Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR KEPENDUDUKAN DAN KB

PERKEMBANGAN TINGKAT MORTALITAS PENDUDUK


YOGYAKARTA BERDASARKAN DATA 30 TAHUN TERAKHIR

OLEH:

NURUL RIDA’ AINUN DA RUSMAN (K11116345)

PUTRI KUSUMA WARDHANI (K11116347)

NURMALASARI JAYA (K11116348)

ANDI EVA ZAHAFIRA (K11116349)

MARJUNI A. RAFLI (K11116350)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016/2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini memuat tentang “PERKEMBANGAN TINGKAT MORTALITAS PENDUDUK
YOGYAKARTA BERDASARKAN DATA 30 TAHUN TERAKHIR” dan berbagai penjelasannya. 
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang pendaruh
tingkat mortalitas di Yogyakarta, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Ucapan
terimakasih kami sampaikan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
khususnya kepada kami selaku penyusun . Segala saran dan kritik yang membangun masih kami
harapkan agar makalah ini dapat tersusun lebih baik.

Makassar, April 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 3

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI MORTALITAS 3
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT MORTALITAS 3
C. DATA MORTALITAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3
D. KEADAAAN KEPENDUDUKAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 3
B. SARAN 3

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah
sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Salah satu faktor yang
memengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingkat mortalitas atau kematian penduduk.
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian
bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian
caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat
dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian
(anti mortalitas).
Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk DIY mencapai 3.457.491 jiwa
dan tersebar di lima kabupaten/kota. Distribusi penduduk DIY berdasarkan kabupaten/kota
menunjukkan bahwa Sleman menjadi wilayah dengan populasi terbesar, diikuti oleh Bantul dan
Gunungkidul. Pada tahun 2011, populasi penduduk yang tinggal di Sleman sebanyak 1,107 juta
jiwa atau 31,75 persen dari seluruh penduduk DIY, sementara di Bantul sebanyak 921,26 ribu
jiwa atau 26,42 persen. Sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, Kota Yogyakarta
memiliki populasi penduduk sebanyak 390,55 ribu jiwa atau 11,19 persen dari populasi
penduduk DIY.
Jumlah penduduk DIY setiap tahun selalu bertambah, namun laju pertumbuhannya
masih cukup terkendali. Fenomena ini sangat berkaitan dengan semakin membaiknya
kesehatan ibu, anak, dan balita, menurunnya angka kematian serta semakin bertambahnya
migrasi masuk dengan bertujuan bersekolah atau bekerja.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi Mortalitas Penduduk?
b. Apa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas?
c. Bagaimana data mortalitas penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta selama 30
tahun terakhir?
d. Bagaimana keadaan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta?

C. Tujuan
a. Apa definisi Mortalitas Penduduk?
b. Apa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas?
c. Bagaimana data mortalitas penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta selama 30
tahun terakhir?
d. Bagaimana keadaan kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Mortalitas

Menurut UN dan WHO, “mati” adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda


kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Mortalitas
atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat
mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah fertilitas
(kelahiran)  dan migrasi. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah
melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan
kesehatan.
 Data  kematian sangat di perlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perencanaan pembangunan.Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan,
dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk
kepentingan evaluasi terhadap programprogram kebijaksanaan penduduk.
 Konsep mati perlu diketahui guna mendapatkan data kematian yang benar. Dengan
kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit untuk membedakan keadaan mati dan
keadaan hidup secara klinik. Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan, dikhawatirkan bisa
terjadi perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapan seseorang dikatakan mati.
Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital, yang masing-masing saling bersifat
mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersama dengan salah satu
keadaan lainnya.

B. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Mortalitas


Faktor yang mempengaruhimortalitasdibedakanmenjadi 2 kategori yaitu:
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia, contoh:
a. Umur
b. Kelamin
c. Penyakit
d. Kecelakaan
e. Kekerasan
f. BunuhDiri

2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang bersumber dari luar diri manusia, contoh:
a. Tekanan Psikis Maupun Fisik
b. Kedudukan Dalam Perkawinan
c. Kedudukan Sosial Ekonomi
d. Tingkat Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Beban Anak Yang Dilahirkan
g. Tempat Tinggal Dan Lingkungan
h. Tingkat Pencemaran Lingkungan
i. Fasilitas Kesehatan
j. Kemampuan Mencegah Penyakit
k. Politik Dan BencanaAlam
Selainfaktor yang mendukung, terdapat factor penghambat mortalitas, antara lain:
1. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
2. Lingkungan yang bersih dan sehat
3. Ajaran agama yang melarang bunuh diri
4. Tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya kesehatan sehingga
penduduk tidak mudah terserang penyakit.
Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara
lain :
1.      sistem registrasi fital
      Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian  yang ideal. Di sini,
kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Di
Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem
registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi semua
kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin
memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital. 
2.      sensus atau survei penduduk
sensus atau survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk mengumpulkan
data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada
sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi.
Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua bagian :
a).  Bentuk lasungsung (Direct Mortality Data)
b).  Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)
C. Data Mortalitas Kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta
Angka Kematian Ibu

Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30 tahun
terakhir.Secara Nasional angka kematian ibu di DIY juga tetap menempati salah satu yang
terbaik.Meskipun demikian angka yang dicapai tersebut masih relatif tinggi jika dibandingkan
dengan berbagai wilayah di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari BPS, angka kematian ibu
dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang
dikeluarkan oleh BPS adalah tahun 2008, di mana angka kematian ibu di DIY berada pada angka
104/100rb kelahiran hidup, menurun dari 114/100rb kelahiran hidup pada tahun 2004.
Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan kabupaten/kota pada
tahun 2011 mencapai 56 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Tahun
2012 jumlah kematian ibu menurun menjadi sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan dari
Dinas kesehatan Kab/Kota, sehingga apabila dihitung menjadi Angka Kematian Ibu Dilaporkan
sebesar 87,3 per 100.000 kelahiran hidup.
Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun terjadi
fluktuasi dalam 3 – 5 tahun terakhir. Target MDG’s di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu
nasional adalah 102/100rb kelahiran hidup, dan untuk DIY relative sudah mendekati target,
namun masih memerlukan upaya yang keras dan konsisten dari semua pihak yang terlibat.
Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) di D.I. Yogyakarta dari tahun 2010 sesuai hasil sensus
penduduk tahun 2010 yang telah dihitung oleh BPS Provinsi DIY adalah : laki-laki sebesar 20
bayi per 1000 kelahiran hidup, sedangkan perempuan sebesar 14 per 1000 kelahiran hidup.
HasilSurvai Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian
Bayi di DIY mempunyai angka yang relatif lebih tinggi, yaitu sebesar 25 per 1.000 kelahiran
hidup (target MDG’s sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015). Apabila melihat
angka hasil SDKI 2012 tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal yang serius yang
harus diupayakan penurunannya agar target MDG’s dapat
dicapai.
Hasil sensus penduduk sejak tahun 1971 sampai dengan sensus tahun 2010
menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang sangat signifikans angka kematian bayi dari 102
bayi per 1000 kelahiran hidup sampai 17 bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (sesuai
hasil sensus penduduk). Sedangkan menurut proyeksi BPS dari hasil sensus penduduk tahun
2000 pada kurun waktu 2000-2005 (5 tahun) penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 3,9%.
Sedangkan untuk periode tahun 2005 -2010 penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 2,5%
dan periode 2010 - 2015 adalah 1,7%. Periode tahun 2020 - 2025 diperkirakan tidak terjadi
penurunan karena tingkat kematian yang sudah sangat kecil (“hardrock”) yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang sangat sulit untuk dikendalikan diantaranya faktor genetik.
Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian bayi di DIY
juga mengalami penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan sebelum tahun
1990. Laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terjadi sebanyak 419
bayi meninggal dengan berbagai sebab. Angka kematian bayi tahun 2011 masih tetap / sama
dengan tahun sebelumnya yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi tahun 2011
jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun sebelumnya yang mencapai 62 / 1000 kelahiran hidup
(tahun 1980). Dengan pola penurunan tersebut maka diprediksikan pada tahun 2013 angka
kematian bayi di DIY diharapkan akan mencapai 16 / 1000 kelahiran hidup.
Pola penurunan dan kenaikan angka kematian bayi sensitif terhadap berbagai faktor
lain. Seperti yang terlihat pada periode tahun 1997 sampai dengan 1999 dimana terjadi krisis
multidimensi yang berdampak secara tidak langsung kepada peningkatan angka kematian bayi
di DIY. Secara Nasional, target MDG’s untuk angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan
akan menurun menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999 (dari 25/1000 kelahiran hidup
menjadi 16/1000 kelahiran hidup).

Angka Kematian Balita


Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik. Tahun 1971
tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai 152 / 1000 kelahiran hidup.
Angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun kemudian menjadi 54/1000 kelahiran
hidup,tahun 2002 sudah mencapai 30 /1000 kelahiran hidup dan data tahun 2010 telah
mencapai angka 19/1000 kelahiran hidup.
Pola penurunan sedikit mengalami pola yang berbeda pada kisaran tahun 1997 sampai
dengan 2002 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya krisis multi dimensi di Indonesia.
Laporan kabupaten / kota tahun 2011 menunjukkan jumlah kematian anak balita sebanyak 50
kasus. Sedangkan pada tahun 2012 kematian anak balita dilaporkan sebanyak 50 kasus. Dengan
pola penurunan sejak tahun 1971 tersebut maka diprediksikan di tahun 2013 angka kematian
balita akan mencapai 16/1000. Secara Nasional target MDG’s untuk angka kematian balita pada
tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999. Tetapi
apabila dilihat dari hasil SDKI tahn 2012 di DIY angka kematian Balita mencapai 30 per 1.000
kelahiran hidup (terendah kedua secara Nasional, setelah Riau) dengan target MDG”s pada
tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Hal yang bebeda dapat dilihat pada hasil
pelaporan bahwa jumlah kematian balita di DIY tahun 2012 sebesar 450 balita (sehingga angka
kematian balita dilaporkan sebesar 9,8 per1.000 kelahiran hidup).

D. KEADAAN KEPENDUDUKAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk yang tinggal di wilayah DIY
mencapai 3.457.491 jiwa, dengan komposisi 49,43 persen laki-laki dan 50,57 persen perempuan
yang tersebar di lima kabupaten/kota. Jumlah penduduk DIY semakin bertambah setiap tahun
dengan laju pertumbuhan yang berfluktuasi, namun masih cukup terkendali. Hasil Sensus
Penduduk tahun 1971 mencatat jumlah penduduk DIY sebanyak 2,49 juta jiwa dan terus
meningkat menjadi 3,46 juta jiwa di tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk selama periode
1971-1980 tercatat sebesar 1,10 persen per tahun. Laju ini melambat menjadi 0,58 persen per
tahun di periode 1980-1990 dan 0,72 persen per tahun di periode 1990-2000 sebagai dampak
keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) maupun
program perbaikan taraf kesehatan masyarakat lainnya.
Peningkatan taraf kesehatan masyarakat ditandai oleh membaiknya kesehatan ibu, anak
dan balita sehingga terjadi penurunan angka kematian bayi secara signifikan dan berpengaruh
terhadap menurunnya fertilitas (tingkat kelahiran). Meskipun demikian, dalam sepuluh tahun
terakhir (2000-2010) laju pertumbuhan penduduk kembali meningkat menjadi 1,04 persen per
tahun. Fenomena ini berkaitan dengan semakin menurunnya angka kematian dan
meningkatnya angka harapan hidup serta semakin bertambahnya migrasi masuk ke DIY dengan
tujuan untuk bersekolah maupun bekerja.
Laju pertumbuhan penduduk yang tercepat selama empat dekade terakhir terjadi di
Kabupaten Sleman dan Bantul. Selama periode 2000-2010 kedua daerah ini memiliki laju
pertumbuhan penduduk per tahun masing-masing sebesar 1,92 persen dan 1,55 persen.
Sebaliknya, Kota Yogyakarta justru mengalami pertumbuhan penduduk negatif sebesar 0,21
persen. Sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, Kota Yogyakarta pada tahun 2010
dihuni oleh 388.627 jiwa penduduk.
Selama beberapa tahun terakhir, wilayah Kota Yogyakarta sudah semakin jenuh untuk
menampung penduduk akibat meningkatnya aktivitas perekonomian, pemerintahan dan sosial.
Hal ini membawa konsekuensi terhadap perkembangan kawasan pemukiman dan peningkatan
jumlah penduduk di wilayah penyangganya, terutama di Kabupaten Sleman dan Bantul.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1270

https://ar28297.wordpress.com/2014/11/17/pertumbuhan-penduduk-dan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-demografi-pertumbuhan-penduduk-serta-pengertian-dan-
proses-migrasi-dan-transmigrasi/

http://sichesse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-mortalitas.html

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiA2v7y27zT
AhULro8KHYn2BRoQFggqMAE&url=http%3A%2F%2Fyogyakarta.bps.go.id%2Fwebsite
%2Fpdf_publikasi%2FStatistik-Daerah-Istimewa-Yogyakarta-2014.pdf&usg=AFQjCNFD-
AuG9CgCdB0_VrvdgOCxLn3rJg&sig2=cxLeXlmCJO-XQ2LONi2xwA

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiA2v7y27zT
AhULro8KHYn2BRoQFgg2MAM&url=http%3A%2F%2Fyogya.bkkbn.go.id%2Fdata
%2FDocuments%2FPARAMETER%2520KEPENDUDUKAN
%2520DIY.pdf&usg=AFQjCNGPSXmoa5-
I8GUjuQKWzntbtAusJw&sig2=F9fxojnwX1A6339V9AguVQ

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiA2v7y27zT
AhULro8KHYn2BRoQFgg9MAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.pusdatin.kemkes.go.id
%2Fresources%2Fdownload%2Fprofil
%2FPROFIL_KAB_KOTA_2014%2F3471_DIY_Kota_Yogyakarta_2014.pdf&usg=AFQjCNFJf
BCaUx1dhGpFQW6kUGepQFElBg&sig2=h_jprgp0vVMPzj9u-wMHMg

Anda mungkin juga menyukai