Anda di halaman 1dari 4

TEORI TENTANG MIGRASI

1. Teori Dorong-Tarik (Everet S. Leo)


Menurut Everet S. Leo migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat
tinggal secara permanen atau semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada
jarak perpindahan maupun sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau
terpaksa. Jadi migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Tanpa mempersoalkan jauh dekatnya
perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan
dan bermacam-macam rintangan yang menghambat. Faktor jarak merupakan faktor
yang selalu ada dari beberapa faktor penghalang.
Dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk
menetap di suatu tempat atau menarik orang untuk pindah ketempat itu. Beberapa
factor mempunyai pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada
factor yang mempunyai pengaruh berbeda terhadap seseorang. Perbedaan sikap antara
setiap migrant dan calon migrant terdapat factor positif dan factor negative, yang
terdapat baik di tempat asal maupun tujuan. Faktor positif (+) daerah asal berarti
mempunyai daya dorong terhadap seseorang untuk pergi meninggalkan daerah
tersebut, sebaliknya faktor positif di daerah tujuan berarti mempunyai daya tarik
terhadap seseorang untuk datang ke daerah tersebut. Sedangkan faktor negatif (-) di
daerah asal akan berfungsi sebagai penghambat seseorang untuk pindah ke daerah
lain. Begitu pula faktor negatif (-) di daerah tujuan adalah faktor yang tidak disenangi
oleh seseorang, dengan demikian juga akan menghambat masuknya seseorang ke
daerah tersebut. Faktor netral (0) pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap seseorang
untuk bermigrasi. Penilaian seseorang terhadap suatu faktor tertentu dapat positif (+),
negatif (-), atau netral (0). Hal ini bergantung kepada keadaan pribadi orang tersebut
yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kebutuhan dan sifat-sifat pribadi.
Begitu pula persepsi seseorang terhadap factor penghalang berbeda-beda dengan
orang lain. Beberapa jenis penghalang adalah jarak, penghalang alami, biaya
perjalanan, peraturan atau undang-undang imigrasi, dan besarnya anggota keluarga.
2. Teori Gravitasi Zipl-Zipl
Teori mengemukakan suatu model gravitasi klasik dalam kaitannya dengan
migrasi. Dikatakan bahwa jumlah migran di antara dua tempat adalah berbanding
lurus dengan hasil kali jumlah penduduk dua tempat tersebut dan berbanding terbalik
dengan jarak transportasi terpendek antara dua tempat itu. Secara matematis formula
Zipf adalah sebagai berikut :
Pi . Pj Mij = K Dij
Dimana :
Mij = jumlah migran suatu tempat antara i-j
Pi = Jumlah penduduk tempat i
Pj = Jumlah penduduk tempat j
Dij = Jarak transportasi terdekat antara tempat i dan j.
Lowry dan Rogers (dalam Jones 1981, 214) mengadakan modifikasi formula
Zipf dengan memasukkan unsure pendapatan perkapita, tingkat pengangguran dan
jumlah angkatan kerja, sehingga formula itu seperti tersebut di bawah ini :
Ui WSi LFi . LFj Mij = k . Ui WSj Dij
Dimana :
Mij = jumlah migran suatu tempat i ke j
U = tingkat pengangguran
LF = angkatan kerja
WS = income perkapita
Dij = jarak antara tempat i dan j
Teori Zipf serta Lowry dan Rogers yang matematis itu hanya dipergunakan
untuk menghitung jumlah migran antara dua tempat. Namun begitu teori ini
mangabaikan factor yang penting artinya bagi intensitas migrasi yaitu informasi
daerah tujuan dan hubungan dengan kawan atau famili yang telah tinggal lebih dahulu
di daerah tujuan. Untuk Indonesia hal ini sangat besar peranannya sebab beradanya
kawan atau famili di daerah tujuan mendorong seseorang untuk meninggalkan
daerahnya.
3. Teori Gravitasi Ravenstein
Ravenstein (1889) menguraikan pendapatnya tentang migrasi yang disusun
dalam hukum-hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang. Di antaranya adalah
semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran. Teori ini dikenal sebagai
distance-decay theory. Setiap arus migrasi yang benar, akan menimbulkan arus balik
sebagai penggantinya. Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan
timbulnya migrasi. Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat
letaknya. Kemajuan teknologi akan meningkatkan intensitas migrasi. Motif utama
migrasi adalah ekonomi. Teori-teori Ravenstein tersebut ternyata masih relevan
sampai sekarang, meskipun sudah satu abad yang lalu. Norris mengembangkan lebih
lanjut hukum Ravenstein dan teori Lee, dengan memasukkan factor kesempatan
antara (intervening opportunities) yang terdapat di antara daerah asal dan daerah
tujuan. Norris berpendapat bahwa fenomena migrasi merupakan interaksi keruangan,
yaitu interaksi antara daerah asal dan daerah tujuan. Namun juga diakui akan
pentingnya faktor penghalang yang terdapat di antara daerah asal dan daerah tujuan.
4. Teori migrasi Jones (1981)
Dalam bukunya Jones mendiskripsikan bahwa migrasi merupakan salah satu
proses modernisasi. Jones juga berpendapat bahwa meningkatnya modernisasi tidak
saja akan menarik penduduk dari daerah lain tetapi juga akan mempertinggi motivasi
penduduk di daerah itu untuk bermigrasi, karena semakin meningkatnya pendidikan
sarana transportasi dan komunikasi. Hal ini terjadi karena untuk bermigrasi sarananya
semakin mudah dengan adanya perkembangan di bidang teknologi transportasi dan
juga teknologi komunikasi.
5. Teori Ida Bagus Mantra (1978)
Dalam kesimpulan hasil penelitiannya di Yogyakarta memperkuat pendapat
bahwa aspek ekonomi merupakan alasan utama dari migrasi. Ia mengatakan bahwa
rata-rata pemilikan tanah pertanian di daerah penelitiannya di Kadirojo sebesar 0,126
ha., sedangkan di Piring sebesar 0,086 ha/keluarga. Sempitnya tanah pertanian
mendorong penduduk pergi meninggalkan desanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
factor ekonomi adalah alasan utama orang bermigrasi.
6. Teori Lewis Fei Ranis
Dalam model ini ekonomi yang belum berkembang terdiri dari dua sektor,
yaitu: Sektor subsistem pertanian yang tradisional dengan ciri produktivitas nol atau
rendah sekali. Sektor industri modern di kota dengan produktivitas tinggi yang mana
tenaga kerjanya merupakan transfer secara gradual dari sektor subsistem Jumlah
transfer tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan
perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja
berkaitan dengan perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan
lapangan kerja ini bergantung kepada besarnya investasi. Diasumsikan bahwa semua
keuntungan yang diperoleh, diinvestasikan kembali, dan upah buruh adalah tetap,
dalam arti bahwa upah buruh di sektor industri lebih tinggi dari upah buruh rata-rata
di sector pertanian. Dalam keadaan seperti ini pasaran tenaga kerja yang berasal dari
desa akan sangat longgar (perfecky elastic).
7. Teori Todaro
Todaro mengasumsikan bahwa keputusan migrasi adalah merupakan
fenomena ekonomi yang rasional. Model Todaro merumuskan bahwa migrasi
berkembang karena perbedaan antar pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di
pedesaan dan di perkotaan. Anggapan yang mendasar adalah bahwa para migrant
tersebut memperhatikan berbagai kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka dan
memilih salah satu yang bisa memaksimumkan manfaat yang mereka harapkan dari
bermigrasi tersebut. Manfaat-manfaat yang diharapakan dietntukan oleh perbedaan-
perbedaan nyata antara kerja di desa dan di kota serta kemungkinan migrasi tersebut
untuk mendapatkan kerja di kota.
Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik actual
maupun potensial, memperbadingkan pendapatan yang mereka “harapkan” di
perkotaan pada suatu waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di
pedesaan. Akhirnya mereka melakukan migrasi jika pendapatan yang “diharapkan” di
kota lebih besar daripada pendapatan rata-rata di pedesaan.
8. Teori Shryk and Siegel
Migrasi adalah suatu bentuk mobilitas geografi atau mobilitas keruangan yang
menyangkut perubahan tempat kediaman secara permanent antar unit-unit geografi
tertentu.
9. Teori Standing and Mantra
Migrasi merupakan perubahan tempat tinggal yang melampaui batas-batas
wilayah yang telah ditetapkan selama satu atau dua tahun dari satu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
10. Teori Ogue
Migrasi didefinisikan sebagai perubahan tempat kediaman yang menyangkut
terjadinya perubahan menyeluruh yang disertai dengan penyesuaian dari orang yang
pindah ke lingkungan masyarakat yang baru.

Anda mungkin juga menyukai