minuman,
cemilan, hingga makanan berat. Kantin Fikom Unpad menyediakan banyak pilihan bagi
mahasiswa untuk menentukan makanan atau minuman apa yang akan di beli.

Dalam penelitian ini, kami mengkaji pengaruh psikologis mahasiswa Fikom Unpad
dalam kegiatan food wasting yang dilakukan di kantin Fikom Unpad. Penelitian ini
mengasumsikan bahwa faktor psikologis individu mahasiswa Fikom Unpad berpengaruh
pada perilaku food wasting yang dilakukan di kantin Fikom Unpad. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan asosiatif. Faktor psikologis dalam
penelitian ini berperan sebagai variabel bebas dan perilaku food waste sendiri berperan
sebagai variabel terikat. Dalam proses pengumpulan data, kami menggunakan teknik angket,
yaitu alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk mereka jawab. Kami
menggunakan angket berbasis online yang dibagikan kepada mahasiswa Fikom Unpad.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran dengan jumlah seluruh responden terdapat 56 orang.

Dari hasil penelitian, terdapat 4 orang angkatan 2016 dengan jumlah persentase 7%, 6
orang angkatan 2017 dengan jumlah persentase 10%, 43 orang angkatan 2018 dengan jumlah
persentase 76%, 3 orang angkatan 2019 dengan jumlah persentase 5%. Dalam pertanyaan
yang termasuk kedalam kategori kognitif atau pengetahuan, responden menjawab mengenai
pengetahuannya terhadap food waste. 91% mahasiswa mengaku bahwa mereka mengetahui
tentang food waste dan 8% lainnya tidak mengetahui apapun mengenai food waste. Mayoritas
dari mahasiswa Fikom Unpad, dengan angka 51.8%, menyisakan makanan di kantin
sebanyak 1-2 kali per minggunya dan tidak ada yang melakukan foodwaste lebih dari lima
kali per minggunya. Melihat tingginya jumlah mahasiswa yang tidak pernah melakukan
foodwaste di kantin Fikom Unpad membuat rata-rata dari pembuangan makanan di Fikom
Unpad menjadi 0,45 kali perminggunya. Sebanyak 57.1% mahasiswa biasanya menyisakan
1-2 sendok makan ketika melakukan food waste, tetapi terdapat 1.8% mahasiswa yang
biasanya menyisakan lebih dari 5 sendok makan. Jumlah mahasiswa yang tidak melakukan
pembuangan makanan berada di posisi kedua teratas, yaitu dengan angka 32.1%.
Kami memberikan tujuh pilihan kepada responden untuk memilih alasan mereka yang
mendorong mereka sehingga melakukan food waste. Tujuh alasan tersebut adalah tidak
menyukai rasa makanan, sedang tidak mood atau suasana hati yang sedang tidak baik,
contohnya seperti perasaan sedih dan kesal, lapar mata, melihat makanan lain lebih
menggiurkan, tidak menyukai presentadi makanan, tidak pernah melakukan food wasting,
dan lainnya atau alasan yang tidak ada dipilihan yang disuguhkan. 37% dari responden
melakukan food wasting karena tidak menyukai rasa makanan, 25% tidak pernah menyisakan
makanan, 14% karena sedang tidak mood. Mood disini dapat diartikan sebagai suasana hati
seseorang yang tidak baik, contohnya seperti perasaan sedih dan kesal. Kemudian, 11%
menjawab dengan term ‘lainnya’, yang mengandung alasan seperti, sudah kenyang dan porsi
yang terlalu banyak. Selanjutnya, 9% menjawab karena laper mata atau dapat diartikan ketika
seseorang tidak benar-benar lapar, tetapi hanya ingin mengunyah saja. Peringkat terakhir
diduduki oleh alasan karena melihat makanan yang lebih menggiurkan dan tidak menyukai
presentasi makanan, yang dimana masing-masing memegang jumlah 2%. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Fikom Unpad menyisakan makanan dengan
alasan tidak menyukai rasa makanannya.

Dari hasil riset yang sudah kami lakukan dengan hasil tersebut di atas. Dapat dilihat
data responden rata-rata mengenai pemahaman terhadap apa itu food waste sebesar 91% dari
57 responden. Artinya sebagian besar sudah memahami garis besar pengertian food waste itu
sendiri. Namun dibalik itu, responden kurang memiliki pengetahuan mengenai hasil riset
yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan penghasil food waste terbanyak nomor dua di
dunia. Hal ini dapat menjelaskan betapa responden belum memahami urgensi dari kasus food
waste ini, melihat dari data bahwa 66% responden tidak mengetahui bahwa Indonesia
merupakan penghasil sampah makanan terbanyak nomor 2 di dunia.

Dari hasil angket dapat dilihat bahwa responden menyatakan alasan mereka
menyisakan makanan di kantin Fikom. Alasan nomor pertama dengan presentase 36% dari
responden tidak menyukai rasa makanannya. Alasan terbesar nomor dua yaitu 24% dari
responden tidak pernah menyisakan makanannya. 14% dari respon sedang tidak mood
makan, seperti sedang sedih, kesal, atau marah. 8% dari responden hanya merasa lapar mata
dan 1% dari responden melihat makanan lain yang lebih menggiurkan dan tidak suka
presentasi makannya. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen
menyisakan makanannya karena tidak menyukai cita rasa dari makanan tersebut. Padahal
bagaimanapun makanan seharusnya tidak hanya dilihat dari cita rasa, namun manfaat dari
makan itu sendiri dan tanggung jawab kita sebagai konsumen untuk mengonsumsinya.

Food waste yang dilakukan di kantin Fikom menyisakan kurang lebih paling banyak
1-2 sendok makanan. Apabila dari 57 responden, terdapat kurang lebih 97 sendok makan
yang tersisa. Hal ini memperlihatkan bahwa kebanyakan dari konsumen hanya menyisakan
makanan sedikit namun dengan jumlah yang banyak karena yang melakukan hal tersebut
lebih dari setengah responden. Dari hasil penelitian kebanyakan konsumen menyisakan jenis
makanan paling banyak nasi, diikuti sambal, lalu sayuran, dan lauk. Nasi merupakan
makanan pokok yang menjadi pemenuh energi manusia. Di sisi lain sering kali seporsi
makanan jumlah nasinya sangat banyak, oleh karena itu nasi yang dikonsumsi kadang tidak
dihabiskan. Hal ini harus menjadi konsentrasi masyarakat, melihat fakta bahwa beras sudah
sangat sulit ditumbuhkan oleh petani dan harganya tidak murah. Dalam kurun 1 minggu
sebanyak 50% dari responden yang menyisakan makanan sebanyak 1-2 kali. Sisanya
sebanyak 2-5 kali dengan banyak 8% dari responden. Ini merupakan intensitas yang tidak
terlalu tinggi, namun jika kegiatan ini dilakukan secara berulang maka efek yang dihasilkan
tentu akan besar pula. Dari penelitian ini dapat digolongkan dua konsumen, yaitu konsumen
yang suka membuang makanan, jarang, dan tidak pernah membuang makanan. Dapat dilihat
bahwa 66% responden jarang membuang makanan, namun dalam hal lain ada beberapa
konsumen yang masih membuang makanan dengan skala kecil. Lalu sebanyak 33%
responden sering membuang makanan dengan berbagai alasan dan intensitas yang tergolong
dinamis. Penelitian kali ini secara garis besar menunjukkan bahwa masyarakat Fikom masih
melakukan food waste. Karena kurangnya kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa
Fikom terhadap food waste menyebabkan perilaku food waste tetap meningkat dan tindakan
food waste tetap dilakukan. Maka hipotesis bahwa faktor psikologis dapat memengaruhi
perilaku dan tindakan food waste dapat diterima, karena korelasi Antara variabel x dan
variabel y sangat berhubungan. Solusi untuk mengatasi food waste yaitu mengatasi faktor-
faktornya. Dimulai dari faktor kognitif yaitu kurangnya pengetahuan bahwa fakta Indonesia
menghasilkan sampah makanan terbanyak nomor dua di dunia. Sehingga informasi ini dapat
menjadi perhatian masyarakat Fikom dan mencegah mereka untuk melakukan tindakan food
waste. Solusi lainnya yaitu memporsikan makanannya sendiri, sehingga masing-masing
konsumen dapat bertanggungjawab terhadap makanannya. Apabila porsi makanan yang
disediakan oleh penjual kantin, maka sering kali tidak sesuai dengan porsi konsumen dan
konsumen sering kali menyisakan makanan seperti penelitian di atas.
Mahasiswa Fikom Unpad masih kurang memahami apa itu food waste dan gentingnya
kasus ini di Indonesia. Sedangkan jumlah food waste yang dihasilkan di kantin Fikom Unpad
masih tergolong tidak terlalu tinggi, namun apabila intensitas dilakukan secara terus menerus
akan sangat berdampak tinggi. Penyebab utama dari tindakan food waste di Fikom Unpad
adalah cita rasa yang kurang dan porsi makananan yang terlalu banyak. Cara mengatasi food
waste di Fikom Unpad salah satunya dengan adanya penyebaran informasi mengenai
permasalahan food waste di Indonesia dan cara lainnya adalah dengan mengambil porsi
makanan sendiri. Sehingga harapannya tindakan food waste ini tidak akan ada lagi di kantin
Fikom Unpad.

Anda mungkin juga menyukai