Motivasi dalam Bahasa Inggris disebut motivation yang
berasal dari Bahasa Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Menurut Dirgahunarso Singgih, motivasi atau upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa harus diperintah atau ddiawasi. Menyatakan bahwa motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan usaha terus menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan.
Menurut American Encyclopedia, motivasi adalah
kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologi dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Jadi, secara keseluruhan motivasi dapat diartikan sebagai
pemberdaya, penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.
Perilaku yang termotivasi diprakarsai pengaktifan kebutuhan
atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diartikan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Karena ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi penggairahan yang diacu sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin besar pula urgensi respon yang dirasakan.
Konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau
pengorbanan yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Oleh karena itu, konsumen akan dihadapkan pada persoalan motivasi atau pendorong. Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
B. Tujuan Motivasi Konsumen
Menurut Nugroho J.Setiadi (2010), motivasi kosumen
bertujuan:
a. Meningkatkan kepuasan. b. Mempertahankan loyalitas. c. Efisiensi. d. Efektivitas. e. Mencipta suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dan pembeli atau konsumen.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat
sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen (consumer statisfaction) untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen (consumer statisfaction development) dengan berbagai cara, diantaranya:
1. Mengetahui nilai yang didapat oleh konsumen.
2. Meningkatkan penawaran dengan tiga cara: a. Meningkatkan tata nilai konsumen ( perbaian manfaat dan pelayanan) b. Menurunkan biaya nonmoneter ( tenaga kerja dan waktu) c. Menurunkan biaya moneter (bahan baku, produksi dan pengiriman) 3. Meningkatkan harapan dan memenuhi harapan konsumen.
C. Asas-asas Motivasi Konsumen
Motivasi mengandung beberapa asas-asas, diantaranya
adalah:
a. Asas Mengikutseratakan, berusaha untuk memberikan
kesempatan kepada konsumen untuk mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. b. Asas Komunikasi, maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujua yang ingin dicapai cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. c. Asas Pengakuan, maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada konsumen atas prestasi yang dicapinya. d. Asas Wewenang yang Didelegasikan, maksudnya adalah memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mengambil keputusan dan berkreativitas sebebas- bebasnya tapi masih ada aturan yang membatasi. e. Asas Perhatian Timbal Balik, adalah memotivasi para konsumen dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan konsumen dari produsen. Jadi kesimpulannya bahwa asas motivasi yang diterapkan harus dapat meningkatkan produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen.
D. Motivasi dan Kebutuhan Manusia (Konsumen)
Manusia pada dasarnya mempuyai banyak kebutuhan.
Kebutuhan sendiri adalah suatu pembatas antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Adapun faktor-faktor yang mendorong munculnya kebutuhan tersebut, yaitu:
a. Faktor Dalam (biologis & fisiologis): seperti rasa lapar dan
haus. b. Faktor Luar (lingkungan): seperti aroma makanan.
Abraham Maslow mengeluarkan teori motivasinya yang
terkenal yaitu Maslow’s Hierarchy of Needs. Dalam teori tersebut, Maslow memberikan lima motivasi utama seseorang melakukan sesuatu, dalam bentuk hirarki. Hirarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni seseorang berperilaku, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Kelima motivasi tersebut adalah:
1. Physiological Needs, meliputi kebutuhan jasmani,
seperti lapar, haus, kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan istirahat. 2. Safety Needs, misalnya keamanan dan proteksi. 3. Social Needs, seperti dihormati, berteman dan rasa memiliki. 4. Esteem Needs, adalah kepuasan pribadi, pengakuan dan status. 5. Self-Actualization Needs, yaitu pengembangan pribadi dan realisasi.
Jika dilihat dari aspek perilaku konsumen, teori hierarki
kebutuhan maslow memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Perusahaan mengetahui bahwa konsumen berperilaku
adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, materiil maupun nonmaterial yang akan memberikan kepuasan kepadanya. b. Kebutuhan konsumen berjenjang sesuai dengan kedudukan atau status social ekonominya. c. Perusahaan akan lebih mudah untuk memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang para konsumennya.
Selain itu, teori ini juga memiliki kelemahan, diantaranya:
a. Kebutuhan manusia menurut teori ini adalah hierarkis atau
berjenjang, tetapi dalam kenyataannya konsumen menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia itu merupakan siklus. Seperti lapar – makan - lapar lagi – makan lagi dan seterusnya. b. Walaupun teori ini popular, tetapi belum pernah dicoba kebenarannya karena Maslow mengembangkannya hanya atas dasar pengamatannya saja. Jadi belum pernah diuji kebenarannya.
Selanjutnya Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang
disebut teori dua faktor motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan factor yang membuat orang puas (Setiadi, 2010). Kelebihan dari teori ini adalah:
a. Teori ini dikemukakan atas dasar penelitiannya.
b. Dapat mengetahui apa yang harus dihindari dan apa yag harus dilakukan agar konsumen merasa puas terhadap suatu produk.
Teori motivasi Herzberg juga memiliki kekurangan,
diantaranya:
a. Teori ini terlalu menyederhanakan sifat kepuasan
konsumen. b. Teori ini orisinilnya didasarkan atas percontohan sejumlah akuntan dan insinyur. Yang kemudian menimbulkan pertanyaan apakah teori ini berlaku umum bagi keahlian lain. E. Hubungan Motivasi Konsumen dengan Keputusan Pembelian
Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan
individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Motivasi yang ada pada seseorang (konsumen) akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motivasi. Dalam motivasi pembelian terbagi menjadi motivasi rasional dan emosional. Motivasi rasional adalah pembelian yang didasarkan kepada kenyataan yang ditunjukkan oleh produk kepada konsumen dan merupakan atribut produk yang fungsional serta obyektif keadaannya misalnya kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat diterima. Sedangkan motivasi emosional dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang dapat ditangkap oleh pancaindera misalnya dengan memiliki suatu barang tertentu dapat meningkatkan status sosial, peranan merek menjadikan pembeli menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik. Pada saat seseorang akan mengambil keputusan untuk membeli suatu produk tentunya akan dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut yaitu motivasi rasional dan emosional (Schiffman, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman, G.L., & Kanuk L. 2007. Perilaku Konsumen Edisi