KOLEKTIF
MAKALAH
Oleh: Kelompok 2
1.Muhamad Ihsan Al farid (214110201256)
2.Zhonatan Putra Kus Dwiaji (214110201007)
3.Intan Nur Anastya (214110201254)
4.Raihan Fadhil Hafizh (214110201157)
5.Sansiska Rifani (214110201135)
Latar Belakang
Dalam setiap agama, terdapat dua aspek yang saling berkaitan, yaitu aspek doktrin dan
aspek peradaban. Aspek doktrin adalah ajaran-ajaran atau teks-teks yang terdapat dalam kitab suci.
Namun, jika tidak dikontekstualisasikan dalam kehidupan empiris, ajaran tersebut menjadi hampa
dan tidak memiliki arti apapun. Oleh karena itu, penting untuk mengkontekstualisasikan aspek
doktrin tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat. Inilah yang dinamakan sebagai aspek peradaban dalam agama.
Dalam konteks ini, Emile Durkheim, seorang sosiolog Prancis, memperkenalkan konsep
Sacred dan Profane untuk menggambarkan dua aspek dalam agama. Sacred adalah sesuatu yang
dianggap sakral, suci, dan dihormati dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, Profane adalah
sesuatu yang bersifat biasa, tidak sakral, dan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Durkheim1 mengungkapkan bahwa semua keyakinan agama memiliki aspek Sacred 2 dan
Profane.3 Aspek Sacred dapat berupa ritual, kepercayaan, dan nilai-nilai moral yang dianggap
penting dalam agama. Sementara, aspek Profane berkaitan dengan kegiatan sehari-hari dan
kehidupan sosial masyarakat. Dengan menggabungkan aspek Sacred dan Profane, maka agama
menjadi sebuah sistem kepercayaan yang dapat membentuk peradaban dalam masyarakat. Agama
dapat mempengaruhi budaya, norma, dan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks
yang lebih luas, konsep Sacred dan Profane juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial
masyarakat secara umum. Dalam kehidupan masyarakat, terdapat hal-hal yang dianggap sakral atau
suci, seperti adat istiadat, kepercayaan, dan simbol-simbol kebudayaan. Sementara, terdapat pula
hal-hal yang bersifat biasa atau profan, seperti aktivitas sehari-hari, rutinitas, dan pekerjaan.
Dalam ajaran Islam, terdapat doktrin yang menegaskan bahwa Allah memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada umat untuk merubah keadaan mereka. Artinya, jika umat
menginginkan suatu kehidupan yang baik, damai, dan tenteram, maka mereka harus berusaha
secara maksimal untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi umat
beragama untuk melakukan tata kehidupan secara dinamis, karena menjalani kehidupan secara
statis sama saja dengan mengabaikan bahkan mengingkari sesuatu yang telah digariskan oleh
Allah.
1
Eksplorasi lebih tuntas lihat selengkapnya Emile Durkheim,The Elementary Forms of Religious Life (Free Press of
Glencoe. 1961), hlm. 63
2
Dalam bahasa Latin disebut sacer serta sanctus, hagios (bahasa yunani), qados (bahasa Ibrani). Makna generiknya
adalah lawan dari profane berarti sesuatu yang sakral atau sesuatu yang kudus. Lihat Nico Syukur Dister, Pengalaman
dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hlm. 39.
3
“Pro” berarti yang kudus dan “fan” berarti penampakan diri dari yang Ilahi. Atau dalam arti generis bermakna “bukan
kudus”. Ibid., hlm. 32.
Konsep kebebasan dalam Islam memang sangat penting, namun harus dipahami dengan
baik agar tidak disalahgunakan. Perintah untuk menjalani kehidupan secara dinamis dapat
ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-Ra'd ayat 11, yang menyatakan bahwa Allah tidak akan
merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubah keadaan tersebut. Oleh karena
itu, umat beragama harus mengkonstruksi tatanan kehidupan yang lebih baik dan melakukan
kontrak sosial agar terhindar dari benturan antar peradaban.4
Kontrak sosial sendiri merujuk pada ide dari filsuf abad ke-18, Jean-Jacques Rousseau,
yang menyatakan bahwa keberadaan masyarakat bergantung pada kesepakatan bersama atau
kontrak sosial yang dilakukan oleh semua anggotanya. Dengan melakukan kontrak sosial, umat
beragama akan bertahan dan rela membatasi kebebasan individunya untuk mendukung kebebasan
orang lain, yang juga merupakan hak asasi manusia. 5 Namun, penting untuk diingat bahwa
kebebasan individu akan dibatasi oleh kebebasan individu lain dalam masyarakat. Oleh karena itu,
interaksi tetap harus dilakukan agar masyarakat dapat berjalan dengan harmonis dan tidak terjadi
benturan antar peradaban. Dengan memahami dan mengaplikasikan konsep kebebasan dan kontrak
sosial dengan benar, umat beragama dapat menciptakan tatanan kehidupan yang lebih baik dan
damai.
Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud teori kontrak?
2. Bagaimana prinsip prinsip dari teori kontrak?
3. Apa yang di maksud tindakan sosial?
4. Apa saja jenis tindakan sosial?
5. Bagaimana teori kontrak sosial dapat mempengaruhi terjadinya tindakan kolektif?
6
Scruton, 2007: 641
harus secara sukarela menaati perintah dan pemerintah harus mampu mengatur agar terjadi
peningkatan hubungan antara negara dan warga negaranya yang disebut sebagai good citizenship.
Kontrak sosial juga berlaku dalam hubungan antara perusahaan dengan masyarakat.
Perusahaan memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk memberi manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti investasi jangka panjang. Interaksi Perusahaan dengan masyarakat
sangat penting dalam rangka pemenuhan dan upaya untuk mematuhi aturan dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dengan begitu, Perusahaan memperoleh dasar pembenaran atau pengakuan
dari masyarakat, yang disebut sebagai legitimasi.7 Pendapat J.J Rousseau tersebut memberikan
pemahaman bahwa kontrak sosial memiliki peran penting dalam membangun hubungan yang baik
antara individu atau perusahaan dengan masyarakat. Konsep good citizenship dan legitimasi juga
menjadi kunci dalam menjalin hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak. Oleh karena itu,
pemahaman tentang kontrak sosial dapat membantu dalam membangun dan menjaga hubungan
baik antara individu, perusahaan, dan masyarakat, sehingga dapat menciptakan tatanan sosial yang
lebih baik dan harmonis.
10
Ibid., hlm. 69.
adil dan sejahtera. Menurut Rousseau, individu pada dasarnya tidak hanya mengejar kepentingan
pribadi semata, namun juga menghendaki hal-hal yang merupakan kepentingan bersama, seperti
perdamaian, keadilan, dan keamanan. Rousseau memandang bahwa kehendak indivual masing-
masing (volonte particuliere) mengandung dua komponen, yaitu suatu kepentingan yang semata-
mata individual dan sebagian dari kepentingan umum. Oleh karena itu, tidak ada orang yang hanya
bersikap egoisme murni. Setiap orang juga menghendaki hal-hal yang merupakan kepentingan
bersama, meskipun terkadang mungkin tidak sepenuhnya menyadari hal tersebut. Dalam
pandangan Rousseau, individu harus mampu memahami dan menghargai kepentingan bersama,
sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kontrak
sosial yang terjadi antara sesama rakyat atau anggota masyarakat dapat menjadi dasar bagi
pembentukan masyarakat yang demokratis, di mana setiap individu memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam mencapai tujuan bersama. 11 Dengan demikian, dalam kehendak-kehendak
individual seseorang terdapat juga unsur-unsur umum yang perlu diperhatikan. Kewajiban sesama
rakyat dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera harus dijadikan sebagai tanggung
jawab bersama, sehingga dapat tercipta masyarakat yang harmonis dan saling menghormati satu
sama lain. Pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial ini dapat menjadi inspirasi bagi
pembentukan masyarakat yang adil dan demokratis di berbagai negara di seluruh dunia.
11
Suseno, Etika Politik….., hlm. 240
12
Rahman, M. T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. hlm. 124. ISBN 978-602-99802-0-2.
13
Jones, Bradbury dan Boutillier 2016, hlm. 27.
antara para peserta, penyelenggara, dan pihak yang akan menerima bantuan.
Tindakan sosial juga dilakukan secara sukarela oleh individu sebagai bentuk interpretasi
terhadap kenyataan yang terjadi.14 Artinya, individu secara sadar dan dengan sukarela melakukan
tindakan sosial sebagai respon terhadap keadaan sosial yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, ketika
seseorang memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan, individu tersebut
melakukannya secara sukarela sebagai bentuk kepedulian dan empati terhadap sesama. Dalam
rangka memahami perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya, maka penting untuk memahami
konsep tindakan sosial. Pemahaman tentang tindakan sosial membantu kita untuk mengerti
bagaimana individu berinteraksi satu sama lain, mengapa mereka melakukan tindakan tertentu,
serta apa yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan sosial tersebut.
Kesimpulan
Dalam teori kontrak dan tindakan sosial, ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan.
Teori kontrak menunjukkan bahwa orang-orang memasuki kontrak untuk mendapatkan keuntungan
pribadi, dan tindakan sosial mencakup semua tindakan manusia yang dilakukan karena norma
sosial. Namun, kedua konsep ini tidak berdiri sendiri, dan keduanya terkait dalam interaksi sosial
yang kompleks.
Dalam teori kontrak, orang harus mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka pada
orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dalam tindakan sosial, orang harus mempertimbangkan
norma-norma sosial yang berlaku. Penting untuk memahami bagaimana kedua konsep ini saling
berhubungan dalam konteks sosial yang lebih luas.
Dalam masyarakat modern, kontrak dan tindakan sosial sangat penting dalam mengatur
perilaku manusia dan hubungan antara individu dan kelompok. Kontrak digunakan untuk
memfasilitasi kerja sama dan perdagangan, sedangkan tindakan sosial digunakan untuk memelihara
norma-norma dan nilai-nilai sosial.
Saran
Untuk meningkatkan pemahaman tentang teori kontrak dan tindakan sosial, disarankan agar
masyarakat mengambil inisiatif untuk belajar lebih banyak tentang konsep ini dan bagaimana
mereka saling terkait. Dalam hal ini, pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membantu
orang memahami konsep ini dan mempertimbangkan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial dan
lingkungan dalam kontrak dan tindakan sosial. Dalam hal ini, pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat dapat bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang lebih
bertanggung jawab sosial dan lingkungan.
Akhirnya, penting untuk menghormati norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam setiap
tindakan dan keputusan. Masyarakat harus terus mempertimbangkan bagaimana tindakan mereka
dapat mempengaruhi orang lain dan lingkungan sekitarnya, serta memastikan bahwa mereka
bertindak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dianut oleh masyarakat.
Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang teori kontrak dan tindakan sosial
dapat membantu masyarakat mengembangkan hubungan yang lebih baik antara individu dan
kelompok, serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan lingkungan.
Daftar Pustaka
Ruslan, I. (2018). Pemikiran “Kontrak Sosial” Jean Jacques Rousseau dan masa depan umat
beragama. Jurnal Filsafat, 28(2), 145-159.
Rousseau, J. J. (2003). The Social Contract. London: Penguin Classics.
Ruslan, I. (2019). Pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial dan implikasinya pada negara
modern. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 2(1), 10-20.
Scott, J. C. (2018). The Social Contract in America: From the Revolution to the Present Age.
Princeton: Princeton University Press.
Ruslan, I. (2020). Konsep kontrak sosial dan teori legitimasi dalam perspektif politik kontemporer.
Jurnal Politik dan Sosial, 24(1), 12-23.
Rousseau, J. J. (2012). Discourse on the Origin and Basis of Inequality Among Men. London:
Penguin Classics.
Jones, P., Bradbury, L., dan Boutillier, S. L. (2016). Pengantar Teori-teori Sosial (PDF). Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-249-5,
Turner, Bryan S. (2012). Teori Sosial: Dari Klasik sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. ISBN 978-602-229-068-1.