Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami
selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya
dan khususnya kepada pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak akan lepas dari kejadian penyakit
(morbiditas) dan kematian (mortalitas). Setiap individu pasti pernah mengalami
suatu penyakit dan nantinya setiap manusia ditakdirkan untuk mengalami
kematian. Kedua unsur tersebut di atas merupakan ranah ilmu dari demografi dan
kependudukan. Namun, di sisi lain, ilmu kependudukan bukan hanya digunakan
untuk memahami struktur dan proses kependudukan masyarakat di suatu wilayah
melalui demografi, namun juga melihat dari faktor sosial budaya. Kekompleksan
cakupan masalah yang dipelajari dengan ilmu kependudukan mampu menambah
pengertian tentang masyarakat melalui proses analisis kependudukan.
1
B. Rumusan Masalah
3. Sumber data apa yang digunakan dalam analisis mortalitas dan morbiditas
kependudukan ?
6. Apa saja program penurunan mortalitas dan morbiditas yang telah dilakukan
oleh pemerintah ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan karya tulis
ini adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen proses demografi, selain
fertilitas dan migrasi. Mortalitas diartikan sebagai kematian yang terjadi pada
anggota penduduk. Secara etimologi, kematian (death) berasal dari kata deeth atau
deth yang berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitif,
kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara permanen. (Kompas 2016)
Dari hal tersebut, maka sudut pandang tentang definisi kematian meliputi tiga
hal pokok, antara lain adalah :
3
tidak dapat digunakan lagi oleh karena adanya alat yang dapat memacu kerja
jantung ataupun paru kepada seseorang yang hampir mati (alat resusitasi).
Teknologi tersebut memungkinkan jantung dan paru yang semula berhenti
bekerja dapat dipulihkan kembali.
Konsep ini menimbulkan keraguan kepada masyarakat. Hal ini terjadi pada
proses resusitasi yang berhasil dan menimbulkan kesan seolah-olah nyawa
manusia dapat ditarik kembali.
Konsep ini tidak digunakan lagi. Konsep ini dipertanyakan karena organ
manusia tetap berfungsi secara mandiri tanpa terkendali walaupun otak telah
mati (kondisi koma). Namun secara moral, tidak dapat diterima karena pada
kenyataannya organ tubuh masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
4. Mati sebagai hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan
melakukan interaksi sosial
4
Penyebab-penyebab kematian ibu dan bayi di pengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya :
1. Pendidikan
Angka kematian ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat
pendidikan para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita melihat
dari jenjang pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyatkan
bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak memiliki ijazah SD, yakni 33,34%.
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendidikan formal serta infomasi akan
sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai dari segi
pikiran, perasaan maupun tindakannya.
Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu
akan mampu merencanakan kehamilan dengan baik sehingga bisa terhindar
dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua
(diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan
terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang
ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka terhadap proses pra
kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar dirinya
sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan
memeriksakan dirinya pada tenaga medis yang ahli dibidangnya. Dan
sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di
Indonesia, maka kesehatannya selama kehamilan tidak begitu diperhatikan.
Oleh sebab itu banyak terjadi kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan
kesadarang akan kesehatan yang rendah.
2. Lingkungan
Linkungan juga menjadi salah satu paktor yang mempengaruhi KIA.
Banyak aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam satu
lingkungan. Dalam hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu
(hamil, melahirkan dan nipas), lingkungan yang dibahas adalah aspek
geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat dilingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang
5
tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi tentu saja
mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau
daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut akan terbengkalai, masyarakat kesulitan selama masa kehamilan,
melahirkan dan juga nifas, sehingga angka kematian ibu (hamil, melahirkan
dan nifas) akan terus bertambah besar.
3. Ekonomi
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu
untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh sebab itu, mereka
cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan hingga pasca
kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan karna
penyakit yang baru diketahui ketika akan melahirkan.
4. Minimnya tenaga medis
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karna
relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Dengan
cukupnya tenaga medis diharapkan persoalan berupa kevalidtan data dan
kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi angka
AKI.
5. Adat Istiadat
Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang
berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan
bagi ibu di pedesaan dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan bantuan
dukun beranak, bukan dengan bantuan petugas medis yang telah disediakan.
Ada pula tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas ditempatkan
dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang higienis.
6
C. Sumber Data Mortalitas dan Morbiditas
7
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dari rekam medik inilah
upaya statistik kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik, yakni sebagai upaya
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita
pada penyakit tertentu.
4. Survei kesehatan
Survei tidak jauh berbeda dengan sensus. Namun survei lebih menekankan
pada karakteristik penduduk. Survei hanya mengambil beberapa sampel dari
masyarakat. Survei lebih memiliki data yang terkonsentrasi pada satu tujuan
tertentu. Survei kesehatan yang telah dilaksanakan di Indonesia meliputi Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
8
a. Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat
dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur
9
5. Neonatal Mortality Rate (NMR)
Insidensi digunakan sebagai alat ukur rate dari kasus baru penyakit,
gangguan, atau cedera yang terjadi dalam satu populasi. Insidensi adalah
jumlah kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam suatu periode waktu
dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode waktu tertentu.
Manfaat dari pengukuran tersebut antara lain adalah mengetahui potret
masalah penyakit tertentu, angka dari beberapa periode dapat digunakan
untuk melihat kecenderungan dan fluktuasi penyakit, pemantauan dan
evaluasi upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit, serta
perbandingan angka insidensi antar wilayah dan antar waktu.
10
prevalensi dengan penduduk atau jumlah orang yang berisiko pada titik
waktu tersebut. Prevalensi periode suatu penyakit menyatakan jumlah
penduduk yang sakit, baik sakit lama maupun baru, selama periode waktu
tertentu. Prevalensi periode merupakan jumlah antara prevalensi titik pada
awal suatu periode waktu dan insiden selama periode waktu tersebut.
1. Pejamu (Host)
Pejamu adalah semua yang terdapat pada diri manusia dan dapat
mempengaruhi timbulnya panyakit atau dapat menyebabkan kesakitan.
a. Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal berbagai macam penyakit yang dapat
diturunkan seperti misalnya penyakit alergi, kelainan jiwaan, serta
beberapa jenis penyakit kelainan darah.
b. Mekanisme pertahanan tubuh
Secara umum mekanisme pertahanan tubuh dapat dibedakan atas dua
macam yakni pertahanan tubuh umum (pertahanan tingkat pertama dan
tingkat kedua) dan pertahanan tubuh khusus (bersifat selular, hormonal,
dan kelompok) . Jika kedua mekanisme pertahanan tubuh ini baik, tentu
dalam batas-batas tertentu beberapa jenis penyakit akan dapat
diselesaikan.
c. Umur
Pada saat ini banyak penyakit dikenal penyakit tertentu yang hanya
menyerang golongan umur tertentu saja. Misalnya penyakit campak,
polio, dan difteri yang banyak ditemukan pada anak-anak.
d. Jenis kelamin
11
Beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya pada jenis kelamin tertentu
saja. Misalnya, tumor prostat ditemukan pada laki-laki sedangkan tumor
leher rahim ditemukan pada wanita.
e. Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa jenis
penyakit tertentu, seperti penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan
pada orang barat.
f. Status perkawinan
Sering disebutkan bahwa para jejaka ternyata mempunyai risiko
kecelakaan yang lebih tinggi daripada yang telah berkeluarga.
g. Pekerjaan
Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita
penyakit ketegangan jiwa dari pada bawahan atau karyawan lainnya.
h. Kebiasaan hidup
Seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah
terkena panyakit infeksi darippada sebaliknya.
2. Bibit penyakit (Agent)
Yang dimaksud dengan bibit penyakit adalah suatu substansi atau elemen
yang kehadiran atau ketidak-hadirannya dapat menimbulkan penyakit atau
menyebabkan kesakitan.
a. Golongan nutrien
Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan.
Zat gizi yang dibutuhkan tubuh antara lain karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air. Jika seseorang mengalami kekurangan atau
kelebihan zat gizi ini maka dapat menimbulkan penyakit tertentu.
b. Golongan kimia
Apabila tubuh terkena atau kemasukan zat kimia tertentu seperti logam
berat, gas beracun, atau debu maka akan menimbulkan beberapa penyakit
tertentu.
c. Golongan fisik
12
Golongan fisik seperti suhu yang terlalu dingin atau terlalu rendah,
kebisingan, kelembaban, tekanan udara, dan radiasi dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit karena peranannya yang mempengaruhi
fisiologis tubuh.
d. Golongan mekanik
Hampir sama seperti golongan fisik, namun pada mekanik ada campur
tangan manusia di dalamnya. Seperti pukulan dan benturan.
e. Golongan biologik
Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologik antara lain berupa
mikroorganisme, hewan, maupun tumbuhan. Contohnya adalah metazoa
(arthropoda dan helminte), protozoa, bakteri, riketsia, virus, dan jamur.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah seluruh kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Lingkungan terbagi menjadi
dua, yakni :
a. Lingkungan fisik
Lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia. Lingkungan fisik
ini antara lain adalah cuaca, musim, keadaan geografis, dan geologi.
b. Lingkungan non-fisik
Lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia.
Dalam lingkungan non-fisik ini termasuk faktor sosial budaya, norma,
nilai, dan adat istiadat.
Sedangkan untuk determinan mortalitas, beberapa aspek yang dilihat antara
lain adalah :
1. Penyakit menular
Penyakit menular, baik yang ditularkan secara langsung maupu tidak langsung,
seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan demam berdarah dapat menyebabkan
kematian karena penyakit menular kurang tertangani dengan baik.
2. Kecelakaan
Kecelakaan masih menyumbangkan angka yang tinggi untuk kematian.
Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat timbul karena berbagai
13
faktor seperti kondisi jalan yang kurang baik, ketidakpatuhan terhadap aturan
lalu lintas, kondisi fisik yang kurang baik saat berkendara, dan berkendara
dalam pengaruh obat.
3. Gaya hidup yang berisiko terhadap kematian.
Mengkonsumsi makanan cepat saji atau makanan instan merupakan
kecenderungan gaya hidup yang berisiko terhadap kesehatan, disamping karena
kandungan zat kimia yang terdapat dalam makanan olahannya, juga nilai gizi
yang terdapat dalam makanan cepat saji dan makanan instan tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
4. Penyakit sistem pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare merupakan penyakit
karena infeksi kuman. ISPA merupakan salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kematian bayi dan balita yang umumnya disebabkan oleh faktor
gizi buruk dan higiene sanitasi yang kurang baik.
5. Pengetahuan tentang kesehatan, gizi, dan kesehatan lingkungan.
Pengetahuan masyarakat yang tinggi mengenai kesehatan, gizi, dan kesehatan
lingkungan dapat memperkecil angka kematian yang terjadi dalam masyarakat,
namun jika tingkat pengetahuan masyarakat rendah, maka dapat terjadi yang
sebaliknya.
6. Kepercayaan dan nilai-nilai
Kepercayaan yang berkembang di masyarakat terkait adat istiadat dan
kebiasaan yang belum terbukti kebenarannya dapat mempengaruhi tingkat
kematian, seperti kepercayaan budaya pada beberapa masyarakat yang lebih
percaya berobat pada dukun daripada berobat pada dokter. Nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat juga dapat menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kematian, seperti nilai-nilai yang ada di daerah suku di
Papua yang akan mengasingkan perempuan ketika mengalami haid.
7. Kemiskinan
Faktor kemiskinan merupakan faktor yang sangat krusial di negara ini.
Kemiskinan menyebabkan beberapa elemen masyarakat tidak dapat mengakses
pelayanan kesehatan yang akhirnya dapat menimbulkan tingkat kematian
tinggi.
14
F. Program Penurunan Mortalitas dan Morbiditas
Selama ini upaya penurunan angka kematian bayi dan balita (AKB/AKA)
merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan kesehatan. Selain program-
program rutin pelayanan kesehatan ibu dan anak, pemerintah telah meluncurkan
program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang kesehatan, antara lain dengan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan bayi untuk keluarga miskin, serta bantuan pembangunan sarana
kesehatan.
Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan
balita tersebut antara lain adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi
di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui penyediaan air bersih
(PAB), meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian terhadap
kelangsungan dan perkembangan dini anak, pemberantasan penyakit menular,
meningkatkan cakupan imunisasi, dan meningkatkan pelayanan kesehatan
reproduksi termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk,
kurang energi kronik dan anemi, serta promosi pemberian air susu ibu (ASI)
ekslusif dan pemantauan pertumbuhan.
Beberapa program yang dilakukan untuk mempercepat penurunan AKI dan
AKB adalah sebagai berikut :
a. Program Perencanaan, Persalinan, dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Program P4K bertujuan untuk mengatasi masalah AKI dengan penyebab tidak
langsung.
b. Pelayanan Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Dasar (PONED)
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) betujuan untuk
mengatasi masalah AKI dengan faktor penyebab langsung. PONED berupa
pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan
komplikasi obstetri yang mengancam jiwa ibu maupun janinnya.
c. Program kemitraan bidan-dukun
d. Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di semua fasilitas kesehatan
15
e. Pelayanan Penanganan Komplikasi Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).
Sedangkan untuk mengatasi masalah penyakit HIV/AIDS, pemerintah telah
melakukan pendekatan “Total Football” secara intensif, menyeluruh,
komprehensif, dan terkoordinasi (Pepres 75/2006). Upaya tersebut terwujud
dalam program pemerintah berupa :
a. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, temasuk remaja 15-24
tahun, populasi rawan terinfeksi dan ODHA dengan Kampanye Aku Bangga
Aku Tahu (ABAT) bagi remaja untuk peningkatan pengetahuan HIV/AIDS
b. Peningkatan upaya pengobatan dan rehabilitasi penderita AIDS di 322 RS
Rujukan ARV; serta melakukan upaya monitoring, evaluasi, dan penelitian.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rsundata.com/2011/11/program-imunisasi-berhasil-tekan-morbiditas
dan-mortalitas-7-penyakit-di-indonesia/ (serial online: 8 Februari 2013)
http://labparahita.com/web/sosialisasi-panca-upaya-penurunan-angka-kematian-
ibu-anak/ (serial online: 8 Februari 2013)
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2127-menkes-sebagian-besar-
sasaran-mdgs-akan-tercapai.html (serial online: 8 Februari 2013)
http://amelisaanzeli.wordpress.com/2012/06/27/program-perencanaan-persalinan-
dan-pencegahan-komplikasi/ (serial online: 8 Februari 2013)
http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/subdin/PONED%20sebagai%20Strategi
%20untuk%20Persalinan%20yang%20Aman%20print.pdf (serial online: 8
Februari 2013)
17