ABSTRAK
Kata kunci : Tenaga kerja migran, tenaga non migran, sektor formal,
sektor informal, perkotaan Indonesia.
A. LATAR BELAKANG
1
Kedatangan tenaga kerja usia produktif di perkotaan menyebabkan
pertambahan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan dan meningkatkan
persaingan antara tenaga kerja migran dan tenaga kerja non migran yang berusaha
memasuki lapangan pekerjaan di sektor formal. Sektor formal yang dikenal
sebagai lapangan pekerjaan yang resmi dan memiliki tingkat pengupahan yang
stabil serta menjanjikan pekerjaan layak cenderung memiliki kuota yang sempit
untuk dimasuki angkatan kerja. Selain itu kualifikasi tenaga kerja untuk
memasuki sektor tersebut cukup ketat seperti jenjang pendidikan menengah
keatas, keahlian yang dimiliki dan pengalaman kerja. Sedangkan tenaga kerja
Indonesia sebagian besar merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
menegah kebawah dan tidak memiliki pengalaman kerja. Maka lahirlah sektor
informal dengan kelebihannya yang sesuai dengan ekonomi kerakyatan yaitu
tingkat permodalan yang rendah, tenaga kerja bebas keluar masuk, tidak
membutuhkan skill yang memadai, penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan tahan
terhadap guncangan ekonomi makro.
Perkembangan sektor formal dan informal yang cukup pesat di Indonesia
menjanjikan suatu pertumbuhan ekonomi yang meningkat.. Sesuai dengan catatan
pemaparan ILO (2012), lapangan kerja formal cenderung mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pada satu dekade terakhir lapangan kerja sektor formal mencapai
36,1% pada tahun 2002 dan meningkat secara perlahan hingga mencapai 46,8% di
tahun 2012. Sedangkan perkembangan sektor informal cenderung menurun dari
63,9% di tahun 2002 menjadi 53,2% di tahun 2012.Penyerapan tenaga kerja
sektor formal juga memiliki tren yang cukup baik. Pada tahun 2002 jumlah buruh
atau pekerja sektor formal tercatat sebanyak 33,12 juta jiwa dan meningkat
menjadi 39,47 juta jiwa di tahun 2008 dan kembali meningkat menjadi 51,8 juta
jiwa pada tahun 2012. Sebaliknya, jumlah buruh/pekerja di sektor informal mesti
hanya mengalami sedikit kenaikan namun jumlahnya mencapai dua kali lipat dari
sektor formal. Pada tahun 2002 jumlah buruh sektor informal tercatat 58,5 juta
dan meningkat menjadi 63,1 juta jiwa di tahun 2008 dan mengalami penurunan di
tahun 2012 mencapai 58,97 juta jiwa (ilo.org, 2012).
Seiring dengan perkembangan sektor formal dan sektor informal di
Indonesia, maka dalam penelitian ini berusaha untuk memaparkan tentang
probabilitas tenaga kerja migran dalam memasuki sektor formal dan sektor
informal di perkotaan serta pengaruh status migrasi terhadap pendapatan tenaga
kerja di perkotaan yang berjudul " Analisis terhadap Pekerja Migran dan Nonmigran
Perkotaan pada Sektor Formal dan Sektor Informal di Indonesia”. Rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana probabilitas migran untuk masuk ke sektor formal dan
sektor informal Indonesia ?
2. Bagaimana status migrasi mempengaruhi pendapatan tenaga kerja
perkotaan di Indoensia ?
B. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Migrasi
Pengertian migrasi yang diutarakan oleh Lee (1966) adalah perubahan
tempat tinggal yang permanen ataupun semi permanen dan tidak ada batasan
mengenai jarak yang ditempuh, apakah perubahan tempat tinggal itu dilakukan
2
secara sukarela atau terpaksa, dan apakah perubahan tempat tinggal itu antar
negara atau masih dalam satu negara.
Tabel 2.1. Definisi BPS Untuk Sektor Formal dan Sektor Informal
Jenis Pekerjaan
Profesional, Penjual, Pekerjaan Produksi, Lainnya
Status Direktur, Buruh Pertanian Transpor
Manajer tasi, Tenaga
Ahli
Memiliki usaha
Formal Informal Informal Informal Informal
sendiri
Memiliki usaha
sendiri dengan Formal Formal Informal Formal Informal
pekerja keluarga
Pemberi kerja
Formal Formal Formal Formal Formal
dengan pekerja
3
permanen
Karyawan Formal Formal Formal Formal Formal
Karyawan lepas
Formal Informal Informal Informal Informal
pertanian
Karyawan lepas non
Formal Informal Informal Informal Informal
pertanian
Pekerja Keluarga Informal Informal Informal Informal Informal
Sumber : BPS (2010)
C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian dari data berupa angka yang kemudian
dianalisis menggunakan metode satistik. Hasil analisis kemudian dijabarkan
dalam suatu deskripsi sebagai proses pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat.
Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada tenaga kerja migran dan non migran di
perkotaan yang ada di wilayah Indoensia padarntang waktu tahun .
Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (1983), variabel penelitian adalah obyek penelitian atau
suatu titik perhatian dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel dependen (Y) dan variabel independen (X).
4
Variabel Dependen
Variabel dependen yang pertama digunakan untuk melihat probabilitas
tenaga kerja migran dan non migran dalam memasuki sektor formal atau informal
yang dinyatakan dalam variabel dummy dimana, angka 1 untuk tenaga kerja yang
masuk ke sektor formal dan angka 0 untuk tenaga kerja yang masuk sektor
informal. Pada model kedua, untuk melihat keberhasilan tenaga kerja perkotaan
dalam mendapatkan pendapatan yang lebih baik, memiliki variabel terikat
pendapatan migran atau non migran yang bergelut di sektor formal ataupun
informal.
Sedangkan untuk variabel independen pada kedua model tersebut adalah
sama, yaitu beberapa karakteristik demografi dan ekonomi seperti tingkat
pendidikan, usia, lama bekerja, status migrasi, status pernikahan, status dalam
keluarga, jenis kelamin, sektor pekerjaan, bidang pekerjaan utama.
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada penelitian
Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2013. Data tersebut
memiliki kelayakan yang cocok dalam penelitian ini sebagai sumber utama.
Selain itu, data pada tahun 2013 merupakan publikasi terbaru yang sudah valid.
Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif, yaitu suatu teknik yang berhubungan dengan pengumpulan data yang
kemudian memberikan informasi yang jelas dan akurat yang kemudian dianalisis
menggunakan alat analisis Stata 10.
5
Uji Statistik
Untuk memperoleh model regresi yang baik, maka harus memenuhi
kriteria antara lain melakukan Uji F dan Uji R2.
1. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
serentak (simultan) terhadap variabel terikat (dependen).
2. Uji R2
Uji R2intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
6
Keterangan : Y = Pendapatan
D1 = Status Migrasi
X1 = Tingkat pendidikan
X2 = Usia
X3 = Waktu bekerja
D2 = Status Pernikahan
D3 = Status dalam keluarga
D4 = Jenis Kelamin
D5 = Sektor Pekerjaan
D6 =Bidang pekerjaan utama
7
Tabel 4.3 : Karakteristik Pendapatan Tenaga Kerja di Wilayah
Perkotaan
50
40
30
20
Migran
10
Non Migran
0
≤ Rp>1Rp
jt 1jt hingga
> Rp≤2Rp
jt hingga
2 jt> Rp ≤3 Rp
jt hingga
3 jt
> Rp ≤4 Rp
jt hingga
4 jt ≤ Rp> Rp
5 jt5 jt
Bagi tenaga kerja dengan usia produktif yang sangat muda antara 15
sampai 25 tahun jumlahnya mencapai 1.481 atau sama dengan 17,67 untuk tenaga
kerja migran dan jumlah tenaga kerja non migran dalam usia range tersebut
jumlahnya mencapai 8.084 orang tau setara dengan 16,91%. Range usia untuk
tenaga kerja di perkotaan baik migran ataupun non migran terbanyak berada pada
range usia 26 tahun hingga 35 tahun dan 36 tahun hingga 45 tahun. Kedua range
usia ini berada pada range usia produktif tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada
8
range usia 26 hingga 35 tahun mencapai 2.411 untuk migran atau setara dengan
28,76% dan 12.202 atau 25,53% untuk tenaga kerja non migran.
40
20 Non Migran
0 Migran
1-10 jam
11-20 jam
21-30 jam
31- 40 jam
41-50 jam
51-60 jam
61-70 jam
71 - 80 jam
> 80 jam
Secara umum, jumlah jam kerja tenaga kerja yang ada di perkotaan
berkisar antara 31 sampai dengan 50 jam perminggu. Apabila terdapat jam kerja
yang jauh di bawahnya atau diatasnya hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
kegiatan atau terdapat faktor-faktor lain seperti kesehatan tenaga kerja, sistem
pengupahan berdasarkan waktu bekerja, umur tenaga kerja dan faktor lain seperti
tuntutan kebutuhan keluarga dan sebagainya.
9
Tenaga kerja di perkotaan didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan menengah yaitu SMA/SMK baik tenaga kerja migran ataupun non
migran. Jumlah tenaga kerja yang mengenyam pendidikan menengah kebawah
jumlahnya masih cukup tinggi sedangkan tenaga kerja berpendidikan menengah
keatas secara umum jumlahnya masih cukup rendah.
100
50
Migran
0
Non Migran
Belum Menikah
Menikah
(Single)
Secara umum, tenaga kerja di perkotaan baik migran ataupun non migran di
dominasi oleh tenaga kerja yang telah menyandang status telah menikah.
100%
50%
0% Non Migran
Migran
Bukan Kepala
Rumah Tangga Kepala Rumah
Tangga
10
bukan kepala rumah tangga juga berpartisipasi dalam pasar kerja dengan cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja baik migran dan non migran yang
berpartisipasi bukan sebagai kepala rumah tangga.
50
Migran
0 Non Migran
Laki-laki
Perempuan
Tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki yang secara umum memiliki ruang
gerak yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini menyangkut
bidang pekerjaan yang bisa mereka geluti ataupun tempat pekerjaan mereka
berada, baik di tempat asal atau mereka harus berpindah.Sehingga mereka lebih
leluasa untuk memasuki bidang pekerjaan daripada perempuan.
11
Berdasarkan fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyerapan
tenaga kerja sektor formal di perkotaan jauh lebih besar dibandingkan dengan
penyerapan tenaga kerja di sektor informal.
Gambar 4.4. Jumlah Tenaga Kerja di Perkotaan menurut Bidang Pekerjaan tahun
2013
20000
15000
10000
5000
0 Migran
Nonmigran
1. Hasil Uji F
Tabel 4.7. Hasl Uji F
Number of obs = 40940
F (12, 40928) = 1839.98
Prob > F = 0.0000
R-squared = 0.3504
Adj R-squared = 0.3502
Root MSE = 0.67082
12
2. Hasil Uji R2
Koefisien determinasi atau biasa disebut sebagai R squared
menginterpretasikan seberapa besar secara simultan semua variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian, nilai R suqred
menunjukkan hasil 0.3504. Hasil tersebut mengartikan bahwa semua variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 35,04 %. Dan sisanya
yang diperoleh dari perhitungan pengurangan 100% dan 35,04% dengan hasil
64,96% adalah pengaruh variabel-variabel lain di luar model regresi.
13
tetap, maka model tersebut homoskedastis, namun jika berbeda disebut
heteroskedastis.
Pada tabel 4.16 merupakan hasil regresi model probit. Secara umum,
semua variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen memiliki
tingkat signifikansi sangat baik yang ditandai dengan nilai dari P |z| pada tingkat
probabilitas < 0,05 yaitu 0.000. Hasil regresi menunjukkan variabel berslope
positif antara lain status migran, tingkat pendidikan, status dalam keluarga (kepala
rumah tangga), jenis kelamin (laki-laki). Sedangkan variabel berslope negatif
antara lain umur dan status pernikahan (menikah).
Variabel Dependen :
1 : apabila tenaga kerja migran atau non migran di perkotaan bekerja
sektor formal
0 : apabila tenaga kerja migran atau non migran di perkotaan bekerja
sektor informal
Probit Regression
Number of obs = 52841
LR chi2 (6) = 9421.70
Prob > Chi2 = 0.0000
Pseudo R2 = 0.1333
Log likelihood = - 30617.51
14
formal Coef. Std. Err. Z P > [95% Interval]
|z| Conf.
Migran .5923965 .0192252 30.81 0.000 .5547158 .6300771
Umur -.0049701 .0005684 -8.74 0.000 -.0060842 -.0038561
Pendidikan .1220221 .0015499 78.73 0.000 .1189843 .12506
Married -.109149 .0145573 -7.50 0.000 -.1376809 -.0806172
Kepala
rumah .1423979 .0168219 8.47 0.000 .1094276 .1753682
tangga
Jenis
.0874408 .0156024 5.60 0.000 .0568607 .1180208
kelamin
_cons -.8096105 .0298883 -27.09 0.000 -.8681905 -.7510304
Sumber : Hasil Regresi data SAKERNAS 2013 (data diolah)
15
Tabel 4.11 : Hasil Regresi Linear Berganda Untuk Pendapatan Pekerja Migran
dan Non Migran Perkotaan di Indonesia.
Number of obs = 40940
Source SS df MS F (12, 40928) = 1839.98
Model 9935.86248 12 827.98854 Prob > F = 0.0000
Residual 18417.1305 40927 .449999523 R-squared = 0.3504
Total 28352.993 40939 .692566818 Adj R-squared = 0.3502
Root MSE = 0.67082
16
nilai signifikansi 0.000 (<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa, tenaga kerja yang
memiliki usia lebih matang akan mendapatkan pendapatan yang semakin baik.
Bagi tenaga kerja dengan usia produktif antara 25-55 tahun cenderung memiliki
produktivitas yang tinggi sehingga memiliki pendapatan yang baik.
17
nonmigran yang berstatus sebagai kepala rumah tangga secara signifikan
mempengaruhi pendapatan yang diterima. Atau tenaga kerja berstatus sebagai
kepala rumahtangga akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak menyandang status sebagai kepala
keluarga. Fakta tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Pirmana (2006), yang menjelaskan bahwa tenaga kerja yang berstatus sebagai
kepala rumah tangga akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak berstatus sebagai kepela rumah
tangga.
18
di bidang pekerjaan utama sektor perdagangan memiliki upah/ pendapatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja di bidang pekerjaan
utama lainnya.Namun, sektor perdagangan tidak signifikan terhadap pendapatan
tenaga kerja. Dengan kata lain, bidang perdagangan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan atau lebih besar dari bidang pekerjaan utama lainnya yang ada di
perkotaan.
1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil estimasi model dan analisis data yang dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik tenaga kerja perkotaan di Indonesia yang memiliki
probabilitas lebih tinggi untuk memasuki sektor formal perkotaan di
Indonesia adalah seseorang tenaga kerja dengan status migran,
berusia muda, dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tenaga
kerja yang berstatus belum menikah, tenaga kerja berstatus sebagai
kepala rumah tangga dan berjenis kelamin laki-laki memiliki
probabilitas lebih tinggi untuk memasuki sektor formal dibandingkan
dengan tenaga kerja nonmigran (penduduk asli). Sedangkan tenaga
kerja yang berusia tua, dengan pendidikan rendah, berstatus sudah
menikah,berstatus bukan kepala rumah tangga berjenis kelamin
perempuan lebih cenderung memiliki probabilitas yang lebih rendah
untuk memasuki sektor formal di perkotaan atau cenderung memasuki
sektor informal.
2. Tenaga kerja dengan status migran memiliki pendapatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja dengan status non migran
yang ada di perkotaan. Karakteristik tenaga kerja perkotaan yang
memiliki pendapatan lebih tinggi adalah tenaga kerja yang memiliki
usia produktif yang cukup muda, berkisar antara 25 hingga 45 tahun,
waktu bekerja yang mereka miliki berkisar antara 41 hingga 50 jam
per minggu, memiliki tingkat pendidikan menengah keatas, berstatus
telah menikah, berstatus sebagai kepala rumah tangga, berjenis
19
kelamin laki-laki, bekerja di sektor formal, dan bekerja pada bidang
pekerjaan utama perdagangan. Sedangkan bagi tenaga kerja yang
berstatus sebagai non migran (penduduk asli), tenaga kerja dengan
usia matang atau tua, memiliki waktu bekerja yang cukup rendah,
memiliki tingkat pendidikan menengah kebawah, memiliki status
perkawinan belum menikah, bukan sebagai kepala rumah tangga,
berjenis kelamin perempuan, bekerja di informal dan menggeluti
bidang pekerjaan pertanian, industri serta jasa memiliki
kecenderungan memperoleh pendapatan yang lebih rendah selama
bekerja di perkotaan.
2. Saran
F. DAFTAR PUSTAKA
20
Erlando, Angga. 2013. Analisis terhadap Migran Sirkuler Kota Surabaya. Skripsi :
Universitas Brawijaya Malang.
21
Sukoharjo,KabupatenSragen Dan Kota Surakarta - 12346576.Pdf.
Jurnal Studi Ekonomi. Solo : Universitas Sebelas Maret.
Tambunan, Tulus. 1998. Krisis Ekonomi Indonesia Penyebab dan
Penanggulangannya. Jakarta: LP3E KADIN Indonesia dan Yayasan
Indonesia Forum.
Tjiptoherijanto.Prijono.1997.Migrasi, Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. UI
Pres.
Tjptoherijanto, Priyono. 2000. Mobilitas Penduduk Dan Pembangunan Ekonomi.
http://old.bappenas.go.id/get-file-server/node/8631/. Diakses pada 8
Oktober 2015.
Todaro, Michael dan Smith, Stephen. 2011. Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Yuliadi.Imamudin. 2007.Perekonomian Indonesia.Yogyakarta.BPFE UMY.
Yustika. 2007. Perekonomian Indonesia. Malang: BPFE Universitas Brawijaya.
22