Konsep dan
Ukuran Migrasi
Disampaikan oleh:
Dr. Wendy Hartanto, MA
Achmad Sopian, M.Pd
Retnoningsih Suharno, S.Pd
Pelatihan Dasar-Dasar
Demografi bagi para ASN
BKKBN
2
Referensi
• Badan Pusat Statistik. 2011. Migrasi Internal Penduduk Indonesia. Jakarta, Indonesia.
• BKKBN. 2013. Modul 4 Konsep dan Ukuran Migrasi, Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi.
Jakarta, Indonesia
• Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik, dan United Nations Population Fund (UNFPA).
2018. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015–2045. Jakarta, Indonesia.
• Lee, E. S. 1966. A Theory of Migration. Demography, Vol. 3, No. 1. (1966), hal. 47–57.
• Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2010. Dasar-dasar Demografi.
Edisi 2. Editor: S.M. Adioetomo dan O.B. Samosir. Depok, Indonesia
• Ravenstein, E.G. 1885. The Laws of Migration. Journal of the Statistical Society of London. Vol.
48, No. 2, hal. 167–235.
• Siegel, J.S. and David A. Swanson. 2004. The Methods and Materials of Demography. Second
Edition. Elsevier Academic Press. California, USA.
• United Nations (UN). 2019. World Population Prospects 2019, Online Edition. Rev. 1.
Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2019).
• Zelinsky, W. (1971). The Hypothesis of the Mobility Transition. Geographical Review. 61 (2):
219–249.
3
I. Pengukuran migrasi
• Konsep dan definisi migrasi
• Sumber data migrasi
• Ukuran-ukuran migrasi
Topik-topik
Pembahasan
II. Analisis migrasi
• Tingkat dan tren migrasi
• Pola dan perbedaan migrasi
• Determinan migrasi
4
Definisi dan
Pengukuran Konsep
Sumber data
Migrasi: Ukuran-ukuran
Migrasi
5
Definisi migrasi (1)
6
Definisi migrasi (2)
7
Definisi migrasi (3)
8
Konsep-konsep migrasi (1)
9
Konsep-konsep migrasi (2)
10
Konsep-konsep migrasi (3)
11
Konsep-konsep migrasi (4)
12
Sumber dan Data
Migrasi
• Registrasi vital
• Sensus Penduduk (SP)
• Survei penduduk:
- Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS)
- Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS)
- Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS)
13
Ukuran Migrasi
• Migrasi parsial
• Migrasi masuk
• Migrasi keluar
• Migrasi neto
• Migrasi bruto
• Angka migrasi menurut kelompok
umur (age specific migration
rate/ASNMR)
1
4
Migrasi Parsial
Angka migrasi parsial (partial migration rate/AMP) adalah
banyaknya migran ke suatu daerah tujuan dari suatu daerah asal, atau
dari suatu daerah asal ke suatu daerah tujuan, pada suatu periode per
1.000 penduduk di daerah asal atau daerah tujuan pada pertengahan
periode yang sama. Rumusnya:
M M
AMPAsal = 1.000 atau AMPTujuan = 1.000
PAsal PTujuan
Dimana:
M : banyak perpindahan dari suatu daerah asal ke suatu
daerah tujuan
PAsal : banyak penduduk di daerah asal,
PTujuan : banyak penduduk di daerah tujuan
15
Contoh Migrasi Parsial
Menurut SUPAS 2015, banyak migrasi risen dari DKI Jakarta ke Jawa
Barat adalah 296.926, banyak penduduk DKI Jakarta adalah
10.154.134, dan banyak penduduk Jawa Barat adalah 46.668.214.
Angka migrasi parsial DKI Jakarta adalah
296.926
AMPDKI = 1.000 = 29
10.154.134
Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 29 penduduk yang keluar dari DKI Jakarta dan masuk ke
Jawa Barat per 1.000 penduduk DKI Jakarta.
16
Aceh
• 2.387.040: orang Aceh yang lahir di Aceh dan
sekarang (tahun 2015) tinggal di Aceh
• Tahun 2015 di Aceh ada sebanyak 2.492.164
• Migran semasa hidup = 2.492.164 – 2.387.040
= 105.124
17
Migrasi Masuk
Angka migrasi masuk (mi) adalah banyaknya migran yang masuk ke
suatu daerah tujuan per 1.000 penduduk daerah tujuan pada
pertengahan periode yang sama. Rumus perhitungan angka migrasi
masuk adalah sebagai berikut.
Mi
mi = 1.000
PAsal
Dimana:
Mi : banyak penduduk yang pindah
PAsal : banyak penduduk daerah tujuan
18
Contoh Migrasi Masuk
Menurut SUPAS 2015, banyak penduduk yang masuk ke DKI Jakarta
dalam lima tahun sebelum survei adalah 499.101 dan banyak
penduduk DKI Jakarta adalah 10.154.134. Angka migrasi masuk DKI
Jakarta adalah
499.101
mi = 1.000 = 49
10.154.134
Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 49 penduduk yang masuk ke DKI Jakarta per 1.000 penduduk
DKI Jakarta.
19
Migrasi Keluar
Angka migrasi keluar (mo) adalah banyaknya migran yang keluar dari
suatu daerah asal per 1.000 penduduk daerah asal pada pertengahan
periode yang sama. Rumus perhitungan angka migrasi masuk adalah
sebagai berikut.
Mo
mo = 1.000
PTujuan
20
Contoh Migrasi Keluar
Menurut SUPAS 2015, banyak penduduk yang keluar dari DKI Jakarta
dalam lima tahun sebelum survei adalah 706.353 dan banyak
penduduk DKI Jakarta adalah 10.154.134. Angka migrasi keluar DKI
Jakarta adalah
706.353
mo = 1.000 = 70
10.154.134
Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 70 penduduk yang keluar dari DKI Jakarta per 1.000
penduduk DKI Jakarta.
21
Migrasi Neto
Angka migrasi neto (mn) adalah banyaknya selisih antara penduduk
yang masuk ke dan yang keluar dari suatu daerah per 1.000 penduduk
daerah tersebut pada pertengahan periode yang sama. Rumus
perhitungan angka migrasi neto adalah sebagai berikut
Mi − Mo
mn = 1.000 = mi − mo
PTujuan / Asal
Dimana:
Mi adalah banyak penduduk yang masuk ke daerah tujuan, Mo
adalah banyak penduduk yang keluar dari daerah asal, dan
PTujuan/Asal adalah banyak penduduk daerah tujuan/asal. Dengan
perkataan lain, mn adalah selisih antara mi dan mo.
22
Contoh Migrasi Neto
Menurut SUPAS 2015, angka migrasi neto DKI Jakarta adalah
mn = mi − m0 = 49 − 70 = −21
Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat lebih sedikit 21 penduduk yang masuk ke DKI Jakarta
daripada yang keluar dari DKI Jakarta per 1.000 penduduk DKI
Jakarta.
23
Migrasi Bruto
Angka migrasi bruto (mb) adalah banyaknya penduduk yang masuk ke
dan yang keluar dari suatu daerah per 1.000 penduduk daerah
tersebut pada pertengahan periode yang sama. Rumus perhitungan
angka migrasi neto adalah sebagai berikut.
𝑀𝑖 + 𝑀𝑜
𝑚𝑏 = × 1000 = 𝑚𝑖 + 𝑚𝑜
𝑃𝑇𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛/𝐴𝑠𝑎𝑙
24
Contoh Migrasi Bruto
Menurut SUPAS 2015, angka migrasi neto DKI Jakarta adalah
𝑚𝑏 = 𝑚𝑖 + 𝑚𝑜 = 49 + 70 = 119
Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 119 penduduk yang masuk ke dan keluar dari DKI Jakarta
daripada yang keluar dari DKI Jakarta per 1.000 penduduk DKI
Jakarta.
25
Angka migrasi neto menurut
kelompok umur
Angka migrasi neto menurut kelompok umur (age specific net
migration rate/ASNMR) adalah banyak migrasi neto pada kelompok
umur tertentu pada suatu periode per 1.000 penduduk pada
kelompok umur yang sama pada pertengahan periode yang sama.
Rumus perhitungan ASNMR adalah sebagai berikut.
MN i
ASNMRi = 1.000
Pi
MNi adalah banyak migrasi neto pada kelompok umur i dan Pi adalah
banyak penduduk pada kelompok umur i.
26
Contoh ASNMR
Menurut SUPAS 2015, DKI Jakarta, dalam lima tahun sebelum survei,
banyak migrasi neto pada kelompok umur 20–24 tahun adalah 8.405
dan banyak penduduk usia 20–24 tahun adalah 944.600. ASNMR
kelompok umur 20–24 tahun DKI Jakarta adalah
8.405
ASNMR20− 24 = 1.000 = 9
944.600
Artinya, menurut hasil SUPAS 2015, dalam lima tahun sebelum survei,
terdapat 9 orang berusia 20–24 tahun lebih banyak yang masuk ke
DKI Jakarta dibandingkan dengan yang keluar dari DKI Jakarta per
1.000 penduduk usia 20–24 tahun di DKI Jakarta.
27
Tingkat dan
tren
Analisis Migrasi: Pola dan
perbedaan
Determinan
28
Tingkat dan Tren
Migrasi
2
9
Jumlah migran seumur hidup neto
menurut pulau Indonesia 1971–2015
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015
-1.000.000
-2.000.000
-3.000.000
-4.000.000
30
Jumlah migran risen neto menurut
pulau Indonesia 1980–2015
800000
600000
400000
200000
0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015
-200000
-400000
-600000
-800000
31
Pola dan
perbedaan migrasi
3
2
Indonesia 10,6
migran
Sumatera Utara 3,7
Sulawesi Selatan 4,1
Aceh 4,2
Gorontalo 5,7
Kalimantan Barat 6,1
menurut
Kepulauan Bangka Belitung 14,1
D.I. Yogyakarta 15,6
Papua 15,6
Sulawesi Tengah 16,2
Lampung 16,8
40
44,8
50
33
Indonesia 2,1
3
4
Indonesia 3,17
SUPAS 2015
2,94
Jawa Tengah 2,96
Jawa Barat 4,44
Bali 6,16
Banten 7,01
D.I. Yogyakarta 9,97
DKI Jakarta 12,09
0 2 4 6 8 10 12 14
Persentase komuter
35
12,0
10,9
Persentase 10,0
10,3
10,6
migran
seumur hidup, 8,0
migran risen,
6,0
dan komuter
menurut jenis 4,0
4,2
3,2
kelamin 2,1 2,0 2,1 2,1
Indonesia 2,0
36
Maluku Utara; 0,23 Papua Barat; 0,19
Sulawesi Tengah; 0,45 Gorontalo; 0,39
Maluku; 0,80 Papua; 0,33
Sulawesi Utara; 0,73
Persentase
Sulawesi Barat; 0,40 Aceh; 0,96
Kalimantan Utara; 0,16 Sulawesi Tenggara; 0,71
Kalimantan Timur; 0,54
Kalimantan Selatan; 1,13
migran
Kalimantan Tengah; 0,39 Sulawesi Sumatera Utara; 8,20
Kalimantan Barat; 0,69 Selatan; 5,26
Bengkulu;
Banten 0,41
; 2,15 Sumatera
Selatan; Kepulauan
hidup 2,74
Lampung; 2,75
Bangka
Belitung;
0,39
Kepulauan
Riau; 0,37
tempat D.I.
Yogyakarta;
3,39
SUPAS 2015
37
Maluku Utara; 0,39
Papua Barat; 1,00
Maluku; 0,50
Sulawesi Barat; 0,65 Papua; 1,82 Sumatera Utara; 1,92
Aceh; 0,77
Persentase
Gorontalo;
Sulawesi Tenggara; 1,64 0,24 Sumatera Barat; 1,32
Sulawesi Selatan; 1,28
Sulawesi Tengah; 1,72
seumur
Kalimantan Jambi;
Tengah; Kalimantan 2,62
1,95 Timur;
Kalimantan 4,13 Kepulauan Bangka
Barat; 1,09 Belitung; 0,71
Sumatera
tempat
tinggal Jawa Timur; 3,41 DKI Jakarta; 13,47
SUPAS 2015
38
Kalimantan Sulawesi Tengah; 0,50 Sulawesi Maluku; Sumatera Jambi; 0,90
Timur; Tenggara; 0,62 0,50 Maluku Utara; 0,20 Barat;
Sulawesi Selatan; 2,38
1,36 Sulawesi Barat; 0,37 Papua; 0,64 1,87 Sumatera Selatan; 1,48
Sulawesi Utara; 0,48 Papua Barat;
Gorontalo;
0,27 Aceh;
Kalimantan 0,23
Kalimantan Utara; 0,25 0,53 Bengkulu; 0,37
Selatan;
Persentase 0,74
Kalimantan
Tengah;
0,70
Kalimantan Barat; 0,47
Nusa Tenggara Timur; 0,89
Sumatera
Utara;
3,62
Riau; 1,77
Lampung; 1,67
Kepulauan Bangka
migran risen
Nusa Tenggara Barat; 0,62
Belitung; 0,29
Bali; 0,68
Kepulauan Riau; 0,91
Banten
; 2,78
provinsi D.I.
Yogyakart
a; 1,14
tinggal lima
tahun yang Jawa Barat; 6,79
Indonesia
SUPAS 2015
39
Sulawesi Barat; 0,56
Maluku Utara; 0,49
Maluku;
Sulawesi Tenggara; 1,10 Gorontalo; 0,67 Papua Barat; 0,52
0,40 Aceh; 1,84
Persentase
Papua; 1,18
Sulawesi Tengah; 1,09
Sulawesi Utara; 0,77
Sumatera Barat; 2,17
Kalimantan Utara; 0,33 Sumatera Utara;
migran
Sulaw
5,16
Kalimantan Timur; 1,39 esi
Selata
Kalimantan Selatan; 1,56 n;
Riau; 2,89 Jambi; 1,25
Kalimantan Tengah; 1,02 2,99
risen
Kalimantan Barat; 1,64 Sumatera Selatan; 2,70
Nusa Tenggara
Bengkulu; 0,69
Timur; 2,10
Kepulauan
menurut
Nusa Tenggara
Bangka
Barat; 2,01 Lampung; 2,72 Belitung;
0,53
Kepulauan
Bali; 1,56 Riau; 1,33
tinggal
Jawa Timur; 10,36
SUPAS 2015
40
Angka migrasi risen neto internasional menurut
kelompok umur (ASNMR) dan jenis kelamin
Indonesia SUPAS 2015
ASNMR
0,400
0,200
0,000
-0,200
-0,400
-0,600
-0,800
-1,000
-1,200
-1,400
-1,600
-1,800
Kelompok umur
41
Angka migrasi risen neto menurut kelompok umur
(ASNMR) dan jenis kelamin DKI Jakarta SUPAS 2015
ASNMR
15,00
10,00
5,00
0,00
-5,00
-10,00
-15,00
Kelompok umur
Laki-laki Perempuan
42
Transmigrasi
di Indonesia
4
3
• Transmigrasi pada masa penjajahan Belanda dimulai
dengan nama kolonisasi sejak tahun 1905 oleh
pemerintah Belanda dengan membuka daerah-
daerah kolonisasi di Lampung, Palembang, Bengkulu,
Jambi, Kalimantan, dan Sulawesi. Pemerintah
Belanda berhasil memindahkan penduduk Jawa ke
luar Jawa sampai dengan tahun 1941 sebanyak 258
ribu jiwa.
• Pada masa penjajahan Jepang usaha transmigrasi
tetap dijalankan dengan memindahkan hampir dua
ribu keluarga dari Jawa ke luar Jawa
• Pada tahun 1950, Pemerintah Indonesia melakukan
transmigrasi pertama dengan memindahkan 77 jiwa
dari Jawa ke Lampung
44
Jenis-jenis transmigrasi
menurut UU No.15 tahun 1997
45
UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
menegaskan bahwa tata cara penyelenggaraan
transmigrasi dan pendekatan yang dilakukan
harus disesuaikan terhadap tuntutan
perkembangan keadaan saat ini
46
Determinan
migrasi
4
7
Ravenstein (1885) yang disebut hukum
migrasi Ravenstein dan terdiri dari 7 hukum
• Migrasi dan jarak. Tingkat migrasi antara dua titik akan
berhubungan terbalik dengan jarak di antara kedua titik
tersebut. Migran yang melakukan perjalanan jarak jauh
cenderung menuju pusat-pusat industri.
• Migrasi bertahap. Penduduk daerah pedesaan yang langsung
berbatasan dengan kota yang bertumbuh cepat berbondong-
bondong pindah ke sana. Turunnya jumlah penduduk di
pedesaan sebagai akibat migrasi itu akan digantikan oleh
migran dari daerah-daeah yang lebih terpencil. Hal ini akan
terus berlangsung sampai daya tarik salah satu kota yang
tumbuh cepat itu tahap demi tahap terasa pengaruhnya di
pelosok-pelosok yang terpencil.
48
• Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik
sebagai penggantinya. Meskipun migrasi desa-kota
mendominasi arus migrasi, selalu ada arus balik pada
arah yang berlawanan sehingga migrasi neto dari titik i
ke j selalu lebih kecil daripada migrasi kotor antara
kedua titik tersebut.
• Perbedaan kecenderungan bermigrasi antara desa
dan kota. Penduduk perkotaan kurang berminat
bermigrasi dibandingkan mereka yang tinggal di
perdesaan.
• Perempuan lebih dominan melakukan migrasi dalam
jarak pendek. Dibandingkan dengan laki-laki,
perempuan lebih banyak bermigrasi dalam jarak
pendek.
49
• Migrasi memiliki kecenderungan meningkat
sepanjang waktu akibat peningkatan sarana
perhubungan dan akibat perkembangan industri dan
perdagangan.
• Motif ekonomi merupakan dorongan utama.
Dorongan untuk meperbaiki kehidupan senantiasa lebih
dominan daripada faktor lain dalam keputusan
bermigrasi.
50
Lee (1966)
51
Todaro tahun 1998
52
Teori neoclassic macroeconomic
53
Teori neoclassic microeconomic
54
Teori segmented labour market
Menurut teori ini, arus migrasi tenaga kerja dari suatu negara
ditentukan oleh adanya faktor permintaan (demand) pasar kerja,
yang lebih tinggi di negara lain. Dalam teori ini, faktor penarik,
yakni pasar kerja terhadap arus migrasi tenaga kerja, jauh lebih
dominan jika dibandingkan dengan faktor penekan lain untuk
berpindah yang ada di daerah asal. Akan tetapi, teori ini kurang
memberikan penjelasan yang rinci di tingkat mikro, bagaimana
seseorang akhirnya memutuskan untuk berpindah atau tetap
tinggal di daerah asalnya.
55
Terima kasih
56