Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK DEMOGRAFI II

MATERI: MORTALITAS (ALH DAN AMH)


Studi Kasus Provinsi Kalimantan Timur

Dosen: Ir. Jeffry Raja Hamonangan Sitorus, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 9 3SK3
1. Erliana Nurul Fatihah (211810272)
2. Prawira Yuda Husada (211810532)
3. Tiara Reza Sukmana (211810628)

POLITEKNIK STATISTIKA STIS


D-IV STATISTIKA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk merupakan salah satu komponen pada suatu wilayah. Jumlah dan
komposisi penduduk di suatu wilayah tidak selalu tetap, namun dapat berubah dari
waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat bertambah dikarenakan adanya kelahiran
bayi dan dapat berkurang dikarenakan adanya kematian penduduk. Selain itu,
perubahan penduduk juga disebabkan adanya perpindahan penduduk dari suatu
wilayah ke wilayah yang lain. Sehingga perubahan penduduk atau dinamika penduduk
dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan
migrasi.
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization), kematian
merupakan keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup [ CITATION Fak81 \l 1057 ]. Data
kematian merupakan salah satu data yang sangat penting, baik bagi pemerintah
maupun pihak swasta. Data ini diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk dan
perencanaan pembangunan. Selain itu, dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
disebutkan bahwa salah tujuan SDGs di Indonesia terkait kesehatan adalah “Kesehatan
yang Baik”, yaitu “Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi semua orang di segala usia”. Berdasarkan tujuan tersebut, target yang ingin
dicapai adalah berkurangnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka
kematian balita pada tahun 2030. Untuk mengukur kematian di suatu wilayah
diperlukan suatu data. Data ini diperoleh dari sensus maupun registrasi penduduk oleh
pemerintah wilayah setempat.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Pulau Kalimantan.
Provinsi ini terdiri dari 10 kabupaten dan 4 kota. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 adalah
3.047.479 jiwa dan bertambah menjadi 3.123.369 jiwa pada tahun 2011. Pertumbuhan
penduduk tersebut dipengaruhi oleh komponen dinamika penduduk, salah satunya
adalah kematian. Angka kematian tersebut dapat berbeda antara suatu kabupaten/kota
dengan kabupaten/kota yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan mortalitas?
2. Apakah yang dimaksud dengan Angka Kematian Bayi (AKB)
3. Apakah yang dimaksud dengan Angka Kematian Ibu (AKI)
4. Apakah yang dimaksud dengan Anak Lahir Hidup (ALH)?
5. Apakah yang dimaksud dengan Anak Masih Hidup (AMH)?
6. Apakah yang dimaksud dengan Anak Sudah Meninggal (ASM)?
7. Bagaimana cara menghitung angka kematian dengan menggunakan data ALH dan
AMH?
8. Bagaimana angka kematian di Provinsi Kalimantan Timur menurut
kabupaten/kota pada tahun 2010?

1.1 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian mortalitas.
2. Mengetahui pengertian Angka Kematian Bayi (AKB)
3. Mengetahui pengertian Angka Kematian Ibu (AKI)
4. Mengetahui pengertian Anak Lahir Hidup (ALH).
5. Mengetahui pengertian Anak Masih Hidup (AMH).
6. Mengetahui pengertian Anak Sudah Meninggal (ASM).
7. Mengetahui cara menghitung angka kematian dengan menggunakan data ALH
dan AMH.
8. Mengetahui angka kematian di Provinsi Kalimantan Timur menurut
kabupaten/kota pada tahun 2010.

1.2 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam
pengambilan kebijakan dan perencanaan terkait kependudukan di Provinsi Kalimantan
Timur. Selain itu, makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan penulis serta
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Mortalitas
Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu wilayah tidak hanya kan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, namu juga menjadi
sebuah barometer tentang kesehatan dan kesejahteraan penduduk di wilayah yang
bersangkutan. Mortalitas atau kematian penduduk adalah salah satu dari variabel
demografi yang penting. Tingkat rerndah tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah
tidak anya mempengaruhi jumlah penduduk, tapi juga mencerminkan kalitas SDM
yang ada ditempat tersebut,yang sekaligus juga mencerminkan bagaimana kondisi
ekonomi di wilayah tersebut.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen yang
sangat penting di demografi yang dimana dapat mempengaruhi perubahan, struktur
dan jumlah penduduk. Dua komponen demografi lainnya yaitu fertilias dan migrasi.
Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi
pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan keseahatan.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perencanaan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas
pendidikan, dan jssa-jsa lainnya ntuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga
diperlukan untuk kepentignan evaluasi terhadap program-program kebijaksanaan
penduduk.
Konsep kematian sangat penting diketahui guna mendapatan data kematian yang
benar. Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital, yang masing-masing saling
bersifat mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi
bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut antara lain
lahir hidup, mati dan lahir mati.
1. Lahir hidup
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization) lahir
hidup merupkan suatu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu
secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan
tersebut terjadi, hasil konsepsi bernapas dan mempunyai tanda-tanda hidup
lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot,
tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.
2. Mati
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization) mati
adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehiudpan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup”
3. Lahir Mati
Menurut UN (United Nations) dan WHO (World Health Organization) lahir
mati merupakan peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil
konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikerluarkan dari rahim ibunya.

Dari definisi “mati” dan “hidup diatas, maka “ lahir mati” tidak dimasukkan
dalam mati maupun hidup. Termasuk dalam pengertian “lahir mati” antara lain
stillbirth dan abortus.
Sumber data kematian didapatkan dari beberapa sumber diantaranya regristrasi,.
untuk regristrasi sendiri apabila sistemnya bekerja dengan baik maka registrasi
merupakan sumber data kematian yang ideal. Pada dasarnya peristiwa kemaitian
dilaporkan dan kemudia dicatat setelah peristiwa tersebut terjadi. Namun pada
kenyataannya banyak data yang tidak dilaporkan oleh penduduk. Sehingga registrasi
tersebut tidak dapat digunakan untuk perhitungan peristiwa-peristiwa demografi
terrtentu, maka nilainya akan rendah yang tidak mencerminkan kondisi
sebneranya.Selain data mortalitas didapatkan dari registrasi penduduk, dapat juga
didapatkan dari sensus/survei, dalam sensus tingkat mortalitas yang dihitung
berdasarkan data sensus penduduk adalah dengan menggunakan indirect method atau
metode tidak langsung dengan menggunakan data rata-rata anak masih hidup dan
rata-rata anak yang dilahirkan hidup. Selain registrasi dan sesuns/survei data
kematian juga didapatkan dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu
lintas, dan sebagainya. Terdapat beberapa indikator kematian yang memiliki peranan
penting, contohnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

2.2. Angka Kematian Bayi


Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan yang telah dicanangkan dalam sistem kesehatan nasional dan
digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan kesehatan (Arinta dan
Rachmah, 2012).
Sedangkan untuk pengertian Angka Kematian Bayi adalah jumlah kematian bayi
di bawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Sedangkan
menurut BPS Angka Kematian Bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau
dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia
satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

Angka Kematian Bayi (AKB) sangat berguna untuk melihat status dan kondisi
kesehatan dimana penduduk hidup, mencerminkan besarnya masalah kesehatan yang
secara langsung bertanggung jawab atas kematian bayi, dan dapat mencerminkan
tingkat kesehatan ibu, tingkat kunjungan antenatal dan postnatal ke ibu dan bayi baru
lahir. kebijakan keluarga berencana, kondisi kesehatan lingkungan, dan
perkembangan sosial ekonomi masyarakat secara umum. Menurut Fauziyah dalam
Arinta dan Rachmah mengatakan bahwa kematian bayi dapat pula diakibatkan dari
kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya, Ibu jarang memeriksakan kandungannya kebidan; hamil diusia muda;
jarak yang terlalu sempit; hamil diusia tua; kurangnya asupan gizi bagi ibu dan
bayinya; makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih; fasilitas sanitasi dan higienitas
yang tidak memadai.
Angka Kematian Bayi (AKB) mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan
yang lansung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka ini akan tinggi pada
keadaan gizi buruk, hygiene buruk, tingginya pravalensi penyakit menular pada anak
dan insiden kecelakaan di dalam atau di sekitar rumah. Angka kematian bayi juga
merupakan salah satu indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan
kesehatan suatu masyarakat, karena bayi baru lahir sangat peka terhadap kondisi
lingkungan tempat tinggal orang tua bayi dan sangat erat kaitannya dengan status
sosial orang tua bayi. Kemajuan dalam pencegahan dan pemberantasan berbagai
penyakit yang menyebabkan kematian tercermin dari penurunan angka AKB.
Dengan demikian angka kematian bayi merupakan ukuran sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.

2.3. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam
kurun waktu 42 hari setelah akhir kehamilan, karena semua sebab yang berhubungan
atau diperburuk oleh kehamilan atau dapat digunakan untuk mengembangkan
program peningkatan kesehatan reproduksi, Sistem rujukan dalam penanganan
penyusunan kehamilan, serta mempersiapkan keluarga dan suami secara sigap dalam
menyambut persalinan.
Menurut BPS Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian perempuan selama
kehamilan atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memperhatikan lama
dan tempat persalinan, karena kehamilan atau penatalaksanaannya, dan bukan karena
sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut WHO angka kematian
ibu adalah salah satu indikator yang dapat menggamabarkan kesejahteraan
masyraakat di suatu negara. Jadi dapat disimpulkan yang dimaskud dengan angka
kematian ibu adalah kematian seorang wanita pada saat hamil atau meninggal dunia
dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa memperdulikan lama
kehamilan atau tempat persalinannya, yaitu kematian yang disebabkan oleh
kehamilan atau penatalaksanaannya, tetapi bukan karena hal lain. penyebab seperti
kecelakaan, jatuh, dll.

Informasi tentang AKI yang tinggi akan bermanfaat untuk pengembangan


program peningkatan kesehatan reproduksi khususnya pelayanan kehamilan dan
pengamanan kehamilan, program peningkatan jumlah persalinan ditolong tenaga
kesehatan, penyusunan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,
penyiapan keluarga. dan para suami waspada dalam menyambut kelahiran yang
kesemuanya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan meningkatkan
derajat kesehatan reproduksi.
Angka Kematian Ibu merupakan salalh satu indikator yang cukup penting untuk
menggambarkan status kesehatan ibu dan gizi, kesehatan, lingkungan, dan tingkat
pelayanan kesehatan di suatu daerah.

2.4. Anak Lahir Hidup


Menurut BPS anak lahir hidup (ALH) adalah semua anak yang waktu lahir
memeperlihatkan tanda-tanda kehidupan, walaupun sesaat, seperti adanya detak
jantung, bernafas, menangis dan tanda-tanda kehidupan lainnya. Sedangkan menurut
WHO terjadi keluarnya atau pemisahan hasil konsepsi dari rahim ibu, terlepas dari
lamanya kehamilan, dan setelah itu bayi bernafas atau menunjukkan tanda-tanda
kehidupan lain seperti detak jantung, denyut nadi tali pusat terputus atau diam.
melekat pada plasenta, oleh karena itu kematian harus didahului dengan kelahiran
hidup. Jumlah kelahiran hidup mengacu pada jumlah anak yang lahir dari seorang
wanita yang hidup atau mati.
Menurut kamus istilah Demografi anak yang dilahirkan hidup adalah anak yang
dipunyai oleh sesorang wanita baik berasal dari perkawinannya saat ini atauapun di
masa lalu, baik anaknya yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dan juga
anak yang masih tinggal dengannya ataupun tidak. Anak lahir hidup juga dalam salah
satu komponen demografi yaitu kematian atau mortalitas mempunyai peranan
penting dalam menghitung angka kematian yaitu metode tidak langsung yang
melibaatkan angka lahir hidup dan angka masih hidup.
Dapat disumpulkan bahwa Anak Lahir Hidup adalah banyaknya kelahiran hidup
dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama nasa reproduksinya.
Kegunaan dari Angka Lahir Hidup ini untuk mengetahui rata-rata jumlah anak yang
dlahirkan hidup oleh sekelompok wanita mulai dari masa reporduksi hingga saat
wawancara..
2.5. Anak Masih Hidup
Menurut BPS anak masih hidup (AMH) adalah semua anak yang dilahirkan
hidup yang pada saat pencacahan masih hidup, baik tinggal bersama orang tuanya
maupun yang tinggal terpisah. Kegunaan dari mengetahui jumlah anak yang dimiliki
seorang wanita secara rill. Data ini menjadidsar perhitungan Angka Kematian Bayi
(AKB) menggnakan probabilitas bayi mati (proportion dying). Perbandingan antara
jumlah ALH dan AMH akan mencerminkan proporsi bayi mati pada tiap-tiap usia.
Perbedaan antara ALH dan AMH yang kecil menggambarka tingkat kematian anak
yag rendah. AMH harus lebih kecil atau sama dengan ALH. Untuk perhitungannya
sendiri menggunakan jumlah seluruh anak yang dilahirkan oleh setiap wanita kawin
dan masih hidup sampai saat wawancara.

AMH=
∑ AMH I
∑ PI f

2.6. Anak Sudah Meninggal


Anak Sudah Meninggal (ASM) merupakan anak kandung yang sudah
meninggal, namun tidak termasuk anak yang lahir mati. Jumlah anak yang sudah
meninggal bisa diperoleh dari selisih ALH dengan AMH.
AMH= ALH − AMH

2.7. Mortalitas di Provinsi Kalimantan Timur


Indikator mortalitas merupakan ukuran-ukuran yang menggambarkan nilai
kematian di suatu tempat. Indikator yang dibahas pada tulisan ini adalah indikator
yang terdiri dari rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup. Untuk
mengukur kematian mengguanakan metode tidak langsung dengan menggunakan
data rata-rata anak masih hidup dan rata-rata anak yang dilahirkan hidup. Sedangkan
dalam contoh kasusnya menggunakan data Provinsi Kalimantan Timur yang di
dapatkan dari Sensus Penduduk 2010.
Dalam kegiatan Sensus Penduduk (SP) baik itu SP71, SP90, SP90 SP2000 dan
SP2010 maupun juga kegiatan selain Sensus Penduduk seperti Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) terdapat perrtanyaan tentang Anak Lahir Hidup dan Anak
Masih Hidup, dari kegiatan tersebutlah didapatkan indikator-indiator yang digunakan
menghitung angka Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH).
Dalam pengelolaannya data disajikan berupa angka rata-rata banyaknya
kelahiran untk setiap wanita menurut umur pada saat sensus ataupun survei. Angka
ini menunjukkan angka yang kumulatif. Umumnya umur wanita disajikan dalam
sensus/survei masuk ke rentang 5 tahunan, yang dimulai pada kelompok wanita
susbur 15-19 tahun sampai akhir masa usia subunya yaitu umur 40-44 tahun atau 45-
49 tahun.
Provinsi Kalimantan Timur yang luasnya ... kilometer persegi atau .... persen
dari luas wilayah daratan di seluruh Indonesia yang senantiasa meningkat dari waktu
ke waktu. Menurut Sensus Penduduk (SP) 1961 jumlah penduduk Provinsi
Kalimantan Timur adalah sebesar ..... orang, meningkat menjadi .... orang (SP 1971),
kemudia naik lagi menjadi .... orang (SP 1980), terus meningkat menjadi ..... orang
(SP 1990). Selanjutnya, menurut hasil SP 2000 dan 2010 yang dilaksanakan pada
masa reformasi jumlah penduduknya juga masih terus meningkat, berturut-turut
adalah sebesar ..... orang (SP 2000) dan .... orang (SP 2010)

Tabel 1. Rata-rata Anak Yang Dilahirkan Hidup (ALH) dan Anak Masih
Hidup (AMH) per Wanita Pernah Kawin Menurut Golongan Umur,
Provinsi Kalimantan Timur, Sensus Penduduk 2010

Nama Kabupaten/Kota ALH AMH

01 Paser 1.785279 1.691879


02 Kutai Barat 1.82385 1.737768
03 Kutai Kartanegara 1.825495 1.719267
04 Kutai Timur 1.570981 1.519968
05 Berau 1.836511 1.72355
06 Malinau 1.977963 1.869316
07 Bulungan 1.984532 1.884025
08 Nunukan 1.966201 1.853142
09 Penajam Paser Utara 1.973061 1.848217
10 Tana Tidung 1.941708 1.846095
11 Kota Balikpapan 1.609313 1.549794
12 Kota Samarinda 1.556623 1.491975
13 Kota Tarakan 1.707012 1.646352
14 Kota Bontang 1.60623 1.548112
Provinsi Kalimantan Timur 1.717515 1.636488
Sumber : Hasil Sensus Penduduk 2010
Berdasrkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Malinau, dan Kabupaten Nunukan merupakan tiga besar kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Timur dengan tingkat Anak Lahir Hidup (ALH) tertinggi pada tahun
2010. Bila dlihat lebih jauh pada Tabel 1 kebanyakan Anak Lahir Hidup lebih tinggi
di daerah kabupaten daripada daerah kota ini mengartikan bahwa di kabupaten
sosialisasi tentang keluarga berencana (KB) belum sepenuhnya merata atau
masyarkat di daerah kabupaten masih belum menghiraukan tentang program
keluarga berencana hal ini juga di dasari dengan fakta bahwa kabupaten mempunyai
daerah yang lebih luas daripada daerah kota, secara tidak langsung ini mengartikan
juga bahwa kepadatan penduduk di kabupaten masih relatif lebih rendah daripada
kota. Hal inilah yang membuat pemerintah di daerah kabupaten tidak
mempermasalahkan dengan tingginya angka lahir hidup di daerahnya, sedangkan
jika di kota menjadi masalah yang sangat diperhatikan.
Sedangkan untuk Anak Masih Hidup Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau,
dan Kabupaten Nunukan juga merupakan tiga besar kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Timur dengan ingkat Anak Masih Hidup tertinggi pada tahun 2010 hal
ini berkorelasi dengan angka Anak Lahir Hidup pada ketiga kabupaten tersebut.
Dimana apabila angka Anak Lahir Hidup tinggi di kabupaten tersebut maka angka
Anak Masih Hidup juga akan tinggi dan juga angka Anak Masih Hidup tidak akan
lebih tinggi dari angka Anak Lahir Hidup ini menunjukkan bahwa setiap anak yang
lahir tidak akan selalu hidup sampai ke pencacahan angka anak masih hidup maka
faktor itulah yang menyebabkan angka Anak Lahir Hidu akan selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan angka Anak Masih Hidup.
Jika diperhatikan lebih teliti dan juga diperhitungkan pengurangan nilai dari
angka Anak Lahir Hidup terhadap angka Anak Masih Hidup dapat diberikan
kesimpulan bahwa kabupaten/kota yang lebih maju akan memilki tingkat angka
Anak Masih Hidup yang lebih cenderung mendekati anka Anak Lahir Hidup dengan
demikian bahwa ada faktor fasilitas kesehatan yang membuat angka dari Anak Masih
Hidup mendekati angka Anak Lahir Hidup, walaupun angka Anak Masih Hidup
tidak akan sama dengan Anak Lahir Hidup.
Dapat disimpulkan dari tabel 1 bahwa angka Anak Lahir Hidup ataupun angka
Anak Masih Hidup sangat di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah setempat
dan juga dengan kondisi geografis atau luas wilayah pemerintah tesebut yang akan
membuat tingginya atau rendahnya nilai angka Anak Lahir Hidup dan angka Anak
Masih Hidup.

Grafik 1. Rata-rata Anak Yang Dilahirkan Hidup (ALH) dan Anak Masih
Hidup (AMH) per Wanita Pernah Kawin Menurut Golongan Umur,
Provinsi Kalimantan Timur, Sensus Penduduk 2010
4.5

3.5

2.5
ALH
2 AMH
1.5

0.5

0
10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55+

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010

Dari grafik 1 dapat dilihat untuk angka Anak Lahir Hidup ataupun Anak Masih
Hidup terus meningkat karena pada dasarnya kedua angka tersebut berupa kumulatif.
Dapat dikatakan juga bahwa angka dari Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup
mengalami peningkatan pada setiap rentang umurnya, untuk angka Anak Lahir
Hidup dan Anak Masih Hidup pada rentang umur sekitar 10-29 mempunyai nilai
yang sangat dekat atau bahkan sama hal ini wajar pada rentang umur 10-29
pencacahan masih memiliki kedekatan dengan kelahiran pertama yang dapat
membuat kedua nilai tersebut sama. Tapi pada saat rentang umur 30-55+ terdapat
perbedaan yang sangat terlihat antara kedua nilai tersebut bahkan pada umur 55+
angka Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup terdapat perbedaan yang sangat
terlihat untuk rentang waktu tersebut.
Dari grafik 1 juga diihat secara seksama bahwa angka rata-rata tersebut rendah
pada masa awal melahirkan 15-19 tahun atau masa awal subur wanita, kemudian
semakin tinggi umur wanita maka meningkatnya angka rata-rata tersebut sesuai
dengan perkembangan umur sampai dengan 45-49 tahun. Pada umu 50 tahun atau
lebih, angka tersebut lebih cenderung mendatar ini dikarenakan secara teroritis
bahwa wanita yang telah berumur 50 tahun atau lebih tidak dapat melahirkan lagi
atau pada masa tersebut wanita akan mengalami proses menopause. Menopause
merupakan masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan sering dianggap menjadi
momok dalam sebagain wanita (Rostiana dan Kurniati). Sehingga rata-rata jumlah
anak yang dillahirkan oleh wanita pada umur-umur 55, 60, 65 tahun dan seterusnya
cenderung sama. Tapi dalam pola ini terjadi dengan asumsi tidak terjadinya
perubahan berarti pada tingkat kelahiran, kematian, ataupun migrasi selama beberapa
tahun terakhir pada penduduk wanita.
Dalam sensus ataupun survei pola ini tidak selalu ditemukan. Angka rata-rata
Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) pada wanita umur di atas
50 tahun atau lebih sering menurun, bukaknya datar. Hal ini biasanya disebebkan
kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai jumlah anak yang
pernah dilahirkan dan jumlah anak yang masih hidup. Kesalahan ini mungkin timbul
akibat faktro lupa (memory error)
Kadang-kadang responden wanita lupa bahwa beberapa dari anak mereka
dilahirkan. Kasus ini sering terjadi pada wanita yang lebih tua, karena biasanya anak
yang lebih besar sudah tidak tinggal bersama mereka lagi karena sudah berkeluarga
atau bekerja di daerah lain (merantau) dan sebagainya, atau mungkin anaknya sudah
meninggal.

Tabel 2. Rata-rata Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
per Wanita Pernah Kawin Menurut Golongan Umur, Provinsi
Kalimantan Timur, Sensus Penduduk 2010
ALH/ Golongan Umur Jumah
AMH 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55+
ALH 0.00037 0.089 0.602 1.282 1.977 2.503 2.867 3.127 3.368 3.901 1.718
AMH 0.00035 0.086 0.588 1.253 1.930 2.435 2.763 2.975 3.155 3.509 1.636
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010

Berdasarkan data rata-rata Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH) prrovinsi Kalimantan Timur pada tabel 2, setiap rentang umur selalu
mengalami peningkatan yang terkumulatif setiap tahunnya akan tetapi jika
diperhatikan lebih dalam dapat terlihat bahwa pada rentang umur 35-39 sampai
rentang 55+ terlihat sedikit mendatar atau hanya memiliki peningkatan yang tidak
tinggi dibandingkan dengan rentang umur dibawah itu yang selalu meningkat secara
drastis. Kemudia dari tabel 2 juga kita bisa menghitung nilai dari Anak Sudah
Meninggal (ASM) yang diperoleh dengan mengurangkan angka Anak Lahir Hidup
dengan angka Anak Masih Hidup. Diperoleh untuk rentang umur 10-14 sebesar
0.00001, umur 15-19 sebesar 0.00217, umur 20-24 sebesar 0.01355, umur 25-29
sebesar 0.02820, umur 30-34 sebesar 0.04711, umur 35-39 sebesar 0.06793, umur
40-44 sebesar 0.10465, umur 45-49 sebesar 0.15226, umur 50-54 sebesar 0.21283
dan umu 55 keatas sebesar 0.392.
Dapat disimpulkan juga dari nilai ASM bahwa anak yang sudah meninggal
paling tinggi berada di rentang umur 55 keeatas, tidak dipungkiri juga angka Anak
Sudah Meninggal (ASM) dipengaruhi oleh hasi kumulatif dari angka ALH dan
AMH. Tapi angka Anak Sudah Meninggal tidak hanya dipengaruhi oleh hasil
kumulatif dari angka ALH dan AMH melainkan juga dipengaruhi oleh umur itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (1981). Dasar-dasar Demografi. Jakarta:


Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2012.
Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasisoanl (SUSENAS) Tahun 2011.
Jakarta : Badan Pusat Statistik

Anda mungkin juga menyukai