Fifin Ardiyanti
190231100168
Jurusan Ekonomi Pembangunan, FEB Universitas Trunojoyo Madura
Abstrak
Terjadinya mobilitas penduduk akibat populasi penduduk yang padat bisa disebabkan
oleh perbedaan geografi sebuah wilayah dan sumber daya yang dihasilkan juga berbeda.
Mobilitas menjadi bagian dari pembangunan karena penduduk asal akan menuju ke daerah
yang perekonomiannya lebih tinggi. Penduduk meninggalkan daerah asalnya yang kurang
memberikan penghidupan yang layak atau pendapatan yang minim. Hal tersebut juga biasa
dikenal dengan “migrasi tenaga kerja”. Fenomena migrasi tenaga kerja tidak hanya terjadi
dari pedesaan ke perkotaan atau dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Namun,
migrasi tenaga kerja juga terjadi di sektor sesama non pertanian. Oleh karena itu, perlunya
kita mengetahui faktor penyebab terjadinya migrasi itu sendiri. Penulisan ini bertujuan untuk
menganalisis faktor- faktor yang menjadi penyebab migrasi tenaga kerja. Metode penulisan
dengan menggunakan metode eksplorasi artikel atau jurnal ilmiah melalu pemetaan atau
review dari beberapa artikel atau jurnal ilmiah. Temuan ini menunjukkan bahwa Migrasi
tenaga kerja disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, umur, status perkawinan, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan untuk
faktor lahan kepemilikan tidak berpengaruh signifikan artinya bahwa ada atau tidaknya lahan
kepemilikan tidak semuanya menjadi penyebab terjadinya migrasi tenaga kerja.
Kata Kunci: Faktor penyebab, Migrasi, Tenaga Kerja.
LATAR BELAKANG
Dinamika kependudukan berasal dari dinamika kelahiran, kematian, perpindahan
penduduk (migrasi), dan juga pertumbuhan penduduk. Ketika angka pertumbuhan penduduk
tinggi, maka jumlah angkatan kerja juga akan semakin tinggi. Namun, jika pertumbuhan
angkatan kerja yang tinggi tidak sebanding dengan penyediaan lapangan kerja akan
menyebabkan tingkat pengangguran yang semakin besar. Hal itulah yang menyebabkan
terjadinya mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk merupakan fenomena yang sering kita
lihat dan kita dengar. Mobilitas penduduk merupakan proses yang terjadi secara alamiah
dimana terjadi perpindahan tenaga kerja yang biasanya dari sektor pertaniah di suatu daerah
ke sektor industri di daerah yang daya serapnya lebih tinggi. Terjadinya mobilitas penduduk
akibat populasi penduduk yang padat bisa disebabkan oleh perbedaan geografi sebuah
wilayah dan sumber daya yang dihasilkan juga berbeda. Mobilitas menjadi bagian dari
pembangunan karena penduduk asal akan menuju ke daerah yang perekonomiannya lebih
tinggi. Penduduk meninggalkan daerah asalnya yang kurang memberikan penghidupan yang
layak atau pendapatan yang minim. Hal tersebut juga biasa dikenal dengan “migrasi tenaga
kerja”.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang begitu
besar. Dari data BPS, diketahui jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 sebesar 270,20
juta jiwa dengan penduduk yang tinggal di perkotaan sekitar 56,7% atau lebih dari 150 juta
jiwa. Artinya lebih padat penduduk yang tinggal di perkotaan. Hal ini bisa jadi disebabkan
banyak penduduk pedesaan yang bermigrasi ke perkotaan. Pembangunan dan perbaikan
perekonomian sektor industri di daerah perkotaan yang begitu pesat dengan pemberian upah
yang lebih tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat menarik penduduk untuk
melakukan mobilitas ke daerah perkotaan. Mobilitas tenaga kerja cenderung bergerak dari
daerah yang tingkat upahnya lebih rendah menuju daerah yang tingkat upahnya lebih tinggi
ketika ada lowongan kerja. selain itu, usia tenaga kerja yang produktif membuat mereka aktif
dalam mencari pekerjaan yang lebih baik.
Pola migrasi di negara Indonesia didominasi dengan pemasukan tenaga kerja ke
daerah- daerah tertentu saja, seperti kota- kota besar dengan banyaknya industrialisasi.
Kebanyakan mereka berpindah dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Fenomena
tersebut menggambarkan bahwa di negara Indonesia, perkembangan ekonomi masih terpusat
di daerah tertentu saja. Karena pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan berkembang pesat
sedangkan pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah di pedesaan masih berjalan lambat.
Hal itulah yang menyebabkan adanya ketimpangan ekonomi antara penduduk desa dan kota.
Proses migrasi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian terjadi karena kurang
menariknya kehidupan di desa sehingga sektor pertanian oleh angkatan kerja muda
kehilangan daya tarik secara drastis.
Fenomena migrasi tenaga kerja tidak hanya terjadi dari pedesaan ke perkotaan atau
dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Namun, migrasi tenaga kerja juga terjadi di
sektor sesama non pertanian, misal perpindahan tenaga kerja dari perusahaan di wilayah A ke
perusahaan di wilayah B karena motif mencari upah yang lebih tinggi atau motif sosial
ekonomi lainnya. Berbeda dengan kelahiran atau kematian yang hanya terjadi sekali, tetapi
migrasi dapat dilakukan berkali-kali. Dan sampai saat ini, migrasi tenaga kerja sering terjadi
di Indonesia. Oleh karena itu, perlunya kita memperhatikan dari pola migrasi tenaga kerja itu
sendiri apakah memberikan dampak positif atau bahkan dampak negatif. Sehingga perlu
mengetahui faktor penyebab terjadinya migrasi itu sendiri untuk mengevaluasi bagaimana
seorang tenaga kerja melakukan migrasi didaerah tujuan, apakah hanya sekedar mencari mata
pecaharian atau mencari pendapatan yang lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya dan
sebagainya.
STUDI LITERATUR
1.1 Landasan Teori
1.1.1 Konsep Migrasi
Menurut Rozy Munir (1981), dalam bukunya yang berjudul Dasar-
dasar Demografi, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan
menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik atau negara
atau batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara.
Dapat disimpulkan, migrasi merupakan perpindahan penduduk dari
suatu wilayah ke wilayah lain yang bersifat relatif permanen. Migrasi menjadi
faktor ke tiga yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk setelah dinamika
kelahiran dan kematian. Sehingga dalam telaahnya, ada dua dimensi yang
diperhatikan yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Dalam dimensi waktu
biasanya dilihat dari sensus penduduk, sedangkan dalam dimensi daerah
dibedakan menjadi perpindahan lokal (masih dalam satu negara) dan
perpindahan penduduk ke negara lain (migrasi internasional).
1.1.2 Tenaga Kerja
Menurut Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa. Tenaga kerja adalah
jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpastisipasi dalam aktivitas tersebut.
Menurut Payaman Sumanjutak (2001), tenaga kerja mencakup
penduduk yang sudah dan sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan
yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan
kerja mencakup golongan yang bekerja, golongan yang menganggur dan
mencari kerja. sedangkan, kelompok yang bukan angkatan keja mencakup
golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan
golongan lain-lain atau yang menerima menerima pendapatan.Tenaga kerja
menjadi faktor produksi yang sangat penting disamping sumber daya alam,
modal, dan teknologi. Tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja
yang berusia 15-64 tahun.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi. Metode tersebut menggunakan
pendekatan studi literatur dari berbagai sumber artikel dan jurnal yang berkaitan dengan
migrasi tenaga kerja dan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap migrasi tenaga kerja.
Sumber referensi yaitu berupa beberapa artikel dan jurnal ilmiah yang dipublikasikan yang
berkaitan dengan pembahasan tulisan ini. Penelitian- penelitian terdahulu sangat penting,
karena berfungsi sebagai pijakan dalam penyusunan penulisan ini. Kegunaannya yaitu untuk
mengetahui hasil analisis yang telah dilaksanakan oleh penelitian terdahulu terkait faktor-
faktor yang mempengaruhi migrasi tenaga kerja di beberapa wilayah Indonesia.
PEMBAHASAN
Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi segala kebutuhannya. Manusia akan
selalu tergerak dalam motif ekonomi. Mereka yang bersedia dan mampu bekerja untuk
menerima bayaran yaitu dalam bentuk upah disebut dengan tenaga kerja. Ketika tenaga kerja
ingin memenuhi kebutuhannya juga keluarganya, maka ia akan dihadapkan dengan realita
untuk memenuhi standar kriteria pendapatan tertentu. Tenaga kerja akan selalu mencari
pekerjaan dengan pendapatan yang sesuai. Hal itulah yang menyebabkan tenaga kerja
melakukan migrasi. Tetapi, pada dasarnya faktor penentu migrasi tenaga kerja tidak hanya
disebabkan oleh faktor pendapatan atau upah melainkan terdapat faktor- faktor lain yang
menyebabkan tenaga kerja memilih untuk melakukan migrasi kerja.
Dalam pembangunan ekonomi suatu negara juga bisa menyebabkan distribusi
pendapatan penduduk memburuk. Indonesia merupakan negara berkembang yang
berpenduduk padat. Dengan adanya pembangunan ekonomi ditambah banyaknya penduduk
maka hal tersebut juga bisa berdampak pada ketimpangan kesempatan kerja dan pendapatan.
Sehingga, penduduk akan melakukan migrasi demi memperbaiki financial nya. Fenomena
migrasi tenaga kerja sering kita dengar yaitu migrasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian. Selain hal tersebut, migrasi juga terjadi ke industrialisasi dengan upah
yang tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya migrasi tenaga kerja
diantaranya, faktor tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
status pernikahan, umur, dan kepemilikan lahan.
Faktor pertama yaitu mengenai tingkat pendapatan. Pendapatan atau upah yang
semakin tinggi akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi. Ia akan memilih
bekerja di wilayah atau perusahaan lain agar mendapatkan upah yang lebih tinggi dari
pekerjaan asalnya. Karena apabila pendapatan yang jauh berbeda di daerah tujuan dengan
daerah asal maka seseorang dapat beralasan untuk melakukan migrasi kerja. Berdasarkan
penelitian Feisal Akbar dan Eddy Gunawan (2018) mengenai Faktor- faktor yang
Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian ke Sektor Non Pertanian di
Kabupaten Aceh Besar menyimpulkan bahwa pendapatan menunjukkan positif dan signifikan
yang berarti semakin besar pendapatan yang dipeoleh di sektor non pertanian, maka semakin
besar keputusan seseorang untuk melakukan migrasi ke sektor non pertanian. Jadi, tingkat
pendapatan merupakan faktor penarik bagi tenaga kerja untuk melakukan migrasi kerja baik
ke daerah lain atau ke perusahaan lain. Sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dan
kemungkinan memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan adalah motif
ekonomi para migran. Tetapi, faktor lahan kepemilikan tidak berpengaruh terhadap terjadinya
migrasi tenaga kerja.
Kedua, mengenai faktor tingkat pendidikan. Berdasarkan penelitian Nur Syamsiyah
dkk (2015) mengenai Keputusan yang Mempengaruhi Migrasi Commuter Tenaga Kerja di
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember menyimpulkan bahwa variabel pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan migrasi commuter tenaga kerja di
Jenggawah yang berarti setiap kenaikan tingkat pendidikan, maka akan menaikkan keputusan
tenaga kerja untuk melakukan migrasi commuter. Jadi, tingkat pendidikan juga menjadi salah
satu penyebab penduduk melakukan migrasi dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin tinggi pula migrasi. Hal itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan kesempatan kerja
atau pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Karena terkadang di daerah asal
seperti pedesaan, orang yang berpendidikan tinggi tidak akan bekerja sebagai petani sehingga
mereka memilih untuk migrasi ke pusat industrialisasi seperti di kota- kota besar. Pendidikan
yang tinggi akan mempengaruhi pola pikir pekerja untuk berusaha mendapatkan pendapatan
yang lebih tinggi. Selanjutnya, pekerja lulusan PT akan lebih banyak melakukan migrasi dari
pada lulusan SMA. Hal itu disebabkan lulusan PT lebih mengerti dan membaca peluang
dengan kelebihan skill yang mereka miliki. Pekerja lulusan PT sering bermigrasi kerja untuk
mendapatkan upah yang lebih tinggi, pengalaman, atau pekerjaan yang diharapan daripada
sebelumnya karena peluang yang mereka miliki lebih besar daripada tingkat SMA.
Selanjutnya, faktor umur juga menjadi penyebab tenaga kerja melakukan migrasi.
Berdasarkan penelitian Yuliyanto (2013) mengenai Analisis Keputusan Tenaga Kerja
Perdesaan Melakukan Migrasi Sektoral di Luar Pertanian menyimpulkan bahwa keputusan
tenaga kerja perdesaan melakukan migrasi sektoral di luar pertanian ditentukan oleh
pendidikan dan umur karena sifat umur cenderung memberikan penurunan keputusan untuk
melakukan migrasi di luar sektor pertanian seiring dengan meningkatnya umur yang dapat
diartikan mereka tetap bertahan di sektor pertanian. Penduduk yang berusia 15-64 tahun
merupakan angkatan kerja atau rentang usia untuk bekerja. Biasanya rentang usia 20-30
tahun merupakan usia produktif yang dapat berpengaruh terhadap minat migrasi kerja. Dalam
usia tersebut, mereka lebih mempunyai keinginan untuk memperoleh pekerjaan dengan
tingkat upah yang lebih tinggi dan sesuai daripada yang ia peroleh sebelumnya di daerah atau
perusahaan asal. Jadi, semakin tinggi usia(tua) maka jumlah migrasi akan semakin sedikit.
Sebaliknya, migrasi kerja lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja yang berusia muda.
Selain itu, faktor jumlah tanggungan keluarga dan faktor status perkawinan juga
menjadi penyebab tenaga kerja melakukan migrasi. Jumlah tanggungan keluarga yang
bertambah membuat kebutuhan financial mereka meningkat. Sehingga perlu pengeluaran
besar dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hal itulah yang menjadi pendorong seseorang
untuk bermigrasi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Status pernikahan juga berpengaruh terhadap minat migrasi. Orang yang sudah berstatus
menikah biasanya akan lebih sulit untuk melakukan migrasi kerja karena ia harus
mendapatkan izin dari pasangan masing-masing, berbeda dengan orang yang belum menikah
yang mana lebih mudah melakukan migrasi kerja. Sesuai dengan penelitian Ayu Simah Bengi
dan Abd Jamal (2017) mengenai Faktor- Faktor yang Mendorong Tenaga Kerja Melaju dari
Kabupaten Aceh Besar ke Kota Banda Aceh yang menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang
mendorong tenaga kerja melaju ke kota Banda Aceh adalah status pernikahan, umur, jenis
kelamin, dan tanggungan keluarga.
Ayu Simah Bengi, A. J. (2017). FAKTOR- FAKTOR YANG MENDORONG TENAGA KERJA
MELAJU DARI KABUPATEN ACEH BESAR KE KOTA BANDA ACEH. Jurnal Imiah
Mahasiswa (JIM), 2(3), 396–403.
Ilham Putra Utama. (2019). FAKTOR- FAKTOR MEMPENGARUHI PELUANG TENAGA KERJA
SUMATERA BARAT MELAKUKAN MIGRASI ULANG ALIK. Jurnal Kajian Ekonomi Dan
Pembangunan, 1(3), 919–930.
Prabowo, H. (2011). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Desa Untuk
Bekerja Di Kegiatan Non-Pertanian. Skripsi.
Sumanto, A. (2009). Identifikasi Faktor-Faktor Sosial-Ekonomi Migrasi Tenaga Kerja. Jesp, 1(2), 74–
80.
Tulangow, N. N., & Timban, J. F. J. (2017). MIGRASI TENAGA KERJA DARI SEKTOR
PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA TATELU KECAMATAN DIMEMBE. Agri-
SosioEkonomi, 13(3A), 191–202.
Wijaya, K., & Syairozi, M. I. (2020). Analisis perpindahan tenaga kerja informal Kabupaten
Pasuruan. Jurnal Paradigma Ekonomika, 15(2), 173–182.
https://doi.org/10.22437/paradigma.v15i2.10319