Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Ainun Asri

NIM : 1173060082
Jur./ Sem./Kls : HPI/VI/B
Mata Kuliah : Qonun Jinayah
Dosen Pengampu : 1. Dr. H. Syahrul Anwar, M. Ag.
2. Ilman Napiah, M.H.

1) Bagaimana peran masyarakat dalam pembentukan Qonun Aceh serta pada tahap
apa masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembentukan qonun Aceh?
Jawaban :
Masyarakat dapat berperan atau terlibat dalam pembentukan qonun Aceh pada
tahap penyiapan dan pembahasan. Hal ini telah di atur pada BAB VI dari pasal 23-
26, pada pasal 23 dan 24 menjelaskan bahwa Masyarakat berhak memberikan
masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka penyiapan dan pembahasan
rancangan qanun. Dalam rangka memberi masukan tersebut masyarakat harus
menyebutkan identitas secara lengkap. Masukan tersebut memuat pokok-pokok
materi yang diusulkan. Selanjutnya masukan tersebut diagendakan dalam rapat
penyiapan atau pembahasan rancangan qanun. Yang dimaksud dengan "identitas
lengkap" adalah identitas kependudukan berupa Kartu Tanda Penduduk atau surat
keterangan kependudukan lainnya yang dikeluarkan oleh keuchik/lurah atau nama
lain atau identitas organisasi yang menjadi wadah komponen masyarakat. Selain dari
pada itu pasal 25-26 menjelaskan mengenai mekanisme masyarakat dalam
berpartisipasi untuk pembentukan qonun Aceh.
2) Bagaimana tata cara pengesahan rancangan qonun Aceh?
Jawaban :
Tata cara pengesahan rancangan qonun dijelaskan dalam Pasal 36-37 QANUN
ACEH
NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN QANUN
Pertama dalam pasal 36 menjelaskan mengenai tenggang waktu penyampaian
rancangan qonun, bahwa :
(1) Rancangan qanun yang telah disetujui bersama oleh DPRA/DPRK dan
Gubernur/ Bupati/Walikota disampaikan oleh pimpinan DPRA/DPRK kepada
Gubernur/ Bupati/WaliKota untuk disahkan menjadi qanun.
(2) Penyampaian rancangan qanun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal persetujuan bersama.
dan pada Pasal 37 menjelaskan mengenai mekanisme pengesahan qonun:
(1) Rancangan qanun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ditetapkan oleh
Gubernur/bupati/walikota dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan qanun tersebut
disetujui bersama oleh DPRA/DPRK dan Gubernur/bupati/walikota.
(2) Dalam hal rancangan qanun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak di
tanda tangani oleh Gubernur/bupati/walikota dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak rancangan qanun disetujui bersama; maka rancangan
qanun tersebut sale menjadi qanun dan wajib diundangkan.
(3) Dalam hal sahnya rancangan qanun sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka kalimat pengesahannya berbunyi "Qanun ini dinyatakan sah".
(4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
beserta tanggal jatuh sahnya, harus dibubuhkan pada halaman terakhir
qanun sebelum pengundangan naskah qanun dalam Lembaran Daerah
Aceh/Lembaran Daerah Kabupaten/Kota.
3) Bagaimana mekanisme pembahasan draft rancangan qanun, dan siapa yang
membaha drarft rancangan qanun?
Jawaban :
Pembahasan rancangan qanun berlangsung di DPRA/DPRK, dan dilakukan oleh
DPRA/DPRK bersama Gubernur/Bupati/Walikota. Pembahasan bersama ini
dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan yang dilakukan
dalam Rapat Komisi/Gabungan Komisi/Panitia Legislasi/ Panitia Khusus dan Rapat
Paripurna DPRA/DPRK. Ini terdapat dalam pasal 34 dan 35 Qonun Aceh tentang
Pembentukan Qonun Aceh.

Anda mungkin juga menyukai