Anda di halaman 1dari 13

TEORI KONTRAK DAN TINDAKAN 

KOLEKTIF

Dosen : Ubaidillah S.E.,M.E.I


Matkul : Ekonomi Kelembagaan

MAKALAH
Oleh: Kelompok 2
1.Muhamad Ihsan Al farid (214110201256)
2.Zhonatan Putra Kus Dwiaji (214110201007)
3.Intan Nur Anastya (214110201254)
4.Raihan Fadhil Hafizh (214110201157)
5.Sansiska Rifani  (214110201135)

UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam setiap agama, terdapat dua aspek yang saling berkaitan, yaitu aspek doktrin dan
aspek peradaban. Aspek doktrin adalah ajaran-ajaran atau teks-teks yang terdapat dalam kitab suci.
Namun, jika tidak dikontekstualisasikan dalam kehidupan empiris, ajaran tersebut menjadi hampa
dan tidak memiliki arti apapun. Oleh karena itu, penting untuk mengkontekstualisasikan aspek
doktrin tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat. Inilah yang dinamakan sebagai aspek peradaban dalam agama.
Dalam konteks ini, Emile Durkheim, seorang sosiolog Prancis, memperkenalkan konsep
Sacred dan Profane untuk menggambarkan dua aspek dalam agama. Sacred adalah sesuatu yang
dianggap sakral, suci, dan dihormati dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, Profane adalah
sesuatu yang bersifat biasa, tidak sakral, dan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Durkheim1 mengungkapkan bahwa semua keyakinan agama memiliki aspek Sacred 2 dan
Profane.3 Aspek Sacred dapat berupa ritual, kepercayaan, dan nilai-nilai moral yang dianggap
penting dalam agama. Sementara, aspek Profane berkaitan dengan kegiatan sehari-hari dan
kehidupan sosial masyarakat. Dengan menggabungkan aspek Sacred dan Profane, maka agama
menjadi sebuah sistem kepercayaan yang dapat membentuk peradaban dalam masyarakat. Agama
dapat mempengaruhi budaya, norma, dan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks
yang lebih luas, konsep Sacred dan Profane juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial
masyarakat secara umum. Dalam kehidupan masyarakat, terdapat hal-hal yang dianggap sakral atau
suci, seperti adat istiadat, kepercayaan, dan simbol-simbol kebudayaan. Sementara, terdapat pula
hal-hal yang bersifat biasa atau profan, seperti aktivitas sehari-hari, rutinitas, dan pekerjaan.
Dalam ajaran Islam, terdapat doktrin yang menegaskan bahwa Allah memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada umat untuk merubah keadaan mereka. Artinya, jika umat
menginginkan suatu kehidupan yang baik, damai, dan tenteram, maka mereka harus berusaha
secara maksimal untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi umat
beragama untuk melakukan tata kehidupan secara dinamis, karena menjalani kehidupan secara
statis sama saja dengan mengabaikan bahkan mengingkari sesuatu yang telah digariskan oleh
Allah.

1
Eksplorasi lebih tuntas lihat selengkapnya Emile Durkheim,The Elementary Forms of Religious Life (Free Press of
Glencoe. 1961), hlm. 63
2
Dalam bahasa Latin disebut sacer serta sanctus, hagios (bahasa yunani), qados (bahasa Ibrani). Makna generiknya
adalah lawan dari profane berarti sesuatu yang sakral atau sesuatu yang kudus. Lihat Nico Syukur Dister, Pengalaman
dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hlm. 39.
3
“Pro” berarti yang kudus dan “fan” berarti penampakan diri dari yang Ilahi. Atau dalam arti generis bermakna “bukan
kudus”. Ibid., hlm. 32.
Konsep kebebasan dalam Islam memang sangat penting, namun harus dipahami dengan
baik agar tidak disalahgunakan. Perintah untuk menjalani kehidupan secara dinamis dapat
ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-Ra'd ayat 11, yang menyatakan bahwa Allah tidak akan
merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubah keadaan tersebut. Oleh karena
itu, umat beragama harus mengkonstruksi tatanan kehidupan yang lebih baik dan melakukan
kontrak sosial agar terhindar dari benturan antar peradaban.4
Kontrak sosial sendiri merujuk pada ide dari filsuf abad ke-18, Jean-Jacques Rousseau,
yang menyatakan bahwa keberadaan masyarakat bergantung pada kesepakatan bersama atau
kontrak sosial yang dilakukan oleh semua anggotanya. Dengan melakukan kontrak sosial, umat
beragama akan bertahan dan rela membatasi kebebasan individunya untuk mendukung kebebasan
orang lain, yang juga merupakan hak asasi manusia. 5 Namun, penting untuk diingat bahwa
kebebasan individu akan dibatasi oleh kebebasan individu lain dalam masyarakat. Oleh karena itu,
interaksi tetap harus dilakukan agar masyarakat dapat berjalan dengan harmonis dan tidak terjadi
benturan antar peradaban. Dengan memahami dan mengaplikasikan konsep kebebasan dan kontrak
sosial dengan benar, umat beragama dapat menciptakan tatanan kehidupan yang lebih baik dan
damai.

Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud teori kontrak?
2. Bagaimana prinsip prinsip dari teori kontrak?
3. Apa yang di maksud tindakan sosial?
4. Apa saja jenis tindakan sosial?
5. Bagaimana teori kontrak sosial dapat mempengaruhi terjadinya tindakan kolektif?

Tujuan dan Manfaat


Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep dan teori kontrak sosial dan tindakan kolektif.
2. Menganalisis hubungan antara teori kontrak sosial dan tindakan kolektif dalam membentuk
suatu tatanan sosial yang lebih baik.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas tindakan kolektif dalam
membentuk suatu tatanan sosial yang lebih baik.
4
Istilah ini diadopsi dari Samuel P. Huntington yang mengemukakan teori the clash of civilization (Benturan antar
Peradaban).
5
Dikalangan para ulama, terkenal adanya ungkapan bijak; Hurriyyat al mar‟I mahdudah bi hurriyyat siwa-hu. Lihat
Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi (Jakarta : Paramadina. 1999), hlm. 146.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai teori kontrak sosial dan tindakan
kolektif.
2. Memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya tindakan
kolektif dalam membentuk suatu tatanan sosial yang lebih baik.
3. Memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas tindakan
kolektif dan bagaimana mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
PEMBAHASAN
Pengertian teori kontrak
Kontrak sosial adalah suatu perjanjian yang dibuat antara individu atau kelompok dengan
tujuan untuk menciptakan sebuah tatanan sosial yang adil dan seimbang. 6 Dalam teori kontrak
sosial, individu-individu tersebut sepakat untuk memberikan sebagian dari kebebasan individu
mereka demi terciptanya tatanan sosial yang lebih baik. Kontrak sosial memuat kewajiban-
kewajiban politik yang harus dilaksanakan oleh setiap individu yang terlibat dalam perjanjian
tersebut.
Teori kontrak sosial memiliki unsur pokok yang melibatkan individualitas manusia. Hal ini
berarti bahwa kontrak sosial lahir dari pemikiran bahwa individu memiliki hak-hak yang sama dan
perlu dilindungi dalam sebuah tatanan sosial yang adil. Pemikiran ini berkembang pada Abad
Pencerahan di mana pemikir-pemikir seperti John Locke, Jean-Jacques Rousseau, dan Thomas
Hobbes menekankan pentingnya hak asasi manusia dan kesepakatan bersama dalam menciptakan
sebuah negara yang adil dan seimbang.
Dalam teori kontrak sosial, terdapat dua jenis kontrak sosial, yaitu kontrak sosial eksplisit
dan implisit. Kontrak sosial eksplisit adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis atau lisan dengan
rincian kewajiban politik yang jelas. Sementara itu, kontrak sosial implisit adalah perjanjian yang
terbentuk secara tidak langsung melalui perilaku dan tindakan individu yang membentuk sebuah
masyarakat. Tujuan dari teori kontrak sosial adalah untuk menciptakan sebuah tatanan sosial yang
adil dan seimbang bagi seluruh individu dalam masyarakat. Dengan adanya kontrak sosial,
individu-individu tersebut sepakat untuk saling menghargai hak-hak asasi manusia dan melakukan
kewajiban politik untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini diharapkan dapat mengurangi konflik
dan ketidakadilan dalam masyarakat.
Manfaat dari teori kontrak sosial adalah terciptanya sebuah tatanan sosial yang adil dan
seimbang. Kontrak sosial memastikan bahwa hak-hak asasi manusia dilindungi dan setiap individu
memiliki kewajiban untuk menciptakan sebuah masyarakat yang lebih baik. Selain itu, teori
kontrak sosial juga mendorong terbentuknya tindakan kolektif dalam masyarakat yang dapat
membantu mengatasi permasalahan sosial yang ada. Dengan adanya tindakan kolektif, individu-
individu dalam masyarakat dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dipegang bersama.
Pendapat J.J Rousseau dalam buku Nor Hadi tentang kontrak sosial mengatakan bahwa
hukum alam memberikan kebebasan bagi individu untuk berbuat secara kreatif, dan kontrak sosial
dibuat sebagai media untuk mengatur tatanan sosial kehidupan masyarakat. Menurutnya, individu

6
Scruton, 2007: 641
harus secara sukarela menaati perintah dan pemerintah harus mampu mengatur agar terjadi
peningkatan hubungan antara negara dan warga negaranya yang disebut sebagai good citizenship.
Kontrak sosial juga berlaku dalam hubungan antara perusahaan dengan masyarakat.
Perusahaan memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk memberi manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti investasi jangka panjang. Interaksi Perusahaan dengan masyarakat
sangat penting dalam rangka pemenuhan dan upaya untuk mematuhi aturan dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dengan begitu, Perusahaan memperoleh dasar pembenaran atau pengakuan
dari masyarakat, yang disebut sebagai legitimasi.7 Pendapat J.J Rousseau tersebut memberikan
pemahaman bahwa kontrak sosial memiliki peran penting dalam membangun hubungan yang baik
antara individu atau perusahaan dengan masyarakat. Konsep good citizenship dan legitimasi juga
menjadi kunci dalam menjalin hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak. Oleh karena itu,
pemahaman tentang kontrak sosial dapat membantu dalam membangun dan menjaga hubungan
baik antara individu, perusahaan, dan masyarakat, sehingga dapat menciptakan tatanan sosial yang
lebih baik dan harmonis.

Prinsip Prinsip Dari Teori Kontrak


Dalam catatan Munawir Sjadzali, terdapat empat pemikir politik Barat yang
mengemukakan teori kontrak sosial, yaitu Hubert Languet, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean
Jacques Rousseau, ilmuwan Perancis.8 Setiap pemikir memiliki pandangan yang berbeda-beda
mengenai kontrak sosial.
Hubert Languet mengajukan teori kontrak sosialnya dalam bukunya yang berjudul
Vindiciae Contra Tyrannos. Languet berpendapat bahwa pembentukan negara didasarkan atas dua
kontrak. Pertama, kontrak antara Tuhan dengan raja serta rakyat yang berisi janji bahwa raja dan
rakyat akan tetap patuh kepada perintah-perintah agama sebagai hamba-hamba Tuhan. Kedua,
kontrak antara raja dan rakyat yang berisi janji bahwa rakyat akan taat dan patuh kepada raja
asalkan raja memerintah dengan adil.
Sementara itu, Thomas Hobbes mengemukakan teori kontrak sosialnya dalam bukunya
yang berjudul Leviathan. Menurut Hobbes, kontrak sosial terjalin antara sesama rakyat sendiri, dan
raja bukan merupakan pihak dari kontrak tersebut, tetapi produk darinya. Sebagai peserta kontrak
yang melahirkan raja, rakyatlah yang harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh raja,
sehingga rakyat tidak dapat mengeluh atau memprotes kebijaksanaan dan tindakan raja walaupun
tidak berpihak kepada rakyat.9 Pandangan Hobbes yang menyatakan bahwa rakyat tidak dapat
7
Deegan, dalam Nor Hadi, 2011, p.96
8
Lihat Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta : UI Press. 1993), edisi v,
hlm. 67.
9
Ibid., hlm. 68
mengeluh atau memprotes kebijaksanaan dan tindakan raja walaupun tidak berpihak kepada rakyat,
memang terdengar aneh. Namun, Hobbes menganggap bahwa hal itu diperlukan untuk menjaga
stabilitas negara dan menghindari anarki.
John Locke dan Jean Jacques Rousseau juga mengemukakan teori kontrak sosial masing-
masing. Locke berpendapat bahwa kontrak sosial terjalin antara rakyat dan pemerintah, dan
pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga hak-hak rakyat. Sedangkan Rousseau berpendapat
bahwa kontrak sosial terjalin antara individu-individu dalam masyarakat, dan tujuan dari kontrak
sosial adalah untuk mempertahankan kebebasan dan kesetaraan dalam masyarakat. Teori kontrak
sosial merupakan salah satu konsep penting dalam pemikiran politik Barat yang mempengaruhi
perkembangan sistem pemerintahan modern. Teori ini menekankan pentingnya kesepakatan dan
tanggung jawab dalam hubungan antara individu dan negara, serta mempertegas bahwa
pemerintahan harus bertanggung jawab kepada rakyat yang diwakilinya.
Pemikiran Locke dan Rousseau tentang kontrak sosial memiliki perbedaan dalam hal
pelaku kontrak dan tujuan dari kontrak tersebut. Menurut Locke, kontrak sosial terjadi antara raja
dan rakyat, di mana raja bertindak sebagai trustee (pengelola) pemerintahan yang merupakan
amanah dari rakyat sebagai trustor (pemberi amanah) dan beneficiary (penerima manfaat). Kontrak
sosial ini memberikan kekuasaan kepada raja untuk memerintah atas kepercayaan rakyat, namun
rakyat berhak mencabut amanah tersebut jika raja mengabaikan kewajibannya. Sedangkan menurut
Rousseau, kontrak sosial terjadi antara sesama rakyat atau anggota masyarakat, di mana masing-
masing individu menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan segala hak perorangannya kepada
komunitas sebagai suatu keutuhan. Tujuan dari kontrak sosial ini adalah untuk membentuk sebuah
masyarakat yang adil dan demokratis, di mana kepentingan individu tidak mengalahkan
kepentingan bersama. Dalam konsep kontrak sosial Rousseau, individu tidak lagi mempertahankan
hak-hak pribadinya yang berdampak buruk pada masyarakat secara keseluruhan. Sebaliknya,
mereka bersedia menyerahkan hak tersebut kepada komunitas untuk menciptakan sebuah
masyarakat yang sejahtera dan adil. Kontrak sosial ini dianggap sebagai dasar dari demokrasi
modern, di mana keputusan dibuat berdasarkan kesepakatan bersama dan kepentingan bersama. 10
Secara keseluruhan, pemikiran Locke dan Rousseau tentang kontrak sosial memiliki perbedaan
dalam hal pelaku kontrak dan tujuan dari kontrak tersebut. Namun, keduanya memiliki kesamaan
dalam memandang pentingnya kepercayaan dan kesepakatan antara individu atau kelompok
masyarakat dalam membentuk suatu tatanan yang adil dan demokratis.
Pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial tidak hanya menekankan kewajiban pemerintah
(negara) terhadap rakyat, tetapi juga kewajiban sesama rakyat dalam menciptakan masyarakat yang

10
Ibid., hlm. 69.
adil dan sejahtera. Menurut Rousseau, individu pada dasarnya tidak hanya mengejar kepentingan
pribadi semata, namun juga menghendaki hal-hal yang merupakan kepentingan bersama, seperti
perdamaian, keadilan, dan keamanan. Rousseau memandang bahwa kehendak indivual masing-
masing (volonte particuliere) mengandung dua komponen, yaitu suatu kepentingan yang semata-
mata individual dan sebagian dari kepentingan umum. Oleh karena itu, tidak ada orang yang hanya
bersikap egoisme murni. Setiap orang juga menghendaki hal-hal yang merupakan kepentingan
bersama, meskipun terkadang mungkin tidak sepenuhnya menyadari hal tersebut. Dalam
pandangan Rousseau, individu harus mampu memahami dan menghargai kepentingan bersama,
sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kontrak
sosial yang terjadi antara sesama rakyat atau anggota masyarakat dapat menjadi dasar bagi
pembentukan masyarakat yang demokratis, di mana setiap individu memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam mencapai tujuan bersama. 11 Dengan demikian, dalam kehendak-kehendak
individual seseorang terdapat juga unsur-unsur umum yang perlu diperhatikan. Kewajiban sesama
rakyat dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera harus dijadikan sebagai tanggung
jawab bersama, sehingga dapat tercipta masyarakat yang harmonis dan saling menghormati satu
sama lain. Pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial ini dapat menjadi inspirasi bagi
pembentukan masyarakat yang adil dan demokratis di berbagai negara di seluruh dunia.

Pengertian tindakan sosial


Tindakan sosial merupakan tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan
sosialnya. Ciri utama dari tindakan sosial adalah adanya pemaknaan yang bersifat subjektif, yang
mempengaruhi dan menerima pengaruh dari orang lain.12 Tindakan sosial dilakukan oleh individu
sesuai dengan interpretasi mereka mengenai tindakan orang lain dalam suatu situasi tertentu.
Sebagai contoh, ketika seseorang melihat orang lain membantu korban kecelakaan, individu
tersebut mungkin akan menafsirkan bahwa orang tersebut merupakan sosok yang baik dan
membantu orang lain dengan sukarela. Kemudian, individu tersebut dapat memutuskan untuk
melakukan tindakan sosial yang serupa dengan tujuan membantu orang lain.
Penerapan tindakan sosial selalu melibatkan individu lain dan kegiatan lain yang terjadi
secara bersamaan.13 Sebuah tindakan sosial tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tetapi
melibatkan interaksi sosial antara individu yang terlibat dalam suatu kegiatan. Misalnya, ketika
seseorang berpartisipasi dalam acara amal, tindakan sosial tersebut melibatkan interaksi sosial

11
Suseno, Etika Politik….., hlm. 240
12
Rahman, M. T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. hlm. 124. ISBN 978-602-99802-0-2.
13
 Jones, Bradbury dan Boutillier 2016, hlm. 27.
antara para peserta, penyelenggara, dan pihak yang akan menerima bantuan.
Tindakan sosial juga dilakukan secara sukarela oleh individu sebagai bentuk interpretasi
terhadap kenyataan yang terjadi.14 Artinya, individu secara sadar dan dengan sukarela melakukan
tindakan sosial sebagai respon terhadap keadaan sosial yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, ketika
seseorang memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan, individu tersebut
melakukannya secara sukarela sebagai bentuk kepedulian dan empati terhadap sesama. Dalam
rangka memahami perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya, maka penting untuk memahami
konsep tindakan sosial. Pemahaman tentang tindakan sosial membantu kita untuk mengerti
bagaimana individu berinteraksi satu sama lain, mengapa mereka melakukan tindakan tertentu,
serta apa yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan sosial tersebut.

Jenis Tindakan Sosial


Pemikiran Max Weber mengenai tindakan sosial memberikan kontribusi besar terhadap
pemahaman tentang perilaku manusia dalam lingkungan sosialnya. Weber membedakan empat tipe
tindakan sosial yang berbeda-beda, yaitu tindakan rasional bersifat instrumental, tindakan yang
rasional berdasarkan nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional.
Tindakan rasional bersifat instrumental adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan yang jelas dan dihitung secara rasional untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal
ini, aktor melakukan tindakan yang dianggap paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya.
Tindakan yang rasional berdasarkan nilai adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan
alasan dan tujuan yang didasarkan pada nilai-nilai personal yang diyakini, tanpa memperhitungkan
prospek keberhasilannya. Dalam hal ini, aktor melakukan tindakan yang diyakini benar dan tepat
sesuai dengan nilai-nilainya. Tindakan afektif adalah tindakan yang ditentukan oleh kondisi dan
orientasi emosional aktor. Dalam hal ini, tindakan dilakukan karena adanya perasaan emosional
yang kuat pada saat itu. Tindakan tradisional adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
karena kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara turun temurun di lingkungan sosialnya.
Dalam hal ini, tindakan dilakukan karena sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang diterima di
lingkungan sosial aktor.
Keempat tipe tindakan sosial tersebut memberikan gambaran tentang sifat dan kemampuan-
kemampuan aktor sosial secara individual. Sifat dan kemampuan-kemampuan tersebut tercermin
dalam formasi internal yang kompleks dan termanifestasikan dalam bentuk pencangkokan
orientasi-orientasi terhadap tindakan.15 Dengan memahami tipe-tipe tindakan sosial menurut
Weber, kita dapat memperbaiki pemahaman kita tentang perilaku manusia dalam lingkungan
14
Jones, Bradbury dan Boutillier 2016, hlm. 112.
15
 Turner 2012, hlm. 115
sosialnya.

Teori Kontrak Sosial Dapat Mempengaruhi Terjadinya Tindakan Kolektif


Ketika terlibat dalam kegiatan ekonomi, seringkali terjadi ketidaksetaraan antara pelaku
ekonomi yang bisa berupa ketimpangan daya tawar atau informasi yang tidak seimbang antara satu
pihak dengan yang lain. Hal ini menyebabkan salah satu atau beberapa pihak memperoleh
keuntungan yang lebih besar dibandingkan pihak lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan
ketidakadilan dalam transaksi ekonomi. Dalam situasi seperti ini, diperlukan mekanisme untuk
mengurangi ketidaksetaraan antarpelaku ekonomi. Dua teori yang dapat membantu dalam hal ini
adalah teori kontrak dan tindakan kolektif. Teori kontrak, termasuk information asymmetric,
membantu dalam merancang aturan main yang adil dan seimbang bagi semua pihak yang terlibat
dalam transaksi ekonomi. Sementara tindakan kolektif dapat memperkuat posisi pelaku ekonomi
yang lebih lemah dalam negosiasi dan memastikan bahwa kepentingan mereka dipertimbangkan
dalam pembuatan kebijakan.
Teori kontrak berfokus pada kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
ekonomi untuk menciptakan situasi yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, ketidaksetaraan
informasi dapat menghambat proses negosiasi dan menyebabkan salah satu pihak merugikan yang
lain. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa informasi yang disediakan oleh kedua
belah pihak seimbang dan transparan. Dalam hal ini, information asymmetric dapat didefinisikan
sebagai situasi di mana satu pihak memiliki akses pada informasi yang lebih banyak atau lebih baik
daripada pihak lain dalam transaksi ekonomi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan transparansi
dalam pertukaran informasi sehingga semua pihak memiliki informasi yang sama tentang transaksi
ekonomi yang akan dilakukan. Dengan demikian, keputusan dapat dibuat secara lebih adil dan
setara.
Sementara itu, tindakan kolektif dapat membantu pelaku ekonomi yang lebih lemah dalam
memperoleh posisi tawar yang lebih baik dalam transaksi ekonomi. Dalam situasi di mana satu
pihak memiliki posisi yang lebih kuat dalam negosiasi, pelaku ekonomi yang lebih lemah dapat
bergabung dan membentuk kelompok yang kuat untuk memperkuat posisi mereka. Dalam hal ini,
tindakan kolektif dapat membantu memastikan bahwa kepentingan mereka diakui dan
dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan.16 Secara keseluruhan, teori kontrak dan tindakan
kolektif dapat membantu mengatasi ketidaksetaraan antarpelaku ekonomi dalam transaksi
ekonomi. Melalui penerapan kedua teori ini, diharapkan dapat tercipta aturan main yang adil dan
seimbang bagi semua pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomi, sehingga tercipta kegiatan
16
Resume Buku “Ekonomi Kelembagaan Paradigma,Teori, Dan Kebijakan” Penulis Ahmad Erani Yustika Dan
Analisis Kasus
ekonomi yang lebih ideal dan berkelanjutan.
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam teori kontrak dan tindakan sosial, ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan.
Teori kontrak menunjukkan bahwa orang-orang memasuki kontrak untuk mendapatkan keuntungan
pribadi, dan tindakan sosial mencakup semua tindakan manusia yang dilakukan karena norma
sosial. Namun, kedua konsep ini tidak berdiri sendiri, dan keduanya terkait dalam interaksi sosial
yang kompleks.
Dalam teori kontrak, orang harus mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka pada
orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dalam tindakan sosial, orang harus mempertimbangkan
norma-norma sosial yang berlaku. Penting untuk memahami bagaimana kedua konsep ini saling
berhubungan dalam konteks sosial yang lebih luas.
Dalam masyarakat modern, kontrak dan tindakan sosial sangat penting dalam mengatur
perilaku manusia dan hubungan antara individu dan kelompok. Kontrak digunakan untuk
memfasilitasi kerja sama dan perdagangan, sedangkan tindakan sosial digunakan untuk memelihara
norma-norma dan nilai-nilai sosial.

Saran
Untuk meningkatkan pemahaman tentang teori kontrak dan tindakan sosial, disarankan agar
masyarakat mengambil inisiatif untuk belajar lebih banyak tentang konsep ini dan bagaimana
mereka saling terkait. Dalam hal ini, pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membantu
orang memahami konsep ini dan mempertimbangkan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial dan
lingkungan dalam kontrak dan tindakan sosial. Dalam hal ini, pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat dapat bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang lebih
bertanggung jawab sosial dan lingkungan.
Akhirnya, penting untuk menghormati norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam setiap
tindakan dan keputusan. Masyarakat harus terus mempertimbangkan bagaimana tindakan mereka
dapat mempengaruhi orang lain dan lingkungan sekitarnya, serta memastikan bahwa mereka
bertindak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dianut oleh masyarakat.
Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang teori kontrak dan tindakan sosial
dapat membantu masyarakat mengembangkan hubungan yang lebih baik antara individu dan
kelompok, serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan lingkungan.
Daftar Pustaka

Ruslan, I. (2018). Pemikiran “Kontrak Sosial” Jean Jacques Rousseau dan masa depan umat
beragama. Jurnal Filsafat, 28(2), 145-159.
Rousseau, J. J. (2003). The Social Contract. London: Penguin Classics.
Ruslan, I. (2019). Pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial dan implikasinya pada negara
modern. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 2(1), 10-20.
Scott, J. C. (2018). The Social Contract in America: From the Revolution to the Present Age.
Princeton: Princeton University Press.
Ruslan, I. (2020). Konsep kontrak sosial dan teori legitimasi dalam perspektif politik kontemporer.
Jurnal Politik dan Sosial, 24(1), 12-23.
Rousseau, J. J. (2012). Discourse on the Origin and Basis of Inequality Among Men. London:
Penguin Classics.
Jones, P., Bradbury, L., dan Boutillier, S. L. (2016). Pengantar Teori-teori Sosial (PDF). Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-249-5,
Turner, Bryan S. (2012). Teori Sosial: Dari Klasik sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. ISBN 978-602-229-068-1.

Anda mungkin juga menyukai