Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR DEMOGRAFI

MIGRASI MASUK, KELUAR, NETTO, BRUTO SERTA KARAKTERISTIK


DAN DOMINASI MIGRASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
MENURUT HASIL SURVEI ANTAR SENSUS 2015

DISUSUN OLEH :
1 ST 1/ KELOMPOK 7

ADELLA SITI NURSALIYAWATI 211810096


JUANDO SIALLAGAN 211810363
TIARA REZA SUKMANA 211810628

POLITEKNIK STATISTIKA STIS


2018
1. Kajian Teori Tentang Migrasi
1.1 Definisi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
dari suatu tempat ke lain melampaui batas politik/negara ataupun batas
administratif/batas bagian dalam suatu negara. Maka dari itu, migrasi sering
diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke
daerah lain. Terdapat dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam
penelaahan migrasi, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi waktu
Ukuran dimensi waktu secara pastinya tidak ada, namun peneliti
dapat menentukan sendiri kapan seseorang dianggap sebagi migran.
b. Dimensi tempat
Untuk dimensi tempat atau daerah, secara garis besar, migrasi
dibedakan menjadi sebagai berikut :
1) Migrasi antarnegara atau migrasi internasional, yaitu migrasi
penduduk dari suatu negara ke negara lain.
2) Migrasi internal, yaitu migrasi yang terjadi dalam suatu negara,
misalnya antarprovinsi, kabupaten/kota, atau kesatuan administratif
lainnya.
Migrasi merupakan mobilitas antarbatas administratif atau politik,
seperti negara atau provinsi. Ada beberapa bentuk perpindahan tempat
(mobilitas), antara lain sebagai berikut :
a. Perpindahan tempat yang bersifat rutin.
b. Perpindahan tempat yang tidak permanen dan bersifat sementara.
c. Perpindahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke
tempat semula.
1.2 Jenis-Jenis Migrasi
a. Migrasi Masuk (In Migration) adalah masuknya penduduk ke suatu
daerah tempat tujuan (destination).
b. Migrasi Keluar (Out Migration) adalah perpindahan penduduk keluar
dari daerah asal (origin).
c. Migrasi Neto (Net Migration) adalah selisih antara jumlah migrasi masuk
dan migrasi keluar. Nilai migrasi neto akan bertanda positif jika migrasi
masuk lebih besar daripada migrasi keluar, begitu sebaliknya.
d. Migrasi Bruto (Gross Migration) adalah penjumlahan dari migrasi masuk
dan migrasi keluar.
e. Migrasi Internasional (International Migration) adalah perpindahan
penduduk yang melewati batas-batas negara.
f. Migrasi Parsial (Partial Migration) adalah jumlah migrasi ke suatu
daerah tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke daerah tujuan.
g. Arus Migrasi (Migration Stream) merupakan jumlah atau banyaknya
perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka
waktu tertentu.
h. Migrasi Seumur Hidup (Lifetime Migration) adalah migrasi berdasarkan
tempat kelahiran.
i. Migrasi Total (Total Migration) adalah seluruh kejadian migrasi
mencakup migrasi seumur hidup (lifetime migration) dan migrasi pulang
(return migration).
j. Migrasi Pulang (Return Migration) merupakan pengurangan antara
migrasi total dan migrasi seumur hidup.
k. Migrasi Lima Tahun yang Lalu (Recent Migration) adalah migrasi
penduduk yang mempunyai tempat tinggal terakhir lima tahun yang lalu
berbeda dengan tempat tinggal sekarang.
1.3 Ukuran-Ukuran Migrasi
Adapun ukuran-ukuran migrasi diantaranya sebagai berikut :
a. Angka Migrasi Masuk
Angka migrasi masuk merupakan angka yang menunjukkan
banyaknya migran yang masuk per 1000 orang penduduk daerah tujuan
dalam waktu satu tahun. Adapun rumus untuk menghitung angka migrasi
keluar yaitu sebagai berikut :

I
mi =
P
k
Keterangan :

mi : Angka migrasi masuk


I : Jumlah migran masuk (in migrant)
P : Jumlah penduduk pertengahan tahun
k : Konstanta (1000)

b. Angka Migrasi Keluar


Angka migrasi keluar merupakan angka yang menunjukkan
banyaknya migran yang keluar per 1000 orang penduduk daerah asal
dalam waktu satu tahun. Adapun rumus untuk menghitung angka migrasi
keluar yaitu sebagai berikut :

O
mo =
P
k
Keterangan :

mo : Angka migrasi keluar


O : Jumlah migran keluar (out migrant)
P : Jumlah penduduk pertengahan tahun
k : Konstanta (1000)

c. Angka Migrasi Netto


Migrasi Netto merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan
migrasi keluar. Jika migrasi yang masuk lebih besar daripada migrasi
yang keluar disebut netto positif, sedangkan jika migrasi yang keluar
lebih besar daripada migrasi yang masuk disebut netto negatif. Tingkat
Migrasi Netto (The Net Migration Rate) atau disebut Angka Migrasi
Netto adalah selisih banyaknya migran yang masuk dan keluar ke dan
dari suatu daerah per 1.000 penduduk dalam satu tahun.
Angka migrasi netto dirumuskan sebagai berikut :

I–O
mn = xk
P

Keterangan :

mn : Angka migrasi risen netto


I : Jumlah penduduk yang masuk ke suatu kabupaten/kota selama
satu periode pengamatan
O : Jumlah penduduk yang keluar dari suatu kabupaten/kota
selama satu periode pengamatan
P : Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama
k : Konstanta (1000)

d. Angka Migrasi Bruto


Angka migrasi bruto menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan,
yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah penduduk
tempat asal dan jumlah penduduk tempat tujuan. Adapun rumus untuk
menghitung angka migrasi bruto yaitu sebagai berikut :

I +O
mg =
P 1+ P 2
k
Keterangan :

mg : Angka migrasi bruto


I Jumlah migran masuk (inmigrant)
O : Jumlah migran keluar (out migrant)
P1 : Jumlah penduduk pertengahan di tempat tujuan
P2 Jumlah penduduk pertengahan di tempat asal
k : Konstanta (1000)
Untuk perhitungan angka migrasi, penduduk terpapar yang dihitung
adalah penduduk usia lima tahun atau lebih. Dalam perhitungan angka
migrasi menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun datanya
tidak tersedia karena kelompok penduduk ini merupakan kelompok
penduduk yang lahir pada periode antar dua survei/sensus. Untuk
mengatasi hal ini, khusus untuk penduduk kelompok umur 0-4 tahun
digunakan data migrasi seumur hidup.
1.4 Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan
faktor penarik (pull factor).
a. Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain :
1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya
daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang
tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil
tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah
untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga
mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit
b. Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain:
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
taraf hidup.
2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,
misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik
lainnya.
4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk
bermukim di kota besar.

2. Migrasi di Provinsi Kalimantan Selatan


2.1 Migrasi Masuk
Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa Kota Banjarmasin,
Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan tiga besar
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk
yang melakukan migrasi masuk terbanyak. Bila dilihat lebih jauh pada Tabel
1., kebanyakan migran melakukan migrasi ke daerah perkotaan di Provinsi
Kalimantan Selatan yang mencapai 509.907 migran. Salah satu faktornya
yaitu daya tarik daerah perkotaan yang pembangunannya lebih maju
dibandingkan daerah perdesaan Provinsi Kalimantan Selatan. Faktor yang
lain yaitu karena Provinsi Kalimantan Selatan merupakan daerah tujuan
transmigrasi program pemerintah.
2.2 Migrasi Keluar
Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa Kota Banjarmasin,
Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan tiga besar
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk
yang melakukan migrasi keluar terbanyak. Bila dilihat lebih jauh pada Tabel
1., kebanyakan migran melakukan migrasi ke daerah lain di luar Provinsi
Kalimantan Selatan yang mencapai 509.907 migran. Salah satu faktornya
yaitu daya tarik daerah lain yang pembangunannya lebih maju dibandingkan
Provinsi Kalimantan Selatan, salah satu contohnya yaitu banyaknya
penduduk yang melakukan migrasi ke Pulau Jawa dengan harapan bisa
memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya.
2.3 Migrasi Netto
Tabel 2. menunjukkan migrasi netto seumur hidup antar
Kabupaten/Kota dan jenis kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa ada 9 kabupaten yang mempunyai angka
migrasi netto positif. Kabupaten/kota tersebut adalah Tanah Laut, Kota Baru,
Banjar, Barito Kuala, Tapin, Tabalong, Tanah Bambu, Balangan, dan Kota
Banjar Baru. Kabupaten dengan tingkat migrasi netto terbesar adalah
Kabupaten Banjar yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan.
Sebagai Ibu Kota Provinsi, Kabupaten Banjar memiliki daya tarik yang
tinggi bagi para migran. Kemajuan dalam bidang industri, perdagangan dan
transportasi membuat penduduk di daerah tertinggal merantau ke Kabupaten
Banjar. Disisi lain, Kota Banjarmasin memiliki tingkat migrasi netto negatif.
Hal ini terjadi karena adanya kebiasaan merantau yang telah melembaga
dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup.bila dilihat secara keseluruhan,
sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami
tingkat kenaikan migrasi netto. Hal ini karena kabupaten dan Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan migrasi masuk seumur
hidup yang relatif lebih tinggi daripada migrasi keluar.
2.4 Migrasi Bruto
Tabel 9. Migrasi Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015

Migrasi Bruto/Gross Migration


Kabupaten/Kota Laki-
Laki-laki Perempuan
laki+Perempuan
Tanah Laut 59 307 55 998 115 305
Kota Baru 63 711 53159 116 870
Banjar 101 323 96 859 198 182
Barito Kuala 65 032 65 161 130 193
Tapin 33 852 30 510 64 362
Hulu Sungai Selatan 45 754 47 695 93 449
Hulu Sungai Tengah 46 098 53 787 99 885
Hulu Sungai Utara 51 000 54 050 105 050
Tabalong 44 178 42 398 86 576
Tanah Bumbu 76 257 67 758 144 015
Balangan 17 902 15 544 33 446
Banjarmasin 206616 201 820 408 436
Banjar Baru 75450 76 560 152 010
Sumber : Hasil Survei Antar Sensus 2015
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa jumlah antara migrasi masuk dan
keluar terbesar terdapat di Kota Banjarmasin dengan jumlah 408.436 jiwa,
sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Tapin dengan jumlah
64.362 jiwa.

3. Karakteristik Migrasi provinsi Kalimantan Selatan


3.1 Krakteristik Demografis/Usia
Berdasarkan data migrasi provinsi Kalimantan Selatan pada tabel 6, umur
migran terkonsentrasi pada kelompok umur 20-24 tahun. Dimana kelompok
umur 20-24 merupakan kelompok umur yang produktif. Kemudian, pada
kelompok umur 15-19 tahun dan 25-29 tahun jumlah perempuan yang
melakukan migrasi lebih besar dari jumlah laki-laki yang melakukan migrasi.
Untuk kelompok umur 15-19 tahun hal tersebut dikarenakan karena pada
kelompok umur ini, migran perempuan pada umumnya belum kawin.
Sedangkan untuk kelompok umur 25-29 tahun disebabkan karena pada
kelompok umur ini migran perempuan pada umumnya telah kawin dan
mengikuti domisili laki-laki. Migran yang paling sedikit ada pada kelompok
umur 65-69. Hal tersebut disebabkan karena pada kelompok umur tersebut
biasanya sudah pensiun dan tinggal menetap di daerah asal.
3.2 Karakteristik Pendidikan
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa baik untuk migran laki-laki
maupun migran perempuan di Provinsi Kalimantan Selatan meningkat dengan
semakin tingginya tingkat pendidikannya dan mencapai puncaknya pada
tingkat pendidikan sekolah lanjutan atas (SMA/SMK). Ini berarti tingkat
pendidikan seseorang meningkatkan frekuensi perpindahan karena semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi wawasannya tentang daerah
lain, dan semakin matang perhitungannya untuk mendapatkan arah hidup
yang lebih baik. Namun untuk pendidikan setelah lanjutan atas (setelah
SMA/SMK) semakin sedikit jumlah orang yang melakukan migrasi. Hal ini
bisa disebabkan karena orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
cenderung memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, mutu modal manusia yang
lebih baik akan memperbesar peluang untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
Sehingga untuk mendapatkan pekerjaan tidak harus melakukan migrasi.

3.3 Karakteristik Geografis

Berdasarkan Tabel 1. terlihat kebanyakan penduduk melakukan migrasi


ke perkotaan dibandingkan perdesaan. Hal itu disebabkan karena
pembangunan di daerah perkotaan yang lebih maju, sehingga segala
kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah, contohnya kemudahan dalam akses
kesehatan, transportasi, pendidikan, lapangan pekerjaan, rekreasi, dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai