Anda di halaman 1dari 56

Demografi:

Konsep dan
Ukuran Migrasi

Disampaikan oleh:
Dr. Wendy Hartanto, MA
Achmad Sopian, M.Pd
Retnoningsih Suharno, S.Pd

Pelatihan Teknis Demografi Terapan


Pusdiklat Kependudukan dan Keluarga Berencana-BKKBN 1
2020
Disampaikan dalam

Pelatihan Dasar-Dasar
Demografi bagi para ASN
BKKBN

Jakarta, September 2020

2
Referensi
• Badan Pusat Statistik. 2011. Migrasi Internal Penduduk Indonesia. Jakarta, Indonesia.
• BKKBN. 2013. Modul 4 Konsep dan Ukuran Migrasi, Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi.
Jakarta, Indonesia
• Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik, dan United Nations Population Fund (UNFPA).
2018. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015–2045. Jakarta, Indonesia.
• Lee, E. S. 1966. A Theory of Migration. Demography, Vol. 3, No. 1. (1966), hal. 47–57.
• Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2010. Dasar-dasar Demografi.
Edisi 2. Editor: S.M. Adioetomo dan O.B. Samosir. Depok, Indonesia
• Ravenstein, E.G. 1885. The Laws of Migration. Journal of the Statistical Society of London. Vol.
48, No. 2, hal. 167–235.
• Siegel, J.S. and David A. Swanson. 2004. The Methods and Materials of Demography. Second
Edition. Elsevier Academic Press. California, USA.
• United Nations (UN). 2019. World Population Prospects 2019, Online Edition. Rev. 1.
Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2019).
• Zelinsky, W. (1971). The Hypothesis of the Mobility Transition. Geographical Review. 61 (2):
219–249.

3
I. Pengukuran migrasi
• Konsep dan definisi migrasi
• Sumber data migrasi
• Ukuran-ukuran migrasi
Topik-topik
Pembahasan
II. Analisis migrasi
• Tingkat dan tren migrasi
• Pola dan perbedaan migrasi
• Determinan migrasi

4
Definisi dan
Pengukuran Konsep
Sumber data
Migrasi: Ukuran-ukuran
Migrasi

5
Definisi migrasi (1)

• Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari


suatu tempat ke tempat lain melampui batas politik/negara ataupun
batas administratif/ batas bagian dalam suatu negara.
• Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari
suatu daerah ke daerah lain.
• Dua dimensi penting analisis migrasi
- Dimensi waktu (Biasanya acuan yang dipakai adalah enam bulan)
- Dimensi tempat (Batas administratif suatu wilayah, misalnya
negara, provinsi, kota.
- Batasan unit wilayah bagi migrasi di Indonesia menurut SP 1961, SP
1971, dan SP 1980 adalah provinsi

6
Definisi migrasi (2)

• Lee (1969) menggambarkan migrasi sebagai perpindahan yang permanen


atau semipermanen
• Mangalam (1968) mendefinisikan migrasi sebagai “perpindahan yang
relatif permanen dari suatu kelompok yang disebut kaum migran, dari satu
lokasi ke lokasi lainnya.”
• Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations, 1973) mengartikan seorang
migran jangka panjang sebagai orang yang dimaksud tinggal lebih dari 12
bulan.
• Gould dan Prothero (1975) mengelompokkan mobilitas di Afrika Tropis
menurut waktu (harian, periodik, musiman, jangka panjang, tidak tetap,
dan permanen) dan menurut ruang (desa ke desa, desa ke kota, kota ke
desa, dan kota ke kota), juga dibedakan antara yang kembali ke tempat
asalnya (sirkulasi), dan yang menetap di tempat lain (migrasi).

7
Definisi migrasi (3)

• Dimensi waktu dan ruang menjadikan migrasi sulit untuk


didefinisikan, untuk itu beberapa ahli migrasi mengusulkan agar
migrasi dianggap bagian dari suatu rangkaian kesatuan yang
meliputi semua jenis perpindahan penduduk, mulai dari komuter
(nglaju) sampai pindah tempat tinggal untuk jangka waktu
panjang, digambarkan sebagai mobilitas penduduk.
• Zelinskyn (1971) menyatakan bahwa pola perpindahan
penduduk akan berubah apabila masyarakat dipengaruhi oleh
berbagai tahap proses modernisasi. Misal, negara berkembang
didominasi perpindahan desa-kota, sedangkan di negara maju
didominasi komuter (nglaju)

8
Konsep-konsep migrasi (1)

a. Migrasi masuk (inmigration) adalah masuknya penduduk ke suatu


daerah tempat tujuan (area of destination).
b. Migrasi keluar (outmigration) adalah perpindahan penduduk keluar
dari suatu daerah asal (area of origin).
c. Migrasi neto (net migration) merupakan selisih antara jumlah migrasi
masuk dan migrasi keluar.
d. Migrasi bruto (gross migration) adalah jumlah migrasi masuk dan
migrasi keluar.
e. Migrasi semasa hidup (lifetime migration) migrasi yang terjadi antara
saat lahir dan saat sensus atau survei.

9
Konsep-konsep migrasi (2)

f. Migrasi risen (recent migration) adalah migrasi yang melewati batas


provinsi dalam kurun waktu tertentu sebelum pencacahan, misalnya
lima tahun sebelum sensus atau survei.
g. Migrasi total (total migration) adalah migrasi antarprovinsi tanpa
memperhatikan kapan perpindahannya, sehingga provinsi tempat
tinggal sebelumnya berbeda dengan provinsi tempat tinggal saat
pencacahan.
h. Migrasi internasional (international migration) merupakan
perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang
merupakan masuknya penduduk ke suatu negara disebut imigrasi.
Sebaliknya, jika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk dari suatu
negara, maka disebut emigrasi.

10
Konsep-konsep migrasi (3)

i. Arus migrasi (migration stream) adalah sekelompok migran yang


daerah asal dan tujuan migrasinya sama dalam suatu periode migrasi
yang diberikan.
j. Urbanisasi (urbanization) adalah bertambahnya proporsi penduduk
perkotaan yang disebabkan oleh kelahiran, perpindahan penduduk ke
perkotaan, dan/atau akibat dari perluasan daerah perkotaan.
k. Transmigrasi (transmigration) adalah pemindahan dan atau
kepindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap di daerah lain
yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna
kepentingan pembangunan negara atau karena alasan-alasan yang
dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang.

11
Konsep-konsep migrasi (4)

l. Migrasi sirkuler atau migrasi musiman adalah migrasi yang


terjadi jika seseorang berpindah tempat tetapi tidak
bermaksud menetap di tempat tujuan.
m. Migrasi ulang-alik (commuting) adalah migrasi setiap hari
meninggalkan tempat tinggal pergi ke kota lain untuk bekerja
atau berdagang dan sebagainya, namun pulang pada sore
harinya

12
Sumber dan Data
Migrasi
• Registrasi vital
• Sensus Penduduk (SP)
• Survei penduduk:
- Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS)
- Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS)
- Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS)

13
Ukuran Migrasi
• Migrasi parsial
• Migrasi masuk
• Migrasi keluar
• Migrasi neto
• Migrasi bruto
• Angka migrasi menurut kelompok
umur (age specific migration
rate/ASNMR)

1
4
Migrasi Parsial
Angka migrasi parsial (partial migration rate/AMP) adalah
banyaknya migran ke suatu daerah tujuan dari suatu daerah asal, atau
dari suatu daerah asal ke suatu daerah tujuan, pada suatu periode per
1.000 penduduk di daerah asal atau daerah tujuan pada pertengahan
periode yang sama. Rumusnya:
M M
AMPAsal =  1.000 atau AMPTujuan =  1.000
PAsal PTujuan

Dimana:
M : banyak perpindahan dari suatu daerah asal ke suatu
daerah tujuan
PAsal : banyak penduduk di daerah asal,
PTujuan : banyak penduduk di daerah tujuan
15
Contoh Migrasi Parsial
Menurut SUPAS 2015, banyak migrasi risen dari DKI Jakarta ke Jawa
Barat adalah 296.926, banyak penduduk DKI Jakarta adalah
10.154.134, dan banyak penduduk Jawa Barat adalah 46.668.214.
Angka migrasi parsial DKI Jakarta adalah

296.926
AMPDKI =  1.000 = 29
10.154.134

Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 29 penduduk yang keluar dari DKI Jakarta dan masuk ke
Jawa Barat per 1.000 penduduk DKI Jakarta.

16
Aceh
• 2.387.040: orang Aceh yang lahir di Aceh dan
sekarang (tahun 2015) tinggal di Aceh
• Tahun 2015 di Aceh ada sebanyak 2.492.164
• Migran semasa hidup = 2.492.164 – 2.387.040
= 105.124

17
Migrasi Masuk
Angka migrasi masuk (mi) adalah banyaknya migran yang masuk ke
suatu daerah tujuan per 1.000 penduduk daerah tujuan pada
pertengahan periode yang sama. Rumus perhitungan angka migrasi
masuk adalah sebagai berikut.

Mi
mi =  1.000
PAsal

Dimana:
Mi : banyak penduduk yang pindah
PAsal : banyak penduduk daerah tujuan

18
Contoh Migrasi Masuk
Menurut SUPAS 2015, banyak penduduk yang masuk ke DKI Jakarta
dalam lima tahun sebelum survei adalah 499.101 dan banyak
penduduk DKI Jakarta adalah 10.154.134. Angka migrasi masuk DKI
Jakarta adalah
499.101
mi =  1.000 = 49
10.154.134

Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 49 penduduk yang masuk ke DKI Jakarta per 1.000 penduduk
DKI Jakarta.

19
Migrasi Keluar
Angka migrasi keluar (mo) adalah banyaknya migran yang keluar dari
suatu daerah asal per 1.000 penduduk daerah asal pada pertengahan
periode yang sama. Rumus perhitungan angka migrasi masuk adalah
sebagai berikut.
Mo
mo =  1.000
PTujuan

Mi adalah banyak penduduk yang pindah dan PTujuan adalah banyak


penduduk daerah asal.

20
Contoh Migrasi Keluar
Menurut SUPAS 2015, banyak penduduk yang keluar dari DKI Jakarta
dalam lima tahun sebelum survei adalah 706.353 dan banyak
penduduk DKI Jakarta adalah 10.154.134. Angka migrasi keluar DKI
Jakarta adalah
706.353
mo =  1.000 = 70
10.154.134

Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 70 penduduk yang keluar dari DKI Jakarta per 1.000
penduduk DKI Jakarta.

21
Migrasi Neto
Angka migrasi neto (mn) adalah banyaknya selisih antara penduduk
yang masuk ke dan yang keluar dari suatu daerah per 1.000 penduduk
daerah tersebut pada pertengahan periode yang sama. Rumus
perhitungan angka migrasi neto adalah sebagai berikut

Mi − Mo
mn =  1.000 = mi − mo
PTujuan / Asal

Dimana:
Mi adalah banyak penduduk yang masuk ke daerah tujuan, Mo
adalah banyak penduduk yang keluar dari daerah asal, dan
PTujuan/Asal adalah banyak penduduk daerah tujuan/asal. Dengan
perkataan lain, mn adalah selisih antara mi dan mo.
22
Contoh Migrasi Neto
Menurut SUPAS 2015, angka migrasi neto DKI Jakarta adalah

mn = mi − m0 = 49 − 70 = −21

Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat lebih sedikit 21 penduduk yang masuk ke DKI Jakarta
daripada yang keluar dari DKI Jakarta per 1.000 penduduk DKI
Jakarta.

23
Migrasi Bruto
Angka migrasi bruto (mb) adalah banyaknya penduduk yang masuk ke
dan yang keluar dari suatu daerah per 1.000 penduduk daerah
tersebut pada pertengahan periode yang sama. Rumus perhitungan
angka migrasi neto adalah sebagai berikut.

𝑀𝑖 + 𝑀𝑜
𝑚𝑏 = × 1000 = 𝑚𝑖 + 𝑚𝑜
𝑃𝑇𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛/𝐴𝑠𝑎𝑙

Mi adalah banyak penduduk yang masuk ke daerah tujuan, Mo adalah


banyak penduduk yang keluar dari daerah asal, dan PTujuan/Asal adalah
banyak penduduk daerah tujuan/asal. Dengan perkataan lain, mn
adalah jumlah antara mi dan mo.

24
Contoh Migrasi Bruto
Menurut SUPAS 2015, angka migrasi neto DKI Jakarta adalah

𝑚𝑏 = 𝑚𝑖 + 𝑚𝑜 = 49 + 70 = 119

Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 119 penduduk yang masuk ke dan keluar dari DKI Jakarta
daripada yang keluar dari DKI Jakarta per 1.000 penduduk DKI
Jakarta.

25
Angka migrasi neto menurut
kelompok umur
Angka migrasi neto menurut kelompok umur (age specific net
migration rate/ASNMR) adalah banyak migrasi neto pada kelompok
umur tertentu pada suatu periode per 1.000 penduduk pada
kelompok umur yang sama pada pertengahan periode yang sama.
Rumus perhitungan ASNMR adalah sebagai berikut.

MN i
ASNMRi =  1.000
Pi

MNi adalah banyak migrasi neto pada kelompok umur i dan Pi adalah
banyak penduduk pada kelompok umur i.

26
Contoh ASNMR
Menurut SUPAS 2015, DKI Jakarta, dalam lima tahun sebelum survei,
banyak migrasi neto pada kelompok umur 20–24 tahun adalah 8.405
dan banyak penduduk usia 20–24 tahun adalah 944.600. ASNMR
kelompok umur 20–24 tahun DKI Jakarta adalah

8.405
ASNMR20− 24 = 1.000 = 9
944.600

Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 9 orang berusia 20–24 tahun lebih banyak yang masuk ke
DKI Jakarta dibandingkan dengan yang keluar dari DKI Jakarta per
1.000 penduduk usia 20–24 tahun di DKI Jakarta.

27
Tingkat dan
tren
Analisis Migrasi: Pola dan
perbedaan
Determinan

28
Tingkat dan Tren
Migrasi

2
9
Jumlah migran seumur hidup neto
menurut pulau Indonesia 1971–2015

3.000.000

2.000.000

1.000.000

0
1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015

-1.000.000

-2.000.000

-3.000.000

-4.000.000

Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Lainnya

30
Jumlah migran risen neto menurut
pulau Indonesia 1980–2015

800000

600000

400000

200000

0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015
-200000

-400000

-600000

-800000

Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Lainnya

31
Pola dan
perbedaan migrasi

3
2
Indonesia 10,6

Persentase Jawa Timur


Nusa Tenggara Barat
Jawa Tengah
Nusa Tenggara Timur
2,4
2,5
3,0
3,5

migran
Sumatera Utara 3,7
Sulawesi Selatan 4,1
Aceh 4,2
Gorontalo 5,7
Kalimantan Barat 6,1

seumur Sumatera Barat


Sulawesi Utara
Maluku
Maluku Utara
Bali
6,9
7,8
8,0
9,2
10,3

hidup Jawa Barat


Sumatera Selatan
Kalimantan Selatan
Sulawesi Barat
10,6
12,0
12,8
13,7

menurut
Kepulauan Bangka Belitung 14,1
D.I. Yogyakarta 15,6
Papua 15,6
Sulawesi Tengah 16,2
Lampung 16,8

provinsi Sulawesi Tenggara


Bengkulu
Banten
Jambi
Kalimantan Tengah
17,8
18,0
20,9
20,9
21,2

Indonesia Kalimantan Utara


Riau
Papua Barat
Kalimantan Timur
29,6
29,7
31,3
32,7

SUPAS 2015 DKI Jakarta


Kepulauan Riau
0 10 20 30
35,9

40
44,8
50

Persentase migran seumur hidup

33
Indonesia 2,1

Kalimantan Barat 0,9


Jawa Timur 0,9
Aceh 0,9
Sumatera Selatan 1,0
Lampung 1,1
Sumatera Utara 1,1
Nusa Tenggara Timur 1,5
Gorontalo 1,5
Sulawesi Utara 1,5
Jawa Tengah 1,7
Maluku
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
1,7
1,8
1,8
Persentase
Maluku Utara
Papua
Jambi
2,0
2,2
2,2
migran risen
Bengkulu
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tengah
2,3
2,4
2,4
menurut provinsi
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Tenggara
Kepulauan Bangka Belitung
2,4
2,6
2,6
Indonesia
Sulawesi Barat
Sumatera Barat
Banten
3,0
3,0
3,0
SUPAS 2015
Kalimantan Tengah 3,5
Bali 3,7
Riau 3,8
Kalimantan Timur 3,8
DKI Jakarta 5,4
Kalimantan Utara 6,1
D.I. Yogyakarta 6,1
Papua Barat 7,8
Kepulauan Riau 10,8
0 2 4 6 8 10 12
Persentase migran risen

3
4
Indonesia 3,17

Kalimantan Utara 0,04


Papua 0,14
Maluku Utara 0,21
Kalimantan Tengah 0,21
Kepulauan Riau 0,29
Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
0,33
0,37
0,49
0,58
Persentase
Papua Barat 0,59
Maluku
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Bengkulu
0,68
0,76
0,82
0,94
komuter
Kalimantan Barat
Riau
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat
0,95
1,04
1,37
1,59
menurut
Aceh 1,63
Jambi
Sumatera Barat
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
1,69
1,70
1,72
provinsi
1,74
Jawa Timur
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Gorontalo
2,09
2,17
2,70
2,84
Indonesia
Sumatera Utara

SUPAS 2015
2,94
Jawa Tengah 2,96
Jawa Barat 4,44
Bali 6,16
Banten 7,01
D.I. Yogyakarta 9,97
DKI Jakarta 12,09
0 2 4 6 8 10 12 14

Persentase komuter

35
12,0

10,9

Persentase 10,0
10,3
10,6

migran
seumur hidup, 8,0

migran risen,
6,0
dan komuter
menurut jenis 4,0
4,2

3,2
kelamin 2,1 2,0 2,1 2,1

Indonesia 2,0

SUPAS 2015 0,0


Migran seumur hidup Migran risen Komuter

Laki-laki Perempuan Indonesia

36
Maluku Utara; 0,23 Papua Barat; 0,19
Sulawesi Tengah; 0,45 Gorontalo; 0,39
Maluku; 0,80 Papua; 0,33
Sulawesi Utara; 0,73

Persentase
Sulawesi Barat; 0,40 Aceh; 0,96
Kalimantan Utara; 0,16 Sulawesi Tenggara; 0,71
Kalimantan Timur; 0,54
Kalimantan Selatan; 1,13

migran
Kalimantan Tengah; 0,39 Sulawesi Sumatera Utara; 8,20
Kalimantan Barat; 0,69 Selatan; 5,26

Nusa Tenggara Timur; 0,94


Nusa Tenggara Barat; 0,78 Sumatera Barat; Riau; 1,19

seumur Bali; 0,98 4,27 Jambi; 0,73

Bengkulu;
Banten 0,41
; 2,15 Sumatera
Selatan; Kepulauan

hidup 2,74

Lampung; 2,75
Bangka
Belitung;
0,39
Kepulauan
Riau; 0,37

menurut Jawa Timur; 14,20

provinsi DKI Jakarta; 10,04

tempat D.I.
Yogyakarta;
3,39

lahir Jawa Barat; 8,73

Indonesia Jawa Tengah; 24,35

SUPAS 2015
37
Maluku Utara; 0,39
Papua Barat; 1,00
Maluku; 0,50
Sulawesi Barat; 0,65 Papua; 1,82 Sumatera Utara; 1,92
Aceh; 0,77

Persentase
Gorontalo;
Sulawesi Tenggara; 1,64 0,24 Sumatera Barat; 1,32
Sulawesi Selatan; 1,28
Sulawesi Tengah; 1,72

migran Sulawesi Utara; 0,69


Kalimantan Utara; 0,70

Kalimantan Selatan; 1,88


Riau; 6,94

seumur
Kalimantan Jambi;
Tengah; Kalimantan 2,62
1,95 Timur;
Kalimantan 4,13 Kepulauan Bangka
Barat; 1,09 Belitung; 0,71
Sumatera

hidup Nusa Tenggara


Timur; 0,65
Nusa Tenggara
Barat; 0,45
Selatan; 3,57 Bengkulu; 1,24

menurut Bali; 1,58 Lampung; 5,03

provinsi Banten; 9,20


Kepulauan Riau; 3,25

tempat
tinggal Jawa Timur; 3,41 DKI Jakarta; 13,47

sekarang D.I. Yogyakarta; 2,11 Jawa Tengah;


3,75

Indonesia Jawa Barat; 18,32

SUPAS 2015

38
Kalimantan Sulawesi Tengah; 0,50 Sulawesi Maluku; Sumatera Jambi; 0,90
Timur; Tenggara; 0,62 0,50 Maluku Utara; 0,20 Barat;
Sulawesi Selatan; 2,38
1,36 Sulawesi Barat; 0,37 Papua; 0,64 1,87 Sumatera Selatan; 1,48
Sulawesi Utara; 0,48 Papua Barat;
Gorontalo;
0,27 Aceh;
Kalimantan 0,23
Kalimantan Utara; 0,25 0,53 Bengkulu; 0,37
Selatan;

Persentase 0,74
Kalimantan
Tengah;
0,70
Kalimantan Barat; 0,47
Nusa Tenggara Timur; 0,89
Sumatera
Utara;
3,62
Riau; 1,77

Lampung; 1,67

Kepulauan Bangka

migran risen
Nusa Tenggara Barat; 0,62
Belitung; 0,29
Bali; 0,68
Kepulauan Riau; 0,91

Banten
; 2,78

menurut Jawa Timur; 5,65

provinsi D.I.
Yogyakart
a; 1,14

tempat Jawa Tengah; 8,68

tinggal lima
tahun yang Jawa Barat; 6,79

lalu DKI Jakarta; 49,68

Indonesia
SUPAS 2015

39
Sulawesi Barat; 0,56
Maluku Utara; 0,49
Maluku;
Sulawesi Tenggara; 1,10 Gorontalo; 0,67 Papua Barat; 0,52
0,40 Aceh; 1,84

Persentase
Papua; 1,18
Sulawesi Tengah; 1,09
Sulawesi Utara; 0,77
Sumatera Barat; 2,17
Kalimantan Utara; 0,33 Sumatera Utara;

migran
Sulaw
5,16
Kalimantan Timur; 1,39 esi
Selata
Kalimantan Selatan; 1,56 n;
Riau; 2,89 Jambi; 1,25
Kalimantan Tengah; 1,02 2,99

risen
Kalimantan Barat; 1,64 Sumatera Selatan; 2,70
Nusa Tenggara
Bengkulu; 0,69
Timur; 2,10

Kepulauan

menurut
Nusa Tenggara
Bangka
Barat; 2,01 Lampung; 2,72 Belitung;
0,53
Kepulauan
Bali; 1,56 Riau; 1,33

provinsi Banten; 4,80

tempat DKI Jakarta; 14,37

tinggal
Jawa Timur; 10,36

sekarang D.I. Yogyakarta; 1,53

Indonesia Jawa Tengah; 10,62 Jawa Barat; 15,68

SUPAS 2015
40
Angka migrasi risen neto internasional menurut
kelompok umur (ASNMR) dan jenis kelamin
Indonesia SUPAS 2015
ASNMR
0,400
0,200
0,000
-0,200
-0,400
-0,600
-0,800
-1,000
-1,200
-1,400
-1,600
-1,800
Kelompok umur

Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

41
Angka migrasi risen neto menurut kelompok umur
(ASNMR) dan jenis kelamin DKI Jakarta SUPAS 2015
ASNMR
15,00

10,00

5,00

0,00

-5,00

-10,00

-15,00
Kelompok umur

Laki-laki Perempuan

42
Transmigrasi
di Indonesia

4
3
• Transmigrasi pada masa penjajahan Belanda dimulai
dengan nama kolonisasi sejak tahun 1905 oleh
pemerintah Belanda dengan membuka daerah-
daerah kolonisasi di Lampung, Palembang, Bengkulu,
Jambi, Kalimantan, dan Sulawesi. Pemerintah
Belanda berhasil memindahkan penduduk Jawa ke
luar Jawa sampai dengan tahun 1941 sebanyak 258
ribu jiwa.
• Pada masa penjajahan Jepang usaha transmigrasi
tetap dijalankan dengan memindahkan hampir dua
ribu keluarga dari Jawa ke luar Jawa
• Pada tahun 1950, Pemerintah Indonesia melakukan
transmigrasi pertama dengan memindahkan 77 jiwa
dari Jawa ke Lampung

44
Jenis-jenis transmigrasi
menurut UU No.15 tahun 1997

i. Transmigrasi umum (TU) yang pelaksanaannya


sepenuhnya disubsidi oleh pemerintah,
ii. Transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB) yang
dilaksanakan oleh masyarakat secara perseorangan
atau kelompok, baik bekerja sama atau tidak bekerja
sama dengan badan usaha,
iii. Transmigrasi swakarsa mandiri (TSM) yang campur
tangan pemerintah dilakukan seminimal mungkin

45
UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
menegaskan bahwa tata cara penyelenggaraan
transmigrasi dan pendekatan yang dilakukan
harus disesuaikan terhadap tuntutan
perkembangan keadaan saat ini

46
Determinan
migrasi

4
7
Ravenstein (1885) yang disebut hukum
migrasi Ravenstein dan terdiri dari 7 hukum
• Migrasi dan jarak. Tingkat migrasi antara dua titik akan
berhubungan terbalik dengan jarak di antara kedua titik
tersebut. Migran yang melakukan perjalanan jarak jauh
cenderung menuju pusat-pusat industri.
• Migrasi bertahap. Penduduk daerah pedesaan yang langsung
berbatasan dengan kota yang bertumbuh cepat berbondong-
bondong pindah ke sana. Turunnya jumlah penduduk di
pedesaan sebagai akibat migrasi itu akan digantikan oleh
migran dari daerah-daeah yang lebih terpencil. Hal ini akan
terus berlangsung sampai daya tarik salah satu kota yang
tumbuh cepat itu tahap demi tahap terasa pengaruhnya di
pelosok-pelosok yang terpencil.

48
• Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik
sebagai penggantinya. Meskipun migrasi desa-kota
mendominasi arus migrasi, selalu ada arus balik pada
arah yang berlawanan sehingga migrasi neto dari titik i
ke j selalu lebih kecil daripada migrasi kotor antara
kedua titik tersebut.
• Perbedaan kecenderungan bermigrasi antara desa
dan kota. Penduduk perkotaan kurang berminat
bermigrasi dibandingkan mereka yang tinggal di
perdesaan.
• Perempuan lebih dominan melakukan migrasi dalam
jarak pendek. Dibandingkan dengan laki-laki,
perempuan lebih banyak bermigrasi dalam jarak
pendek.
49
• Migrasi memiliki kecenderungan meningkat
sepanjang waktu akibat peningkatan sarana
perhubungan dan akibat perkembangan industri dan
perdagangan.
• Motif ekonomi merupakan dorongan utama.
Dorongan untuk meperbaiki kehidupan senantiasa lebih
dominan daripada faktor lain dalam keputusan
bermigrasi.

50
Lee (1966)

51
Todaro tahun 1998

Migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif yang


mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,
sosial, pendidikan, dan demografi tertentu. Oleh karena
itu, pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan non-
ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi.
Variasi tersebut tidak hanya terdapat pada arus migrasi
antarwilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada
migrasi antarnegara.

52
Teori neoclassic macroeconomic

Teori neoclassic macroeconomic menjelaskan bagaimana


proses dan akibat dari perpindahan tenaga kerja yang
berasal dari negara yang mengalami surplus tenaga kerja
tetapi kekurangan kapital menuju negara yang kekurangan
tenaga kerja, tetapi memiliki kapital yang berlimpah. Teori
ini kurang memperhatikan bagaimana seseorang
memutuskan untuk berpindah, sebab-sebab perpindahan,
serta dengan cara apa ia berpindah.

53
Teori neoclassic microeconomic

Teori neoclassic microeconomic, yang sebetulnya juga


memperbincangkan soal pengambilan keputusan ditingkat individu
migran, tetapi tidak mencoba menjelaskan persoalan, mengapa
seseorang berpindah dengan cara tertentu, mengapa bukan
dengan cara yang lain. Teori ini hanya merekomendasikan kepada
para migran potensial itu, agar mempertimbangkan “cost and
benefit” dari setiap perpindahan ke daerah tujuan yang memiliki
potensi lebih besar dibandingkan dengan daerah asal migran
(Massey, 1993 ; dan Kuper and Kuper, 2000; BKKBN 2013).

54
Teori segmented labour market

Menurut teori ini, arus migrasi tenaga kerja dari suatu negara
ditentukan oleh adanya faktor permintaan (demand) pasar kerja,
yang lebih tinggi di negara lain. Dalam teori ini, faktor penarik,
yakni pasar kerja terhadap arus migrasi tenaga kerja, jauh lebih
dominan jika dibandingkan dengan faktor penekan lain untuk
berpindah yang ada di daerah asal. Akan tetapi, teori ini kurang
memberikan penjelasan yang rinci di tingkat mikro, bagaimana
seseorang akhirnya memutuskan untuk berpindah atau tetap
tinggal di daerah asalnya.

55
Terima kasih

56

Anda mungkin juga menyukai