Ruliyanto Syahrain
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Khairun
Jl. Yusuf Abdurahman, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Kampus 2 Universitas Khairun, Kota Ternate
83
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
84
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
Fenomena migrasi juga terlihat di Kota Ternate, dengan biaya langsung migrasi. Dalam model ini
sebagai salah satu kota berkembang di Provinsi niat untuk melakukan migrasi dipengaruhi oleh
Maluku Utara. Kota Ternate merupakan salah motivasi untuk mencari kesempatan kerja dan
satu kota tujuan migran dari kota-kota lain di pendapatan yang lebih baik.
Provinsi Maluku Utara bahkan juga dari luar Rerungan (2015) mengemukakan bahwa
Provinsi Maluku Utara. Saat ini, Kota Ternate keputusan seseorang untuk melakukan migrasi
yang memiliki luas wilayah 111.39 km dari total merupakan respon dari harapan untuk
luas Provinsi Maluku Utara, hal ini memperoleh kesempatan kerja dan pendapatan
membuktikan bahwa proses migrasi ke Kota yang lebih baik. Todaro berpendapat bahwa
Ternate telah, sedang, dan akan terus terjadi. sektor modern di perkotaan merupakan sektor
Salah satu daerah di Kota Ternate yang di huni penarik utama migrasi tenaga kerja khusunya
oleh para migran adalah Kecamatan Ternate bagi tenaga kerja terampil. Secara agregat
Selatan. Secara kasat mata, kepadatan penduduk jumlah orang yang bekerja yang dimuat dalam
di Kecamatan Ternate Selatan ini sangat tinggi publikasi Badan Pusat Statistik, sering
dengan variasi komunitas warga (Sulawesi digunakan sebagai petunjuk tentang luasnya
Selatan) dari berbagai profesi mata pencarian, kesempatan kerja. Dalam pengkajian
khususnya bidang perdagangan. Berdasarkan ketenagakerjaan, kesempatan kerja sering
hasil observasi, para pedagang sebagian berasal dijadikan acuan sebagai permintaan tenaga
dari komunitas warga sulawesi selatan yang kerja.
bergerak di bidang perdagangan kususnya
pedagang kaki lima seperti pedagang pakaian, Konsep dan Teori Tentang Migrasi
sembako, pecah belah, bahan bangunan, konter Menurut Munir (2000) secara sederhana migrasi
dan lain-lain. Data BPS Kecamatan Ternate didefinisikan sebagai aktivitas perpindahan,
Selatan dalam Angka 2017 menunjukkan bahwa sedangkan secara formal, migrasi didefinisikan
ada 7 kelurahan yakni Sasa sebanyak 812 jiwa, sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan
Gambesi, 1.387 jiwa, Fitu 2.447 jiwa, Ngade untuk menetap dari suatu tempat ke tempat yang
1.963 jiwa, Kalumata 7.706 jiwa, Kayu merah lain melampaui batas politik/negara ataupun
6.551 jiwa, Bastiong karance 4.057 jiwa Jadi, batas administrasi/batas dalam suatu negara.
jumlah keseluruhan penduduk ke tujuh Menurut Todaro (1994) ada beberapa
kelurahan tersebut sebesar 51.923 jiwa terus karakteristik migran yang terbagi dalam tiga
mengalami peningkatan baiksecara jumlah kategori yaitu:
penduduk maupun berdasarkan tingkat 1. Menurut karakteristik demografi
pendapatan. dinyatakan bahwa migran yang berasal dari
negara-negara berkembang sebagian besar
KAJIAN PUSTAKA terdiri dari pemuda usia produktif yang
Teori Human Capital berusia antara 15-24 tahun dan proporsi
Teori Human Capital Model dan Model Harris wanita yang melakukan migrasi cenderung
Todaro yang dikemukakan oleh Simanjuntak semakin bertambah, hal ini disebabkan
(1985) memfokuskan perhatiannya pada karena kesempatan untuk mendapatkan
hubungan ekonomi dan migrasi. Menurut teori pendidikan bagi kaum wanita telah
Human Capital Model bahwa seseorang akan meningkat dibandingkan sebelumnya.
melakukan migrasi, apabila pendapatan yang 2. Menurut karakteristik pendidikan
diperoleh di tempat tujuan lebih besar dari pada ditemukan korelasi atau hubungan yang
pendapatan di daerah asal yang di tambah posotif antara pendidikan yang dicapai oleh
85
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
migran dengan kegiatan bermigrasi dan untuk melakukan migrasi jika penghasilan
adanya hubungan yang nyata antara tahap bersih di kota melebihi penghasilan bersih yang
pendidikan yang diselesaikan dengan tersedia di desa. Di negara berkembang,
kemungkinan untuk bermigrasi, semakin konsentrasi investasi dan sumber daya pada
tinggi tingkat pendidikan maka umumnya berada di daerah perkotaan yang
kecenderungan untuk bermigrasi akan menjadi pusat sehingga ketimpangan antar
menjadi lebih besar. daerah semakin terakumulasi.
3. Menurut karakteristik ekonomi dinyatakan
bahwa selama beberapa tahun terakhir ini Teori Todaro
persentase terbesar dari migran adalah Todaro (1998) juga menyatakan migrasi
mereka yang miskin dengan sebagian besar merupakan suatu proses yang sangat selektif
kemiskinan mereka yang disebabkan karena mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri
mereka tidak memiliki tanah, tidak ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi
memiliki keahlian, dan juga tidak ada tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-
kesempatan untuk berusaha di tempat asal faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-
migran. masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut
Menurut Rerungan (2015) menyatakan bahwa tidak hanya terdapat pada arus migrasi antar
kegiatan perekonomian kita masih sangat wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada
terpusat di kota-kota besar sehingga pola migrasi migrasi antar negara. Beberapa faktor non
yang muncul selama ini lebih terkonsentrasi di ekonomis yang memmpengaruhi keinginan
wilayah perkotaan. Selain permasalahan diatas, seseorang melakukan migrasi adalah:
dampa kmigrasi dapat menyebabkan 1. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan
meningkatnya kebutuhan lapangan pekerjaan di para migran untuk melepaskan dari kendala-
daerah perkotaan dan dapat mempengaruhi pasar kendala tradisional yang terkandung dalam
tenaga kerja. Hal ini tentunya akan berakibat organisasi-organisasi social yang
pada kurangnya tenaga kerja yang potensial di sebelumnya mengekang mereka.
daerah asal karena sebagian besar tenaga kerja 2. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh
potensial melakukan migrasi, sehingga dapat iklim dan bencana meteorologis, seperti
mengakibatkan terhambatnya pembangunan di banjir dan kekeringan.
daerah asal migran. 3. Faktor-faktor demografi, termasuk
Menurut Todaro (2000) yang merumuskan penurunan tingkat kematian yang kemudian
bahwa migrasi berkembang karena perbedaan- mempercepat laju partumbuhan penduduk
perbedaan antara pendapatan yang diharapkan suatu tempat.
dan yang terjadi di perdesaan dan perkotaan. 4. Faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan
Anggapan yang mendasar bahwa migran kelestarian hubungan keluarga besar yang
tersebut memperhatikan berbagai kesempatan berada pada tempat tujuan migrasi.
kerja yang tersedia dan memilih salah satu yang 5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk
bisa memaksimumkan manfaat yang diharapkan kualitas seluruh sarana transportasi, sistem
dari migrasi tersebut. Manfaat- manfaat yang pendidikan yang cenderung berorientasi
diharapkan, ditentukan oleh perbedaan nyata pada kehidupan kota dan dampak-dampak
antara kerja di desa dan di kota serta modernisasi yang ditimbulkan oleh media
kemungkinan migrasi tersebut untuk mendapat massa atau media elektronik
pekerjaan di kota. Kesimpulannya berdasarkan
teori Todaro, yaitu migran akan memutuskan
86
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
Tarigan (2004) menjelaskan bahwa faktor yang 2. Menyempitnya lapangan kerja di daerah
mendorong terjadinya migrasi adalah adanya asal akibat masuknya teknologi yang
jaringan sosial. Kehadiran para migran yang menggunakan mesin-mesin (capital
pulang secara periodik membawa cerita, gaya intensive)
dan penampilan yang disimbolkan sebagai 3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi
identitas warga kota yang maju dan modern. politik, agama, suku di daerah asal,
Simbol-simbol itu dinilai sebagai indikator 4. Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan
kemajuan status ekonomi maupun sosial di kepercayaan di tempat asal,
masyarakat. Disadari atau tidak, gambaran 5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang
mengenai perkembangan di perkotaan pun menyebabkan tidak bisa megembangkan
mendorong warga lain untuk bermigrasi ke kota. karir pribadi,
Pada titik ini keberadaan jaringan sosial 6. Bencana alam atau adanya wabah penyakit.
cenderung menguat. Para migran terdahulu bisa Sementara faktor-faktor penarik antar lain:
menjadi titik pembentuk jaringan sosial yang a. Adanya rasa superior di tempat yang
memperkuat psikologis warga desa lain untuk baru atau kesempatan untuk memasuki
bermigrasi. lapangan kerja,
b. Kesempatan untuk mendapatkan
Penyebab Migrasi pekerjaan yang lebih baik,
Menurut Hugo (1981) dalam Rerungan (2015) c. Kesempatan mendapatkan pendapatan
menjelaskan bahwa migrasi dilakukan seseorang yang lebih tinggi,
karena adanya tekanan lingkungan alam, d. Keadaan lingkungan dan keadaan
ekonomi, sosial dan budaya. Menghadapi hidup yang menyenangkan, misalnya
tekanan lingkungan ini ada tiga kemungkinan iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas
yang dilakukan masyarakat. Pertama, mereka kemasyarakatan lainnya,
bertahan di tempat, karena menganggap tempat e. Tarikan dari orang yang diharapkan
yang sekarang adalah tempat terbaik dan sebagai tempat berlindung,
dianggap paling banyak memberikan f. Adanya aktivitas-aktivitas di kota,
keuntungan bagi terpenuhinya kebutuhan hidup. tempat-tempat hiburan, pusat
Kedua, mereka pindah tempat atau melakukan kebudayaan sebagai daya tarik.
migrasi. Ketiga, mereka melakukan peralihan
antara keduanya, yaitu tetap tinggal di tempat Mantra (1992) juga menjelaskan bahwa motivasi
yang lama tetapi mencari pekerjaan baru secara utama orang melakukan perpindahan dari
berkala dan terus menerus atau commutery. daerahnya (pedesaan) ke perkotaan adalah motif
Munir (1981) mengelompokkan faktor-faktor ekonomi. Motif tersebut berkembang karena
yang menyebabkan seseorang melakukan adanya ketimpangan ekonomi antar daerah.
migrasi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor Kondisi yang paling dirasakan menjadi
pendorong dan penarik, faktor pendorong pertimbangan rasional, dimana individu
seperti: melakukan mobilitas ke kota adalah adanya
1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, harapan untuk memperoleh pekerjaan dan
menurunnya permintaan atas barang- memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
barang tertentu yang bahan bakunya masih daripada yang diperoleh di desa Senada dengan
sulit di peroleh seperti hasil tambang, kayu hal di atas, Robert dan Smith (1977) dalam
dan bahan hasil pertanian, Purnomo (2009) juga memberikan penjelasan
seperti dikutip oleh Hossain (2001) bahwa tidak
87
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
meratanya pekerjaan dan penghasilan pertanian migran yang masih lajang. Seseorang yang
di pedesaan menjadi motivasi migrasi desa-kota. sudah/pernah menikah akan semkin kecil
Motivasi tersebut senada dengan model migrasi probabilitas tenaga kerja ke daerah tujuan hal ini
Todaro (Todaro, 1992;1998) yang melandaskan disebabkan karena mereka mempunyai
pada asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota anggapan bahwa dengan status perkawinan yang
pada dasarnya merupakan suatu fenomena sudah menikah atau sudah janda/dudah berarti
ekonomi, dimana terdapat perbedaan mereka mempunyai tanggungan keluarga
penghasilan yang diharapkan daripada sehingga ikatan kekeluargaan/kekerabatan
penghasilan aktual antara desa-kota. dengan orang-orang yang disayangi didaerah
Menurut Oishi dalam Purnomo (2009) adalah asal menjadi ”hambatan” yang menghalangi
mengenai Network theory, yang mengkaitkan keinginan mereka uintuk bermigrasi.
proses migrasi melalui hubungan personal, Puspitasari (2010) mengatakan bahwa migran
kultur, dan hubungan-hubungan sosial lain. yang sudah menikah semakin kecil berkeinginan
Selanjutnya negara-negara pengirim migran, untuk melakukan migrasi. Hal ini sejalan dengan
informasi tentang pekerjaan dan standar hidup di Teori Rafenstein yang mengatakan bahwa
luar negeri secara efisien disampaikan melalui penduduk dengan usia muda dan belum menikah
jaringan personal seperti teman dan tetangga lebih banyak melakukan migrasi dibandingkan
yang telah beremigrasi. Sedangkan di negara- individu yang berstatus sudah menikah. Para
negara penerima (negara tujuan), masyarakat migran yang belum menikah memilih untuk
migran sering membantu laki-laki dan wanita melakukan migrasi untuk mendapatkan
seusianya (sejawat) untuk berimigrasi, pengalaman baru di tempat tujuan. Berdasarkan
mendapatkan suatu pekerjaan, dan penjelasan diatas maka status perkawinan
menyesuaikan dengan suatu lingkungan baru. berpengaruh positif terhadap keputusan migrasi
Jaringan yang demikian ini mengurangi biaya- untuk bekerja di luar negeri.
biaya migrasi bagi para pendatang baru, yang
menyebabkan para migran yang potensial untuk Kesempatan Kerja
meninggalkan negara (daerah) mereka. Kesempatan kerja mengandung pengertian
Migrasi mencerminkan adanya bahwa besarnya ketersediaan usaha produksi
ketidakseimbangan antara daerah. Kebutuhan untuk mempekerjakan tenaga kerja yang
hidup yang terus meningkat menuntut setiap dibutuhkan dalam proses produksi, yang berarti,
orang terutama para kepala keluarga untuk lapangan pekerjaan atau kesempatan yang
mencari penghasilan yang lebih besar. Jika di tersedia untuk bekerja dari kegiatan ekonomi.
daerah tempat dianggap tidak dapat Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi
menyediakan lapangan pekerjaan yang permintaan tenaga kerja sehingga dengan kata
mempunyai penghasilan yang layak maka lain kesempatan kerja juga menunjukan
mereka akan lebih memilih untuk bermigrasi. permintaan terhadap tenaga kerja (Soedarsono,
Pilihan ini merupakan pilihan terbaik mereka, 1998). Selanjutnya semakin maju kondisi sosial
meskipun belum pasti mereka akan ekonomi dalam suatu wilayah, maka akan
mendapatkan pekerjaan di tempat tujuan. menciptakan berbagai faktor penarik seperti
perkembangan industri, perdagangan,
Status perkawinan pendidikan, perumahan, transportasi dan lain-
Stataus perkawinan adalah status sosial individu lain. Keadaan ini diminati oleh penduduk daerah
yang berarti probabilitas migran yang sudah lain yang berharap dapat memenuhi kebutuhan
menikah atau janda/duda dibandingkan dengan dan keinginannya di daerah tersebut, disisi lain,
88
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
daya dorong menyebabkan sejumlah penduduk menempuh jarak jauh ialah menuju pusat
melakukan migrasi. Faktor pendorong antara pusat perdagangan dan industri,
lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan b. Migrasi bertahap; adanya migrasi terarah,
jenisnya, sarana prasararna pendidikan yang yakni migrasi desa ke kota kecil kota besar,
kurang memadai, fasilitas perumahan dan c. Arus dan arus balik; setiap arus migrasi
kondisi lingkungan yang kurang baik di daerah utama menimbulkan arus balik
pedesaan (Rerungan, 2015). penggantinya
d. Terdapat perbedaan-perbedaan antar desa
Pendapatan dan kota mengenai kecenderungan migrasi,
Pendapatan diartikan sebagai hasil yang e. Kebanyakan wanita lebih suka bermigrasi
diperoleh setelah bekerja, pendapatan yang ke daerah-daerah yang dekat,
diperoleh tampa memberikan suatau kegiatan f. Teknologi dan migrasi; dengan makin
apapun, yang diterima oleh para migran di suatu pesatnya teknologi makin besar pula arus
negara. Seseorang pada mulanya melakukan migrasi yang terjadi,
migrasi dengan harapan untuk mendapatkan g. Motif ekonomi merupakan dorongan utama
pendapatan yang lebih tinggi, karena pendapatan orang melakukan migrasi.
yang ada di daerah asal dirasakan kurang Sedangkan menurut Rerungan (2015) dalam A
mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya, Theory of Migration, migrasi didefenisikan
sehingga menyebabkan seseorang individu secara luas sebagai perubahan tempat tinggal
mengambil keputusan untuk bekerja diluar baik secara permanen maupun semi permanen.
negeri, penjelasan tersebut bermakna jika Ada empat faktor yang menyebabkan orang
pendapatan memiliki pengaruh positif terhadap mengambil keputusan untuk melakukan migrasi,
migrasi, karena dengan bekerja di luar negeri yaitu:
para migran dapat memperoleh pendapatan yang 1. Faktor yang terdapat di daerah asal,
lebih tinggi dan cukup untuk biaya kebutuhan 2. Faktor yang terdapat di daerah tempat
individu tanggungannya. Selisih pendapatan tujuan,
tersebut mendorong migrant untuk lebih lama 3. Rintangan-rintangan antara (jarak),
bekerja di luar negeri (Didit, 2009). 4. Faktor pribadi,
89
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
sektor pertanian di amerika. Faktor supply push tidak. Apabila status seseorang belum
terjadi jika tenaga kerja sudah tidak mungkin menikah/lajang, maka ada kemungkinan untuk
lagi memperoleh pekerjaan di daerahnya sendiri, bermigrasi. Pendapat Todaro (1992) mengenai
sehingga mendorong mereka untuk migrasi ke status perkawinan terhadap keputusan
daerah lain. Network factor merupakan faktor melakukan migrasi. Seseorang yang berstatus
yang dapat memberi informasi bagi migran belum menikah akan lebih banyak melakukan
dalam mengambil keputusan untuk migrasi. migrasi. Hal ini dikarenakan mereka belum
Bellante dan Jackson (1990) menyatakan bahwa memiliki bebandan tanggung jawab yang besar
kesempatan kerja atau permintaan tenaga kerja secara ekonomi dan non ekonomi. Selain itu
merupakan banyaknya orang yang bekerja pada biaya yang dikeluarkan saat melakukan migrasi
berbagai sektor perekonomian, baik sektor cukup besar. Sesuai dengan pendapat Ehrenberg
pertanian, industri maupun jasa. Permintaan dan Smith dalam Rangkuti (2009) bahwa biaya
tenaga kerja merupakan permintaan turunan menjadi salah satu pertimbangan dalam
(derived demand), artinya permintaan tenaga melakukan migrasi, sehingga para migran akan
kerja oleh suatu perusahaan tergantung pada tetap memilih tinggal secara permanen bersama
permintaan konsumen terhadap produk yang keluarganya.
dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Penelitian Sukamdi dan Mujahid (2015)
Menurut Todaro (1987) seseorang akan memperjelas kembali pada kelompok usia muda
memutuskan untuk bermigrasi atau tidak, 15-34 tahun, penduduk laki-laki yang berstatus
tergantung dari present value dari pendapatan belum menikah, lebih banyak melakukan
yang dapat diperoleh dari migrasi itu positif atau migrasi, sedangkan perempuan yang berstatus
negatif. Dan menurut dia pula bahwa orang menikah lebih banyak yang melakukan migrasi
tersebut ingin bermigrasi perlu dilihat secara dikarenakan alasan mengikuti suami. Selain itu
specifik menurut karakteristik dari calon migran, pada kelompok usia di atas 35 tahun, baik laki-
seperti: (Pengetahuan dan keterampilan, umur, lakidan perempuan yang berstatus menikah
jenis kelamin, pemilikan modal dan hal lain menunjukkan bahwa proporsi para migran laki-
yang relevan) karena tingkat pendapatan dan laki lebih tinggi dibandingkan dengan
probabilita akan sangat dipengaruhi oleh perempuan.
karakteristik tersebut. Todaro mengasumsikan H1: Status Perkawinan tidak berpenagaruh
bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang terhadap Migrasi Komunitas Warga Sulawesi
dominan sebagai pendorong orang untuk Selatan
migrasi, dan pernyataan ini juga di dukung oleh
Revenstein (1889) mengatakan dalam salah satu Hubungan Kesempatan Kerja dengan
hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi Jumlah Migras Penduduk
merupakan pendorong utama seseorang Kesempatan kerja secara umum diartikan
melakukan migrasi. sebagai suatu keadaan yang mencerminkan
jumlah dari total angkatan kerja yang dapat
Hubungan Status Perkawinan Dengan diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan
Jumlah Migrasi Penduduk perekonomian. Kesempatan kerja adalah
Keputusan seseorang untuk bermigrasi penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau
tergantung dari hubungan status perkawinan disebut pula pekerja. Kesempatan kerja
yang dimilikinya. Apabila sudah berstatus termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi
menikah, maka harus ada kesepakatan dari jumlah penduduk migran suatu daerah Aidia
suami/istri apakah diizinkan untuk migrasi atau (2011). Persepsi masyarakat mengenai daerah
90
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
perkotaan yang banyak memberikan kesempatan dengan banyaknya investasi maka akan semakin
kerja, membuat kebanyakan masyarakat daerah banyak proyek-proyek tercipta yang dibiayai
pedesaan memilih meninggalkan daerahnya dan oleh investasi tersebut sehingga akan membuka
melakukan migrasi ke daerah perkotaan untuk lapangan kerja yang baru. Keadaan ini menjadi
memperoleh kehidupan yang lebih layak dari jalan bagi penduduk suatu negara/daerah untuk
pada di daerah asalnya. Hal ini didasarkan pada melakukan migrasi ke daerah yang kesempatan
ide dasar Human Capital Model. Dalam model kerjannya lebih besar. Baiknya kondisi
ini niat untuk melakukan migrasi dipengaruhi infrastruktur suatu negara/daerah juga
oleh motivasi untuk mencari kesempatan kerja merupakan daya tarik bagi investor untuk
dan pendapatan yang lebih baik. Dalam konteks memperluas kesempatan kerja di daerah
ini pun, Todaro (1983) mengemukakan bahwa tersebut. Kondisi ini juga merupakan daya tarik
keputusan seseorang untuk melakukan migrasi bagi penduduk setempat untuk tetap tinggal di
merupakan respon dari harapan untuk daerahnya, dan daya tarik pula bagi penduduk
memperoleh kesempatan kerja dan pendapatan daerah lain untuk melakukan migrasi ke daerah
yang lebih baik. Menurut Todaro, sektor modern tersebut.
di perkotaan merupakan sektor penarik utama Afrida (2003) dalam Rerungan (2015)
migrasi tenaga kerja, khususnya bagi tenaga menjelaskan bahwa secara agregat badan Pusat
kerja terampil. Statistik, sering digunakan sebagai petunjuk
Mankiw (2003) dalam Rerungan (2015) tentang luasnya kesempatan kerja. Dalam
menjelaskan bahwa Investasi merupakan unsur pengkajian ketenagakerjaan, kesempatan kerja
GDP yang paling sering berubah. Ketika sering dijadikan acuan sebagai permintaan
pengeluaran barang dan jasa turun selama resesi, tenaga kerja. Kesempatan kerja atau permintaan
sebagian besar dari penurunan itu berkaitan tenaga kerja merupakan banyaknya orang yang
dengan turunnya pengeluaran investasi. Perilaku bekerja pada berbagai sektor perekonomian,
investasi didasarkan dengan asumsi bahwa baik sektor pertanian, industri maupun jasa.
investor akan berperilaku memaksimumkan Permintaan tenaga kerja merupakan turunan
nilai kini (present value) dari manfaat finansial (derived demand), artinya permintaan tenaga
dari kegiatan investasi yang tersedia. kerja oleh suatu perusahaan tergantung pada
Pengeluaran investasi sangat tergantung pada permintaan konsumen terhadap produk yang
tingkat suku bunga, dimana I = I(r). Tingkat dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Bellante
investasi yang yang diinginkan atau dan Jackson, 1990).
direncanakan akan meningkat jika tingkat suku H2: Kesempatan kerja berpengaruh positif
bunga turun. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat terhadap migrasi komunitas warga Sulawesi
bunga yang rendah menurunkan biaya modal, Selatan.
maka untuk memiliki barang-barang modal
menjadi menguntungkan. Tingkat suku bunga Hubungan Pendapatan Terhadap Jumlah
yang rendah akan menarik bagi investor untuk Migrasi Penduduk
berinvestasi karena dengan tingkat suku bunga Pendapatan merupakan hak para pekerja, yang
yang rendah pelaku investasi akan diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
memaksimumkan keuntungannya dari sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
berinvestasi. kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan
Semakin banyak investasi di suatu dibayar menurut suatu perjanjian kerja,
negara/wilayah memungkinkan semakin kesepakatan atau peraturan perundang-
terbukanya peluang kesempatan kerja, karena undangan termasuk tunjangan bagi para pekerja
91
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
dan keluarganya atas suatu pekerjaan. melakukan migrasi di Ternate Selatan, jadi
Pendapatan merupakan masalah yang sangat populasi dalam penelitian ini yang di tetapkan
krusial dalam bidang ketenagakerjaan dan oleh paneliti adalah 853 jiwa untuk dipelajari
bahkan tidak berprofesional dalam penangani dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
masalah pendapatan, maka sering berpotensi 2014).
timbulnya perselisihan dan mendorong Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik
timbulnya unjuk rasa. Penanganan pendapatan yang dimiliki oleh populasi tersebut (sugiyono
tidak hanya menyangkut aspek ekonomis saja 2014). bahwa sampel dalam penelitian ini
tetapi juga aspek hukum (Khakim, 2006). dilakukan berdasarkan metode purposive
Penelitan yang dilakukan oleh Puspitasari sampling dengan mempertimbangkan kriteria
(2010) diperoleh bahwa pendapatan yang yang sesuai sehingga mendapatakan sampel
semakin tinggi akan mempengaruhi seseorang yang representatif. Kriteria yang dipakai yaitu
untuk melakukan migrasi. Apabila perbandingan pada migrasi Komunitas Warga Sulawesi
pendapatan yang jauh berbeda didaerah tujuan Selatan ke Kota Ternate. Kriteria yang
dengan daerah asal, maka ada alasan seseorang digunakan adalah status perkawinan,
untuk melakukan migrasi. Todaro (2000) kesempatan kerja dan pendapatan. Sampel
menyimpulkan bahwa keputusan untuk dalam penelitian ini berjumlah 90 responden.
bermigrasi tergantung pada selisih tingkat Jumlah sampel ini didapat dengan menggunakan
pendapatan yang diharapkan di daaerah tujuan perhitungan sampel yang dikembangkan oleh
daripada pendapatan didaerah asal. Faktor slovin seperti berikut.
pendapatan merupakan alasan utama yang
mempengaruhi penduduk di daerah asal N
n =
melakukan migrasi sirkuler. 1+N e²
Hasil penelitian Rerungan (2015) meneunjukan 853
n =
bahwa hubungan Pendapatan dengan migrant 1+ 853 (0,1)2
masuk di 4 provinsi di Sulawesi bahwa = 89,5
pendapatan berpengaruh positif. Berdasarkan = 90
uraian penelitian terdahulu maka rumusan Dimana:
hipotesis yang diajuakan adalah: n = sampel
H3: Pendapatan berpengaruh positif terhadap N = jumlah populasi
migrasi komunitas warga Sulawesi Selatan. e = Batas kesalahan yang dapat ditolerirdalam
penelitian ini adalah 0,1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data
Lokasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
penelitian ini dilakukan di 7 Kelurahan di Kota adalah data yang dapat dihitung berupa angka-
Ternate, yaitu pada migrasi komunitas warga angka yang pembahasannya, melalui hitungan
Sulawesi Selatan yang ada di Kota Ternate statistik yang berdasarkan jawaban kuesioner
Selatan. Dan waktu penelitiannya yaitu bulan dari responden yang diperoleh dari komunitas
Mei sampai dengan September 2017. warga Sulawesi selatan. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
Populasi dan sampel primer data yang diperoleh atau yang
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
komunitas warga Sulawesi Selatan yang
92
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari Model dan Analisis Data
sumber datanya. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi migrasi komunitas warga
Teknik Pengumpulan Data Sulawesi Selatan ke Kota Ternate. Pemahaman
Pengumpulan data yang digunakan dalam dalam penelitian ini dan untuk menjawab
penelitian ini pengumpulan data dengan hipotesis yang dirumuskan sebelumnya maka
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah model analisis yang digunakan dalam peneliian
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk ini adalah Analisis Regresi Berganda (multiple
memperoleh informasi dari responden dalam arti regression) formulasi sebagai berikut:
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
responden ketahui. Dalam penelitian ini y = α + βX1+ βX2+ βX3+...+e
kuesioner yang digunakan sebagai teknik utama
untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang Keterangan:
mempengaruhi migrasi komunitas warga Y = Migrasi komunitas warga sulawesi
Sulawesi Selatan ke Kota Ternate. Jenis skala selatan
yang digunakan untuk mengukur kuesioner X1 = Status Perkawinan
masing-masing variabel yaitu dengan X2 = Kesempatan Kerja
menggunakan skala likert 5 dengan 1 sangat X3 = Pendapatan
setuju sampai 5 sangat tidak setuju. a = Konstanta
β = Koefisien regresi
Pengujian Instrumen e = Error.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah HASIL PENELITIAN DAN
alat ukur yang digunakan tepat untuk mengukur PEMBAHASAN
seberapa nyata suatu pengujian atau kuesioner, Hasil Penyebaran Kuesioner
pengukuran dikatakn valid jika mengukur Objek penelitian yang digunakan dalam
tujuannya dengan nyata atau benar. Adapun nilai penelitian ini adalah migrasi Komunitas Warga
yang digunakan sebagai acuan adalah r > 0,3, Sulawesi Selatan ke Kota Ternate. Kuesioner
sedangkan uji reliabilitas adalah alat untuk yang disebar dalam penelitian ini sebanyak 100
mengukur kuesioner yang merupakan indikator dan yang dikembalikan hanya sebanyak 90
dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner kuesioner. Jadi respon rate dalam penelitian ini
dikatakn reliabel atau handal jika jawaban hanya sebesar 90%. Rincian hasil penyebaran
responden terhadap pernyataan adalah konsisten kuesioner dapat ditunjukkan pada tabel 4.
atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran
dilakuakan dengan menggunakan teknik dari
Cronbach yaitu Cronbach’s alpha (α). Suatu
instrument memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi jika nilai yang diperoleh ≥ 0,60
(Sugoyono, 2014)
93
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas sehingga dapat dikatakan item pertanyaan valid,
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas begitu juga dengan nilai Cronbach Alpha juga
pada tabel 7 menunjukkan bahwa nilai Pearson menunjukan di atas 0,6, maka item pertanyaan
Correlation semuanya berkisar di atas 0,3, tersebut dapat dinyatakan reliabel
.
94
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
Uji Multikolnieritas
Berdasarkan hasil uji multikolnieritas yang digunakan dan nilai VIF yang lebih kecil dari
disajikan pada Tabel 4.13dapat disimpulkan kriteria yang ada untuk seluruh variable. Hasil
bahwa dalam penelitianini tidak mengalami uji multikolnieritas disajikan dalam tabel 8
masalah multikolnieritas. Hal ini dapat dilihat berikut ini.
nilai tolerance yanglebih besar dari kriteria yang
95
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
96
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
97
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
Komunitas Warga Sulawesi selatan. Hasil dari pendapatan yang dapat diperoleh seseorang
tersebut sesuai dengan teori pendekatan dari migrasi yang dilakukanya (Todaro, 1968).
Economi Human Capital yang menjelaskan Revenstein (1985) yang juga mengemukakan
bahwa motivasi seseorang untuk memperoleh bahwa faktor dominan yang paling
kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi
baik mampu mempengaruhi keinginan (niat) adalah sulitnya memproleh pendapaatan
seseorang, sehingga menghasilkan respon didaerah asal daan kemungkinan untuk
berupa keputusan untuk melakukan migrsi memperoleh pendapatan yang lebih baik di
(Sukirno 1978). daerah tujuan, hal mejunjukan bahwa semakin
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang tinggi pendapatan seseoraang maka semakin
dilakukan oleh Trendyari dan Yasa (2014). tinggi pula frekuensi mobilitas orang tersebut.
Dimana kesempatan Keraja mampu
memberikan pengaruh terhadap sesorang untuk PENUTUP
melakukan migrasi ke daerah tujuan untuk Kesimpulan
memperoleh pekerjaan yang lebih baik di Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah
banding di daerah asal migrant sebagai berikut:
1. Status Perkawinan tidak berpengaruh
terhadap Migrasi Komunitas Warga
Pengaruh Pendapatan Terhadap Migrasi Sulawesi Selatan. Karena dilihat dari segi
Komunitas Warga Sulawesi Selatan perkawinan seluruh migran atau responden
Penelitian ini berhasil memberikan bukti bahwa termasuk dalam penduduk yang sudah
Pendapatan mamapu memberikan pengaruh menikah sebelum bermigrasi ke kota ternate
terhadap Migrasi Komunitas Warga Sulawesi hal ini menunjukan bahwa migran yang
Selatan. Artinya pendapatan yang diperoleh oleh sudah/pernah menikah akan semakin kecil
untuk bemigarsi karena mereka
para migrant membawa pengaruh yang positif
beranggapan bahwa dengan status
terhadapa keputusan seseorang yaitu Migrasi perkawinan yang sudah menikah atau
Komunitas Warga Sulawesi Selatan, pendapatan janda/duda berarti mereka mempunyai
dalam Migrasi Komunitas Warga Sulawesi tanggungan keluarga sehingga ikatan
Selatan, dapat memberikan pengaruh yang kekeluargaan/kekerabatan dengan orang-
signifikan. Pendapatan mimiliki pengaruh yang orang yang disayangi menjadi hambatan
signifikan terhadap keputusan tenaga kerja untuk mereka.
2. Kesempatan Kerja berpengaruh signifikan
untuk melakukan migrasi ke daerah tujuan. Hal
terhadap Migrasi Komunitas Warga
ini ditunjukan dengan nilai signifikannya, hasil Sulawesi Selatan. Artinya ketersedian
ini menyimpulkan bahwa semakin rendah lapangan pekerjaan, mampu memberikan
pendaptan yang diterima oleh tenaga kerja pengaruh terhadap para pekerja karena
dalam bekerja di daerah asal maka akan semakin sebagian besar responden tidak memiliki
tinggi keputusan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan di daerah asal dan dengan
bermigrasi responden berharap memiliki
migrasi ke daerah tujuan (Samsi dan Bachtriar,
pekerjaan dengan penghasilan yang dapat
2014). memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian 3. Pendapatan berpengaruh signifikan
yang dilakukan oleh Puspitasari (2010) dan terhadap migrasi komunitas warga sulawesi
sesuai dengn landasan teori yang menyatakn selatan. Variabel pendapatan mempunyai
bahwa ekonomi merupakan motif yang paling pengaruh yang sangat baik jika responden
sering dijadikan alasan utama untuk bermigrasi. yang berpenghasilan rendah dibandingkan
dari penghasiln sebelumnya hal ini
Faktor ekonomi tersebut berbentuk present value
98
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
99
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 83-100) e-ISSN: 2461-0720
100