Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)

Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022


Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

STRUDI KARAKTERISTIK PEKERJA SEKTOR INFORMAL PADA MASA


PANDEMI COVID 19 DI KOTA KENDARI

Rosnawintang
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, Kendari
Email: nanarosnawintang@gmail.com
1
Muh. Yani Balaka, 2Wali Aya Rumbia, 3Ernawati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, Kendari
1
Email: yani.balaka@uho.ac.id
2
Email: waliayaunhalu@gmail.com
3
Email: ernawaty@uho.ac.id
4
Burhanuddin
Politeknik Bina Husada Kendari
Email: burhan038@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik usaha sektor informal di Kota Kendari. Jenis
data yang digunakan yaitu data primer. data diperoleh menggunakan kuisioner kepada 120 responden.
Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem upah
tenaga kerja sektor informal umumnya menggunakan sistem upah tetap dan persentase penjualan.
Besaran upah yang diperoleh tenaga kerja sektor informal sebagian besar berada pada interval Rp500.000-
Rp1.000.000 per bulan. Tenaga kerja pada sektor informal umumnya bersumber dari kelauarga sendiri
karena tidak memerlukan kualifikasi pendidikan khusus. Serapan tenaga kerja pada sektor informal
umumnya 1-2 orang pada setiap usaha sektor informal.

Kata Kunci : Pekerja Sektor Informal.

ABSTRCT
This research aims to analyze the business characteristics of the informal sector in Kendari City.
The type of data used is primary data. The data was obtained using questionnaires to 120 respondents. The
analysis used is descriptive analysis. The results showed that the informal sector labor wage system
generally uses a fixed wage system and sales percentage. The amount of wages earned by informal sector
workers is mostly at intervals of Rp500,000-Rp1.000.000 per month. Labor in the informal sector is
generally sourced from its own dilauarga because it does not require special education qualifications. The
uptake of labor in the informal sector is generally 1-2 people in each informal sector business.

Keywords: Informal Sector Workers

1. PENDAHHULUAN
Keternagakerjaan merupakan hal yang selalu menjadi permasalahan bagi suatu negara.
ha tersebut dikarenakan ketenagakerjaan sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Selain
pengangguran, penignkatan kualitas tenaga kerja juga menjadi fokus bagi pemerintah. Semakin
tinggi kualitas tenaga kerja maka akan mudah terserap pada lapangan kerja yang tersedia.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyatakan, “Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, sesudah masa kerja
Sastrohadiwiryo (2005) menyatakan bahwa dalam pembangunan ketenagakerjaan,
pemerintah diharapkan dapat menyusun dan menetapkan perencanaan tenaga kerja. Perencanaan

Corresponding Author: Rosnawintang 177


Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)
Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022
Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan,
strategi, dan implementasi program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
Penyusunan perencanaan tenaga kerja disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan. Informasi
ketenagakerjaan yang harus disusun minimum meliputi: a) Penduduk dan tenaga kerja; b)
Kesempatan kerja; c) Pelatihan kerja; d) Produktivitas tenaga kerja; e) Hubungan industrial; f)
Kondisi lingkungan kerja; g) Pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja dan h) Jaminan sosial
tenaga kerja.
Menurut data BPS Kota Kendari pada Tahun 2021 jumlah angkatan berja berjumlah
189.534 orang. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,19 persen. nilai tersebut
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara
yang hanya 3,92 persen. hal tesebut dikarenakan kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah
sehingga belum mampu terserap pada lapangan kerja yang tersedia. Selain itu juga banyaknya
pekerja yang terserap pada sektor informal namun tidak tecatat dengan baik, sehingga dianggap
sebagai masyarakat yang tidak bekerja.
Sektor informal merupakan salah satu usaha yang menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak. Kurangnya perhatian terhadap sektor informal dari pihak pemerintah sehingga sektor
informal dipandang sebelah mata. Namun fenomena yang terjadi di lapangan memberikan
informasi bahwa sektor informal cukup memberikan kontribusi terhadap serapan tenaga kerja.
Utamanya tenaga kerja yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan layaknya pada sektor formal.
Sektor informal sendiri tidak terlalu memperharikan kualifikasi pendidikan, sehingga banyak
tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah bekerja pada sektor informal.
Mulyadi (2008) sektor informal merupakan unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali
mendapat proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Peroteksi ekonomi dianataranya tarif
proteksi, kredit dengan bunga rendah, pembimbingan, penyuluhan, perlindingan dan perawatan
tenaga kerja, terjaminnya arus teknologi impor, hak paten dan sebagainya. Keseluruhan proteksi
tersebut tidak didapatkan oleh sektor informal. Namun disisi lain sektor informal cukup
berkontribisi dalam penyerapan tenaga kerja. Meskipun tenagakerja yang terserap pada sektor
informal umumnya tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang cukup memadai. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pekerja sektor informal di Kota Kendari.

2. TINJAUAN LITERATUR
Sektor Informal
Kuncoro (2010) ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang sektor informal.
Berikut ini beberapa definisi tentang sektor informal, yaitu : a) Sektor informal sangat minim
mendapat proteksi dari pemerintah dari segi hukum; b) Sektor informal sendiri merupakan
kegiatan usaha yang tergolong kecil dibatasi oleh jumlah tenaga kerja, modal, teknologi dan
minim nya keterampilan. Tujuan utama nya adalah memproduksi barang atau jasa serta
mendistribusikannya guna memperoleh pendapatan dan juga membuka lapangan pekerjaan.
Menurut (Samosir, 2015) ciri‐ciri sektor informal di Indonesia yaitu:
a. Kegiatan usaha tidak di terkonfigurasi secara baik, dikarenakan unit usaha tidak mempunyai
lembaga yang formal.
b. Mayoritas unit usaha tidak memiliki izin.
c. Model usaha yang dijalankan cenderung tidak beraturan baik jam kerja maupun lokasi.
d. Kebijakan pemerintah terhadap sektor informal dinilai sangat lemah.
e. Kegiatan usaha berpindah dari sub sektor ke sub sektor lain.
f. Teknologi yang digunakan cenderung masih tradisional.
g. Modal yang dikeluarkan sangat kecil, sehingga pendapatannya pun sangat sedikit.

Corresponding Author: Rosnawintang 178


Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)
Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022
Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

h. Pendidikan formal tidak diperhitungkan dalam menjalanka usaha ini, hanya berdasarkan
pengalaman saja.
i. Secara umum unit merupakan golongan one man enterprise, dan apabila mempunyai tenaga
kerja, tidak jauh dari keluarga terdekatnya.
j. Modal yang dikeluarkan biasanya berasal dari tabungan sendiri atau pinjaman.
k. Sasaran hasil produksi dan jasa biasanya ditujukan kepada pendapatan yang rendah.

Pekerja Sektor Informal


Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, pekerja sektor informal
adalah tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja sektor informal dengan menerima upah
dan/atau imbalan. Definisi usaha sektor informal sendiri adalah kegiatan orang perseorangan atau
keluarga, atau beberapa orang yang melaksanakan usaha bersama untuk melakukan kegiatan
ekonomi atas dasar kepercayaan dan kesepakatan, dan tidak berbadan hukum. Hubungan kerja
antara usaha sektor informal dan pekerjanya hanya didasarkan atas saling percaya dan sepakat
dengan menerima upah dan/atau imbalan atau bagi hasil.
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pendekatan melalui status pekerjaan utama dari
pekerja. Pengelompokan sektor informal yang dilakukan BPS agak berbeda dengan
pengelompokkan yang dilakukan ILO. International Labour mereka yang bekerja sebagai pekerja
mandiri dan pekerja yang membantu keluarga, sedangkan BPS menambahkan mereka yang
bekerja sebagai pekerja bebas dan berusaha dibantu pekerja bebas. Hal ini disebabkan sifat
pekerja bebas di Indonesia yang biasanya bersifat informal dengan upah yang tidak memadai,
produktivitas rendah dan kondisi kerja yang relatif buruk.
Lebih lanjut, ILO menyebutkan ciri-ciri pekerjaan sektor informal, antara lain: a) Seluruh
aktivitasnya bersandar pada sumberdaya sekitar; b) Skala usahanya relatif kecil dan merupakan
usaha keluarga; c) Aktivitasnya ditopang oleh teknologi tepat guna dan bersifat padat karya; d)
Tenaga kerjanya terdidik atau terlatih dalam pola-pola tidak resmi; e) Seluruh aktivitasnya berada
di luar jalur yang diatur pemerintah; dan f) Aktivitasnya bergerak dalam pasar sangat bersaing.

3. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan pada pekerja sektor informal di Kota Kendari tahun 2021.
Jenis data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh menggunakan kuisioner yang
diberikan kepada 120 responden. Metode analisis data menggunakan analisis deskriftif.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Usaha Sektor Informal
Berdasarkan hasil survei diperoleh karakteritik responden berdasarkan jenis usaha, usaha
lain yang pernah dilakukan, umur, jenis kelamin, pendidikan, lama usaha, suku dan agama.
Berukut karakteristik usaha sektor informal di Kota Kendari.

Corresponding Author: Rosnawintang 179


Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)
Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022
Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

Tabel 1
Karekteristik Responden
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1 Kelompok Umur
- 15-34 Tahun 57 47.50
- 35-54 Tahun 55 45.83
- >54 Tahun 8 6.67
2 Jenis Kelamin
- Laki-Laki 50 41.67
- Perempuan 70 58.33
3 Pendidikan
- SLTA 80 66.67
- Strata I (S1) 18 15.00
- Lainnya 22 18.33
4 Lama Bekerja
- 1-5 Tahun 81 67.50
- > 5 Tahun 33 27.50
- < 10 Tahun 6 5.00
5 Suku/Asal Daerah
- Suku Lokal Sulawesi Tenggara 64 53.33
- Suku Diluar Sulawesi Tenggara 56 46.67
6 Agama
- Islam 118 98.33
- Hindu 1 0.83
- Katolik 1 0.83
Sumber: Data Primer Diolah, 2021.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi yaitu 15-34 tahun 47,50 persen,
35-54 45,83 persen dan >54 tahun 6,67 persen. Jenis kelamin laki-laki 41,67 persen dan
perempuan 58,33 persen. Tingkat pendidikan tertinggi yaitu SLTA 66,67 persen, S1 15 persen
dan lainnya 18,33 persen. Lama usaha 1-5 tahun sebesar 67,5 persen, > 5 tahun 27,5 persen dan
<1 tahun 5 persen. Suku Lokal Sulawesi Tenggara sebanyak 53,33 persen diantaranya Suku
Muan, Tolaki, Buton, Baubau, Kabaena, Wawonii dan Suku Tomia. Suku diluas Sulawesi
Tenggara sebesar 46,67 persen yaitu Suku Bugis, Jawa, Makassar, Takalar, Bali, Maros,Pangkep,
Toraja dan Suku Ambon. Jenis Agama Islam sebanyak 98,33 persen serta Hindan dan Katolik
0,83 persen.

Sistem Upah dan Besaran Upah


Karakteristik usaha sektor informal berdasarkan sistem upah dan besaran upah produk di
Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 2.

Corresponding Author: Rosnawintang 180


Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)
Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022
Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

Tabel 2
Sistem Upah dan Besaran Upah
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1 Sistem Upah
- Upah Tetap 105 87.50
- Persentase Penjualan 12 10.00
- Lainnya 3 2.50
2 Besaran Upah
- ≤ 500 Ribu 7 5.83
- 500 Ribu - 1 Juta 87 72.50
- 1 - 1,5 Juta 10 8.33
- ≥ 1,5 Juta 16 13.33
Sumber: Data Primer Diolah, 2021
Tabel 2. Menunjukkan bahwa sistem upah yang diberikan kepada tenaga kerja sektor
informal menggunakan upah tetap sebesar 87,5 persen. Persentase penjualan 10 persen dan
lainnya 2,5 perse. Sedangkan besaran upah pada interval 500-1 juta sebesar 72,5 persen, ≥ 1,5
Juta 13,33 persen, 1-1,5 juta 8,33 persen dan ≤ 500 Ribu 5,83 persen.

Sumber Tenaga Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja


Sumber tenaga kerja yang digunakan pada sektor informal berasal dari keluarga sendiri,
orang lain dan lainnya. Sementara untuk seraptan tenaga kerja yaitu 1-2 orang, 3-4 orang dan ≥ 5
Orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Sumber Tenaga Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1 Sumber Tenaga Kerja
- Keluarga Sendiri 91 75.83
- Orang Lain 15 12.50
- Lainnya 14 11.67
2 Jumlah Tenaga Kerja
- 1-2 Orang 101 84.17
- 3-4 Orang 16 13.33
- ≥ 5 Orang 3 2.50
Sumber: Data Primer Diolah, 2021
Tabel 3 menunjukkan bahwa sumber tenaga kerja sektor informal di Kota Kendari
umumnya berasal dari keluarga sendiri sebesar 75,83 persen atau 91 responden. Tenaga kerja
orang lain sebesar 12,5 persen atau 15 responden dan lainnya sebesar 11,67 persen atau 14
responden. Serapan tenaga kerja terbanyak yaitu 1-2 orang dengan persentase 81,74 persen. 3-4
orang sebesar 13,33 persen dan serapan tenaga kerja ≥ 5 Orang sebesar 2,5 persen.

Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa umumnya tenaga kerja pada sektor informal
berada pada kelompok umur produktif yaitu berada pada kisaran umur 15-54 tahun (BPS, 2021).
Dengan kelompok umur produktif para pekerja sektor informal akan berdampak pada tingat
produktifitas para pekerja. Hal tersebut dikarenakan pada usia produktif memiliki tenaga dan
pemikiran yang lebih baik dibandingkan pada usia diatas 54 tahun.
Dari sisi jenis kelamin umumnya pekerja sektor informal didominasi oleh pekerja
perempuan. Para pekerja perempuan pada sektor informal yaitu para ibu rumah tangga yang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga terdapat beberapa mahasiswa yang bekerja.

Corresponding Author: Rosnawintang 181


Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)
Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022
Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

Sementara itu tingkat Pendidikan para pekerja sektor informal umumnya tamatan SLTA. Sektor
informal dipilih dikarenakan sektor informal tidak terlalu memperhatikan kualifikasi Pendidikan
dalam melakukan rekrutmen pekerja. Sehingga pekerja sektor informal tidak banyak yang
memiliki tingkat Pendidikan yang tinggi seperti pada sektor formal.
Pendidikan yang masih tergolong rendah mengakibatkan upah yang diterima para pekerja
sektor informal juga menjadi rendah. Selain itu juga skill atau keahlian yang dimiliki para pekerja
sektor informal masih tergolong rendah yang juga mengakibatkan upah yang diterima juga
tergolong masih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa upah yang diterima
para pekerja sektor informal yaitu antara Rp500.000-Rp1.000.000 per bulan. Sejalan dengan
penelitian Setyawan dan Mujiyati (2006) mengatakan bahwa keterampilan atau skill berpengaruh
terhadap tingkat upah pekerja sektor informal.
Sistem pemilihan pekerja sektor informal yang umumnya menggunakan keluarga sendiri
sebagai sumber tenaga kerja pada sektor informal. Langkah tersebut dipilih dikarenakan usaha
sektor informal yang dilakukan masih dalam skala kecil dibandingkan sektor-sektor formal
lainnya. Terlihat dari jumlah tenaga kerja yang digunakan, dimana Sebagian bedar hanya
menggunakan 1-2 orang tenaga kerja. Selain itu pekerja yang menggunakan keluarga atau kerabat
lebih mudah dipercaya dibandingkan orang lain.
Pandemi Covid 19 yang terjadi juga mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang
dirumahkan sementara. Mengingat pembatasan aktivitasss masyarakat yang diberlakukan mulai
dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Sehingga pada masa Pandemi Covid banyak
tenaga kerja yang dirumahkan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Samsudin, Muthalib dan Rosnawintang (2021) yang mengatakan bahwa pandemic Covid 19 yang
terjadi mengakibatkan penurunan omset dan berdampak pada pengurangan tenaga kerja yang
digunakan.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka penelitian ini menyimpulkan:
1. Sistem upah tenaga kerja sektor informal di Kota Kendari umumnya menggunakan sistem
upah tetap dan persentase penjualan
2. Besaran upah yang diperoleh tenaga kerja sektor informal sebagian besar berada pada interval
Rp500.000-Rp1.000.000 per bulan.
3. Tenaga kerja pada sektor informal umumnya bersumber dari kelauarga sendiri karena tidak
memerlukan kualifikasi pendidikan khusus.
4. Serapan tenaga kerja pada sektor informal umumnya 1-2 orang pada setiap usaha sektor
informal.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran dalam penelitian ini yaitu pemerintah daerah
hendaknya lebih memperhatikan sektor informal, dikarenakan sektor informal juga memberikan
simbangsi nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Kendari. Selain itu, perlu adanya
pelatihan bagi para pekerja sektor informal guna mengingkatkan kemampuan atau skill yang
dimiliki sehingga dapat meningkatkat produktifitas para pekerja sektor informal. Sehingga pada
akhirnya juga akan berdampak pada peningkatan pendapatan para pekerja sektor informal di Kota
Kendari.

Corresponding Author: Rosnawintang 182


Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP)
Volume 7, Nomor 2. Tahun 2022
Page: 177-183
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPEP e-ISSN: 2052-5171

DAFTAR PUSTAKA

BPS. Kota Kendari Dalam Angka. 2021


BPS. Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka. 2021
Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Mulyadi.2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
Samosir. 2015. Jurnal Pengaruh Persepsi Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Produk Enervon-C. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. Volume 1, Nmr 3.
Samsudin, Hasna. Muthalib, Abd Azis dan Rosnawintang. (2021). Kinerja Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah (UMKM) Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Pada Rumah Makan dan
Restoran di Kota Kendari). Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan (JPEP) Volume 6,
Nomor 2. Hal. 31-42.
Sastrohadiwiryo, Siswanto B. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administrasi dan Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara
Setyawan, Anton Agus dan Mujiyati. (2006). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat
Upah Pekerja Sektor Informal di Kota Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Voj. 7,
No.2. Hal. 133-149.
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan

Corresponding Author: Rosnawintang 183

Anda mungkin juga menyukai