Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DEMOGRAFI LANSIA DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP LAYANAN FISIOTERAPI

OLEH KELOMPOK 1 :
ARDITA NUR MUTIARASARI (P27226020108)
FATRICIA WAHYU PRIMASARI (P27226020121)
QOTHRUNADA ZAKIYAH (P27226020141)
ZULFIKAR AMIEN ROIS (P27226020156)

DOSEN PENGAMPU :
DWI KURNIAWATI, Ftr., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Demografi
Lansia dan Implikasinya terhadap Layanan Fisioterapi” ini sesuai dengan waktu
yang telah ditetukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisioterapi Geriatri.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi
Kurniawati, Ftr., M.Kes selaku dosen mata kuliah Fisioterapi Geriatri yang telah
memberikan materi untuk menyusun makalah ini
Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
para pembacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan guna untuk
kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang.

Karanganyar, 10 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 1

BAB II ISI
A. Pengertian Demografi............................................................................. 2
B. Pengertian Lansia................................................................................... 2
C. Pengertian Layanan Fisioterapi.............................................................. 2
D. Demografi Lansia Di Indonesia............................................................. 3
E. Implikasi Demografi Lansia terhadap Pelayanan Fisioterapi................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring semakin membaiknya fasilitas dan layanan kesehatan,
terkendalinya tingkat kelahiran, meningkatnya angka harapan hidup, serta
menurunnya tingkat kematian, maka jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia
(lansia) terus
mengalami peningkatan. Fenomena penuaan penduduk (ageing population)
ini
bisa dimanfaatkan sebagai bonus demografi kedua bagi dunia, dengan syarat
tersedianya lansia yang sejahtera dan produktif dalam jumlah yang cukup.
Untuk itu, dibutuhkan perencanaan dan program kebijakan di bidang
kesejahteraan lanjut usia yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi
yang memadai.
Hal ini menuntut adanya perubahan dalam strategi pelayanan kesehatan,
artinya adanya peningkatan jumlah lansia perlu perhatian khusus terhadap
penyakit-penyakit yang menyertai pertambahan usia serta berbagai macam
tindakan pencegahannya. Pelayanan fisioterapi juga diperlukan dalam strategi
pelayanan kesehatan saat ini.

B. Rumus Masalah
1. Bagaimana demografi terbaru lansia di Indonesia?
2. Bagaimana implikasi demografi lansia terhadap pelayanan fisioterapi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui demografi terbaru lansia di Indonesia.
2. Untuk mengetahui implikasi demografi lansia terhadap pelayanan
fisioterapi.

1
2
BAB II
ISI

A. Pengertian Demografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk dalam suatu
wilayah dengan faktor-faktor pengubahnya. Demografi juga dapat diartikan
sebagai studi tentang penduduk yang dilihat dari ukuran (jumlah),
struktur/komposisi, persebaran ke ruangan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah, struktur dan persebaran penduduk yaitu fertilitas,
mortalitas dan migrasi di suatu wilayah tertentu.

B. Pengertian Lansia
Penuaan merupakan proses akumulasi perubahan yang kompleks. Disebut
kompleks karena berkaitan dengan perubahan proses multidimensional fisik.
Ditinjau dari sisi biologis, penuaan merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh akibat perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ sehingga terjadi kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial seiring
meningkatnya usia. Perubahan tersebut selanjutnya akan berpengaruh
terhadap seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek kesehatan.
Sementara itu, yang dikatakan penduduk berusia lanjut (Lansia)
berdasarkan UU No. 13 Tahun 1998 adalah mereka yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun.

C. Pengertian layanan Fisioterapi


Fisioterapi memiliki peran yang penting dalam program pelayanan
kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan. Dalam pelayanan kesehatan
tingkat pertama (Primer), fisioterapis dapat terlibat sebagai anggota utama
dalam tim, berperan dalam pelayanan kesehatan dengan mengutamakan
pelayanan pengembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan

3
rehabilitatif. Sedangkan dalam pelayanan tingkat lanjutan, fisioterapis
berperan

4
dalam perawatan pasien dengan berbagai gangguan neuromuscular,
musculoskeletal, kardiovascular, paru, serta gangguan gerak dan fungsi tubuh
lainnya.
Fisioterapis memainkan peran dalam masa akut, kronis, pencegahan,
intervensi dini untuk muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan
cedera, mendesain ulang pekerjaan individu, serta rehabilitasi, dan diperlukan
untuk memastikan layanan/intervensi diberikan secara komprehensif dan tepat
berfokus pada individu, masyarakat dan lingkungan (Permenkes No. 65 Tahun
2015).

D. Demografi Lansia di Indonesia


Secara demografis, penuaan penduduk merupakan kecenderungan yang
terjadi sebagai dampak dari perubahan struktur umur penduduk di suatu
wilayah dalam beberapa waktu belakangan ini. Perubahan struktur umur
tersebut terjadi sebagai hasil dari perubahan tiga aspek kependudukan, yaitu
fertilitas, mortalitas, dan migrasi. United Nations menyebutkan bahwa
penuaan penduduk adalah fenomena yang terjadi ketika umur median
penduduk dari suatu wilayah atau negara mengalami peningkatan yang
disebabkan oleh bertambahnya tingkat harapan hidup atau menurunnya
tingkat fertilitas.

Gambar di atas memperlihatkan piramida penduduk yang menunjukkan


perubahan struktur umur penduduk Indonesia selama periode tahun 1971 s.d.
2045. Pada tahun 1971, piramida penduduk tampak luas bagi penduduk yang

5
lebih muda. Sedangkan pada piramida penduduk hasil Sensus Penduduk tahun
2020, terjadi peningkatan pada bagian tengah dan puncak piramida,
sedangkan bagian dasar piramida mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan jumlah penduduk dewasa dan penduduk lanjut
usia, sedangkan penduduk usia muda mengalami penurunan. Piramida
penduduk hasil proyeksi tahun 2045 juga menunjukkan struktur umur
penduduk yang hampir sama seperti pada tahun 2020. Bahkan, pada bagian
puncak piramida terlihat semakin meluas, yang berarti Indonesia berada dalam
fase menua.

Dari hasil proyeksi penduduk, pada tahun 2045, lansia Indonesia


diperkirakan akan mencapai hampir seperlima dari seluruh penduduk
Indonesia. Pertumbuhan lansia yang pesat merupakan efek dari terjadinya
transisi demografi. Dimana saat ini, Indonesia sudah berada pada tahapan
angka kematian dan angka kelahiran yang rendah (Bappenas, 2019)
Para ahli demograsi mengistilahkan suatu negara atau wilayah mengalami
penuaan penduduk ketika proporsi penduduk yang berusia lanjut dari suatu
wilayah tersebut mengalami peningkatan. Secara demografis, penuaan
penduduk dapat dilihat dari beberapa ukuran, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Rasio beban ketergantungan penduduk tua. Suatu penduduk dapat disebut
sebagai penduduk tua jika angka ketergantungan penduduk tua sebesar 10
persen atau lebih, atau jika ketergantungan penduduk muda sebesar 30
persen atau kurang.

6
2. Persentase penduduk tua, yaitu ketika proporsi penduduk berumur 65
tahun ke atas telah di atas 7 persen
3. Umur median penduduk 20, yang artinya bahwa 50 persen dari penduduk
berumur 20 tahun ke bawah dan 50 persen lainnya berumur 20 tahun ke
atas.

E. Implikasi Demografi Lansia terhadap Layanan Fisioterapi


Pada tahun 2021, hampir separuh lansia di Indonesia memiliki keluhan
kesehatan, baik fisik maupun psikis (43,22 persen). Lansia yang tinggal di
perkotaan cenderung lebih banyak memiliki keluhan kesehatan (45,47 persen)
dibandingkan lansia di perdesaan (40,61 persen). Di sisi lain, lansia
penyandang disabilitas yang memiliki keluhan kesehatan lebih tinggi
dibandingkan lansia non disabilitas, yaitu sebesar 58,36 persen berbanding
41,08 persen. Jika dilihat menurut kelompok umur, semakin bertambahnya
umur lansia cenderung lebih banyak memiliki keluhan kesehatan. Hal ini
terjadi seiring bertambahnya usia, menurunnya kondisi fisik, dan makin
rentannya mereka mengalami keluhan kesehatan dan sakit (TNP2K, 2020).

Secara fisik penduduk lanjut usia sering mengalami berbagai penyakit


degeneratif seperti alzheimer, parkinson, atherosclerosis, kanker, diabetes,
sakit jantung, osteoarthritis, osteoporosis, dan reumatik. Selain itu penyakit

7
yang diderita lanjut usia juga tidak hanya satu jenis penyakit, tetapi lebih dari
satu jenis penyakit. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan membuat
program yang ditujukan untuk peningkatan akses dan kualitas layanan
kesehatan bagi lansia di fasilitas layanan kesesehatan primer dan rujukan serta
pemberdayaan potensi lansia di masyarakat. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia yang sehat,
mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat, atau
dapat disingkat dengan Lansia SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif).
Salah satu program yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk
mewujudkan lansia SMART adalah melalui Pos Layanan Terpadu
(POSYANDU) Lansia. Melalui Posyandu Lansia ini, fisioterapi ikut beperan
aktif seperti memberi sosialisasi, penyuluhan serta pelatihan.
Bentuk latihan fisioterapi yang dapat diberikan meliputi :
1. Latihan Keseimbangan
a. Pengertian Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan
stabilitas postural yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan
individu untuk mempertahankan pusat gravitasi (center of gravity)
dan bidang tumpu (base of support). Keseimbangan dibagi menjadi
keseimbangan statis (diam) dan dinamis (bergerak).
b. Manfaat Latihan Keseimbangan
Adapun manfaat dari latihan keseimbangan yaitu :
- Membantu mempertahankan tubuh agar stabil sehingga mencegah
resiko terjadinya jatuh yang sering dialami lansia.
- Memandirikan lansia agar mengoptimalkan kemampuan lansia.
c. Jenis-Jenis Latihan Keseimbangan
Adapun jenis latihan keseimbangan yang dapat digunakan untuk
mengoptimalkan keseimbangan pada lansia yaitu :
- Ankle Strategy Exercise
Ankle strategy exercise merupakan strategi penyesuaian pertama
untuk mengoptimalkan kesimbangan melalui kontraksi sendi.

8
- Balance Exercise
Balance exercise adalah aktivitas fisik yang dilakuakan untuk
meningkatkan kestabilan tubuh dengan meningkatkan kekuatan
otot ekstremitas bawah.
d. Tes Keseimbangan
- Test Romberg
Test romberg digunakan untuk menentukan penyebab, apakah
murni karena defisit sensorik/propioseptif, ataukah ada gangguan
pada serebelum.
1) Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila
pasien jatuh.
2) Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpitan dan ke 2
lengan disisi tubuh.
3) Kedua mata pasien terbuka dan kemudian mintalah matanya
dipejamkan.
4) Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang.
5) Bila pasien jatuh kesamping karena hilangnya keseimbangan
(test romberg positif ).
e. Cara Latihan Keseimbangan
- Ankle Strategy Exercise
Dosis 90 detik dengan repetisi 9-10 kali dan istirahat 30 detik.
- Gerakan Balance
Exercise terdiri dari 5 macam, yaitu plantar flexion, hip flexion,
hip extention, knee flexion dan side leg raise. 3 kali seminggu
selama 4 minggu dengan durasi 15 menit.

9
Gerakan Knee Flexi

Gerakan Side Leg Raise


2. Latihan Pernapasan
Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar
tubuh merupakan pengertian dari pernapasan (respirasi). Penghisapan ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Manfaat dari latihan pernafasan untuk meningkatkan pertukaran
oksigen, meningkatkan kekuatan otot-otot pernafasan, membantu
membersihkan paru-paru dari toksin dan membugarkan paru- paru.
Menurut Basuki (2008) ada berbagai macam teknik yang dapat
digunakan untuk menurunkan kerja pernapasan, diantaranya adalah
melalui pemberian latihan pernapasan dan control pernapasan. Latihan
pernapasan (Breathing Exercise) yang dapat digunakan untuk
menurunkan kerja pernapasan adalah deep breathing dan Pursed Lips
Breathing.
a. Deep Breathing Exercise (Latihan Pernafasan Dalam)

10
Deep breathing exercise merupakan salah satu latihan pernafasan
yang banyak dikembangkan dalam kajian fisioterapi. Latihan ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan yang
berguna untuk meningkatkan compliance paru untuk meningkatkan
fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi. Prosedur pelaksanaan
Deep Breathing Exercise (Latihan Pernafasan Dalam) diantaranya
meliputi:
1) Mengatur posisi klien dengan half laying di tempat tidur/kursi;
2) Meletakkan satu tangan kliendi atas abdomen (tepat dibawah iga)
dan tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan
dada dan abdomen saat bernafas;
3) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada
dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup
selama inspirasi, tahan nafas selama 2 detik;
4) Menghembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit
terbuka sambil mengencangkan (kontraksi) otot-otot abdomen
dalam 4 detik;
5) Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik
setiap pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit;
6) Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit.

b. Pursed Lips Breathing


Pursed Lip Breathing adalah salah satu strategi kontrol pernafasan
(breathing control) yang bertujuan untuk menurunkan beban kerja
pernafasan, sensasi sesak nafas dan meningkatkan efisiensi ventilasi.
Pursed Lip Breathing adalah salah satu cara yang paling sederhana

11
untuk mengontrol nafas pendek. Cara yang cepat dan mudah untuk
mengatur pernafasan, membuat pola pernafasan menjadi lebih efektif.
Pursed Lip Breathing adalah suatu metode breathing control atau
mengontrol pernafasan dimana pada fase ekspirasi dilakukan dengan
mengerutkan bibir dan dengan kecepatan tertentu (prolonged
expiration) tanpa diawali dengan nafas dalam (deep inspiration).
Prosedur pelaksanaan pursed lip breathing adalah sebagai berikut:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur terapi,
2) Mengatur posisi klien dengan half laying di tempat tidur/kursi,
3) Tempatkan satu tangan diatas abdomen,lalu instruksikan pasien
untuk inspirasi perlahan seperti biasa , (hindari nafas dalam)
melalui hidung selama hitungan 2 detik.
4) Saat ekspirasi, instuksikan pasien untuk mengerutkan mulut,
seperti posisi bibir hendak bersiul atau hendak meniup lilin,
lepaskan udara secara perlahan selama hitungan 4 detik atau
sampai dengan batas dimana sebelum otot abdomen mulai
berkontraksi yaitu dengan melakukan gerakan pasif dan sadari
udara yang keluar dari mulut.
5) Instruksikan pasien untuk berhenti ekspirasi, ketika otot abdomen
mulai terasa berkontraksi pada palpasi oleh tangan fisioterapis.
6) Lakukan berulang-ulang sampai pasien menguasai teknik ini
7) Ketika pasien telah dapat melakukan teknik Pursed Lip Breathing
tanpa petunjuk / arahan, mintalah subjek menempatkan tangannya
sendiri di atas abdomen untuk melaksanakan teknik ini.
8) Ulangi teknik ini sampai dengan pasien benar-benar merasa
sesaknya berkurang.
9) Jika pasien telah bisa melakukannya dengan benar, dapat pula
dilakukan tanpa menempatkan tangan di atas perut.
10) Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik
setiap pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit;
11) Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit.

12
12) Perlu dilakukan pengecekan terhadap pelaksanaan teknik ini,
mengingat pada umumnya pasien kesulitan dalam melaksanakan
teknik ini yang berakibat pada pasien merasa lebih sesak napas.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tahun 2045, lansia Indonesia diperkirakan akan mencapai hampir
seperlima dari seluruh penduduk Indonesia. Pertumbuhan lansia yang pesat
merupakan efek dari terjadinya transisi demografi. Hampir separuh lansia di
Indonesia memiliki keluhan kesehatan, baik fisik maupun psikis (43,22
persen).
Maka dari itu, kementerian Kesehatan membuat program yang ditujukan
untuk peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi lansia di fasilitas
layanan kesesehatan primer dan rujukan serta pemberdayaan potensi lansia di
masyarakat. Salah satu program yang dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan untuk mewujudkan lansia SMART adalah melalui Pos Layanan
Terpadu (POSYANDU) Lansia. Melalui Posyandu Lansia ini, fisioterapi ikut
beperan aktif seperti memberi sosialisasi, penyuluhan serta pelatihan berupa
latihan keseimbangan, latihan pernapasan, dan latihan-latihan lainnya.

B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan adalah untuk membaca buku atau e-book
Statistik Penduduk Lanjut Usia untuk mengetahui data-data yang lebih

13
lengkap. Untuk penulis lain bisa lebih banyak mencari literatur tentang
implikasi pelayanan fisioterapi terhadap demografi lansia di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. Dkk. (2020). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020. Jakarta : Badan
Pusat Statistik.
Harmadi, S. H. B. (2018). Analisis Data Demografi. Espa4535/Modul 1.
Hartono, A. Dkk. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021. Jakarta : Badan
Pusat Statistik.
Heryanah, H. (2015). Ageing population dan bonus demografi kedua di
Indonesia. Populasi, 23(2), 1-16.
Nahdliyyah, A. I., & Arifandi, T. (2020). Penyuluhan Dan Pelatihan Fisioterapi
Pada Lansia Di Posyandu Handayani Puskesmas Tondano Kecamatan
Pekalongan Timur Kota Pekalongan Tema: Latihan Keseimbangan,
Pernafasan untuk Meningkatkan Aktivitas Fungsional pada Lansia. PENA
ABDIMAS, 1(1).
Putra, Y. W., & Rizqi, A. S. (2020). Pelayanan Fisioterapi Untuk Meningkatkan
Kapasitas Fisik Masyarakat. Al-Khidmat, 3(2), 9-14.

14

Anda mungkin juga menyukai