Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Migrasi

Definisi United Nation didukung oleh beberapa penelitian misalnya Said

Rusli (1982 dalam Dewantara, 2004;18) yang mendefinisikan migrasi sebagai

perpindahan tempat tinggal seseorang atau kelompok secara permanen atau

relatif permanen (dalam jangka waktu tertentu) dengan menempuh jarak minimal

tertentu, berpindah dari satu unit geografis lainnya. Unit geografis disini berarti

unit administratif pemerintah baik berupa Negara maupun bagian-bagian dari

Negara.

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari

suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau

batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan

sebagai perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah (negara) ke

daerah (negara) lain (Suharto, 2011).

Secara garis besar, dimensi daerah dibedakan atas perpindahan antara

negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang

disebut migrasi internasional, sedangkan perpindahan yang terjadi dalam suatu

negara misalnya antar provinsi, kota atau kesatuan administrasi lainnya dikenal

dengan migrasi internal. Menurut Rusli 1995 berdasarkan bentuk mobilitas dibagi

menjadi dua yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non-permanen

atau sirkuler. Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk

dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah

1
tujuan. sedangkan mobilitas non-permanen adalah gerak penduduk dari suatu

tempat ke tempat lain dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan

yang terdiri dari dua, yaitu sirkulasi dan komutasi. jadi perbedaan ini berdasarkan

niatan, bukan lamanya Setiap perpindahan, dan akibatnya beberapa

perpindahan sirkuler mungkin lebih lama dari migrasi. Migrasi masuk dapat

dirumuskan dengan rumus sebagai berikut :

Rumus :

¿ Mig
Mi =
P
.K

Keterangan

Mi : Angka migrasi masuk

In Mig : Jumlah penduduk masuk dalam satu periode

P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun

K : 1000

Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 orang

penduduk daerah tujuan dalam waktu 1 tahun.

2.1.2 Teori Human Capital

Teori Human Capital Model dan Model Harris - Todaro yang dikemukakan

oleh Simanjuntak (1985) memfokuskan perhatiannya pada hubungan ekonomi

dan migrasi. Menurut teori Human Capital Model bahwa seseorang akan

melakukan migrasi, apabila pendapatan yang diperoleh di tempat tujuan lebih

besar dari pada pendapatan di daerah asal yang di tambah dengan biaya

langsung migrasi. Dalam model ini niat untuk melakukan migrasi dipengaruhi

oleh motivasi untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih baik.

Rerungan (2015) mengemukakan bahwa keputusan seseorang untuk melakukan

2
migrasi merupakan respon dari harapan untuk memperoleh kesempatan kerja

dan pendapatan yang lebih baik. Todaro berpendapat bahwa sektor modern di

perkotaan merupakan sektor penarik utama migrasi tenaga kerja khusunya bagi

tenaga kerja terampil. Secara agregat jumlah orang yang bekerja yang dimuat

dalam publikasi Badan Pusat Statistik, sering digunakan sebagai petunjuk

tentang luasnya kesempatan kerja. Dalam pengkajian ketenagakerjaan,

kesempatan kerja sering dijadikan acuan sebagai permintaan tenaga kerja.

2.1.3 Teori Ravenstein (1985)

Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentang

perilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum- hukum

migrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk

bermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dan

kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di dearah

tujuan.

b. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke

daerah lain merupakan informasi yang sangat penting.

c. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk

untuk bermigrasi.

d. Semakin tinggi pengaruh ke kotaan terhadap seseorang, semakin besar

tingkat mobilitas orang tersebut.

e. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi

mobilitas orang tersebut.

3
f. Para migran cendrung memilih daerah dimana telah terdapat teman

atau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan.

g. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak

melakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah.

h. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebih

banyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Model gravitasi keruangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui

pola pergerakan penduduk dari sudut pandang geografi. Model ini berdasarkan

kajian dari Ravenstein (1885) yang menyatakan bahwa volume migrasi

bergantung pada jarak. Migrasi cenderung menempuh jarak dekat dan untuk

migrasi jarak jauh pada umumnya menuju pusat-pusat ekonomi penting.

Ravenstein juga menyatakan bahwa keberadaan transportasi, kawasan industri,

dan perdagangan menyebabkan frekuensi migrasi meningkat dan pengambilan

keputusan migrasi terutama didorong oleh motif ekonomi.

Pergerakan migrasi tersebut tidak bisa terlepas dari konsep Hukum

Gravitasi Newton (1687). Mengacu pada konsep ini, migrasi terjadi karena tarik-

menarik antara dua wilayah atau lebih dan besarnya berbanding lurus dengan

massa (jumlah migran) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak diantara

keduanya. Perhitungan migrasi penduduk menggunakan model gravitasi

digunakan untuk menghitung penyerapan migran di daerah tujuan yang dikaitkan

dengan faktor jarak antara daerah pengirim dan penerima migran. Seperti yang

dikemukakan dalam Hukum Ravenstein, migrasi cenderung menempuh jarak

terdekat dan menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

Faktor jarak menurut Ravenstein merupakan salah satu faktor utama

yang menyebabkan migrasi penduduk. Kemudian hal ini juga didukung oleh

4
faktor pendorong dan penarik migrasi yang diungkapkan oleh Lee (1966) bahwa

volume migrasi dipengaruhi oleh kondisi daerah asal dan tujuan. Dalam hal

ini,  daerah asal dapat berbentuk faktor yang mendorong migrasi atau menahan

untuk tidak pindah. Sementara itu, daerah tujuan merupakan faktor yang

menyebabkan orang tertarik untuk datang. Salah satu faktor pendorong dan

penarik dalam migrasi adalah faktor ekonomi dan ketersediaan lapangan

pekerjaan. Seseorang dianggap akan berpindah ke daerah yang memiliki faktor

penarik lebih tinggi.

Dalam teori Lee, jarak merupakan variabel rintangan antara (intervening

variable), yaitu perhitungan mengenai jarak antara kedua daerah yang

melibatkan faktor biaya perjalanan, tingkat kesulitan medan, dan lama

perjalanan. Faktor jarak akan selalu ada dalam proses migrasi, namun tidak

selalu menjadi penghalang karena seiring perkembangan zaman sudah semakin

maju transportasi, teknologi informasi, dan komunikasi. Bahkan, pengaruh jarak

terhadap migrasi sudah mengalami degradasi dari waktu ke waktu dan dapat

diabaikan (Bodvarsson & Van den Berg, 2013).

2.1.4 Teori Everett S. Lee

Menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000), volume migrasi di suatu wilayah

berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah-daerah di wilayah

tersebut. Di daerah asal dan di daerah tujuan, menurut lee, terdapat faktor-faktor

yang disebut sebagai :

a. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila

bertempat tinggal di tempat tersebut.

5
b. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau

merugikan bila tinggal di tempat tersebut sehingga seseorang merasa

perlu untuk pindah ke tempat lain.

c. Faktor netral (0) yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan

seorang individu untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ke tempat

lain.

Selain ketiga faktor diatas terdapat faktor rintangan antara. Rintangan

antara adalah hal-hal yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya arus

mobilitas penduduk. Rintangan antara dapat berupa : ongkos pindah, topografi

wilayah asal dengan daerah tujuan atau sarana transportasi. Faktor yang tidak

kalah penting yang mempengaruhi mobilitas penduduk adalah faktor individu.

Karena faktor individu pula yang dapat menilai positif atau negatifkah suatu

daerah dan memutuskan untuk pindah atau bertahan di tempat asal. Jadi

menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000) arus migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor,

yaitu :

a. Faktor individu.

b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, seperti : keterbatasan

kepemilikan lahan, upah di desa rendah, waktu luang (Time lag) antara

masa tanam dan masa panen, sempitnya lapangan pekerjaan di desa,

terbatasnya jenis pekerjaan di desa.

c. Faktor di daerah tujuan, seperti : tingkat upah yang tinggi, luasnya

lapangan pekerjaan yang beraneka ragam.

d. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan, seperti : sarana

transportasi, topografi desa ke kota dan jarak desa kota. Atau dapat

digambarkan sebagai berikut :

6
Gambar 2.1 : Faktor-Faktor yang Terdapat Pada Daerah Asal dan

Daerah Tujuan dan Rintangan Antara

Sumber Mantra, 2000

Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menarik

seseorang untuk tidak meninggalkan daerah tersebut (faktor positif) dan faktor-

faktor yang tidak menyenangkan sehingga menyebabkan seseorang untuk

meninggalkan daerah tersebut (faktor negatif). Disamping itu terdapat faktor-

faktor yang pada dasarnya tidak ada pengaruhnya terhadap daerah tersebut,

faktor ini disebut dengan nol (0). Diantara ke empat faktor tersebut, faktor

individu merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan

keputusan untuk bermigrasi. Penilaian positif atau negatif suatu daerah

tergantung pada individu itu sendiri.

2.1.5 Teori Michael P. Todaro

Todaro berpendapat bahwa motivasi utama seseorang untuk mengambil

keputusan bermigrasi adalah karena motif ekonomi. Di dalam Expected Income

model of rural-urban migration beliau menyebutkan bahwa motivasi tersebut

sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana mobilitas ke kota

mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan

harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang

7
diperoleh di desa. Penghasilan yang diharapkan diukur dengan perbedaan dalam

penghasilan rill antara pekerjaan di desa dan di kota. Dengan kata lain bahwa

para migran akan melakukan migrasi bila penghasilannya lebih besar daripada

biaya yang dikeluarkan. (Todaro, 2003).

Todaro (1998) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat

selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan

dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan

non-ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak

hanya terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi

juga pada migrasi antar negara.

Rozy Munir (1981) Beberapa jenis migrasi dan penjelasannya yaitu :

1. Migrasi Masuk (In Migration) Yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah

tempat tujuan (area of destination).

2. Migrasi Keluar (Out Migration) Yaitu perpindahan penduduk keluar dari

suatu daerah asal (area of origin).

3. Migrasi Neto (Net Migration) Yaitu selisih antara jumlah migrasi masuk

dengan migrasi keluar. Bila migrasi yang masuk lebih besar dari pada

megrasi keluar maka disebut mibgrasi neto positif. Sedangkan bila

migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk disebut migrasi neto

negatif.

4. Migrasi Bruto (Gross Migration) Yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi

keluar.

5. Migrasi Total (Total Migration) Yaitu seluruh kejadian migrasi, mencakup

migrasi semasa hidup (life time migration) dan migrasi pulang (return 30

8
migration). Atau dengan kata lain migrasi total adalah semua orang yang

pernah pindah.

6. Migrasi Internasional (International Migration) Merupakan perpindahan

penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang merupakan

masuknya penduduk ke suatu negara disebut imigrasi (immigration)

sedangkan sebaliknya jika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk

dari suatu negara didebut emigrasi (emigration).

7. Migrasi Internal (Intern Migration) Yaitu perpindahan yang terjadi dalam

satu negara, misalnya antarpropinsi, antar kota/kabupaten, migrasi

perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih

rendah daripada tingkat kabupaten, seperti kecamatan, kelurahan dan

seterusnya. Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama

masih dalam satu negara. (migrasi sirkuler dan migrasi commuter).

8. Migrasi Sirkuler (Sirkuler Migration) Yaitu migrasi yang terjadi jika

seseorang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat

tujuan, mungkin hanya mendekati tempat pekerjaan. Mobilitas penduduk

sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas batas

administrasi suatu daerah menuju ke daerah lain dalam jangka waktu

kurang enam bulan.

9. Migrasi Ulang-alik (Commuter) Yaitu orang yang setiap hari

meninggalkan tempat tinggalnya pergi ke kota lain untuk bekerja atau

berdagang dan sebagainya tetapi pulang pada sore harinya.

10. Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration) Yaitu migrasi yang

bedasarkan tempat kelahiran. Migrasi semasa hidup adalah mereka

9
yang pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang

berbeda dengan tempat kelahirannya.

11. Migrasi Risen (Recent Migration) Yaitu menyatakan bahwa seseorang

dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda

dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei.

12. Migrasi Parsial (Partial Migration) Yaitu jumlah migrasi ke suatu daerah

dari satu daerah asal, atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan.

Migrasi itu merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua daerah asal

dan tujuan.

13. Arus Migrasi (Migration Stream) Yaitu jumlah atau banyaknya

perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka

waktu tertentu.

14. Urbanisasi (Urbanization) Yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang

berdiam di daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.

15. Transmigrasi (Transmigration) Yaitu pemidahan dan kepindahan

penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang

ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan

pembangunan negara atau karena alasan yang dipandang perlu oleh

Pemerintah.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi

Menurut Mitchell (1961) sebagaimana dikutip oleh Mantra (2000) bahwa

terdapat beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-orang terikat pada

daerah asal, dan ada kekuatan yang mendorong orang-orang untuk

meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tinggal di

daerah asal disebut dengan kekuatan sentripetal (centripetal forces), misalnya

10
terikat tanah warisan, menunggu orang tua yang lanjut usia, kegotong-royongan,

daerah asal sebagai tempat kelahiran nenek moyang, dan sebaliknya kekuatan

yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal disebut dengan

kekuatan sentrifugal (centrifugal forces), seperti terbatasnya pasaran kerja,

terbatasnya fasilitas pendidikan. Sedangkan Todaro (2003) berpendapat bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi sangat

beragam dan rumit. Lebih jelasnya menurut Todaro (2003), keputusan seseorang

untuk melakukan migrasi selain dipengaruhi oleh faktor ekonomi juga

dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para imigran itu sendiri untuk

melepaskan diri dari kendala-kendala tradisional yang sebelumnya

mengungkung mereka.

2. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam seperti

banjir dan kekeringan.

3. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang

kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan.

4. Faktor-fakor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan

“keluarga besar” sesampainya di perkotaan dan daya tarik “lampu kota

yang terang benderang”.

5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem

pendidikan dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan.

Daerah-daerah tertentu ada cenderung kebiasaan penduduknya apabila

sudah merantau keluar daerah berprinsip tidak akan kembali. Akibatnya

perkembangan wilayah tersebut sangat lamban dikarenakan generasi mudanya

tidak ada yang melanjutkan baik perekonomian, pembangunan dan budaya

11
wilayah tersebut. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap

di suatu daerah atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut, serta ada

pula faktor-faktor lain yang memaksa mereka meninggalkan daerah itu. Lee,

1966; Todaro, 1979, sebagaimana dikemukakan Mantra (1992), dikatakan

bahwa motivasi utama seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Kondisi ini

terjadi karena adanya ketimpangan ekonomi antar berbagai daerah, khususnya

antara desa dan kota. Hal ini dirasakan menjadi pertimbangan rasional, dimana

mobilitas ke kota mempunyai dua harapan, yaitu: memperoleh pekerjaan dan

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di desa.

Kondisi seperti itu mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara desa

dengan kota, sehingga arah pergerakan penduduk juga cenderung ke kota yang

memiliki kekuatan-kekuatan yang relatif besar, yang diharapkan dapat memenuhi

pamrih-pamrih ekonomi mereka.

2.1.7 Faktor-faktor Pendorong dan Penarik Terjadinya Migrasi

Rozy Munir (1981) mengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik sebagai

berikut:

Faktor-faktor pendorong (push factors) yang menyebabkan penduduk

migrasi sebagai berikut :

a. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas

barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperi hasil

tambang, kayu atau bahan dari pertanian.

b. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya di pedesaan)

akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital

intensive).

12
c. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah

asal.

d. Tidak cocok lagi dengan adat/budaya/kepercayaan ditempat asal.

e. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa

mengembangkan karir pribadi.

f. Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau

panjang atau adanya wabah penyakit.

Mitchell (1961) dalam Mantra (2000) mengatakan bahwa kekuatan yang

mengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut dengan kekuatan

sentripetal (centripetal forces), misalnya terikat tanah warisan, menunggu orang

tua yang lanjut usia, dan kegotongroyongan. Sedangkan, kekuatan yang

mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal disebut dengan

kekuatan sentrifugal (centrifugal forces), seperti terbatasnya pasar kerja dan

fasilitas pendidikan.

Faktor-faktor penarik (pull factors) yang menyebabkan penduduk migrasi

antara lain :

a. Adanya rasa superior ditempat yang baru atau kesempatan yang baru

atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.

b. Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik.

c. Kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

d. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya

iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

e. Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.

13
f. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota

kecil.

Menurut Milan J. Titus (1982), faktor-faktor daya tarik yang positif orang

bermigrasi adalah kesempatan kerja yang terdapat dalam sektor sebagai berikut:

1. Sektor pertanian (tidak termasuk pertanian pangan tradisional, meliputi

kolonisasi agraris, perkebunan rakyat)

contoh Sumatera Utara yaitu mengenai rehabilitasi perkebunan,

sedangkan Lampung dan Kalimantan Tengah yaitu Transmigrasi.

2. Sektor Ekstraktif : terutama tambang minyak, dan usaha memperoleh

kayu. Contoh : Kalimantan Timur, Riau, sumatera Utara, dan Selatan yaitu

minyak tanah, bauksit, dan kayu.

3. Sektor sekunder dan tersier, terutama di kota-kota yang telah bertambah

dengan cepat.

2.2 Pendapatan

Pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang

diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga

kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen, serta

pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial

atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Setiap faktor

produksi yang terdapat dalam perekonomian ada dimiliki oleh seseorang.

Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai

balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat

gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga, dan keahlian

14
keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-

masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah

masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang

diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu

barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut (Sukirno, 2002).

2.3 Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja mengandung pengertian besarnya ketersediaan usaha

produksi untuk memperkerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses

produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia

untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja

dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga

dengan kata lain kesempatan kerja juga menunjukkan permintaan terhadap

tenaga kerja (Soedarsono, 1998). Menurut Chotib (2007) banyak kepustakaan

ketenagakerjaan tetap memakai istilah employment tanpa menterjemahkannya

sebagai “kesempatan kerja” yang berarti juga jumlah orang yang bekerja, tanpa

memperhitungkan berapa banyak pekerjaan yang dimiliki tiap orang ataupun

pendapatan jan kerja mereka. Orang awam dalam statistik ketenagakerjaan di

Indonesia, mengartikan istilah “kesempatan kerja sering mengacu pada

lowongan yang tersedia atau dalam bahasa disebut “employment opportunities”.

Padahal dalam status ketenagakerjaan di Indonesia, kesempatan kerja

merupakan terjemahan bagi employment.

Selanjutnya semakin maju kondisi sosial ekonomi dalam suatu wilayah,

maka akan menciptakan berbagai faktor penarik seperti perkembangan industri,

perdagangan, pendidikan, perumahan, transportasi dan lainlain. Keadaan ini

diminati oleh penduduk daerah lain yang berharap dapat memenuhi kebutuhan

15
dan keinginannya di daerah tersebut, disisi lain, daya dorong menyebabkan

sejumlah penduduk melakukan migrasi. Faktor pendorong antara lain

kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan jenisnya, sarana prasararna

pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan

yang kurang baik di daerah pedesaan (Rerungan, 2015).

Kesimpulan di atas dapat diartikan menjadi faktor daya tarik bagi

penduduk migrasi yang menginginkan pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan

ekonominya dengan melihat kesempatan kerja pada daerah yang akan dituju

dengan anggapan mendapatkan pekerjaan.

2.4 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses yang dipakai individu untuk

memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau pengembangan sikap-sikap

ataupun keterampilan-keterampilan (Kartono, 1977,12). Menurut Brubacher

pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan potensi dasar manusia

yang berkaitan dengan moral, intelektual, dan jaminan untuk mencapai tujuan

hidup dalam kerangka sistem sosial (Danim, 2004:25).

Tingkat pendidikan merupakan komposisi penduduk yang diklasifikasikan

berdasarkan keadaan sosial. Ciri penduduk tersebut penting diketahui karena

dapat menggambarkan dasar mengenai keadaan penduduk serta mutunya

sebagai persediaan Sumber Daya Manusia. Komposisi penduduk menurut

tingkat pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang pada gilirannya akan

menentukan tingkat pendapatan dan produktivitasnya. Menurut Ihsan (2011)

tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan

berdasarkan perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran

dan cara penyajian bahan pengajaran.

16
Menurut Gillis (2000) terdapat dua alasan mengapa pendidikan itu

penting, pertama karena banyak permintaan yang tinggi untuk pendidikan, hal ini

terjadi karena banyak masyarakat yang percaya bahwa pendidikan yang tinggi

akan memberikan keuntungan bagi mereka. Kedua, karena banyak hasil

observasi yang menyatakan bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka

pendapatan dan status sosial dimasyarakat akan terangkat. Menurut Kuncoro

(2001:48) berpendapat bahwa bagi orang-orang yang berpendidikan rendah

maka pilihan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluargannya sangat

terbatas.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan

merupakan suatu proses diamana individu maupun masyarakat agar dapat

mengembangkan potensi dasar pengetahuan untuk memperoleh keterampilan

maupun kemampuan dalam mencapai tujuan hidup.

2.5 Kepemilikan Lahan

2.6 Landasan Empiris

2.6.1 Hubungan Pendapatan dengan Migrasi Masuk

Pendapatan merupakan hak para pekerja, yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi para

pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan. Pendapatan merupakan masalah

yang sangat krusial dalam bidang ketenagakerjaan dan bahkan tidak

berprofesional dalam penangani masalah pendapatan, maka sering berpotensi

timbulnya perselisihan dan mendorong timbulnya unjuk rasa. Penanganan

17
pendapatan tidak hanya menyangkut aspek ekonomis saja tetapi juga aspek

hukum (Khakim, 2006).

Todaro (2000) menyimpulkan bahwa keputusan untuk bermigrasi

tergantung pada selisih tingkat pendapatan yang diharapkan di daaerah tujuan

daripada pendapatan didaerah asal. Faktor pendapatan merupakan alasan

utama yang mempengaruhi penduduk di daerah asal melakukan migrasi sirkuler.

2.6.2 Hubungan Kesempatan Kerja dengan Migrasi Masuk

Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang

mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut

secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk

usia 15 tahun keatas yang bekerja atau disebut pula pekerja. Kesempatan kerja

termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk migran suatu

daerah (Aidia, 2011).

Mulyadi (2003) bahwa menurut pandangan keynes migrasi terjadi karena

adanya lowongan pekerjaan. Tingkat kesempatan kerja merupakan peluang

seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja untuk bisa terserap dalam pasar

kerja atau dapat bekerja. Semakin besar angka TKK, semakin baik pula kondisi

ketenagakerjaan dalam suatu wilayah. Todaro (1983) mengemukakan bahwa

keputusan seseorang untuk melakukan migrasi merupakan respon dari harapan

untuk memperoleh kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih baik. Menurut

Todaro, sektor modern di perkotaan merupakan sektor penarik utama migrasi

tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja terampil.

18
2.6.3 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Migrasi Masuk

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya

manusia, memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan

nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan

berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi yaitu tenaga kerja,

agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya, sehingga

dpatmendorong output yang bermuara pada kesejahteraan penduduk (Mulyadi ,

2003 : 57).

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjelaskan

migrasi. Pertama, pendidikan dapat menjadi alasan bagi seseorang untuk

melakukan migrasi. Kedua, tingkat pendidikan seseorang dapat menjadi faktor

penentu seseorang melakukan migrasi. Todaro (2006: 466) menyimpulkan

bahwa ada korelasi yang positif terhadap kesempatan memperoleh pendidikan

dan migrasi. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak

melakukan migrasi daripada yang pendidikannya lebih rendah. Hal ini didasarkan

pada seseorang yang berpendidikan tinggi akan menghadapi selisih tingkat upah

yang lebih tinggi, disamping itu juga memiliki peluang lebh besar mendapatkan

pekerjaan di sektor modern yang berpendapatan tinggi tersebut. Sehingga

secara umum menunjukkan bahwa tingkat partisipasi migrasi meningkat dengan

meningkatnya tingkat pendidikan.

Schewel and Fransen (2018) menyatakan bahwa pendidikan formal

mempengaruhi kaum muda untuk melakukan migrasi ke tempat lain, dengan

harapan mencapai pekerjaan profesional atau peluang pendidikan lebih lanjut.

19
2.7 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini di perlukan adanya kajian

dari beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya.

2.8 Definisi Konseptual

Definisi konseptual bertujuan untuk menerangkan pengertian variabel

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari

suatu tempat ke tempat lain melewati batas adminitratif (migrasi internal)

atau atas politik/Negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi

diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah

ke daerah lain (Suharto,2011:136).

2. Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva

sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya)

selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan

jasa, dan aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral

entitas yang sedang berlangsung (Dyckman, 2002:234).

3. Kesempatan kerja merupakan sebuah fungsi daripada perekonomian

untuk mencapai pendapatan besar maka kesempatan bekerja juga akan

meningkat dan apabila pendapatan rendah maka kesempatan bekerja

akan menurun (Herlambang, 2001:192).

4. Tingkat pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku, pematangan

kognitif, dan pembekalan kemampuan dan keterampilan bagi peserta

didik (Danim, 2006:24).

5. Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang

terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-

20
sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang

sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Worosuprojo, 2007).

2.9 Kerangka Konsep

Pendapatan
(X1)

Kesempatan Kerja
(X2)
Migrasi Masuk
(Y)

Tingkat Pendidikan
(X3)

Kepemilikan Lahan
(X4)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.10 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap suatu

permasalahan yang ada. Tingkat kebenaran masih diuji secara empiris.

Berdasarkan penelitian terdahulu, rumusan masalah, kerangka teori dan

kerangka konsep, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap migrasi masuk di Kota

Bontang.

2. Kesempatan kerja berpengaruh signifikan terhadap migrasi masuk di Kota

Bontang.

21
3. Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap migrasi masuk di Kota

Bontang.

4. Kepemilikan lahan berpengaruh signifikan terhadap migrasi masuk di Kota

Bontang.

22

Anda mungkin juga menyukai