Anda di halaman 1dari 17

Mortalitas, Morbiditas Dan Status Gizi Masyarakat

DISUSUN OLEH

Meri

NIM: 193210019

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEMESTER 3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul (SISTEM INFORMASI
KEPERAWATAN MORTALITAS MORBIDITAS) tepat waktu.
Makalah ( SISTEM INFORMASI KESEHATAN MORTALITAS MORBIDITAS)
disusun guna memenuhi tugas Bapak ( Baderi,S.KOM.,MM ) pada ( SISTEM
INFORMASI KESEHATAN ) di ( STIKES ICME JOMBANG ) . Selain itu,kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang ini.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ( Bader,S.KOM.,MM )


selaku ( SISTEM INFORMASI KESEHATAN ).Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
Jombang, 14 Oktober, 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan penelitian

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MORTALITAS DAN MORBIDITAS
2.2 SUMBER DATA MORTALITAS DAN MORBIDITAS
2.3 PENGUKURAN MORTALITAS DAN MORBIDITAS
2.4 STATUS GIZI MASYARAKAT
2.5 PENILAIAN STATUS GIZI

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi

selain fertilitas dan migrasi yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi

umur penduduk. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kematian

sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara

permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Salah satu

indikator mortalitas yang umum dipakai adalah angka kematian bayi (AKB).

Angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu

tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. (WHO, 2011). Target

nasional (survei penduduk antar sensus) angka kematian bayi di Indonesia adalah

sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2017 AKB pada posisi 23,1 per

1.000 kelahiran hidup (angka estimasi dari BPS Provinsi), AKB Jawa Timur

sampai dengan tahun 2017 masih di atas target Nasional (Dinas Kesehatan Jawa

Timur, 2018). Kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Sukodono pada tahun

2018 mengalami peningkatan sebesar 250% dibandingkan tahun 2017 dimana

kematian bayi pada tahun 2017 sebanyak 4 kematian dan 2018 didapatkan 14

kematian.
Ilmu kependudukan sangatlah penting untuk dipelajari. Hal tersebut disebabkan

karena ilmu kependudukan mampu menjawab pertanyaan sosial “mengapa”

keadaan kependudukan yang diperkirakan terjadi. Ilmu tersebut juga mampu

menghubungkan antara penduduk dengan sistem sosial yang nantinya digunakan


untuk menjawab pertanyaan dasar masalah masyarakat seperti kemiskinan,

masalah kesehatan, kesenjangan pendidikan, dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan unsur demografi masyarakat. DalamDalam perjalanan

hidupnya, manusia tidak akan lepas dari kejadian penyakit (morbiditas) dan

kematian (mortalitas). Setiap individu pasti pernah mengalami suatu penyakit dan

nantinya setiap manusia ditakdirkan untuk mengalami kematian. Kedua unsur

tersebut di atas merupakan ranah ilmu dari demografi dan kependudukan. Namun,

di sisi lain, ilmu kependudukan bukan hanya digunakan untuk memahami struktur

dan proses kependudukan masyarakat di suatu wilayah melalui demografi, namun

juga melihat dari faktor sosial budaya. Kekompleksan cakupan masalah yang

dipelajari dengan ilmu kependudukan mampu menambah pengertian tentang

masyarakat melalui proses analisis kependudukan. Oleh karena itu, analisis

kependudukan harus kita pahami bersama, sehingga nantinya diharapkan kita

mampu mengenal dan memahami masyarakat, segala masalah yang sedang terjadi

di dalam masyarakat, serta dapat mencari solusi untuk masalah tersebut dengan

memegang teguh prinsip ilmu kependudukan. Dan melalui karya tulis ini, penulis

memfokuskan pada analisis kependudukan terkait mortalitas dan morbiditas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan analisis
kependudukan terkait mortalitas dan morbiditas antara lain adalah :
1.      Apa konsep dari analisis mortalitas dan morbiditas kependudukan ?
2.      Sumber data apa yang digunakan dalam analisis mortalitas dan morbiditas
kependudukan ?
3.      Bagaimana cara pengukuran mortalitas dan morbiditas dalam analisis
kependudukan ?
4.      Bagaimana trend mortalitas dan morbiditas dalam analisis kependudukan ?
1.3 Tujuan penelitian

Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan karya tulis ini
adalah :
1.      Memberikan informasi yang jelas dan terpercaya terkait mortalitas dan
morbiditas dalam analisis kependudukan kepada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat pada umumnya..
2.      Mampu menjawab segala masalah seputar mortalitas dan morbiditas yang
terjadi di Indonesia dengan mengacu pada konsep dasar analisis kependudukan
terkait mortalitas dan morbiditas.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Konsep Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen proses demografi, selain
fertilitas dan migrasi. Mortalitas diartikan sebagai kematian yang terjadi pada
anggota penduduk. Secara etimologi, kematian (death) berasal dari
kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara
definitif, kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara permanen. Dari hal tersebut, maka sudut pandang
tentang definisi kematian meliputi tiga hal pokok, antara lain adalah :
a. kematian jaringan, kematian otak
b. kerusakan otak yang tidak dapat pulih
c. kematian klinik yakni kematian orang tersebut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu
peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Di negara Indonesia, terdapat empat
konsep tentang kematian. Konsep tersebut antara lain adalah :
1. Mati karena berhentinya darah mengalir
Dalam peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1981, telah dinyatakan bahwa mati
adalah berhentinya fungsi jantung dan paru. Konsep kematian ini tidak dapat
digunakan lagi oleh karena adanya alat yang dapat memacu kerja jantung ataupun
paru kepada seseorang yang hampir mati (alat resusitasi). Teknologi tersebut
memungkinkan jantung dan paru yang semula berhenti bekerja dapat dipulihkan
kembali.
2. Mati sebagai terlepasnya nyawa dari tubuh
Konsep ini menimbulkan keraguan kepada masyarakat. Hal ini terjadi pada proses
resusitasi yang berhasil dan menimbulkan kesan seolah-olah nyawa manusia dapat
ditarik kembali.
3. Mati sebagai hilangnya kemampuan tubuh secara permanen
Konsep ini tidak digunakan lagi. Konsep ini dipertanyakan karena organ manusia
tetap berfungsi secara mandiri tanpa terkendali walaupun otak telah mati (kondisi
koma). Namun secara moral, tidak dapat diterima karena pada kenyataannya organ
tubuh masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
4. Mati sebagai hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan
melakukan interaksi sosial
Pergerakan dari otak, baik secara fisik maupun sosial, banyak dipergunakan. Pusat
pengendalian manusia ini terletak pada batang otak. Oleh karena itu, apabila batang
otak telah mati, dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik dan sosial telah mati.
Dalam keadaan seperti ini, kalangan medis sering menempuh pilihan tidak
meneruskan resusitasi (Amir, 1999).
Morbiditas adalah nama lain dari penyakit atau kesakitan. Morbiditas diartikan
sebagai penyakit dan kesakitan yang dapat menimpa manusia lebih dari satu kali.
Morbiditas merupakan penyimpangan dari keadaan normal dan biasanya dibatasi
pada kesehatan fisik dan mental. Penyakit merupakan lawan dari kesehatan, di
mana kesehatan memiliki arti  suatu kondisi sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis (UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Sesuai dengan konsep
H.L. Blum, konsep penyakit timbul diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan di
antara empat komponen hidup manusia, yakni unsur genetik, layanan kesehatan,
perilaku masyarakat, dan lingkungan. Lingkungan dalam konsep di sini mencakup
unsur ideologi, sosial, budaya, ekonomi, ras, agama, dan adat. Serangkaian
morbiditas yang terjadi di masyarakat tersebut disebut dengan morbiditas kumulatif.
Morbiditas kumulatif akhirnya akan menghasilkan peristiwa yang disebut dengan
mortalitas (kematian).

2.2 Sumber Data Mortalitas  dan Morbiditas


Sumber data mortalitas dan morbiditas dapat ditemukan melalui empat cara.
Keempat cara tersebut antara lain adalah :
1. Sumber data dari populasi
Sumber data dari populasi mencakup data sensus penduduk. Sensus merupakan
keseluruhan proses pengumpulan data, menghimpun, menyusun, dan menerbitkan
data-data yang berkaitan dengan semua orang pada waktu tertentu di suatu negara
dan satu wilayah tertentu. Sensus penduduk dilaksanakan  setiap sepuluh (10)
tahun sekali oleh badan pemerintahan terkait. Informasi yang didapatkan meliputi
alamat, nama, hubungan dengan kepala keluarga, jenis kelamin, suku atau etnis,
agama, umur, tahun kelahiran, status kawin, dan apakah orang tersebut berasal dari
warga negara Indonesia asli atau bukan.
2. Catatan peristiwa vital (registrasi vital)
Registrasi vital merupakan upaya pengumpulan data-data mengenai peristiwa
penting yang menyangkut hal kelahiran dan kematian. Setiap kelahiran yang terjadi
(fertilitas) dicatat dengan pengeluaran surat akta kelahiran, sedangkan untuk
pencatatan setiap kematian yang terjadi pada seseorang dapat dengan cara
menunjukkan surat pengantar dari pihak dokter atau tim medis terkait informasi
kematian orang tersebut. Pencatatan kematian ini nantinya menghasilkan sertifikat
kematian. Di antara kelebihannya, sistem registrasi vital akan memiliki data yang
bertahan lama dan mudah diperoleh kapan saja saat dibutuhkan.
3. Pelaporan dan pencatatan penyakit
Pelaporan dan pencatatan penyakit yang dilakukan akan menghasilkan suatu rekam
medik. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkesh) nomor 269 tahun
2008 tentang rekam medis, rekam medik adalah berkas yang berisi catatan tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Dari rekam medik inilah upaya statistik kesehatan dapat
dilaksanakan dengan baik, yakni sebagai upaya perkembangan kesehatan
masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit tertentu.
4. Survei kesehatan
Survei tidak jauh berbeda dengan sensus. Namun survei lebih menekankan pada
karakteristik penduduk. Survei hanya mengambil beberapa sampel dari masyarakat.
Survei lebih memiliki data yang terkonsentrasi pada satu tujuan tertentu. Survei
kesehatan yang telah dilaksanakan di Indonesia meliputi Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), dan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas).
Secara umum, segala terbitan resmi, baik dalam bentuk angka, grafik, ataupun
gambar, merupakan sumber data. Data tersebut digunakan untuk menganalisa
demografi/kependudukan suatu masyarakat yang secara geografis perlu untuk
diketahui berapa jumlah penduduk yang tinggal di suatu daerah, bagaimana
penyebaran masyarakat terjadi, berapa angka kelahiran dalam tahun berjalan,
berapa yang masuk (moving-in)  dan keluar/mati (moving out).
Jenis informasi penduduk yang ingin kita ketahui terdiri dari tiga kategori utama.
Ketiga kategori utama tersebut antara lain adalah :
1. Populasi size and distribution
2. Populasi process (fertilitas, mortalitas, dan migrasi)
3. Populasi  structure and characteristic

2.3 Pengukuran Mortalitas dan Morbiditas


Ukuran mortalitas dan morbiditas digunakan sebagai dasar untuk menentukan tinggi
rendahnya tingkat kesakitan atau kematian suatu komunitas penduduk. Terdapat
beberapa ukuran kesakitan dan kematian yang telah dikenal. Pengukuran tersebut
dimulai dari yang paling sederhana hingga pengukuran yang cukup kompleks. Akan
tetapi perlu dicatat bahwa keadaan kesakitan atau kematian dari suatu penduduk
tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu angka tunggal saja. Pada umumnya
berbagai macam ukuran dipakai sekaligus guna mencerminkan keadaan penduduk
secara keseluruhan. Beberapa ukuran yang digunakan dalam studi mortalitas dan
morbiditas adalah angka rasio, proporsi, prevalensi, insiden, dan person years lived.
Ukuran mortalitas berhubungan dengan peristiwa kematian yang dinyatakan dalam
bentuk rate dan rasio. Dalam bentuk rate, penyebut dinyatakan sebagai populasi
yang berisiko mengalami kematian. Sedangkan pembilang dinyatakan sebagai
peristiwa kematian yang dialami oleh populasi yang sama dengan yang disebut
penyebut. Beberapa macam terkait pengukuran mortalitas adalah sebagai berikut :
1. Angka Kematian Kasar Crude Death Rate (ACDR)
 Merupakan ukuran kematian yang paling sering digunakan sebagai acuan derajat
kesehatan suatu komunitas atau masyarakat.

Rumus dari CDR adalah :


  D D = Jumlah kematian pada tahun ×
CDR= -----× k P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun ×
P K = Konstanta = 1.000

Misal: pada tahun 2006 di kabupaten A terjadi 3.000 kematian. Jika pada
pertengahan tahun 2006 jumlah penduduk kabupaten A = 1.500.000 jiwa
Rumus dari ACDR adalah :

3.000 3.000.000
CDR= -------------× 1.000 =----------------- = 2
1.500.000 1.500.000

 Kabupaten A tahun 2006 CDR = 2, Artinya dikabupaten A tahun 2006 pada setip 1.000 jiwa terjadi
2 kematian.

2. Spesific Death Rate (SDR)

Merupakan ukuran kematian pada kelompok masyarakat pada usia tertentu.


Beberapa manfaat dari SDR adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur
b. Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakatdi berbagai wilayah
c. Untuk menghitung rata-rata harapan hidup (angka harapan hidup)
Rumus dari SDR adalah :
 
3. Maternal Mortality Rate (MMR)
Merupakan ukuran kematian yang disebabkan oleh karena kematian pada proses
melahirkan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat
selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus dari MMR adalah :

2.4 Status Gizi Masyarakat


Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal,
dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk
ke
dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix,
2005). Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua
orang (Apriadji, 1986).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi
yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan (Nix, 2005). Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi
kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi
disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk
(Apriadji, 1986).
2.5 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu
populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat
gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan
komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri sangat
berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi,
antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang
spesifik (Gibson, 2005).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan
perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun
kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan
epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang
dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti,
2007).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan
biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi
zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan
dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya
simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji
biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji gangguan
fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional
daru suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya
digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional
(Baliwati, 2004).
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur
jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta
senja (Supariasa, 2001).
2. Penilaian Tidak Langsung
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu
maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun
kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan
cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan
kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi
melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan
gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab
kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit
infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti,
2007).
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena
masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti
faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan
faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah
(malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk
melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis kependudukan terkait mortalitas dan
morbiditas adalah sebagai berikut :
a.       Mortalitas (kematian) adalah hilangnya manusia secara permanen untuk
kembali sadar dan melakukan interaksi sosial. Kematian di sini merupakan berhenti
bekerjanya batang otak manusia.
b.      Morbiditas (penyakit atau kesakitan) adalah kondisi tidak sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang tidak memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
c.       Sumber data mortalitas dan morbiditas berasal dari empat cara, yakni sumber
data dari populasi, catatan peristiwa vital, pelaporan dan pencatatan penyakit, dan
survei kesehatan.
d.      Pengukuran mortalitas meliputi pengukuran atas ACDR, ASDR, MMR, IMR,
NMR, CDR, dan CMR. Sedangkan pengukuran pada morbiditas meliputi IR dan PR.
e.       Trend mortalitas dan morbiditas dimulai pada tahun 1930 hingga 1960 dan
mengalami perubahan hingga saat ini namun dengan konsep yang sama.
f.        Determinan dari morbiditas meliputi unsur host,
agent, dan environment.Sedangkan pada mortalitas mencakup hal – hal yang
berhubungan dengan penyakit menular, kecelakaan, gaya hidup berisiko,
pemenuhan gizi, dan juga kemiskinan.
g.      Teori yang digunakan dalam analisis kependudukan mortalitas dan morbiditas
adalah teori Caldwell. Teori Caldwell menyatakan bahwa pendidikan memberi wanita
kekuasaan dan kepercayaan diri untuk mengambil keputusan atas tanggung jawab
wanita itu sendiri.
h.      Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia terkait mortalitas dan
morbiditas adalah dengan perundang-undangan, antara lain adalah Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan.
i.        Program penurunan mortalitas, terutama pada AKI, yang telah dilakukan oleh
pihak pemerintah adalah Program Perencanaan, Persalinan, dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), Pelayanan Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Dasar
(PONED), Program kemitraan bidan-dukun, Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) di semua fasilitas kesehatan, serta Pelayanan Penanganan Komplikasi
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
3.2 Saran
Pada kesempatan kali ini kami dapat kesempatan menuliskan tentang sistem
informasi kesehatan yang dalam ini kami mencoba menulis dengan berbentuk
makahalah dalam hal ini kami masih mengakui ada berapa kesalah yang belum
kami ketahui baik dari pembaca atau yang menyimak, kami penulis mengharapkan
saran dan keritikan yang membangun agar lebih menciptkan yang lebih baik lagi
kedepanya.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Amri dan Hanafiah, M. Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum


Kesehatan. Jakarta:  EGC.
Mantra, I.B.2000.Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Peraturam Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis.
http://www.rsundata.com/2011/11/program-imunisasi-berhasil-tekan-morbiditas-dan-
mortalitas-7-penyakit-di-indonesia/  (serial online: 8 Februari 2013)
http://labparahita.com/web/sosialisasi-panca-upaya-penurunan-angka-kematian-ibu-
anak/ (serial online: 8 Februari 2013)
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2127-menkes-sebagian-besar-
sasaran-mdgs-akan-tercapai.html (serial online: 8 Februari 2013)
http://amelisaanzeli.wordpress.com/2012/06/27/program-perencanaan-persalinan-
dan-pencegahan-komplikasi/ (serial online: 8 Februari 2013)
http://eprints.undip.ac.id/28539/11/sri_handayani_2.pdf (serial online: 8 Februari
2013)
http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/subdin/PONED%20sebagai%20Strategi
%20untuk%20Persalinan%20yang%20Aman%20print.pdf (serial online: 8 Februari
2013)
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/upaya-percepatan-penurunan-angka-
kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia (serial online: 8 Februari 2013)
http://www.slideshare.net/lilyanti/landasan-teori (serial online: 9 Februari 2013)
http://www.scribd.com/doc/54575543/UKURAN-MORTALITAS (serial online: 9
Februari 2013)
http://www.scribd.com/doc/112042413/makalah-ukuran-morbiditas (serial online: 9
Februari 2013)
http://www.who.or.id/ind/products/ow6/sub2/display.asp?id=1#top (serial online: 9
Februari 2013)
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/05/ukuran-ukuran-dalam-epidemiologi.html (
serial online: 9 Februari 2013)
http://balatbangbengkulu.files.wordpress.com/2010/06/mortalitas_bkkbn07.pdf (serial
online: 9 Februari 2013)
http://medicine.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/Ilmu%20Kesehatan
%20Masyarakat.pdf (serial online: 9 Februari 2013)

Anda mungkin juga menyukai