Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PEKERJA MIGRAN DAN NONMIGRAN PERKOTAAN PADA

SEKTOR FORMAL DAN SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA

Lustina Fajar Prastiwi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email : lustinafajar@gmail.com

ABSTRAK

Persebaran penduduk dan pembangunan ekonomi Indonesia yang tidak


merata sebagai pemicu adanya migrasi penduduk di Indonesia. Faktor
pendorong migrasi penduduk yang sebagian besar dipicu oleh adanya
perbedaan upah di daerah asal dan daerah tujuan khususnya
perkotaan, membuat tenaga kerja memilih untuk berpindah tempat
demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan upah yang lebih
tinggi baik dari sektor formal dan informal. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui probabilitas tenaga kerja migran di perkotaan dalam
memasuki lapangan kerja di sektor formal maupun sektor informal dan
mengetahui pendapatan tenaga kerja baik migran ataupun non migran
di perkotaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan data cross section yang dikumpulkan oleh SAKERNAS
tahun 2013 dan diestimasi menggunakan metode probit serta analisis
regresi berganda. Karateristik tenaga kerja yang mampu memasuki
sektor formal di perkotaan adalah bestatus sebagai migran, berusia
muda, memiliki tingkat pendidikan tinggi, berstatus belum menikah,
sebagai kepala rumah tangga dan berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan bagi tenaga kerja di perkotaan yang memperoleh
pendaoatan yang lebih tinggi memiliki karakter berstatus sebagai
migran, berusia 25-45 tahun, memiliki waktu bekerja 41-50 jam per
minggu, berpendidikan menengah keatas, berstatus telah menikah.
Sebagai kepal rumah tangga, berjenis kelamin laki-laki bekerja di
sektor formal dan memiliki pekerjaa utama di bidang perdagangan.

Kata kunci : Tenaga kerja migran, tenaga non migran, sektor formal,
sektor informal, perkotaan Indonesia.

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk


terbanyak di dunia, namun persebarannya belum merata baik dalam bidang
kependudukan maupun pembangunan ekonomi. Hal ini dipicu oleh adanya proses
pembangunan ekonomi yang terpusat di pulau Jawa. Pembangunan ekonomi yang
tidak merata memicu timbulnya perpindahan penduduk atau biasa disebut sebagai
migrasi. Pertumbuhan ekonomi perkotaan yang dirasa lebih maju menjadi salah
satu faktor penarik masuknya tenaga kerja migran di daerah tujuan tersebut.

1
Kedatangan tenaga kerja usia produktif di perkotaan menyebabkan
pertambahan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan dan meningkatkan
persaingan antara tenaga kerja migran dan tenaga kerja non migran yang berusaha
memasuki lapangan pekerjaan di sektor formal. Sektor formal yang dikenal
sebagai lapangan pekerjaan yang resmi dan memiliki tingkat pengupahan yang
stabil serta menjanjikan pekerjaan layak cenderung memiliki kuota yang sempit
untuk dimasuki angkatan kerja. Selain itu kualifikasi tenaga kerja untuk
memasuki sektor tersebut cukup ketat seperti jenjang pendidikan menengah
keatas, keahlian yang dimiliki dan pengalaman kerja. Sedangkan tenaga kerja
Indonesia sebagian besar merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
menegah kebawah dan tidak memiliki pengalaman kerja. Maka lahirlah sektor
informal dengan kelebihannya yang sesuai dengan ekonomi kerakyatan yaitu
tingkat permodalan yang rendah, tenaga kerja bebas keluar masuk, tidak
membutuhkan skill yang memadai, penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan tahan
terhadap guncangan ekonomi makro.
Perkembangan sektor formal dan informal yang cukup pesat di Indonesia
menjanjikan suatu pertumbuhan ekonomi yang meningkat.. Sesuai dengan catatan
pemaparan ILO (2012), lapangan kerja formal cenderung mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pada satu dekade terakhir lapangan kerja sektor formal mencapai
36,1% pada tahun 2002 dan meningkat secara perlahan hingga mencapai 46,8% di
tahun 2012. Sedangkan perkembangan sektor informal cenderung menurun dari
63,9% di tahun 2002 menjadi 53,2% di tahun 2012.Penyerapan tenaga kerja
sektor formal juga memiliki tren yang cukup baik. Pada tahun 2002 jumlah buruh
atau pekerja sektor formal tercatat sebanyak 33,12 juta jiwa dan meningkat
menjadi 39,47 juta jiwa di tahun 2008 dan kembali meningkat menjadi 51,8 juta
jiwa pada tahun 2012. Sebaliknya, jumlah buruh/pekerja di sektor informal mesti
hanya mengalami sedikit kenaikan namun jumlahnya mencapai dua kali lipat dari
sektor formal. Pada tahun 2002 jumlah buruh sektor informal tercatat 58,5 juta
dan meningkat menjadi 63,1 juta jiwa di tahun 2008 dan mengalami penurunan di
tahun 2012 mencapai 58,97 juta jiwa (ilo.org, 2012).
Seiring dengan perkembangan sektor formal dan sektor informal di
Indonesia, maka dalam penelitian ini berusaha untuk memaparkan tentang
probabilitas tenaga kerja migran dalam memasuki sektor formal dan sektor
informal di perkotaan serta pengaruh status migrasi terhadap pendapatan tenaga
kerja di perkotaan yang berjudul " Analisis terhadap Pekerja Migran dan Nonmigran
Perkotaan pada Sektor Formal dan Sektor Informal di Indonesia”. Rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana probabilitas migran untuk masuk ke sektor formal dan
sektor informal Indonesia ?
2. Bagaimana status migrasi mempengaruhi pendapatan tenaga kerja
perkotaan di Indoensia ?

B. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Migrasi
Pengertian migrasi yang diutarakan oleh Lee (1966) adalah perubahan
tempat tinggal yang permanen ataupun semi permanen dan tidak ada batasan
mengenai jarak yang ditempuh, apakah perubahan tempat tinggal itu dilakukan

2
secara sukarela atau terpaksa, dan apakah perubahan tempat tinggal itu antar
negara atau masih dalam satu negara.

Faktor-faktor Terjadinya Migrasi


Seperti yang paparkan oleh Lee (1966), terdapat 4 faktor penyebab
seseorang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu :
1. Faktor-faktor yang berasal dari tempat asal.
2. Faktor-faktor yang ada di tempat tujuan.
3. Rintangan-rintangan yang menghambat.
4. Faktor-faktor pribadi.

Teori Human Capital


Menurut Simanjutak (1985) dalam teori human capital, asumsi dasar
seseorang mau atau berusaha pindah kerja dari satu tempat ke tempat yang lain
adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar. Seseorang berpindah
tempat berarti dia mengorbankan pendapatan yang seharusnya diterima di tempat
asal, namun dia mengorbankan pendapatan tersebut menjadi biaya tidak langsung
untuk meraih sejumlah pendapatan di daerah tujuan migrasi. Atau bisa dikatakan,
migran mengeluarkan cost demi melakukan perpindahan dan berharap
mendapatkan benefit di tempat tujuan.Tjiptoherijanto (2000) menyimpulkan
bahwa pembangunan ekonomi akan mendorong terjadinya mobilitas dan
perpindahan penduduk dari tempat yang kurang produktif ke tempat yang lebih
menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri maupun keluarga migran
dibandingkan tempat asal.

Definisi Sektor Formal dan Informal


Jan Breman (dalam Manning dan Effendi (1985)), menjabarkan tentang
pengertian sektor formal yaitu suatu lapangan pekerjaan dimana para pekerja
mempunyai huungan antara satu jabatan dengan jabatan yang lain sesuai struktur
organisasi yang dijalankan oleh tempat kerja.Sedangkan menurut Todaro (2011),
sektor informal merupakan bagian dari perekonomian negara-negara berkembang
yang dicirikan dengan adanya usaha kecil kompetitif perorangan atau keluarga,
perdagangan kelontong, dan layanan remeh temeh, berortientasi padat karya,
tanpa adanya hambatan masuk, serta dengan harga faktor dan produk yang
ditentukan di pasar.

Tabel 2.1. Definisi BPS Untuk Sektor Formal dan Sektor Informal
Jenis Pekerjaan
Profesional, Penjual, Pekerjaan Produksi, Lainnya
Status Direktur, Buruh Pertanian Transpor
Manajer tasi, Tenaga
Ahli
Memiliki usaha
Formal Informal Informal Informal Informal
sendiri
Memiliki usaha
sendiri dengan Formal Formal Informal Formal Informal
pekerja keluarga
Pemberi kerja
Formal Formal Formal Formal Formal
dengan pekerja

3
permanen
Karyawan Formal Formal Formal Formal Formal
Karyawan lepas
Formal Informal Informal Informal Informal
pertanian
Karyawan lepas non
Formal Informal Informal Informal Informal
pertanian
Pekerja Keluarga Informal Informal Informal Informal Informal
Sumber : BPS (2010)

Perbedaan yang mencolok antara sektor formal dan informal dipaparkan


oleh Alisjabahna ( 2003 ) dalam Yustika (2007) sebagai berikut :

Tabel 2.2 : Perbedaan Sektor Informal dan Sektor Formal


Karakteristik Informal Formal
Modal Sukar Diperoleh Relatif Mudah diperoleh
Teknologi Padat Karya Padat Modal
Organisasi Menyerupai organisasi Birokrasi
keluarga
Permodalan Dari lembaga keuangan Dari lembaga keuangan resmi
tidak resmi
Serikat Buruh Tidak berperan Sangat Berperan
Bantuan Negara Tidak ada Penting untuk kelangsungan
usaha
Hubungan Dengan Saling menguntungkan "one-way-traffic" untuk
Desa kepentingan sektor formal.
Sifat wiraswasta Berdikari Sangat bergantung dari bantuan
pemerintah dan impor
Persediaan barang Jumlah kecil dan kualitas Jumlah besar dan berkualitas
rendah baik
Hubungan dengan Berdasarkan asas saling Berdasarkan kontrak kerja.
Majikan percaya
Sumber : Yustika (2007).

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian dari data berupa angka yang kemudian
dianalisis menggunakan metode satistik. Hasil analisis kemudian dijabarkan
dalam suatu deskripsi sebagai proses pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat.
Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada tenaga kerja migran dan non migran di
perkotaan yang ada di wilayah Indoensia padarntang waktu tahun .

Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (1983), variabel penelitian adalah obyek penelitian atau
suatu titik perhatian dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel dependen (Y) dan variabel independen (X).

4
Variabel Dependen
Variabel dependen yang pertama digunakan untuk melihat probabilitas
tenaga kerja migran dan non migran dalam memasuki sektor formal atau informal
yang dinyatakan dalam variabel dummy dimana, angka 1 untuk tenaga kerja yang
masuk ke sektor formal dan angka 0 untuk tenaga kerja yang masuk sektor
informal. Pada model kedua, untuk melihat keberhasilan tenaga kerja perkotaan
dalam mendapatkan pendapatan yang lebih baik, memiliki variabel terikat
pendapatan migran atau non migran yang bergelut di sektor formal ataupun
informal.
Sedangkan untuk variabel independen pada kedua model tersebut adalah
sama, yaitu beberapa karakteristik demografi dan ekonomi seperti tingkat
pendidikan, usia, lama bekerja, status migrasi, status pernikahan, status dalam
keluarga, jenis kelamin, sektor pekerjaan, bidang pekerjaan utama.

Populasi dan Sampel


Arikunto (2010) menjelaskan bahwa populasi merupakan keseluruhan
subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh angkatan kerja
Indonesia pada tahun 2013 yang berjumlah 11.819.000 orang (bps.go.id).
Sampel atau contoh adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto,2010). Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang berstatus
migran dan non migran yang bekerja di sektor formal maupun informal yang
berada di wilayah perkotaan di Indonesia pada tahun 2013 berjumlah 57.925
orang (SAKERNAS, 2013).

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
dalam bentuk cross section. Data dalam penelitian ini didapatkan secara tidak
langsung dari objek penelitian yang sudah jadi dan dikumpulkan oleh pihak lain
dengan berbagai cara ataupun metode baik secara komersial atau tidak.

Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada penelitian
Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2013. Data tersebut
memiliki kelayakan yang cocok dalam penelitian ini sebagai sumber utama.
Selain itu, data pada tahun 2013 merupakan publikasi terbaru yang sudah valid.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan data sekunder tenaga kerja berdasarkan pencatatan SAKERNAS
tahun 2013.

Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif, yaitu suatu teknik yang berhubungan dengan pengumpulan data yang
kemudian memberikan informasi yang jelas dan akurat yang kemudian dianalisis
menggunakan alat analisis Stata 10.

5
Uji Statistik
Untuk memperoleh model regresi yang baik, maka harus memenuhi
kriteria antara lain melakukan Uji F dan Uji R2.
1. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
serentak (simultan) terhadap variabel terikat (dependen).
2. Uji R2
Uji R2intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen.

Uji Asumsi Klasik


Dalam persamaan model regresi linear berganda dikenal beberapa
ujiasumsi dasar atau klasik atau menilai model dengan tujuan untuk mengetahui
apakah persamaan model yang diestimasi tidak bias.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
beberapa atau sebuah variabel yang menjelaskan dalam model
regresi.Apabila nilai 1/VIF (tolerance) lebih dari 0,1 maka dinyatakan
terbebas dari multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi perbedaan varians dari residual suatu
penelitian. Jika residual mempunyai varian yang sama disebut dengan
homoskedastisitas dan apabila variannya tidak sama disebut dengan
heteroskedastisitas.

Model 1 : Analisis Probit


Analisis probit digunakan untuk mengetahui probabilitas migran dalam
memasuki sektor formal dan informal karena variabel dependen pertama yang
diteliti bersifat kualitatif/dikotomis/ dummy atau termasuk dalam binary logistic.

Persamaan : Y = β0 + β1 D1 + β2X1 +β3 X2 + β4 D2+β5 D3+β6 D4+ e

Keterangan : Y = Probabilitas migran memasuki sektor formal dan informal.


D1 = Status Migrasi
X1 = Tingkat pendidikan
X2 = Usia
D2 = Status Pernikahan
D3 = Status dalam keluarga
D4 = Jenis Kelamin
Model 2 : Regresi Linear Berganda berbasis OLS
Model ini digunakan untuk melihat keeratan dan pengaruh antara variabel
dependen kedua dan variabel independen karena memiliki sifat-sifat yang dapat
diunggulkan yaitu secara teknis akurat, mudah dalam menginterpretasikan
perhitungannya serta sebagai alat estimasi linear dan unbiased terbaik.
Persamaan : Y = f (D1, X1, X2, X3,D2, D3, D4, D5, D6) + e

6
Keterangan : Y = Pendapatan
D1 = Status Migrasi
X1 = Tingkat pendidikan
X2 = Usia
X3 = Waktu bekerja
D2 = Status Pernikahan
D3 = Status dalam keluarga
D4 = Jenis Kelamin
D5 = Sektor Pekerjaan
D6 =Bidang pekerjaan utama

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif Karakteristik Responden


Analisis deskriptif menggambarkan tentang keadaan, gejala atau persoalan
dan ringkasan data-data penelitian masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Karakteristik variabel penelitian secara deskriptif berdasarkan
kondisi responden. Berdasarkan data 57.925 responden tenaga kerja migran dan
non migran di perkotaan maka didapatkan informasi mengenai pendapatan, status
migrasi, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, usia, waktu bekerja, status
pernikahan, status dalam keluarga, jenis kelamin, sektor pekerjaan, jarak, bidang
pekerjaan utama.

1. Karakteristik Tenaga Kerja berdasarkan Status Migrasi


Status migrasi yang disebut dalam penelitian ini adalah mengacu pada
status yang dimiliki oleh tenaga kerja di perkotaan yaitu migran atau non migran
(penduduk asli).Komposisi jumlah tenaga kerja yang ada di perkotaan seperti
yang terlihat diatas menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di kota di dominasi
oleh tenaga kerja non migran atau penduduk asli daripada migran. Sebayak 14,68
% atau 8.501 tenaga kerja migran dan sisanya sebanyak 49.424 orang merupakan
tenaga kerja nonmigran atau penduduk asli.
Tabel 4.1. Karakteristik Tenaga Kerja berdasarkan Status Migrasi
Status Migrasi Frekuensi Presentase (%)
Migran 8.501 14,68
Non migran 49.424 85,32
Jumlah 57.925 100,00
Sumber : SAKERNAS, 2013 (data diolah)

2. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Upah (Pendapatan)


Upah yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah upah
(pendapatan) tenaga kerja yang ada di perkotaan di wilayah Indonesia baik yang
diterima oleh migran ataupun non migran.
Tabel 4.1 : Karakteristik Pendapatan Tenaga Kerja di Wilayah Perkotaan

7
Tabel 4.3 : Karakteristik Pendapatan Tenaga Kerja di Wilayah
Perkotaan
50

40

30

20
Migran
10
Non Migran
0
≤ Rp>1Rp
jt 1jt hingga
> Rp≤2Rp
jt hingga
2 jt> Rp ≤3 Rp
jt hingga
3 jt
> Rp ≤4 Rp
jt hingga
4 jt ≤ Rp> Rp
5 jt5 jt

Sumber : SAKERNAS,2013 (data diolah)

Fakta yang tertera dalam tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa


pendapatan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di wilayah perkotaan baik migran
ataupun nonmigran memiliki memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan bidang
pekerjaan dan sektor pekerjaan yang mereka geluti.

3. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Usia


Ravenstein dalam Erlando (2014) menyatakan bahwa migrasi penduduk
lebih banyak dilakukan oleh penduduk dengan usia muda dibandingkan dengan
penduduk usia tua . Hal ini merupakan fakta yang benar adanya karena faktor usia
dan kesehatan jasmani seorang penduduk dengan usia lanjut akan menghambat
proses mobilisasi dan bekerja.

Tabel 4.2: Karakteristik Tenaga Kerja di Perkotaan berdasarkan Usia


Migran Non Migran
Usia
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
15-25 tahun 1.481 17,67 8.084 16,91
26-35 tahun 2.411 28,76 12.202 25,53
36-45 tahun 2.480 29,58 13.065 27,33
46-55 tahun 1.662 19,83 10.250 21,44
56-60 tahun 299 3,57 2.877 6,02
> 66 tahun 50 0,01 1.323 2,77
Jumlah 8.383 100,00 47.801 100,00
Sumber : SAKERNAS,2013 (data diolah)

Bagi tenaga kerja dengan usia produktif yang sangat muda antara 15
sampai 25 tahun jumlahnya mencapai 1.481 atau sama dengan 17,67 untuk tenaga
kerja migran dan jumlah tenaga kerja non migran dalam usia range tersebut
jumlahnya mencapai 8.084 orang tau setara dengan 16,91%. Range usia untuk
tenaga kerja di perkotaan baik migran ataupun non migran terbanyak berada pada
range usia 26 tahun hingga 35 tahun dan 36 tahun hingga 45 tahun. Kedua range
usia ini berada pada range usia produktif tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada

8
range usia 26 hingga 35 tahun mencapai 2.411 untuk migran atau setara dengan
28,76% dan 12.202 atau 25,53% untuk tenaga kerja non migran.

4. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Bekerja


Waktu bekerja adalah waktu yang digunakan tenaga kerja untuk
melakukan jenis pekerjaannya yang dihitung tiap minggu.

Tabel 4.5: Karakteristik Tenaga Kerja di Perkotaan berdasarkan Waktu


Bekerja Selama Seminggu
60

40

20 Non Migran

0 Migran

1-10 jam
11-20 jam
21-30 jam
31- 40 jam
41-50 jam
51-60 jam
61-70 jam
71 - 80 jam
> 80 jam

Sumber : SAKERNAS,2013 (data diolah)

Secara umum, jumlah jam kerja tenaga kerja yang ada di perkotaan
berkisar antara 31 sampai dengan 50 jam perminggu. Apabila terdapat jam kerja
yang jauh di bawahnya atau diatasnya hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
kegiatan atau terdapat faktor-faktor lain seperti kesehatan tenaga kerja, sistem
pengupahan berdasarkan waktu bekerja, umur tenaga kerja dan faktor lain seperti
tuntutan kebutuhan keluarga dan sebagainya.

5. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja baik migran dan non
migran yang ada di Indonesia relatif beragam.

Tabel. 4.6: Karakteristik Tenaga Kerja di Perkotaan Berdasarkan Jenjang


Pendidikan.
Migran Non Migran
Jenjang
Persentase (%) Persentase
Pendidikan Frekuensi Frekuensi
(%)
Tidak Pernah
51 0,60 739 1,50
Sekolah
Tidak lulus SD 440 5,18 5.148 10,42
SD 1.311 15,42 9.396 19,01
SMP 1.250 14,70 8.760 17,72
SMA/SMK 3.409 40,10 17.934 36,29
D1/D2 106 1,25 548 1,11
D3 422 4,96 1.403 2,84
S1 1.296 15,25 4.905 9,92
S2/S3 216 2,54 591 1,20
Jumlah 8.501 100,00 49.424 100,00
Sumber: SAKERNAS,2013 (data diolah)

9
Tenaga kerja di perkotaan didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan menengah yaitu SMA/SMK baik tenaga kerja migran ataupun non
migran. Jumlah tenaga kerja yang mengenyam pendidikan menengah kebawah
jumlahnya masih cukup tinggi sedangkan tenaga kerja berpendidikan menengah
keatas secara umum jumlahnya masih cukup rendah.

6. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pernikahan


Seseorang tenaga kerja yang memiliki status pernikahan antara yang
belum menikah dan telah menikah memiliki minat bekerja yang berbeda.Bagi
mereka yang belum menikah biasanya cenderung memikirkan untuk kecukupan
kebutuhan pribadinya. Sedangkan bagi tenaga kerja yang sudah menikah, mereka
lebih bersemangat untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik dengan cara
giat bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga.

Gambar 4.2 : Karakteristik Tenaga Kerja di perkotaan Berdasarkan Status


Pernikahan

100

50
Migran
0
Non Migran
Belum Menikah
Menikah
(Single)

Sumber : SAKERNAS, 2013 (data diolah)

Secara umum, tenaga kerja di perkotaan baik migran ataupun non migran di
dominasi oleh tenaga kerja yang telah menyandang status telah menikah.

7. Karakteristik Tenaga Kerja berdasarkan Status dalam Keluarga


Status dalam keluarga sebagai kepala rumah tangga menjadi salah satu
variabel yang dipertimbangkan dalam pasar tenaga kerja. Mengingat beban
kepala keluarga yang memiliki peran krusial sebagai tulang punggung keluarga.

Gambar 4.3 : Karakteristik Tenaga Kerja berdasarkan Status salam Keluarga

100%
50%
0% Non Migran
Migran
Bukan Kepala
Rumah Tangga Kepala Rumah
Tangga

Sumber : SAKERNAS, 2013 (data diolah)


Berdasarkan data hasil Survey SAKERNAS tahun 2013 menunjukkan bahwa
partisipasi angkatan kerja Indonesia cukup tinggi dimana tenaga kerja dengan status

10
bukan kepala rumah tangga juga berpartisipasi dalam pasar kerja dengan cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja baik migran dan non migran yang
berpartisipasi bukan sebagai kepala rumah tangga.

8. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik tenaga kerja di perkotaan berdasarkan jenis kelamin secara
dominan didominasi oleh tenaga keja berjenis kelamin laki-laki.Dominasi yang
mencolok ini dipengaruhi oleh kewajiban mereka sebagai tulang punggung
keluarga ataupun kewajiban laki-laki untuk lebih mandiri dalam hal pekerjaan
dibandingkan perempuan.

Gambar 4.4. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkana Jenis Kelamin


100

50
Migran
0 Non Migran

Laki-laki
Perempuan

Sumber : SAKERNAS, 2013 (data diolah)

Tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki yang secara umum memiliki ruang
gerak yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini menyangkut
bidang pekerjaan yang bisa mereka geluti ataupun tempat pekerjaan mereka
berada, baik di tempat asal atau mereka harus berpindah.Sehingga mereka lebih
leluasa untuk memasuki bidang pekerjaan daripada perempuan.

9. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan


Sektor formal merupakan gambaran dari pekerjaan yang memiliki status
yangjelas dan upah yang sesuai dengan UMR.Sedangkan sektor informal bersifat
bebas dan berskala kecil.Kedua sektor ini berkembang dengan baik di negara
berkembang karena keduanya bisa dikatakan sebagai simbiosis mutualisme dalam
penyerapan tenaga kerja di perkotaan.

Gambar 4.5. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan


100
80
60
Migran
40
20 Non Migran
0
Sektor Formal Sektor Informal

Sumber : SAKERNAS, 2013 (data diolah)

11
Berdasarkan fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyerapan
tenaga kerja sektor formal di perkotaan jauh lebih besar dibandingkan dengan
penyerapan tenaga kerja di sektor informal.

10. Karakteristik Tenaga Kerja Berdasarkana bidang Pekerjaan


Berdasarkan bidang pekerjaan yang digeluti oleh tenaga kerja di perkotaan
baik migran ataupun non migran memiliki jumlah yang cukup beragam. Dari 9
(sembilan) bidang utama pekerjaan, terdapat 4 (empat) bidang yang memiliki
jumlah terbanyak yaitu industri, perdagangan, jasa dan pertanian dengan
komposisi tenaga kerja sebagai berikut :

Gambar 4.4. Jumlah Tenaga Kerja di Perkotaan menurut Bidang Pekerjaan tahun
2013
20000
15000
10000
5000
0 Migran
Nonmigran

Sumber : SAKERNAS,2013 (data diolah)


Melihat dominasi penyerapan tenaga kerja bidang perdagangan, dapat
dikatakan bahwa di perkotaan memiliki aktivitas perdagangan yang cukup tinggi
yang digeluti oleh tenaga kerja di dalamnya baik migran maupun non migran

Hasil Uji F dan Uji R2

1. Hasil Uji F
Tabel 4.7. Hasl Uji F
Number of obs = 40940
F (12, 40928) = 1839.98
Prob > F = 0.0000
R-squared = 0.3504
Adj R-squared = 0.3502
Root MSE = 0.67082

Berdasarkan pengujian, nilai F hitung yaitu sebesar 0.000 sehingga F


hitung < sig 5% maka dapat dikatakan H1 diterima.Hasil pengujian ini dapat
diinterpretasikan bahwa semua variabel independen (status migrasi, umur,
pendidikan, status pernikahan, status kepala rumah tangga, jenis kelamin, sektor
pekerjaan, bidang pekerjaan dan jam kerja) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.

12
2. Hasil Uji R2
Koefisien determinasi atau biasa disebut sebagai R squared
menginterpretasikan seberapa besar secara simultan semua variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian, nilai R suqred
menunjukkan hasil 0.3504. Hasil tersebut mengartikan bahwa semua variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 35,04 %. Dan sisanya
yang diperoleh dari perhitungan pengurangan 100% dan 35,04% dengan hasil
64,96% adalah pengaruh variabel-variabel lain di luar model regresi.

Tabel 4.8. Hasil Uji R2


Number of obs= 40940
F (12,40928) = 1839.98
Prob > F = 0.0000
R-squared = 0.3504
Adj R-squared = 0.3502
Root MSE = 0.67082

Sumber : Hasil Pengujian uji R2, Stata 10

Hasil Uji Asumsi Klasik


1. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
beberapa atau sebuah variabel yang menjelaskan dalam model regresi.

Tabel 4.8. Hasil Uji Multikolinearitas


Varibel Independen VIF 1/VIF
Migran 1.06 0.946066
Umur 1.57 0.635894
Pendidikan 1.34 0.746843
Married 1.21 0.824840
Kepalarumah tangga 2.00 0.501038
Jenis Kelamin 1.66 0.601063
Formal 1.50 0.666582
Industri 1.36 0.736805
Perdagangan 1.58 0.634211
Jasa 1.75 0.570480
Pertanian 1.28 0.780945
Jam Kerja 1.06 0.944058
Sumber : Hasil Uji Multikolinearitas, Stata 10.

Hasil uji multikolinearitas terhadap data pada penelitian ini hasilnya


menunjukkan bahwa model regresi linear berganda terbebas dari gejala
multikolinearitas. Dimana keseluruhan nilai 1/vif (tolerance) lebih dari 0,1.

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
dengan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan dengan yang lain

13
tetap, maka model tersebut homoskedastis, namun jika berbeda disebut
heteroskedastis.

Tabel 4.9. Hasil Uji Heteroskedatisitas


Variabel Coef. Robust Std.Err
Migran .1987515 .0082447
Umur .0070221 .0003659
Pendidikan .0893001 .0009467
Married .1653642 .008377
Kepalarumah tangga .1589596 .0092314
Jenis Kelamin .1756783 .0091921
Formal .2619548 .00883837
Industri -.0937928 .010465
Perdagangan .01096989 .0100795
Jasa -.1299291 .0093135
Pertanian -.214303 .0145317
Jam Kerja .0079577 .0002356
_cons 12.17014 .022565
Sumber : Hasil Perbaikan Uji Heteroskedastisitas, Stata 10.

Analisis Data dan Pembahasan

1. Probabilitas Migran dalam Memasuki Sektor Formal dan Informal

Pada tabel 4.16 merupakan hasil regresi model probit. Secara umum,
semua variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen memiliki
tingkat signifikansi sangat baik yang ditandai dengan nilai dari P |z| pada tingkat
probabilitas < 0,05 yaitu 0.000. Hasil regresi menunjukkan variabel berslope
positif antara lain status migran, tingkat pendidikan, status dalam keluarga (kepala
rumah tangga), jenis kelamin (laki-laki). Sedangkan variabel berslope negatif
antara lain umur dan status pernikahan (menikah).

Hasil Pengolahan Data Menggunakan Model Probit Pada Stata 10

Variabel Dependen :
1 : apabila tenaga kerja migran atau non migran di perkotaan bekerja
sektor formal
0 : apabila tenaga kerja migran atau non migran di perkotaan bekerja
sektor informal

Tabel 4.10. Hasil Regresi Probit

Probit Regression
Number of obs = 52841
LR chi2 (6) = 9421.70
Prob > Chi2 = 0.0000
Pseudo R2 = 0.1333
Log likelihood = - 30617.51

14
formal Coef. Std. Err. Z P > [95% Interval]
|z| Conf.
Migran .5923965 .0192252 30.81 0.000 .5547158 .6300771
Umur -.0049701 .0005684 -8.74 0.000 -.0060842 -.0038561
Pendidikan .1220221 .0015499 78.73 0.000 .1189843 .12506
Married -.109149 .0145573 -7.50 0.000 -.1376809 -.0806172
Kepala
rumah .1423979 .0168219 8.47 0.000 .1094276 .1753682
tangga
Jenis
.0874408 .0156024 5.60 0.000 .0568607 .1180208
kelamin
_cons -.8096105 .0298883 -27.09 0.000 -.8681905 -.7510304
Sumber : Hasil Regresi data SAKERNAS 2013 (data diolah)

Hasil regresi tersebut dapat menjelaskan bahwa tenaga kerja di perkotaan


yang memiliki probabilitas lebih besar untuk bekerja di sektor formal yaitu tenaga
kerja berstatus migran, berusia produktif yang cukup muda, memiliki tingkat
pendidikan menengah keatas, bersatus telah menikah, berstatus sebagai kepala
rumah tangga dan berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya, bagi tenaga kerja yang
lebih berpeluang untuk memasuki sektor informal berkarakteristik sebagai tenaga
kerja non migran (penduduk asli), berusia relatif tua, memiliki tingkat pendidikan
menengah ke bawah, berstatus telah menikah, berstatus bukan sebagai kepala
rumah tangga, berjenis kelamin perempuan.

Hasil Regresi Berganda Berbasis Ordinary Least Square (OLS)


Tabel 4.17 merupakan tabel hasil regresi linear berganda berbasis OLS
yaitu suatu metode ekonometrika yang dipilih untuk menguji keeratan atau
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen yang
mempengaruhinya.
Secara umum, hasil regresi menunjukkan 8 dari 9 variabel independen
secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.Hanya 1 variabel yang
tidak signifikan yaitu bidang pekerjaan utama perdagangan.Hal ini dapat dilihat
dalam tabel nilai P > | t | pada tingkat probabilitas < 0.05 yaitu sebesar 0.000.
Hasil regresi menunjukkan variabel berslope positif yaitu status migran, usia,
tingkat pendidikan, status pernikahan, status dalam keluarga (kepala rumah
tangga), jenis kelamin (laki-laki), sektor formal, bidang pekerjaan utama
perdagangan, dan lama bekerja. Sedangkan variabel berslope negatif antara lain
bidang pekerjaan utama bidang industri, jasa dan pertanian.

15
Tabel 4.11 : Hasil Regresi Linear Berganda Untuk Pendapatan Pekerja Migran
dan Non Migran Perkotaan di Indonesia.
Number of obs = 40940
Source SS df MS F (12, 40928) = 1839.98
Model 9935.86248 12 827.98854 Prob > F = 0.0000
Residual 18417.1305 40927 .449999523 R-squared = 0.3504
Total 28352.993 40939 .692566818 Adj R-squared = 0.3502
Root MSE = 0.67082

Coef. Std.Err t P>|t| [95% Interval]


Conf.
Migran .1987515 .0090808 21.89 0.000 .1809528 .2165501
Umur .0070221 .00034 20.65 0.000 .0063556 .0076885

Pendidikan .0893001 .0009276 96.27 0.000 .0874821 .0911182

Married .1653642 .0081586 20.27 0.000 .1493732 .1813551


Kepalaruma
.1589596 .0093766 16.95 0.000 .1405814 .1773379
h tangga
Jenis
.1756783 .0090962 19.31 0.000 .1578495 .1935071
Kelamin
Formal .2619548 .0085112 30.78 0.000 .2452727 .2786369

Industri -.0937928 .011417 -8.22 0.000 -.1161703 -.0714153

Perdagangan .01096989 .0140714 1.05 0.295 -.0095527 .0314905

Jasa -.1299291 .009435 -13.77 0.000 -.148422 -.1114362

Pertanian -.214303 .0140714 -15.23 0.000 -.2418832 -.1867228

Jam Kerja .0079577 .0002089 38.10 0.000 .0075483 .008367

_cons 12.17014 .0210907 577.04 0.000 12.1288 12.21148


Sumber : Hasil Regresi Stata 10

a. Pengaruh Status Migrasi Terhadap Pendapatan


Berdasarkan hasi regresi, variabel status migran memiliki nilai koefisien
sebesar 0,1987515 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Maka variabel
status migrasi (migran) yang melekat pada diri seorang tenaga kerja
mempengaruhi pendapatan yang mereka peroleh.Berdasarkan penelitian terdahulu
yang ditulis oleh Tadjuddin pada tahun 2009 menjelaskan bahwa, salah satu
karakteristik tenaga kerja migran adalah memiliki pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja non migran sehingga lebih berpeluang untuk
memasuki sektor formal dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja non migran.

b. Pengaruh Variabel Usia terhadap Tingkat Pendapatan


Usia tenaga kerja yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
pendapatan. Berdasarkan hasil regresi, nilai koefisien variabel usia 0.0070221 dan

16
nilai signifikansi 0.000 (<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa, tenaga kerja yang
memiliki usia lebih matang akan mendapatkan pendapatan yang semakin baik.
Bagi tenaga kerja dengan usia produktif antara 25-55 tahun cenderung memiliki
produktivitas yang tinggi sehingga memiliki pendapatan yang baik.

c. Pengaruh Waktu Bekerja terhadap Tingkat Pendapatan


Berdasarkan hasil regresi, nilai koefisien variabel waktu bekerja (jam
kerja) yaitu sebesar 0,00799577 dan nilai signifikansi menunjukkan 0,000
(<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa, tenaga kerja yang bekerja dengan jangka
waktu yang lebih panjang akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan migran atau non migran yang bekerja dengan waktu yang
lebih sedikit atau pendek. Bagi tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dan skill
yang memadai cenderung memiliki waktu bekerja fulltime (41-51 jam/minggu)
karena kemampuan mereka yang baik di sektor formal sehingga berpengaruh
terhadap pendapatan. Sedangkan bagi tenaga kerja yang bekerja setengah
menganggur senderung memiliki pendapatan yang lebih rendah.

d. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan


Sesuai dengan hasil regresi, koefisien pendidikan memiliki nilai sebesar
0,0893001 sedangkan nilai signifikansinya 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa secara positif dan signifikan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga
kerja di perkotaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan
yang akan diterima selama di perkotaan.Berdasarkan teori tingkat partisipasi
angkatan kerja, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
maka mereka diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih tinggi pula. Seiring
dengan hal tersebut maka waktu yang disediakan tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan menengah keatas akan lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga ekrja
dengan pendidikan menengah kebawah. Terlebih bagi tenaga kerja wanita.
Mereka akan meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga demi
mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi (Simanjuntak, 1985).

e. Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Tingkat Pendapatan


Berdasarkan hasil regresi, variabel status perkawinan (menikah) memiliki
koefisien sebesar 0,1653642 dan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Hal ini dapat
diartikan bahwa, migran dengan status menikah memiliki kecenderungan secara
signifikan dalam mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
migran yang belum menikah.Sebab ketika seseorang sudah menikah
mengharuskan mereka untuk mencari pendapatan yang tinggi guna memenuhi
kebutuhan. Seseorang yang telah menikah memiliki jumlah tanggungan yang
lebih banyak antara lain kebutuhan sekolah anak, kebutuhan ekonomi dan
kebutuhan pribadi sehingga mereka akan bekerja lebih giat untuk mendapatkan
pendapatan yang lebih banyak demi mencukupi kebutuhan.

f. Pengaruh Status Kepala Rumah Tangga terhadap Pendapatan


Hasil regresi menunjukkan koefisien variabel status kepala rumah tangga
memiliki nilai 0,1589 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Terdapat
kecenderungan secara positif dan signifikan bahwa tenaga kerja migran atau

17
nonmigran yang berstatus sebagai kepala rumah tangga secara signifikan
mempengaruhi pendapatan yang diterima. Atau tenaga kerja berstatus sebagai
kepala rumahtangga akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak menyandang status sebagai kepala
keluarga. Fakta tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Pirmana (2006), yang menjelaskan bahwa tenaga kerja yang berstatus sebagai
kepala rumah tangga akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak berstatus sebagai kepela rumah
tangga.

g. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Tingkat Pendapatan


Hipotesis ketujuh bahwa faktor jenis kelamin berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap pendapatan yang diterima oleh migran dalam Bab 2
dinyatakan diterima. Berdasarkan hasil regresi variabel jenis kelamin (laki-laki)
memiliki koefisien sebesar 0,1756783 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Sehingga dapat diartikan bahwa tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki akan
mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi daripada tenaga kerja berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan tenaga kerja berjenis kelamin wanita cenderung
bekerja sebagai buruh dan kurang bisa memasuki semua bidang pekerjaan dan
terdapat diskriminasi upah antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki ( Pirmana,
2006).

h. Pengaruh Sektor Pekerjaan terhadap Tingkat Pendapatan


Berdasarkan hasil regresi, variabel status pekerjaan (formal) memiliki
koefisien 0,2619548 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Migran yang
bekerja di sektor formal akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan migran yang bekerja di sektor informal. Sehingga status
pekerjaan (formal dan informal) berpengaruh besar dalam pendapatan yang
diterima oleh migran.Penelitian erdahulu yang ditulis oleh Tadjudin dkk pada
tahun 2009 menjelaskan bahwa tenaga kerja migran cenderung memiliki tingkat
pendidikan yang lebih baik dan etos kerja yang lebih baik pula dibandingkan
dengan non migran. Sehingga tenaga kerja migran lebih berpotensi utnuk
memasuki sektor formal dimana sektor tersebit cenderung memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi dan stabil.

i.Variabel Bidang Pekerjaan Industri Terhadap Tingkat Pendapatan


Berdasarkan hasil regresi, bidang pekerjaan sektor industri memiliki
koefisien sebesar -0,0937928 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Dapat
dikatakan bahwa migran yang memasuki sektor industri berkecenderungan secara
negatif dan signifikan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh pekerja baik
migran ataupun non migran.Bagi tenaga kerja di perkotaan yang bekerja di sektor
industri tidak selalu mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pekerja yang bekerja di bidang pekerjaan lainnya.

j.Variabel Bidang Pekerjaan Perdagangan terhadap Tingkat Pendapatan


Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel
bidang pekerjaan perdagangan yaitu sebesar 0,0109689 dan nilai signifikansi
sebesar 0,295 ( > 0,05 ). Hal ini dapat diartikan bahwa tenaga kerja yang bekerja

18
di bidang pekerjaan utama sektor perdagangan memiliki upah/ pendapatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja di bidang pekerjaan
utama lainnya.Namun, sektor perdagangan tidak signifikan terhadap pendapatan
tenaga kerja. Dengan kata lain, bidang perdagangan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan atau lebih besar dari bidang pekerjaan utama lainnya yang ada di
perkotaan.

k. Variabel Bidang Pekerjaan Jasa terhadap Tingkat Pendapatan


Pada variabel bidang pekerjaan di sektor jasa, dapat diketahui bahwa nilai
koefisien pada tabel hasil regresi menunjukkan angka -0,1299291 dengan nilai
signifikansi 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima oleh
tenaga kerja migran dan non migran yang bekerja di sektor jasa secara signifikan
lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang bekerja di sektor lainnya.

l.Variabel Bidang Pekerjaan Pertanian terhadap Tingkat Pendapatan


Pada variabel bidang pekerjaan di sektor pertanian, dapat diketahui bahwa
nilai koefisien pada tabel hasil regresi menunjukkan angka -0,214303 dengan nilai
signifikansi 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima oleh
migran yang bekerja di sektor pertanian secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan pekerja yang bekerja di sektor lainnya.

E. Kesimpulan dan Saran

1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil estimasi model dan analisis data yang dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik tenaga kerja perkotaan di Indonesia yang memiliki
probabilitas lebih tinggi untuk memasuki sektor formal perkotaan di
Indonesia adalah seseorang tenaga kerja dengan status migran,
berusia muda, dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tenaga
kerja yang berstatus belum menikah, tenaga kerja berstatus sebagai
kepala rumah tangga dan berjenis kelamin laki-laki memiliki
probabilitas lebih tinggi untuk memasuki sektor formal dibandingkan
dengan tenaga kerja nonmigran (penduduk asli). Sedangkan tenaga
kerja yang berusia tua, dengan pendidikan rendah, berstatus sudah
menikah,berstatus bukan kepala rumah tangga berjenis kelamin
perempuan lebih cenderung memiliki probabilitas yang lebih rendah
untuk memasuki sektor formal di perkotaan atau cenderung memasuki
sektor informal.
2. Tenaga kerja dengan status migran memiliki pendapatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja dengan status non migran
yang ada di perkotaan. Karakteristik tenaga kerja perkotaan yang
memiliki pendapatan lebih tinggi adalah tenaga kerja yang memiliki
usia produktif yang cukup muda, berkisar antara 25 hingga 45 tahun,
waktu bekerja yang mereka miliki berkisar antara 41 hingga 50 jam
per minggu, memiliki tingkat pendidikan menengah keatas, berstatus
telah menikah, berstatus sebagai kepala rumah tangga, berjenis

19
kelamin laki-laki, bekerja di sektor formal, dan bekerja pada bidang
pekerjaan utama perdagangan. Sedangkan bagi tenaga kerja yang
berstatus sebagai non migran (penduduk asli), tenaga kerja dengan
usia matang atau tua, memiliki waktu bekerja yang cukup rendah,
memiliki tingkat pendidikan menengah kebawah, memiliki status
perkawinan belum menikah, bukan sebagai kepala rumah tangga,
berjenis kelamin perempuan, bekerja di informal dan menggeluti
bidang pekerjaan pertanian, industri serta jasa memiliki
kecenderungan memperoleh pendapatan yang lebih rendah selama
bekerja di perkotaan.

2. Saran

1. Mengembangkan program pengembangan dan pemberdayaan usaha


sektor informal yang berkembang di masyarakat. Mengingat potensi
masyarakat di sektor ini yang sangat besar maka program-program yang
mampu meningkatkan perekonomian rakyat bisa digalakkan dengan
maksimal sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat kelas
menengah ke bawah.
2. Peningkatan pemberdayaan masyarakat. Dilihat dari sudut pandang
pendidikannya, hingga tahun 2013 ini masih banyak yang belum mampu
bersekolah dengan derajat pendidikan menengah hingga tinggi.Pemerataan
tenaga pengajar dan sistem pendidikan yang mampu menjangkau pelosok
negeri sebaiknya bisa digalakkan dengan lebih baik.Sehingga diharapkan
tenaga kerja perkotaan di seluruh wilayah Indonesia mampu memiliki
potensi yang mumpuni untuk memasuki sektor formal di wilayahnya
masing-masing.
3. Migrasi masuk yang dilakukan oleh tenaga kerja usia produktif pada
suatu perkotaan apabila jumlahnya sangat besar akan menimbulkan
dampak negatif yaitu pengangguran di perkotaan. Sehingga diperlukan
pembangunan dan pengembangan potensi desa sesuai dengan program
pemerintah yang sedang digalakkan agar tenaga kerja usia produktif
memilih menetap di tempat asal daripada bermigrasi ke perkotaan.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Drs. 1983. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : PT. Bina Aksara.
Azaini, Muhammad Rizal. 2014. Analisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum dan Investasi terhadap penyerapan Tenaga Kerja di Kota
Malang (Studi Kasus Tahun 1998-2012). Skripsi : Universitas
Brawijaya Malang.
Borjas, George. 2013. Labor Economics. Sixth Edition. New York : Mc Graw
Hill.
Breman, J.C. 1980. The Informal Sector: Theory and Research. Rotterdam,
CASP.

20
Erlando, Angga. 2013. Analisis terhadap Migran Sirkuler Kota Surabaya. Skripsi :
Universitas Brawijaya Malang.

Firnandy.2002. Studi Profil Pekerja di sektor Informal dan Arah Kebijakan ke


Depan.http://www.bappenas.go.id/files/4213/5027/5937/13profil-
pekerja-di-sektor-informal-dan-arah-kebijakan-ke-
depan__20081123002641__12.pdf. Diakses pada 3 November 2015.
Gujarati N. D. Dan Porter C. Dawn. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 1
Edisi 5.Mc Graw Hill.Jakarta : Salemba Empat.
Gujarati N. D. Dan Porter C. Dawn. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 2
Edisi 5.Mc Graw Hill.Jakarta : Salemba Empat.
Jhingan.2000. Ekonomi Pembangunan dan perencanaan.Jakarta : Rajawali Press.
Kinanti, Cyndi Sangri. 2015. Analisis Setengah Menganggur : Antara Sukarela
dan Keterpaksaan. Skripsi : Universitas Brawijaya Malang.
Listya.Rachmina. 2013. Do They Look Informal Jobs ? Migration of the working
Age in Indonesia. IUSSP.Korea Selatan.
Lee, Everet.S. 1966. A Theory of Migration. Demography.3 (No.1), pp 47-57
Mubyarto. 2014. Ekonomi Kerakyatan. Jakarta. Lembaga Suluh Nusantara
bekerjasama dengan American Institute for Indonesia Studies (AIFIS).
Pirmana, Viktor. 2006. Earning Differential Between Male-Female In Indonesia:
Evidence From Sakernas Data. Bandung : Fakultas Ekonomi
Universitas Padjajaran. http://core.ac.uk/download/ files/
153/9317806.pdf.Diakses pada 14 Januari 2016.
Pratomo, Devanto Shasta. 2014. Ekonomi Ketenagakerjaan. Malang : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Pratomo dan Saputra. 2011. Kebijakan Upah Minimum untuk Perekonomian yang
Berkeadilan : Tinjauan UUD 1945. Malang, Universitas Brawijaya.
Rofiq.Aunur.2014.Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan : Kebijakan dan
tantangan Masa Depan. Jakarta ; Republika.
Rolis, Moh. Ilyas.Sektor Informal Perkotaan dan Ikhtiar Perberdayaannya.Jurnal
Sosiologi Islam, Vol. 3, No.2 Oktober
2013.http://jsi.uinsby.ac.id/index.php/jsi / article/view/40/37.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi
Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sholeh.Maimun. 2007. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah :
Teori Serta Beberapa Potretnya di Indonesia. Yogyakarta.Universitas
Negeri Yogyakarta.
Simanjuntak.Payaman,J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta
: Lembaga Penerbit UI.
Subri, Mulyadi.2003.Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV. Alfa Beta.
Suparno.Eman. 2009. National Manpower Strategi (Strategi Ketenagakerjaan
Nasional ). Jakarta: Gramedia.
Susilo. Heru Prasetyo. 2010. Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap
Output Sektor Industri Kecil Di Kabupaten

21
Sukoharjo,KabupatenSragen Dan Kota Surakarta - 12346576.Pdf.
Jurnal Studi Ekonomi. Solo : Universitas Sebelas Maret.
Tambunan, Tulus. 1998. Krisis Ekonomi Indonesia Penyebab dan
Penanggulangannya. Jakarta: LP3E KADIN Indonesia dan Yayasan
Indonesia Forum.
Tjiptoherijanto.Prijono.1997.Migrasi, Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. UI
Pres.
Tjptoherijanto, Priyono. 2000. Mobilitas Penduduk Dan Pembangunan Ekonomi.
http://old.bappenas.go.id/get-file-server/node/8631/. Diakses pada 8
Oktober 2015.
Todaro, Michael dan Smith, Stephen. 2011. Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Yuliadi.Imamudin. 2007.Perekonomian Indonesia.Yogyakarta.BPFE UMY.
Yustika. 2007. Perekonomian Indonesia. Malang: BPFE Universitas Brawijaya.

. ILO.2014. Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di


Indonesia.http://www.ilo.org/wcmsp5 /groups/ public/---asia/---ro-
bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/ wcms_233250.pdf.
diakses pada 1 November 2015.
. Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus
2011.pdf.http://www.ilo.org / surveydata/index.php/catalog/379/
download/4359.Diakses pada 23 Oktober 2015.

. Keterbatasan Pembuatan Kebijakan ekonomi Infromal Indonesia ,


Pelajaran Dekade Ini. 2015. http://www.ilo.org/ wcmsp5/
groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/ documents/
publication/ wcms_ 145401.pdf.diakses pada 6 November 2015.
. Kebijakan Upah Minimum. 2012. Ilo.org. diakses pada 5
Nopember 2015.
. Migrasi Recent.2013. http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/
id/1273.Diakses pada 6 Oktober 2015.
. Peran Sektor Informal Sebagai Katup pengamanan Masalah
Ketenagakerjaan.2009. http://bappenas.go.id/files/3513/5027
/3734/kajian-peran-sektor-informal 2010090310304327490_
_20110518101103__3050__0.pdf.Diakses pada 3 November 2015.
. Peran Sektor Informal sebagai Katup Pengaman Masalah
Ketenagakerjaan.http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file
=digital/111632-%5B_Konten_%5D-L.361.%20Bab.%202%20
Tinjauan%20Literatur.pdf.diakses pada 23 Oktober 2015.
BPS Indonesia. Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
(2001-2013).http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1622. Diakses
pada 2 November 2015.Diakses pada 3 November 2015.
BPS Indonesia. Produk Domestik Bruto.
http://www.bi.go.id/id/statistik/ metadata/sekda/ Documents/
8PDRBSEKDA1.pdf.Diakses pada 3 November 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai