Leo)
Menurut Everet S. Leo migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara
permanen atau semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun
sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau terpaksa. Jadi migrasi adalah gerakan
penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Tanpa
mempersoalkan jauh dekatnya perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat
asal, tempat tujuan dan bermacam-macam rintangan yang menghambat.. Faktor jarak merupakan
faktor yang selalu ada dari beberapa faktor penghalang.
Dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap di suatu
tempat atau menarik orang untuk pindah ketempat itu. Beberapa factor mempunyai pengaruh yang
sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada factor yang mempunyai pengaruh berbeda terhadap
seseorang. Perbedaan sikap antara setiap migrant dan calon migrant terdapat factor positif dan
factor negative, yang terdapat baik ditempat asal maupun tujuan. Faktor positif (+) daerah asal
berarti mempunyai daya dorong terhadap seseorang untuk pergi meninggalkan daerah tersebut,
sebaliknya faktor positif di daerah tujuan berarti mempunyai daya tarik terhadap seseorang untuk
datang ke daerah tersebut. Sedangkan faktor negatif (-) di daerah asal akan berfungsi sebagai
penghambat seseorang untuk pindah ke daerah lain. Begitupula faktor negatif (-) di daerah tujuan
adalah faktor yang tidak disenangi oleh seseorang, demgam demikian juga akan menghambat
masuknya seseorang ke daerah tersebut. Faktor netral (0) pada dasarnya tidak berpengaruh
terhadap seseorang untuk bermigrasi. Penilaian seseorang terhadap suatu faktor tertentu dapat
positif (+), negatif (-), atau netral (0). Hal ini bergantung kepada keadaan pribadi orang tersebut
yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kebutuhan dan sifat-sifat pribadi. Begitu pula
persepsi seseorang terhadap factor penghalang berbeda-beda dengan orang lain. Beberapa jenis
penghalang adalah jarak, penghalang alami, biaya perjalanan, peraturan atau undang-undang
imigrasi, dan besarnya anggota keluarga.
3. Teori Gravitasi
Ravenstein (1889) menguraikan pendapatnya tentang migrasi yang disusun dalam hukum-
hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang. diantaranya adalah semakin jauh jarak, semakin
berkurang volume migran. Teori ini dikenal sebagai distance-decay theory. setiap arus migrasi
yang benar, akan menimbulkan arus balik sebagai penggantinya. adanya perbedaan desa dengan
kota akan mengakibatkan timbulnya migrasi. wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang
dekat letaknya. kemajuan teknologi akan meningkatkan intensitas migrasi. motif utama migrasi
adalah ekonomi. Teori-teori Ravenstein tersebut ternyata masih relevan sampai sekarang,
meskipun sudah satu abad yang lalu. Norris mengembangkan lebih lanjut hokum ravenstein dan
teori Lee, dengan memasukkan factor kesempatan antara (intervening opportunities) yang terdapat
diantara daerah asal dan daerah tujuan. Norris berpendapat bahwa fenomena migrasi merupakan
interaksi keruangan, yaitu interaksi antara daerah asal dan daerah tujua. Namun juga diakui akan
pentingnya faktor penghalang yang terdapat diantara daerah asal dan daerah tujuan.
7. Teori Todaro
Todaro mengasumsikan bahwa keputusan migrasi adalah merupakan fenomena ekonomi
yang rasional. Model todaro merumuskan bahwa migrasi berkembang karena perbedaan antar
pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di pedesaan dan di perkotaan. Anggapan yang
mendasar adalah bahwa para migrant tersebut memperhatikan berbagai kesempatan kerja yang
tersedia bagi mereka dan memilih salah satu yang bisa memaksimumkan manfaat yang mereka
harapkan dari bermigrasi tersebut. Manfaat-manfaat yang diharapakan dietntukan oleh perbedaan-
perbedaan nyata antara kerja di desa dan di kota serta kemungkinan migrasi tersebut untuk
mendapatkan kerja di kota.
Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik actual maupun potensial,
memperbadingkan pendapatan yang mereka “harapkan” di perkotaan pada suatu waktu tertentu
dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di pedesaan. Akhirnya mereka melakukan migrasi
jika pendapatan yang ‘diharapkan” di kota lebih besar daripada pendapatan rata-rata di pedesaan.
10. Ogue
Migrasi didefinisikan sebagai perubahan tempat kediaman yang menyangkut terjadinya
perubahan menyeluruh yang disertai dengan penyesuaian dari orang yang pindah ke lingkuangan
masyarakat yang baru.
Model gravitasi keruangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui pola pergerakan
penduduk dari sudut pandang geografi. Model ini berdasarkan kajian dari Ravenstein (1885) yang
menyatakan bahwa volume migrasi bergantung pada jarak. Migrasi cenderung menempuh jarak
dekat dan untuk migrasi jarak jauh pada umumnya menuju pusat-pusat ekonomi penting.
Ravenstein juga menyatakan bahwa keberadaan transportasi, kawasan industri, dan perdagangan
menyebabkan frekuensi migrasi meningkat dan pengambilan keputusan migrasi terutama didorong
oleh motif ekonomi.
Pergerakan migrasi tersebut tidak bisa terlepas dari konsep Hukum Gravitasi Newton (1687).
Mengacu pada konsep ini, migrasi terjadi karena tarik-menarik antara dua wilayah atau lebih dan
besarnya berbanding lurus dengan massa (jumlah migran) dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak diantara keduanya.
Faktor jarak menurut Ravenstein merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan migrasi
penduduk. Kemudian hal ini juga didukung oleh faktor pendorong dan penarik migrasi yang
diungkapkan oleh Lee (1966) bahwa volume migrasi dipengaruhi oleh kondisi daerah asal dan
tujuan. Dalam hal ini, daerah asal dapat berbentuk faktor yang mendorong migrasi atau menahan
untuk tidak pindah. Sementara itu, daerah tujuan merupakan faktor yang menyebabkan orang
tertarik untuk datang. Salah satu faktor pendorong dan penarik dalam migrasi adalah faktor
ekonomi dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Seseorang dianggap akan berpindah ke daerah yang
memiliki faktor penarik lebih tinggi.
Dalam teori Lee, jarak merupakan variabel rintangan antara (intervening variable), yaitu
perhitungan mengenai jarak antara kedua daerah yang melibatkan faktor biaya perjalanan, tingkat
kesulitan medan, dan lama perjalanan. Faktor jarak akan selalu ada dalam proses migrasi, namun
tidak selalu menjadi penghalang karena seiring perkembangan zaman sudah semakin maju
transportasi, teknologi informasi, dan komunikasi. Bahkan, pengaruh jarak terhadap migrasi sudah
mengalami degradasi dari waktu ke waktu dan dapat diabaikan (Bodvarsson & Van den Berg,
2013).
Penduduk merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan suatu daerah. Penduduk di suatu
daerah selain terdiri dari penduduk setempat juga terdapat penduduk migran. Batasan seseorang
dikatakan migran menurut konsep BPS yaitu sudah bermukim di tempat tinggalnya selama
minimal 6 bulan berturut-turut. Migrasi penduduk sendiri merupakan salah satu komponen yang
akan mempengaruhi sruktur penduduk di suatu wilayah (Mantra, 2000). Proses migrasi akan
memberikan dampak dan perkembangan menyeluruh di suatu daerah, baik secara ekonomi, sosial,
budaya, maupun politik.
Persentase migran di daerah tujuan bisa memberikan dampak dari dua sisi, yaitu menguntungkan
dan merugikan. Dampak yang menguntungkan akan terjadi apabila migran tersebut menjadi
bagian dari modal kapital tenaga kerja yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di daerah tersebut. Migran, terutama mereka yang berpendidikan tinggi, dalam
konteks pembangunan wilayah dapat berperan sebagai pendorong investasi pembangunan di
daerah tujuan. Migrasi masuk migran berpendidikan dan berketerampilan ini dapat meningkatkan
supply modal manusia yang dapat diserap oleh pasar tenaga kerja setempat, sehingga dapat
meningkatkan daya saing wilayah tersebut (Corcoran dkk., 2010; Winters, 2011). Sebaliknya,
migran bisa saja menjadi beban bagi daerah tersebut saat migran menjadi beban sosial wilayah
karena tidak produktif.
7 (Tujuh) Butir Hukum migrasi dari Ravenstein Dalam makalahnya yang berjudul royal statistical
society
1.Migrasi dan Jarak
a.Migrasi cenderung menempuh jarak dekat,dan apabila daerah tujuan semakin jauh,frekuensi
migran menuju kedaerah tersebut semakin kecil.
b.Migran yang menempuh jarak jauh umumnya menuju kepusat-pusat perdagangan dan industri
yang penting.
2.Migrasi Bertahap
a.pada umumnya arus migrasi menuju ke pusat-pusat industri dan perdagangan yang dapat
menyerap para migaran.
b. penduduk perdesaan yang berbatasan dengan kota (yang tumbuh dengan cepat)berbondong-
bondong menuju kekota tersebut.turunnya jumlah penduduk diperdesaan sebagai akibat migrasi
kekota akan diganti oleh migran dari daerah- daerah yang letaknya lebih jauh.hal ini akan terus
berlangsung hingga daya tarik salah satu dari kota-kota yang bertumbuh cepat itu tahap demi tahap
terasa pengaruhnya di pelosok-pelosok wilayah yang sangat terpencil.
c.proses penyebaran adalah kebalikan dari daya penyerapan, (makin tinggi daya serap suatu
tempat,semakin sedikit arus migrasi keluar dari tempat itu)
3.Arus dan Arus Balik
Setiap arus migrasi menimbulkan arus balik sebagai penggantinya ataua menurut ravenstein tiap
arus migrasi akan menimbulkan arus balik.
4.Ada Perbedaan Antara Penduduk Perkotaan Dan Perdesaan Dalam Minat Bermigrasi.
Penduduk perkotaan kurang berminat bermigrasi jika dibandingkan dengan penduduk perdesaan
(hal ini disebabkan kebutuhan-kebutuhan penduduknya sebagian besar dapat dipenuhi
diperkotaan)
5.Kebanyaka Perempuan Lebih Suka Melakukan Migrasi Kedaerah-Daerah Yang Dekat.
Perempuan yang melakukan migrasi kedaerah yang dekat rupa-rupanya lebih besar jumlahnya
daripada laki-laki (tugas perempuan disamping mengurus rumah tangga,juga memelihara
hubungan baik dengan tetangga,mengasuh anak sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
migrasi jarak jauh)
6.Teknologi dan Migrasi
Menurut Ravenstein peningkatan sarana perhubungan,perkembangan industri,dan perdagangan
menyebabkan frekuensi migrasi meningkat.
7.Motif Ekonomi Merupakan Dorongan Utama
Undang-undang yang menindas suatu negara,pajak yang tinggi,iklim yang tidak
menarik,lingkungan masyarakat yang tidak menyenangkan,dan pemaksaan (perdagangan
budak,perpindahan)semuanya itu dari dahulu hingga sekarang menimbulkan arus migrasi keluar
dari wilayah tersebut.akan t etapi,volume migrasi karena paksaan ini tidak dapat dibandingkan
dengan volume migrasi yang didorong oleh keinginan untuk memperbaiki kehidupannya dalam
bidang ekonomi.
HUKUM MIGRASI DI INDONESIA
- Undang-undang No.6 tahun 2011 tentang Keimigrasian
- Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang
No.6 tahun 2011 tentang keimigrasian
- Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2014 tentang Jenis dan tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang berlaku pada Kementerian Hukum dan HAM
- Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 27 Tahun 2014 tentang Prosedur Teknis
Pemberian, Perpanjangan, Penolakan, Pembatalan, dan Berakhirnya IK, ITAS dan ITAP
Serta Pengecualian Dari Kewajiban Memiliki Ijin Tinggal
- Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 43 tahun 2015 tentang Prosedur Teknis alih
Status Izin Tinggal Kunjungan menjadi Izin Tinggal Terbatas dan Alih Status Izin Tinggal
Terbatas menjadi Izin Tinggal Tetap
- Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 24 tahun 2016 tentang Prosedur Teknis
Permohonan dan Pemberian Visa Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas
PERMOHONAN VISA
- Setiap Orang Asing yang masuk ke Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan
masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan peruundang-
undangan;
- Setiap Orang Asing yang masuk ke Indonesia hanya memiliki 1 (satu) Visa;
- Pemberian Visa merupakan kewenangan Menteri dilaksanakan oleh Direktur Jenderal;
- Visa yang diberikan berdasarkan Indeks Visa
- Visa diberikan berdasarkan permohonan
- Permohonan secara elekronik dilakukan melalui Sistem Informasi Manajemen
Keimigrasian
CONTOH KASUS
- Orang Asing harus membayar Overstay akibat ketidaktahuannya kapan Izin Tinggalnya
berakhir, maka sponsor harus memiliki data yang lengkap dan harus menyampaikan
informasi berakhirnya Izin Tinggal Keimigrasian kepada Orang Asing yang disponsori;
terjadi saat orang asing mau meninggalkan Indonesia.
- Ada orang asing yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan peruntukan Izin Tinggal
yang diberikannya tanpa sepengetahuan pihak sponsor;
Konvensi Internasional Tentang Perlindungan Seluruh Hak Buruh Migran dan Para
Anggota Keluarga Mereka
Konvensi ini merupakan sebuah traktat multilateral yang memerintahkan perlindungan
buruh migran dan keluarganya. Ditandatangani pada 18 December 1990, konvensi tersebut
diterapkan pada 1 Juli 2003 setelah jumlah negara yang meratifikasi mencapai 20 negara pada
Maret 2003. Komite terhadap Buruh Migran memantau penerapan konvensi tersebut, dan
merupakan salah satu dari tujuh badan traktat hak asasi manusia terkait PBB.
Pada 2005, jumlah migran internasional berjumlah antara 185 dan 192 juta. Jumlah ini
mewakili sekitar tiga persen penduduk dunia, berbanding dengan populasi Brasil. Hampir seluruh
negara mengalami migrasi, entah itu mengirim, transit, atau datang ke negara-negara, atau
kombinasi dari ketiganya. Migrasi internasional menjadi fitur intrinsik dari globalisasi.
Pada Mei 2015, 28 negara berikut ini meratifikasi Konvensi tersebut: Albania, Argentina,
Aljazair, Azerbaijan, Bangladesh, Belize, Bolivia, Bosnia dan Herzegovina, Burkina Faso,
Tanjung Verde, Chili, Kolombia, Timor Leste, Ekuador, Mesir, El Salvador, Ghana, Guatemala,
Guyana, Guinea, Honduras, Indonesia, Jamaika, Kirgizstan, Lesotho, Libya, Madagaskar, Mali,
Mauritania, Meksiko, Maroko, Mozambik, Nicaragua, Niger, Nigeria, Paraguay, Peru, Filipina,
Rwanda, Senegal, Seychelles, Sri Lanka, Saint Vincent and the Grenadines, Suriah, Tajikistan,
Turki, Uganda dan Uruguay.