Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

PENGARUH COVID-19 TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI


INDONESIA

Disusun Oleh
Nama : MELINDA PARDEDE
Nim : B1A121282
Kelas : C

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT Yang telah
memberikan keberkahan ilmu sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berisi tentang “Pengaruh Covid-19 Terhadap
Pembangunan Ekonomi Indonesia”. Saya berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitulah atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada
saya sehingga makalah ini dapat saya susun melalui sumber baku.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu yang telah memberikan saya tugas ini guna menambah
wawasan bagi saya. Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT
Tuhan yang maha kuasa, karena itu saya mohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah saya selanjutnya.
Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada
makalah ini, saya mohon maaf penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makala yang lebih baik
pada kesempatan berikutnya.

Kendari, 22 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II : PEMBAHASAN

A. DAMPAK COVID-19 MEMICU PENGANGGURAN

B. DAMPAK COVID-19 TERHADAP INDIKATOR PEMBANGUNAN


EKONOMI

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dampak pandemik Covid-19 menjadi masalah krusial dalam


perekonomian Indonesia saat ini dan menyebabkan tingginya angka
pengangguran karena kehilangan pekerjaan. Perhatian pemerintah pada
pengangguran seringkali terpinggirkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa
skenario pemulihan ekonomi pasca pandemik covid-19 belum dapat untuk
membuat terciptanya lapangan kerja baru. Situasi ini dapat terlihat dari
presentase pengangguran (baik secara paksa maupun sukarela) yang
masih tetap tinggi. Pengangguran dan kemiskinan yang masih tergolong
tinggi memperlihatkan jika peningkatan pertumbuhan ekonomi sebagai
target utamamakro ekonomi secara kualitas masih terbilang rendah.
Ternyata pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata begitu saja diikuti
dengan terbukanya lapangan kerja yang baru. Masalah inilah yang
menjadikan kemungkinan tidak
meratanya dampak daripada pertumbuhan ekonomi terhadap
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat (Riyanto, 2019:85-86).
Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan salah satu dari
beberapa faktor yang memiliki peran penting dalam pembangunan
ekonomi pasca pandemic covid-19. Dengan kewirausahaan diharapkan
dapat mampu untuk menciptakan kemakmuran yang layak dimasyarakat.
Melalui jiwa bisnis, beberapa faktor produksi bisa saja dikombinasikan dan
dapat menghasilkan produk terbaru. Dengan meningkatnya produksi
sebuah kesempatan kerja menjadi terbuka lebar dan hal ini bisa
mengurangi angka pengangguran. Bersamaan dengan ditemukannya
beberapa produk baru, baik itu berupa barang ataupun jasa, maka akan
berdampak serta berkontribusi untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi
juga pendapatan nasional dengan peningkatan jumlah produksi barang
dan jasa. Terbukanya lapangan kerja yang tersedia akan berdampak tinggi
terhadap pendapatan masyarakat sehingga jarak kesenjangan ekonomi
dari masyarakat berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah dapat
dikurangi secara bertahap. Kewirausahaan dapat mendorong masyarakat
agar tidak selalu bergantung pada pihak lain, namun harus mampu untuk
lebih berkembang dan lebih berpartisipasi dalam pembanguanan
perekonomian nasional (Arifin, 2018:100).
Pengembangan Ekonomi Lokal menjadi salah satu alternatif untuk
meningkatkan ketahanan dan kekuatan ekonomi rakyat dalam
menghadapi perkembangan ekonomi pasca pandemic covid-19.
Pengembangan ekonomi lokal adalah usaha untuk meningkatkan ekonomi
daerah yang berdasarkan atas potensi, ekonomi, keadaan sosial serta
budaya masyarakat dengan memanfaatkan kolaborasi dari beberapa
pihak, baik pemerintah, wirausahawan, ormas, dan masyarakat lokal
sekitar. Semua itu harus dapat dimaksimalkan dalam upaya
mengoptimalkan sumber daya untuk menciptakan kesejahteraan dan
manfaat bagi generasi penerus nantinya.
Suman (2019) menjelaskan pengembangan ekonomi lokal tentu
memiliki tujuan yang perlu dicapai. Tujuan tersebut, yaitu:
1. Menekankan proses kolaboratif dan partisipatif aktif antara
masyarakat lokal, pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan
dunia usaha/industri (swasta) dalam percepatan pengembangan
ekonomi.
2. Membangun hubungan kerja sama yang lebih strategis dan saling
menguntungkan untuk mendukung pencapaian tujuan
pengembangan ekonomi lokal.
3. Mengupayakan pengintegrasian dan pembangunan sarana,
prasarana, dan infrastruktur pendukung pengembangan ekonomi
lokal.
4. Mengupayakan strategi aplikatif dan kolaboratif yangmendukung
pengembangan UKM yang memberikan dampak ekonomi yang
berkelanjutan.
5. Mengupayakan peningkatan atas Pendapatan Ash Daerah (PAD)
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara berkelanjutan
dan terukur serta.
6. Mengupayakan tercapainya pemerataan ekonomi, penurunan
pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan kemandirian
ekonomi lokal.
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun beberapa masalah yang di bahas dalam makalh ini adalah :


a. Untuk mengetahui dampak covid-19 pada angka pengangguran
b. Untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap indikator pembangunan
ekonomi, berupa
1. Urbanisasi
2. Pembanguna infastruktur

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dampak covid-
19 terhadap pembangunan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DAMPAK COVID – 19 MEMICU PENGANGGURAN

Terhambatnya aktivitas perekonomian secara otomatis membuat


pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan kerugian, Akibatnya,
banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan diberhentikan (PHK).
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April
2020, akibat pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di
sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap
pekerjanya. Total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak
ini.Rinciannya, 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan,
sedangkan 137.489 pekerja di-PHK dari 22.753 perusahaan.

Sementara itu, jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak di


sektor informal adalah sebanyak 34.453 perusahaan dan 189.452 orang
pekerja.Namun, dalam catatan kebijakannya, tim riset SMERU menyebut
bahwa angka ini belum menggambarkan tingkat pengangguran secara
keseluruhan karena belum memasukkan pengangguran dari sektor
informal dan angkatan kerja baru yang masih menganggur.

Tim riset SMERU kemudian melakukan simulasi penghitungan


peningkatan pengangguran secara total dan menghitung jumlah
pengurangan penyerapan tenaga kerja dari masing-masing sektor usaha
akibat terjadinya kontraksi ekonomi sampai akhir Maret 2020.Mengutip
catatan kebijakan SMERU, hasil simulasi menunjukkan bahwa TPT
(Tingkat Pengangguran Terbuka) meningkat dari 4,99 persen pada
Februari 2020 (data BPS) menjadi sekitar 6,17 persen–6,65 persen pada
Maret 2020. Meski demikian, ada sektor-sektor yang diperkirakan masih
menyerap tenaga kerja, seperti jasa pendidikan, informasi dan komunikasi,
jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa keuangan dan asuransi. Hal
ini kemungkinan terjadi karena pada kuartal I 2020, produk domestik bruto
(PDB) sektor ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode
yang sama pada 2019.

B. DAMPAK COVID-1 PADA INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI

1. Urbanisasi

Urbanisasi merupakan penomena yang sangat berpengaruh bagi


perkotaan maupun pedesaan. Urbanisasi merupakan penomena yang
sangat berpengaruh bagi perkotaan maupun pedesaan. Mengapa? karena
kota yang dipenuhi oleh masyarakat urban akan mengalami kenaikan
lonjakan penduduk yang tidak terkendali jumlahnya, sementara itu desa
yang ditinggal oleh masyarakatnyanya akan mengalami kelangkaan
penduiduk dan tenaga kerja produktif.

Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota


akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial di
masyarakat. Masyarakat menentukan daerah tujuan tidak semata berasal
dari pemikiran dan niatan dari diri mereka sendiri, tetapi umumnya berasal
dari pengaruh luar yang kuat. Pengaruh tersebut biasanya berupa ajakan
yang datang dari orang-orang sekitar yang telah lebih dahulu
melakukan urbanisasi, informasi-inforamsi yang ada di media massa
tentang daerah tujuan, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan
lain sebagainya. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk melakukan
urbanisasi dengan tujuan bisa mendapat kehidupan yang layak.

Para masyarakat urban yang hanya memiliki keahlian bertani akan


kesulitan mencari pekerjaan di perkotaan, karena lapangan pekerjaan di
kota membutuhkan keahlian yang sesuai dengan bidangnya. Ditambah
lagi, lapangan pekerjaan yang juga semakin sedikit sehingga akan terjadi
persaingan ketat dalam mencari pekerjaan.

Masyarakat urban yang tidak memiliki keahlian hanya bisa bekerja


sebagai buruh, asisten rumah tangga, tukang kebun atau taman, dan
pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan kekuatan ketimbang otak.
Sedangakan para pendatang yang tidak mempunyai pekerjaan, umumnya
hanya menjadi tunawisma, tunakarya, dan tunasusila. Masalah ini tentunya
akan memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan kota sehingga
menambah permasalahan yang ada di kota.

Masuknya virus COVID-19 pada tahun 2020 juga membuat semua


kegiatan masyarakat Indonesia mengalami perubahan secara drastis. Hal
ini lah tentu saja berpengaruh cukup besar pada proses urbanisasi.
Terutama pada pendistribusian bahan-bahan makanan yang terhambat
akibat masuknya virus ini membuat masyarakat perkotaan terlambat
mendapat bahan-bahan tersebut. Hal lainnya yang paling dirasakan adalah
pengurangan pekerjaan yang dilakukan membuat masyarakat urban yang
datang ke kota untuk bekerja terpaksa tidakl agi mempunyai pekerjaan
untuk menghasilkan nafkah buat keluarganya. Minimnya pekerjaan dan
keahlian juga menjadi faktor utama mereka susah mencari pekerjaan
lainnya.

Dampak yang mereka rasakan adalah sulitnya untuk pulang ke


tempat mereka berasal dikarenakan pembatasan pada jalur berpergian
serta kurangnya pendapatan yang mereka punya juga menjadi faktor
paling utama. Hal tersebut juga membuat daerah-daerah kota beresiko
tinggi melonjaknya kasus COVID-19 ini.

Menumpuknya masyarakat di perkotaan membuat tingkat kenaikan


pada virus ini semakin besar. Pengarus virus ini juga membuat orang-
orang yang memiliki pendapatan yang tidak seberapa susah untuk
melakukan work from home. Minimnya fasilitas dan juga mereka terbiasa
melakukan pekerjaan menggunakan keahlian mereka ketimbang dengan
otak membuat terhalangnya mereka sulit untuk bekerja hanya di rumah
saja. Melonjaknya masyarakat di perkotaan membuat kota-kota besar
yang merupakan tujuan masyarakat urban menjadi zona yang beresiko
tinggi tersebarnya virus ini.
2. Pembangunan Infrastruktur

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.


Infrastruktur tersebut dapat berupa fasilitas teknis, fisik, sistem, ataupun
perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Pembangunan infrastruktur memiliki hubungan timbal balik dengan
pertumbuhan ekonomi makro, dimana pembangunan infrastruktur
menimbulkan ekspansi ekonomi melalui efek multiplier dan ekspansi
ekonomi menimbulkan kebutuhan untuk memperluas infrastruktur yang
ada guna meningkatkan aliran barang dan orang yang beredar atau
sirkulasi di seluruh perekonomian.

Berdasarkan The Global Competitiveness Report 2019 yang


disusun oleh World Economic Forum (WEF), Indonesia menempati urutan
ke-72 dari 141 negara dalam hal pembangunan infrastruktur. Urutan
tersebut menunjukkan masih lemahnya kondisi infrastruktur di Indonesia
yang ditandai dengan kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur
eksisting dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
berjalan dengan tidak efisien. Apalagi dalam masa pandemi COVID-19
yang sedang menyerang dunia saat ini, respons kebijakan yang tepat perlu
ditempuh agar dampak pandemi tidak menjerumuskan ekonomi Indonesia
ke dalam jurang resesi yang lebih dalam.

Dampak Pandemi

Pandemi COVID-19 merupakan sebuah epidemi yang telah


menyerang banyak orang dan menyebar ke berbagai negara di dunia yang
disebabkan oleh virus corona yang pertama kali muncul pada akhir tahun
2019. Pandemi COVID-19 menjadi ujian besar yang harus dilalui oleh
Indonesia. Dalam konteks infrastruktur, sebagian besar pembangunan
fisik (aktivitas konstruksi) menjadi tertunda karena tingkat penularan virus
yang sangat tinggi. Tertundanya aktivitas konstruksi berdampak pada
tidak terserapnya bahan baku domestik, menurunnya impor barang modal,
dan hilangnya lapangan pekerjaan yang berkontribusi pada meningkatnya
angka pengangguran, sehingga tidak ada manfaat ekonomi yang diperoleh
dari pembangunan infrastruktur.

Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan beberapa strategi


utama untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tahun 2021, salah satunya
adalah melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan belanja termasuk belanja infrastruktur melalui
kebijakan counter cyclical, dimana kebijakan makro fiskal dirumuskan
sebagai kebijakan fiskal ekspansif konsolidatif dengan target defisit APBN
berada pada kisaran 5,7% terhadap produk domestik bruto. Formulasi
kebijakan yang tepat dan antisipatif diharapkan dapat menekan dampak
pandemi COVID-19 terhadap sendi-sendi perekonomian Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemerintah berupaya mengagendakan kebijakan Normal Baru agar


dampak ekonomi akibat pandemi tidak sampai menimbulkan krisis yang
berkepanjangan. Kebijakan ini berhubungan dengan perencanaan
pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan program, target,
dan major projects di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024. Pemerintah perlu melakukan penelaahan kembali
terhadap rencana jangka menengah mengingat pada tahun 2020 semua
program dilakukan pengalihan fokus untuk penanganan Covid-19.
Pemerintah mempunyai 3 alternatif dalam perencanaan jangka menengah,
apakah tetap dengan rencana semula, melakukan revisi moderat, atau
mengganti dengan rencana yang baru dengan mendasarkan asumsi yang
sudah diperbaharui dengan datangnya pandemi Covid-19 dan dampak
ekonomi yang mengiringinya.

B. SARAN

Saat wabah covid-19 diharapkan masyarakat serta instansi-instansi


seperti pemerintah mampu bekerja sama demi pembangunan ekonomi,
sehingga ekonomi pembangunan dapat bermanfaat, diantaranya kekayaan
negara dan masyarakat akan meningkat, masyarakat memiliki
kesempatan untuk melakukan pilihan baik untuk mengonsumsi atau
memproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.bappenas.go.id/index.php/jpp/article/view/118

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/102500165/pandemi-
covid-19-apa-saja-dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia
-?page=all

https://www.kompasiana.com/alya34630/60dc0a7406310e18a578a042/
dampak-covid-19-pada-kegiatan-urbanisasi

Anda mungkin juga menyukai