Disusun Oleh:
Kelompok 9 3SK3
1. Erliana Nurul Fatihah (211810272)
2. Prawira Yuda Husada (211810532)
3. Tiara Reza Sukmana (211810628)
1.2 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam
pengambilan kebijakan dan perencanaan terkait kependudukan di Provinsi Kalimantan
Timur. Selain itu, makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan penulis serta
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Mortalitas
Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu wilayah tidak hanya kan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, namu juga menjadi
sebuah barometer tentang kesehatan dan kesejahteraan penduduk di wilayah yang
bersangkutan. Mortalitas atau kematian penduduk adalah salah satu dari variabel
demografi yang penting. Tingkat rerndah tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah
tidak anya mempengaruhi jumlah penduduk, tapi juga mencerminkan kalitas SDM
yang ada ditempat tersebut,yang sekaligus juga mencerminkan bagaimana kondisi
ekonomi di wilayah tersebut.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen yang
sangat penting di demografi yang dimana dapat mempengaruhi perubahan, struktur
dan jumlah penduduk. Dua komponen demografi lainnya yaitu fertilias dan migrasi.
Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi
pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan keseahatan.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perencanaan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas
pendidikan, dan jssa-jsa lainnya ntuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga
diperlukan untuk kepentignan evaluasi terhadap program-program kebijaksanaan
penduduk.
Konsep kematian sangat penting diketahui guna mendapatan data kematian yang
benar. Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital, yang masing-masing saling
bersifat mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi
bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut antara lain
lahir hidup, mati dan lahir mati.
1. Lahir hidup
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization) lahir
hidup merupkan suatu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu
secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan
tersebut terjadi, hasil konsepsi bernapas dan mempunyai tanda-tanda hidup
lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot,
tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.
2. Mati
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization) mati
adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehiudpan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup”
3. Lahir Mati
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization) lahir
mati merupakan peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil
konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikerluarkan dari rahim ibunya.
Dari definisi “mati” dan “hidup diatas, maka “ lahir mati” tidak dimasukkan
dalam mati maupun hidup. Termasuk dalam pengertian “lahir mati” antara lain
stillbirth dan abortus.
Sumber data kematian didapatkan dari beberapa sumber diantaranya regristrasi,.
untuk regristrasi sendiri apabila sistemnya bekerja dengan baik maka registrasi
merupakan sumber data kematian yang ideal. Pada dasarnya peristiwa kemaitian
dilaporkan dan kemudia dicatat setelah peristiwa tersebut terjadi. Namun pada
kenyataannya banyak data yang tidak dilaporkan oleh penduduk. Sehingga registrasi
tersebut tidak dapat digunakan untuk perhitungan peristiwa-peristiwa demografi
terrtentu, maka nilainya akan rendah yang tidak mencerminkan kondisi
sebneranya.Selain data mortalitas didapatkan dari registrasi penduduk, dapat juga
didapatkan dari sensus/survei, dalam sensus tingkat mortalitas yang dihitung
berdasarkan data sensus penduduk adalah dengan menggunakan indirect method atau
metode tidak langsung dengan menggunakan data rata-rata anak masih hidup dan
rata-rata anak yang dilahirkan hidup. Selain registrasi dan sesuns/survei data
kematian juga didapatkan dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu
lintas, dan sebagainya. Terdapat beberapa indikator kematian yang memiliki peranan
penting, contohnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Angka Kematian Bayi (AKB) sangat berguna untuk melihat status dan kondisi
kesehatan dimana penduduk hidup, mencerminkan besarnya masalah kesehatan yang
secara langsung bertanggung jawab atas kematian bayi, dan dapat mencerminkan
tingkat kesehatan ibu, tingkat kunjungan antenatal dan postnatal ke ibu dan bayi baru
lahir. kebijakan keluarga berencana, kondisi kesehatan lingkungan, dan
perkembangan sosial ekonomi masyarakat secara umum. Menurut Fauziyah dalam
Arinta dan Rachmah mengatakan bahwa kematian bayi dapat pula diakibatkan dari
kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya, Ibu jarang memeriksakan kandungannya kebidan; hamil diusia muda;
jarak yang terlalu sempit; hamil diusia tua; kurangnya asupan gizi bagi ibu dan
bayinya; makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih; fasilitas sanitasi dan higienitas
yang tidak memadai.
Angka Kematian Bayi (AKB) mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan
yang lansung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka ini akan tinggi pada
keadaan gizi buruk, hygiene buruk, tingginya pravalensi penyakit menular pada anak
dan insiden kecelakaan di dalam atau di sekitar rumah. Angka kematian bayi juga
merupakan salah satu indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan
kesehatan suatu masyarakat, karena bayi baru lahir sangat peka terhadap kondisi
lingkungan tempat tinggal orang tua bayi dan sangat erat kaitannya dengan status
sosial orang tua bayi. Kemajuan dalam pencegahan dan pemberantasan berbagai
penyakit yang menyebabkan kematian tercermin dari penurunan angka AKB.
Dengan demikian angka kematian bayi merupakan ukuran sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.
AMH=
∑ AMH I
∑ PI f
Tabel 1. Rata-rata Anak Yang Dilahirkan Hidup (ALH) dan Anak Masih
Hidup (AMH) per Wanita Pernah Kawin Menurut Golongan Umur,
Provinsi Kalimantan Timur, Sensus Penduduk 2010
Grafik 1. Rata-rata Anak Yang Dilahirkan Hidup (ALH) dan Anak Masih
Hidup (AMH) per Wanita Pernah Kawin Menurut Golongan Umur,
Provinsi Kalimantan Timur, Sensus Penduduk 2010
4.5
3.5
2.5
ALH
2 AMH
1.5
0.5
0
10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55+
Dari grafik 1 dapat dilihat untuk angka Anak Lahir Hidup ataupun Anak Masih
Hidup terus meningkat karena pada dasarnya kedua angka tersebut berupa kumulatif.
Dapat dikatakan juga bahwa angka dari Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup
mengalami peningkatan pada setiap rentang umurnya, untuk angka Anak Lahir
Hidup dan Anak Masih Hidup pada rentang umur sekitar 10-29 mempunyai nilai
yang sangat dekat atau bahkan sama hal ini wajar pada rentang umur 10-29
pencacahan masih memiliki kedekatan dengan kelahiran pertama yang dapat
membuat kedua nilai tersebut sama. Tapi pada saat rentang umur 30-55+ terdapat
perbedaan yang sangat terlihat antara kedua nilai tersebut bahkan pada umur 55+
angka Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup terdapat perbedaan yang sangat
terlihat untuk rentang waktu tersebut.
Dari grafik 1 juga diihat secara seksama bahwa angka rata-rata tersebut rendah
pada masa awal melahirkan 15-19 tahun atau masa awal subur wanita, kemudian
semakin tinggi umur wanita maka meningkatnya angka rata-rata tersebut sesuai
dengan perkembangan umur sampai dengan 45-49 tahun. Pada umu 50 tahun atau
lebih, angka tersebut lebih cenderung mendatar ini dikarenakan secara teroritis
bahwa wanita yang telah berumur 50 tahun atau lebih tidak dapat melahirkan lagi
atau pada masa tersebut wanita akan mengalami proses menopause. Menopause
merupakan masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan sering dianggap menjadi
momok dalam sebagain wanita (Rostiana dan Kurniati). Sehingga rata-rata jumlah
anak yang dillahirkan oleh wanita pada umur-umur 55, 60, 65 tahun dan seterusnya
cenderung sama. Tapi dalam pola ini terjadi dengan asumsi tidak terjadinya
perubahan berarti pada tingkat kelahiran, kematian, ataupun migrasi selama beberapa
tahun terakhir pada penduduk wanita.
Dalam sensus ataupun survei pola ini tidak selalu ditemukan. Angka rata-rata
Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) pada wanita umur di atas
50 tahun atau lebih sering menurun, bukaknya datar. Hal ini biasanya disebebkan
kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai jumlah anak yang
pernah dilahirkan dan jumlah anak yang masih hidup. Kesalahan ini mungkin timbul
akibat faktro lupa (memory error)
Kadang-kadang responden wanita lupa bahwa beberapa dari anak mereka
dilahirkan. Kasus ini sering terjadi pada wanita yang lebih tua, karena biasanya anak
yang lebih besar sudah tidak tinggal bersama mereka lagi karena sudah berkeluarga
atau bekerja di daerah lain (merantau) dan sebagainya, atau mungkin anaknya sudah
meninggal.
Tabel 2. Rata-rata Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
per Wanita Pernah Kawin Menurut Golongan Umur, Provinsi
Kalimantan Timur, Sensus Penduduk 2010
ALH/ Golongan Umur Jumah
AMH 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55+
ALH 0.00037 0.089 0.602 1.282 1.977 2.503 2.867 3.127 3.368 3.901 1.718
AMH 0.00035 0.086 0.588 1.253 1.930 2.435 2.763 2.975 3.155 3.509 1.636
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010
Berdasarkan data rata-rata Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH) prrovinsi Kalimantan Timur pada tabel 2, setiap rentang umur selalu
mengalami peningkatan yang terkumulatif setiap tahunnya akan tetapi jika
diperhatikan lebih dalam dapat terlihat bahwa pada rentang umur 35-39 sampai
rentang 55+ terlihat sedikit mendatar atau hanya memiliki peningkatan yang tidak
tinggi dibandingkan dengan rentang umur dibawah itu yang selalu meningkat secara
drastis. Kemudia dari tabel 2 juga kita bisa menghitung nilai dari Anak Sudah
Meninggal (ASM) yang diperoleh dengan mengurangkan angka Anak Lahir Hidup
dengan angka Anak Masih Hidup. Diperoleh untuk rentang umur 10-14 sebesar
0.00001, umur 15-19 sebesar 0.00217, umur 20-24 sebesar 0.01355, umur 25-29
sebesar 0.02820, umur 30-34 sebesar 0.04711, umur 35-39 sebesar 0.06793, umur
40-44 sebesar 0.10465, umur 45-49 sebesar 0.15226, umur 50-54 sebesar 0.21283
dan umu 55 keatas sebesar 0.392.
Dapat disimpulkan juga dari nilai ASM bahwa anak yang sudah meninggal
paling tinggi berada di rentang umur 55 keeatas, tidak dipungkiri juga angka Anak
Sudah Meninggal (ASM) dipengaruhi oleh hasi kumulatif dari angka ALH dan
AMH. Tapi angka Anak Sudah Meninggal tidak hanya dipengaruhi oleh hasil
kumulatif dari angka ALH dan AMH melainkan juga dipengaruhi oleh umur itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2012.
Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasisoanl (SUSENAS) Tahun 2011.
Jakarta : Badan Pusat Statistik