DISUSUN OLEH
Meri
NIM: 193210019
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEMESTER 3
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MORTALITAS DAN MORBIDITAS
2.2 SUMBER DATA MORTALITAS DAN MORBIDITAS
2.3 PENGUKURAN MORTALITAS DAN MORBIDITAS
2.4 STATUS GIZI MASYARAKAT
2.5 PENILAIAN STATUS GIZI
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi
selain fertilitas dan migrasi yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Salah satu
indikator mortalitas yang umum dipakai adalah angka kematian bayi (AKB).
Angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. (WHO, 2011). Target
nasional (survei penduduk antar sensus) angka kematian bayi di Indonesia adalah
sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2017 AKB pada posisi 23,1 per
1.000 kelahiran hidup (angka estimasi dari BPS Provinsi), AKB Jawa Timur
sampai dengan tahun 2017 masih di atas target Nasional (Dinas Kesehatan Jawa
Timur, 2018). Kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Sukodono pada tahun
kematian bayi pada tahun 2017 sebanyak 4 kematian dan 2018 didapatkan 14
kematian.
Ilmu kependudukan sangatlah penting untuk dipelajari. Hal tersebut disebabkan
hidupnya, manusia tidak akan lepas dari kejadian penyakit (morbiditas) dan
kematian (mortalitas). Setiap individu pasti pernah mengalami suatu penyakit dan
tersebut di atas merupakan ranah ilmu dari demografi dan kependudukan. Namun,
di sisi lain, ilmu kependudukan bukan hanya digunakan untuk memahami struktur
juga melihat dari faktor sosial budaya. Kekompleksan cakupan masalah yang
mampu mengenal dan memahami masyarakat, segala masalah yang sedang terjadi
di dalam masyarakat, serta dapat mencari solusi untuk masalah tersebut dengan
memegang teguh prinsip ilmu kependudukan. Dan melalui karya tulis ini, penulis
Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan karya tulis ini
adalah :
1. Memberikan informasi yang jelas dan terpercaya terkait mortalitas dan
morbiditas dalam analisis kependudukan kepada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat pada umumnya..
2. Mampu menjawab segala masalah seputar mortalitas dan morbiditas yang
terjadi di Indonesia dengan mengacu pada konsep dasar analisis kependudukan
terkait mortalitas dan morbiditas.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen proses demografi, selain
fertilitas dan migrasi. Mortalitas diartikan sebagai kematian yang terjadi pada
anggota penduduk. Secara etimologi, kematian (death) berasal dari
kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara
definitif, kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara permanen. Dari hal tersebut, maka sudut pandang
tentang definisi kematian meliputi tiga hal pokok, antara lain adalah :
a. kematian jaringan, kematian otak
b. kerusakan otak yang tidak dapat pulih
c. kematian klinik yakni kematian orang tersebut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu
peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Di negara Indonesia, terdapat empat
konsep tentang kematian. Konsep tersebut antara lain adalah :
1. Mati karena berhentinya darah mengalir
Dalam peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1981, telah dinyatakan bahwa mati
adalah berhentinya fungsi jantung dan paru. Konsep kematian ini tidak dapat
digunakan lagi oleh karena adanya alat yang dapat memacu kerja jantung ataupun
paru kepada seseorang yang hampir mati (alat resusitasi). Teknologi tersebut
memungkinkan jantung dan paru yang semula berhenti bekerja dapat dipulihkan
kembali.
2. Mati sebagai terlepasnya nyawa dari tubuh
Konsep ini menimbulkan keraguan kepada masyarakat. Hal ini terjadi pada proses
resusitasi yang berhasil dan menimbulkan kesan seolah-olah nyawa manusia dapat
ditarik kembali.
3. Mati sebagai hilangnya kemampuan tubuh secara permanen
Konsep ini tidak digunakan lagi. Konsep ini dipertanyakan karena organ manusia
tetap berfungsi secara mandiri tanpa terkendali walaupun otak telah mati (kondisi
koma). Namun secara moral, tidak dapat diterima karena pada kenyataannya organ
tubuh masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
4. Mati sebagai hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan
melakukan interaksi sosial
Pergerakan dari otak, baik secara fisik maupun sosial, banyak dipergunakan. Pusat
pengendalian manusia ini terletak pada batang otak. Oleh karena itu, apabila batang
otak telah mati, dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik dan sosial telah mati.
Dalam keadaan seperti ini, kalangan medis sering menempuh pilihan tidak
meneruskan resusitasi (Amir, 1999).
Morbiditas adalah nama lain dari penyakit atau kesakitan. Morbiditas diartikan
sebagai penyakit dan kesakitan yang dapat menimpa manusia lebih dari satu kali.
Morbiditas merupakan penyimpangan dari keadaan normal dan biasanya dibatasi
pada kesehatan fisik dan mental. Penyakit merupakan lawan dari kesehatan, di
mana kesehatan memiliki arti suatu kondisi sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis (UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Sesuai dengan konsep
H.L. Blum, konsep penyakit timbul diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan di
antara empat komponen hidup manusia, yakni unsur genetik, layanan kesehatan,
perilaku masyarakat, dan lingkungan. Lingkungan dalam konsep di sini mencakup
unsur ideologi, sosial, budaya, ekonomi, ras, agama, dan adat. Serangkaian
morbiditas yang terjadi di masyarakat tersebut disebut dengan morbiditas kumulatif.
Morbiditas kumulatif akhirnya akan menghasilkan peristiwa yang disebut dengan
mortalitas (kematian).
Misal: pada tahun 2006 di kabupaten A terjadi 3.000 kematian. Jika pada
pertengahan tahun 2006 jumlah penduduk kabupaten A = 1.500.000 jiwa
Rumus dari ACDR adalah :
3.000 3.000.000
CDR= -------------× 1.000 =----------------- = 2
1.500.000 1.500.000
Kabupaten A tahun 2006 CDR = 2, Artinya dikabupaten A tahun 2006 pada setip 1.000 jiwa terjadi
2 kematian.
DAFTAR PUSTAKA