Anda di halaman 1dari 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ‘BAHASA ANAK JAKSEL’

1. Faktor kekuasaan
Dalam istilah komunikasi sering dikenal dengan power distance yakni, budaya dan masyarakat
Indonesia menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa yang lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan
struktur sosial masyarakat Indonesia yaitu hierarkis. Dalam artian ada status sosial tertentu yang
apabila digunakan akan mendapatkan sebuah penghormatan dan, bahasa Inggris oleh
masyarakat Indonesia dianggap mewakili hal tersebut. Selain itu penggunaan bahasa 'Jaksel'
yang mencampurkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tersebut dilihat lebih keren, lebih
oke, dan lebih dihormati karena adanya sistem hierarkis.
2. Berusaha menunjukkan intelektualitas yang tinggi
Pada prakteknya penggunaan bahasa campuran ini banyak sekali muncul di sosial media. Akun-
akun tersebut biasa memposting maupun memberikan komentar postingan lainnya
menggunakan bahasa campuran. Selain itu percakapan sehari-hari antar sesama manusia tak
luput dari penggunaan bahasa campuran. Jika dilihat lebih dalam fenomena semacam ini seolah
ingin menunjukkan tingkat intelektualitas yang tinggi dari sisi pembicara. Hal ini dikarenakan
adanya anggapan bahwa bahasa Inggris memiliki 'derajat' yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bahasa Indonesia itu sendiri. Faktor ini sebenarnya juga berhubungan dengan faktor kekuasan
seperti di atas, yakni adanya hierarkis dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia.
3. Lingkungan sekitar
Bahasa anak 'Jaksel' diperkirakan muncul pertama kali di wilayah Jakarta Selatan. Dimana
lingkungan dan pembangunan di Jakarta Selatan dihuni oleh masyarakat menengah ke atas,
sehingga perkembangan bahasa campuran ini terus bermunculan. Selain itu seringkali
ditemukan para pengguna bahasa campuran ini merupakan seseorang yang dalam menempuh
pendidikannya bahasa Inggris menjadi bahasa pokok dalam pemberian materi sehari-hari.
Misalnya mereka yang bersekolah dengan embel-embel International School. Selain itu lingkup
pertemanan 'gaul' juga menjadi salah satu pendorong mereka untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa campuran tersebut, lagi-lagi hal ini berkaitan dengan anggapan dilihat
keren dan 'gaul'.
4. Ingin Terlihat Beda
Gaya berkomunikasi dengan mencampurkan dua bahasa dalam satu kalimat dilakukan untuk
membedakan diri dengan yang lain. Mereka berusaha tampil berbeda dengan yang lain agar
terlihat lebih keren dan sebagainya. Terlebih lagi dalam pengucapannya bahasa Inggris memiliki
aksen-aksen unik dalam kosakatanya sehingga hal ini tentu menambah kesan 'beda' tersebut
ketika mengucapkannya.
5. Bahasa Campuran merupakan produk dari budaya populer
Budaya Populer menjadi salah satu faktor menjamurnya penggunaan bahasa campuran di
masyarakat. Hal ini berhubungan dengan wujud budaya populer dalam banyak bentuk. Pada
mulanya penggunaan bahasa campuran ini hanya di kalangan remaja di kawasan Jakarta
Selatan, namun seiring berjalannya waktu bahasa campuran mulai menyebar ke daerah-daerah
sekitarnya hingga luar jakarta. Lalu kemudian bahasa campuran tersebut menjadi tren di
berbagai sosial media terutama Twitter. Tren sendiri merupakan salah satu ciri dari budaya
populer, dimana sebuah budaya menjadi tren dalam kehidupan masyarakat, serta cenderung
diikuti atau digemari oleh kebanyakan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu bahasa
campuran merupakan produk dari budaya populer.

Anda mungkin juga menyukai