Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Essay “Adat Istiadat Bali yang


Membuat Terpana”

Dosen Pengampu:
Ilham Gemiharto, S.Sos., M.Si.

NAMA : ALFINI VANIA NAYLUFAR


NPM : 210510180052
KELAS : MANKOM B 2018

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
[KOM. LINTAS BUDAYA]
Tuliskan hal-hal berikut dalam bentuk essay naratif:

Berikan judul menarik pada essay yang anda buat.


Essay diketik dalam format kertas ukuran A4 huruf calibri 11pt dengan spasi 1,15 sebanyak 500-700
kata.
File tugas diunggah dalam format .doc/.docx.
Di upload selambat-lambatnya hari Jumat, 20/03/2020 pukul 23.59 WIB.
Format penamaan file tugas mengikuti template berikut: GEGARBUDAYA_3 digit terakhir NPM.

1. Akulturasi budaya bisa terjadi melalui 5 jenis kontak sosial. Narasikan 1 contoh dari setiap
jenis kontak sosial akulturasi budaya.

Jawab :

a. Kontak sosial kepada seluruh lapisan masyarakat, sebagian bahkan dua individu di dalam
masyarakat.

Contoh :

Suatu bentuk kontak sosial mampu terjadi terhadap seluruh lapisan masyarakat yang ada
termasuk sebagian dari masyarakat, maupun antar individu didalam dua masyarakat.
Dua individu yang berteman tetapi salah satu dari mereka merupakan siswa pertukaran
pelajar misalnya Indonesia dan Australia, seorang siswa yang berasal dari Australia jika
sedang menimba ilmu di Indonesia harus menyikapi budaya Indonesia yang ada dapat
dengan memakai pakaian yang tertutup, sesuai dengan menjunjung tinggi serta menghargai
budaya yang dianut Indonesia. Siswa Australia itu menghadapi kontak sosial dalam
masyarakat yang ia tempati.

b. Akulturasi kontak budaya dalam situasi bersahabat atau bermusuhan.

Contoh :

Bali, yang terkenal sebagai pulau eksotis di Indonesia kaya akan budaya serta merupakan
masyarakat yang mayoritas beragama Hindu di tengah lautan mayoritas masyarakat
Indonesia yang beragama Islam. Meskipun begitu, masyarakat pulau Bali tidak pernah
mengakui secara nyata bahwa mereka “anti Islam”,atau bermusuhan dengan masyarakat
muslim Indonesia yang ada, walaupun masyarakat Bali kental dan lekat dengan adat istiadat
yang ada serta menjalani budaya turun temurun leluhur yang berbeda dengan masyarakat
muslim.
Masyarakat Bali tetap hidup dengan rukun berdampingan dengan masyarakat muslim yang
ada,Ini sebabnya masyarakat Bali tidak pernah merasa bahwa mereka harus ditundukkan
atau ditindas oleh Kerajaan Islam, dimasa lampau. Minoritas masyarakat Islam yang
melakukan kegiatan berdagang, terutama banyak dijumpai di Bali Utara.
Minoritas Islam yang ada di pulau Bali yang menjalankan pekerjaan baik sebagai pedagang
dan sebagian menjadi tentara di perbatasan Bali tetap dapat singgah di Bali dan dihormati.
Masyarakat muslim yang ada di Bali pun tetap menghargai dengan adanya sesajen, serta
tradisi Bali yang ada. Jadi dalam hal ini penerapan kontak budaya yang ada saat situasi
bersahabat. Karena kedua belah pihak saling menghargai.

c. Kontak budaya dalam suatu kelompok dikuasai kelompok lain.

Contoh :

Penerapan dari syariat Islam sudah berjalan kurang lebih 15 tahun di Aceh. Namun, secara
historis-kultural, serta akulturasi budaya melalui Islam dengan masyarakat Aceh sudah
terjadi dahulu kala. Budaya Aceh yang terasa kental dengan suatu syariah Islam diterapkan
sejak dahulu kala. Begitu pun adat berlaku didalam kehidupan sehari-hari rakyat Aceh tidak
pernah terlepas dengan syariah. Akulturasi Aceh dengan Islam melalui budaya lokal telah
diakui dalam kaidah ilmu ushul Fiqih, adalah “adat itu dihukumkan” atau lebih lanjut dan
lengkapnya, “adat yakni syariah yang dihukumkan.”
Dapat diartikan sebuaha dat serta kebiasaan masyarakat lokal merupakan sumber hukum
yang berada di Islam. Sehingga lahirlah pepatah Aceh (hadih maja) adapun yang tersohor
yakni hukom ngon adat lage zat ngon sifeut (hukum berkaitab dengan adat seperti halnya
zat dengan sifat). Yakni suatu adat dengan hukum syariat Islam telah menyatu serta tidak
mampu dipisahkan. Sehingga dalam hal ini bisa dikatakan suatu penerapan hukum Islam di
Aceh dikuasai oleh kelompok mayoritas Islam yang menerapkannya di Aceh.

c. Kontak budaya dalam masyarakat yang banyak ataupun sedikit.

Contoh :

Suatu mahasiswa yang berasal dari Padang dan berkuliah di Universitas Padjadjaran, di
Jatinangor Jawa Barat, pastinya dalam kehidupan sehari-har berkontak langsung dengan
masyarakat banyak yang mayoritas bersuku Sunda dan tentunya berbahasa Sunda, untuk itu
mahasiswa asal Padang tersebut sedikit banyak mempengaruhi kemampuan berbahasa
daerah yang ia tempati saat ini yakni Bahasa Sunda. Pasti secara tidak langsung kontak
budaya dalam masyarakat yang banyak tersebut mempengaruhi individu yang ada.

d. Kontak budaya antar sistem budaya, sosial, ataupun budaya fisik.

Contoh :

Suatu tradisi masyarakat untuk membagi-bagikan rezeki pada saat hari raya
sebenarnya merupakan akulturasi yang terjadi karena suatu kontak budaya antara sistem
budaya masyarakat Tionghoa dengan umat Islam.
Memberikan rezeki yang dimiliki dan menyisihkan sebagian rezeki yang ada dengan
ketulusan hati biasanya dinamakan berupa angpau oleh masyarkat Tionghoa , dan dikenal
sebagaimana THR oleh umat muslim, dirasa merupakan kewajiban sebagai manusia serta
menumbuhkan simpati terhadap sanak keluarga atau kerabat yang ada.

2. Ceritakan pengalaman gegar budaya yang pernah anda alami di tempat baru.

Jawab :

2. Pulau Dewata Bali, adalah satu dari sekian banyak destinasi wisata yang tak pernah absen
untuk dikunjungi turis. Bali merupakan obyek wisata yang paling populer di Indonesia, Bali
mempunyai keindahan alam eksotis. Beberapa keunikan dapat ditemui di setiap sudut pulau ini,
contohnya seperti payung, pura, kain sarung dan sesajen.
Pulau Bali ini dijuluki dengan nama Pulau Seribu Pura atau Pulau Dewata. Di setiap sudut Pulau Bali,
pengunjung baik lokal maupun mancanegara dapat melihat pura beserta hiasan kain sarung kotak
dan tak lupa beserta payungnya, dan hal wajib lainnya adalah disuguhinta sesajen bunga. Paket adat
istiadat ini pun layaknya menjadi sebuah hiasan yang dirasa unik merupakan bagian wisata sejarah
serta religi yang menyatu serta menambah hiasan kecantikan alam itu.
Disamping panoramanya yang indah, keberagaman kebudayaan dan keramahan warga Bali
itu sendiri adalah daya tarik yang mengundang wisatawan untuk datang berlibur di Bali. Hal tersebut
yang menjadi ciri khas Pulau Bali dan tidak dimiliki pulau lainnya. Saya mengunjungi Bali berapa
tahun lalu pada saat SMA kelas 2, Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dan tiba di Bandara I Gusti
Ngurah Rai Bali.Begitu sampai di Pulau Bali Saya langsung melihat pemandangan gapura yang
sebagai simbol selamat datang, yang pada saat itu baru pertama kali saya lihat secara langsung dan
tidak ada di kota tempat tinggal saya di Tasikmalaya.
Ditambah sesajen yang tergeletak di setiap sudut jalan seakan sengaja disajikan karena
mayoritas masyarakat Bali memasang sesajen demi kebutuhan agama atau spiritual terhadap
leluhur. Perilaku masyarakat Bali yang seperti itu, pada akhirnya dianggap sebagai landmark Pulau
Bali. Geger budaya yang saya alami terutama ditimbulkan oleh budaya umat Hindu di Bali yang
sering menyimpan sesajen di depan rumah atau toko mereka, tidak pernah saya jumpai di kota asal
saya Tasikmalaya, mereka sering pula menempelkan bulir beras padi di kening mereka bertujuan
untuk tanda pemberkatan. Sesuai dengan pengalaman saya di Bali,ketika Saya sedang berjalan di
dekat toko-toko yang menjual souvenir di Bali, saya hampir menginjak sesajen dipinggir jalan yang
disimpah di luar salah satu toko souvenir yang ada,tetapi pada untungnya saya tidak menginjak
sesajen tersebut ,jika sampai terinjak saya katanya dapat di marahi secara habis-habisan oleh sang
pemilik yang memasangnya, selain itu akan ada akibat dan hukuman dari alam jika saya sampai
menginjaknya.
3. Ceritakan pengalaman cara mengatasinya dan uraikan hasil yang dirasakan dari pengalaman
tersebut.

Jawab :

Karena merasa culture shock atau geger budaya saya pun akhirnya memutuskan mencari tau
untuk apa sesajen digelar diserial sudut jalan olah masyarakat Bali. Agar pengalaman geger budaya
saya terobati dan saya tidak menghakimi tradisi yang ada dan mencoba untuk bertoleransi dengan
keberagaman yang ada.
Ternyata maksud dan tujuan adanya sesajen berisi bunga ini merupakan pelestarian budaya dan
tradisi dari agama Budha dan Hindu, yang memiliki tujuan yakni dalam rangka memuja dewa, roh,
dan untuk penunggu yang dipercaya ada ditempat seperti dalam batu, pohon yang besar,
persimpangan sudut jalan, dan beberapa diletakan dikendaraan agar mendapatkan berkah, menolak
dari adanya bala dan agar terkabul keinginan maupun doanya .
Lalu saya bertanya-tanya apa makna khususnya bila sesajen yang baru saya saksikan selalu
ada di setiap pura yang ada dan kenapa tradisi tersebut hanya ada di Bali ? Sesajen yang diletakkan
di pura bertujuan demi kepentingan untuk ibadah. Di pura, sesajen yang sering disebut dengan
canang ini diletakkan posisinya di altar yang bertempat tinggi, untuk sebagai simbol menghormati
terhadap dewa dan arwah dari para leluhur yang ada. Sedangkan fungsi dan apabila canang
disimpan di bawah serta biasanya disertakan dengan daging yang mentah, adalah bertujuan supaya
mengusir adanya roh-roh jahat.
Yang saya rasakan dengan mengunjungi pulau Bali yang sangat berbeda budayanya dengan
kota asal saya, semakin menjunjung tinggi keberagaman yang dianut oleh Indonesia. Wawasan saya
akan budaya nusantara semakin bertambah dan saya semakin mencintai kerukunan dan ke majemuk
an rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai