Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN FIQH IBADAH DAN MUAMALAH

PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN MUAMALAH

DOSEN PENGAMPU : Bp. Imam Anas Hadi

Disusun Oleh

Bunga Mutiarani

( 19610050 )

UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN GUPPI

UNGARAN SEMARANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................... 1
Kata pengantar.......................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan.................................................................................. 4
A. Latar Belakang 4
Masalah ...............................................................
B. Rumusan 4
Masalah.........................................................................
BAB II Pembahasan................................................................................. 5
A. Pengertian Muamalah................................................................... 5
B. Prinsip dan kaidah 6
Muamalah.......................................................
C. ruang lingkup 9
muamalah...............................................................
D. akhlaq dalam bermuamalah.......................................................... 10
BAB III Penutup....................................................................................... 13
A. Kesimpulan................................................................................... 15
Daftar Pustaka.......................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kata prinsip, diartikan sebagai asas, pokok, penting, permulaan,


fundamental, dan aturan pokok. Sedangkan kata muamalah berarti hukum yang
mengatur hubungan antara manusia dengan.

Fikih muamalah menjelaskan dengan sangat jelas mengenai prinsip-


prinsip muamalah. ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
bermuamalah. Misalnya saja dalam memberikan hak atau melakukan segala
sesuatu hal. Dianjurkan tindakan yang dilakukan tidak boleh menimbulkan
kerugian terhadap orang lain. Setiap tindakan yang dapat merugikan orang lain,
sekalipun tidak sengaja, maka akan dimintai pertanggungjawabannya.

Prinsip-prinsip utama dalam bermuamalah adalah terjadinya unsur saling


adanya kerelaan antara kedua belah pihak. Prinsip tersebut telah dijelaskan oleh
Allah swt dalam surat An-Nisaa, 29:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu ...”

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian dari muamalah baik secara etimologi maupun dari
pendapat ulama
2) Apa saja prinsip dasar dan kaidah fiqh muamalah
3) Dimana saja ruang lingkup muamalah ini dterapkan
4) Bagaimana akhlaq kita dalam bermuamalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Muamalah
Muamalah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu
‘Amala-Yu’amilu-Mu’amalatan wa ‘Imalan,yang memiliki arti
berinteraksi, bekerja. Sedangkan pengertian muamalah secara terminologi
memiliki beberapa pengertian, yaitu:
 Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan
alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik-baiknya sesuai
dengan ajaran-ajaran dan tuntutan agama.
 Muamalah adalah hukum yang mengatur hubungan individu dengan
individu lain, atau individu dengan negara Islam, dan atau negara Islam
dengan negara lain.
 Muamalah adalah peraturan-peraturan yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup.

Sedangkan pengertian fiqh muamalah menurut beberapa ulama dan


ahli fiqh ialah sebagi berikut:

 Ad-Dimyati : Fiqih Mualamah adalah aktifitas untuk menghasilkan


duniawi yang menyebabkan keberhasilan masalah ukrawi
 Muhammad Yusuf Musa : Arti Fiqih Mualamah adalah peraturan-
peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat
untuk menjaga kepentingan manusia.
 Hundrik Beik : Pengertian fiqih mualamah menurut hundrik beik adalah
keseluruhan akad yang mana dalam prosesnya memperbolehkan saling
menukar manfaat
 Idris Ahmad : Fiqih Mualamah adalah aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan usahanya untuk mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaninya dengan cara yang baik.

5
 Rasyid Ridha : Fiqih Mualamah adalah tukar-menukar barang atau
sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan
 Rachmad Syafi’i : Pengertian Fiqih Mualamah dalam arti sempit adalah
menekankan keharusan untuk mentaati aturan-aturan Allah S.W.T yang
telah ditetapkan untuk mengatur hubungan antar manusia dengan cara
memperoleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta
benda).
 Nana Masduki : Menurut Ahli ini, Fiqih Mualamah dibagi atas lima
bagian, yakni Muwadhah Maliyah (hukum keberadaan), Munhakat
(hukum perkawinan atau pernikahan), Muhasamat (hukum acara),
Amanat dan ‘Aryah (pinjaman), dan Tirkah (harta peninggalan).

2. Prinsip Dasar Dan Kaidah Fiqh Muamalah

Prinsip dasar dan kaidah fiqh mu’amalah adalah sebagai berikut:

1. Muamalah pada dasarnya boleh (mubah).

Kebolehan muamalah berdasarkan kaidah ushul fiqh sebagai


berikut:
‫األصل في المعامالت هو الحل حتى يقوم دليل على المنع‬.‫حة‬. 􀁓 ‫األصل في المعامالت اإل‬
“Pada dasarnya muamalah itu boleh, Atau kaidah lain, pada dasarnya
muamalah itu halal hingga ada dalil yang tegak untuk melarangnya”.

2. Muamalah yang dilakukan untuk mewujudkan kemasalahatan.

Muamalah bertujuan untuk mewujudkan kemasalahatan.


Sebagaimana
Djuwain mengatakan dengan mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah
yang mengatakan:“Syariah diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan,
menyempurnakan, mengeliminasi, mereduksi kerusakan, memberikan

6
alternatif pilihan terbaik di antara beberapa pilihan, memberikan nilai
masalahat yang maksimal diantara beberapa maslahat, dan
menghilangkan nilai kerusakkan yang lebih besar dengan menanggung
kerusakan yang lebih kecil.”

3. Menetapkan harga kompetitif

Menetapkan harga kompetitif adalah menetapkan harga yang lebih


rendah yang tidak mungkin bisa diperoleh kecuali dengan menurunkan
biaya produksi dengan meniadakah unsur penimbunan, gharar (penipuan)
dan makelar (simsar). Sebagai dasar hukum dalam sebuah hadis Nabi
SAW yang artinya :
“Dari Abi Sa’id bin al-Musayyab menceritakan bahwa Ma’mar
berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menimbun (suatu
barang atau makanan) maka ia telah berbuat dosa”. (HR. Muslim).

4. Meninggalkan intervensi yang dilarang


Islam melarang seorang melakukan intervensi terhadap akad atau
jual beli yang sedang dilakukan oleh orang lain. Sebagaimana sabda Nabi
SAW yang artinya :
“Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW melarang orang
kota membeli barang dagangan orang desa dengan cara mengintervensi.
Dan janganlah seseorang membeli (barang dagangan) yang sudah dibeli
oleh saudaranya dan janganlah meminang (seorang perempuan) yang
sudah dipinang oleh saudaranya”.(HR. Al-Bukhari).

5. Menghindari eksploitasi

Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak melakukan


kedzaliman, keserakahan kepada orang lain dengan mementingkan dirinya
sendiri. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya :

7
“Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda:”Muslim itu saudara bagi muslim yang lain, jangan
mendzalimi, dan tidak menggantungkan diri kepadanya. Barang siapa
memenuhi kebutuhan saudaranya niscaya Allah akan mencukupi
kebutuhannya, dan barang siapa yang meringankan beban seorang
muslim niscaya Allah akan meringankan bebannya dari beban-beban hari
Kiamat, dan barang siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya
Allah akan menutup aib (yang ada pada dirinya) pada hari Kiamat”.
(Muttafaqun ‘Alaih).

6. Memberikan kelenturan dan toleransi

Toleransi merupakan karakateristik dari ajaran Islam yang


direalisasikan dalam dimensi kehidupan muamalah, seperti politik,
ekonomi dan hubungan kemasyarakatan. Khusus dalam transaksi finansial,
nilai ini bisa diwujudkan dengan mempermudah transaksi bisnis tanpa
harus memberatkan pihak yang terkait.Karena Allah SWT akan
memberikan rahmat kepada orang yang mempermudah transaksi jual beli.
Selain itu, kelenturan dan transaksi itu bisa diberikan kepada debitur yang
sedang mengalami kesulitan finansial, karena bisnis yang dijalankan
sedangan mengalami resesi. Melakukan re-scheduling piutang yang telah
jatuh tempo, kemudian disesuaikan dengan kemapamanan finansial yang
diproyeksikan. Di samping itu, tetap membuka peluang bagi para pembeli
yang ingin membatalkan transaksi jual beli, karena terdapat indikasi
ketidakbutuhannya terhadap objek transaksi (inferior product).

7. Jujur dan amanah

Kejujuran merupakan bekal utama untuk meraih keberkahan.


Namun, kata jujur tidak semudah mengucapkan, sangat berat memegang
prinsip ini dalam kehidupan. Seseorang bisa meraup keuntungan yang

8
berlimpah dengan lipstick kebohongan dalam bertransaksi. Sementara,
orang jujur harus menahan dorongan materialisme dari cara-cara yang
tidak semestinya. Perlu perjuangan keras dalam membumikan kejujuran
dalam setiap langkah kehidupan. Rasulullah SAW selalu mengapresiasi
kepada pedagang yang jujur dan amanah, sebagaimana dalam sabda-Nya
yang artinya sebagi berikut:
“Dari Abu Sa’id, dari Nabi SAW bersabda: “Pedagang yang jujur
lagi amanah itu nanti akan bersama para Nabi, para Shiddiqin dan para
Syuhada”.(HR. Al-Tirmidzi)

3. Ruang Lingkup Mu’amalah


Ruang lingkup mu’malah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ruang lingkup Mu’amalah Adabiyah
Ruang lingkup mu’amalah yang bersifat adabiyah adalah ijab dan
kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak
dan kewajiban, kejujuran pedagang, tidak ada penipuan, tidak ada
pemalsuan, dan tidak ada penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber
dari indera manusia yang kaitannya dengan pendistribusian harta dalam
hidup bermasyarakat.
2. Ruang lingkup Mu’amalah Madiyah
Ruang lingkup mu’amalah madiyah adalah masalah jual beli (al-
Bai’ wa al-Tijarah), gadai (al-Rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah
dan dhaman), perseroan atau perkongsian (al-Syirkah), perseroan harta
dan tenaga (al-Mudharabah), sewa menyewa (al-Ijarah), pemberian hak
guna pakai (al-‘Ariyah), barang titipan (al-Wadhi’ah), barang temuan (al-
Luqathah), garapan tanah (al-Muzara’ah), sewa menyewa tanah (al-
Mukhabarah), upah (ujrah al-‘Amal), gugatan (syuf’ah), sayembara (al-
Ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-Qismah), pemberian (hibah),
hadiah (al-Hadiyah) pembebasan (al-Ibra), damai (al-Shulhu), dan
ditambah dengan pemasalahan kontemporer (al- Mu’ashirah) seperti
masalah bunga bank, asuransi, kredit, dan lain-lain.39

9
4. Akhlak Bermu’amalah

Akhlak bermua’amalah adalah prilakuinteraksi setiap individu dengan


individu lain, individu dengan masyarakat dan negara dengan negara lain.
Dalam hal ini mu’amalah bukan hanya menyangkut jual beli dan lain-lain,
namun juga mencakup hubungan manusia dengan manusia yang lainnya
dalam rangka mewujudkan dan menciptakan kehidupan islami, rukun, aman,
tentram dan damai. Di antara akhlak bermuamalah yang sesuai dengan ajaran
Islam antara lain:

1. Bertamu ke rumah atau tempat orang lain.


Sebagaimana firman Allah SWT dalam Quran surat Al-Nur ayat 27 yang
artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu
(selalu) ingat”.(QS. Al-Nur 64: 27).
2. Membangun hubungan persaudaran dengan sesamamuslim. Sebagaimana
sabda Nabi SAW yang artinya :
“Dari Ibnu Syihad, bahwasanya Salim menceritakan kepadanya
sesungguhnya Abdullah bin Umar ra, ia menceritakan kepadanya
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Muslim dengan muslim
lainnya bersaudara, tidak mendzalimi dan tidak membiarkan. Dan barang
siapa (yang menolong) kebutuhan saudaranya maka Allah akan menolong
kebutuhannya. Dan barang siapa yang meringankan beban seorang
muslim maka Allah akan meringankan bebannya dari beban hari Kiamat
dan barang siapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan
menutup (aibnya) pada hari Kiamat”. (HR. Al-Bukhari)

3. Melaksanakan kewajiban sosial kepada sesama muslim.

10
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya :
“Dari Mu’awiyah bin Suwaid, Bara’ bin ‘Azib ra berkata, Nabi SAW
telah memerintahkan kepada kami tujuh perkara dan melarang tujuh
perkara. Tujuh perkara yang beliau perintahkan kepada kami adalah
menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, mendo’akan orang bersin,
memperbaiki pembagian, menolong orang yang terdahulu, menyebarkan
salam, memenuhi undangan. Sedangkan tujuh perkara yang beliau larang
kepada kami adalah cincin atau kalung dari emas, bejana dari perak,
mayatsar, qassi, istibraq dan dibagh”. (HR. al-Bukhari).

4. Larangan memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan


Nashrani.
Sebagaiman sabda Nabi SAW yang artinya :
“Dari Abi Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda, janganlah kamu
memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Nashrani. Maka
apabila kamu bertemu akan salah seorang di antara mereka di jalan,
maka berbeloknya (mencari) jalan yang sempit”.(HR. Muslim).

5. Mengucapkan perkataan yang baik kepada orang lain.


Sebagaiman sabda Nabi SAW yang artinya :
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia menyakiti
tetangganya, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah ia memulyakannnya dan barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik atau
diamlah”.(HR. al-Bukhari).

6. Larangan berkhalwath atau berdua-duaan laki-laki dan perempuan di


tempat yang sepi.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya :

11
“Dari Ibnu Abbas dari Nabi SAW bersabda: Janganlah seorang laki-laki
berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta mahramnya, lalu
seorang laki-laki berdiri dan berkata ya Rasulullah perempuan-ku keluar
rumah karena hajat (kebutuhan), dan aku ditetapkan dalam perang
seperti ini dan itu. Beliau bersabda: Kembali dan berhaji dengan
perempuan-mu”.(HR. Al-Bukhari).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

12
Mendefiniskan atau menjelaskan tentang fiqih mualamah pada
dasarnya terdiri atas dua kata, yakni fiqih dan muamalah. Akan tetapi
sebelum mengemukakan arti fiqih mualamah perlu dipahami bahwa
secara etimologi pengertian mualamah adalah saling berindak, saling
berbuat, dan saling beramal. Sedangkan pengertian fiqih adalah
pengetahuan keagamaan yang mencangkup seluruh ajaran agama, baik
berupa akidah, akhak, maupun amaliah ibadah.

Fiqih Mualamah adalah aturan-atuaran (hukum) Allah S.W.T,


yang ditunjukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan
keduniaan atau urusan-urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi
dan sosial kemasyarakat.

 Prinsip Dasar Dan Kaidah Fiqh Muamalah


1. Muamalah pada dasarnya boleh (mubah).
2. Muamalah yang dilakukan untuk mewujudkan kemasalahatan.
3. Menetapkan harga kompetitif
4. Meninggalkan intervensi yang dilarang
5. Menghindari eksploitasi
6. Memberikan kelenturan dan toleransi
7. Jujur dan amanah.
Tulisan ini menggunakan metode diskripsi kualitatif, mencoba
untuk mendiskripsikan tujuan umum dari muamalah yaitu untuk
mencapai banyak kemashlahatan dan meminimalkan kemudharatan,
dengan menggunakan prinsip prinsip tauhid, khilafah, keadilan.
Dengan dasar setiap muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua
prinsip atau asas dalam muamalah yakni prinsip umum dan prinsip
khusus. Dalam prinsip umum terdapat empat hal yang utama, yakni;
1) setiap muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil
yang mengharamkannya; 2) mendatangkan kemaslahatan dan menolak

13
kemudharatan; 3) keseimbangan antara yang transendent dan
immanent; 4) keadilan dengan mengenyampingkan kezaliman.
Sementara itu prinsip khusus memiliki dua turunan yakni yang
diperintahkan dan yang dilarang. Adapun yang diperintahkan terdapat
tiga prinsip, yakni; 1) objek transaksi haruslah yang halal; 2) adanya
kerihdaan semua pihak terkait; 3) pengelolaan asset yang amanah dan
jujur. Sedangkan yang dilarang terdapat beberapa prinsip juga: 1) riba
2) gharar; 3) tadlis; 4) berakad dengan orang-orang yang tidak cakap
hukum seperti orang gila, anak kecil, terpaksa, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

14
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-fiqih-muamalah-menurut-para-
ahli/

https://www.neliti.com/id/publications/288528/prinsip-prinsip-asas-asas-
muamalah#:~:text=Dalam%20prinsip%20umum%20terdapat
%20empat,4)%20keadilan%20dengan%20mengenyampingkan%20kezaliman.

15

Anda mungkin juga menyukai