Anda di halaman 1dari 9

FIQIH MUAMALAH

RESUME

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu : Siti Habibatur Rahma, M.E.

DI SUSUN OLEH :
Syafiatur Rizkiyah (0222021036)
Wildatul Jannah (0222021038)
Wirdatus Sholihah (0222021039)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-UTSMANI
JAMBESARI BONDOWOSO
2022
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih muamalah……………………………………....................4


B. Klasifikasi Fiqih muamalah…....……………………....................................4
C. Ruang lingkup fiqih muamalah......................................................................5
D. Hubungan hukum Islam dengan hukum romawi….......................................6
E. Perbedaan Fiqih muamalah dan hukum perdata…………............................7
F. Daftar Pustaka................................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penulisan yang bersifat sederhana ini, di buat berdasarkan tugas kelompok


yang di berikan oleh dosen mata kuliah fiqih muamalah, Maka dengan adanya
tugas ini, dapat membantu dalam proses penilaian. Namun, pada penulisan
serta meresume, masih banyak terdapat kekurangan serta kesalahan, baik
dalam penulisan maupun dalam pemahamannya. Penulis juga berharap, atas
apa-apa yang telah dibuat ini,mudah-mudahan dapat berjalan dengan baik
seperti yang diharapkan penulis.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dalam pembuatan tugas ini, yaitu :

 Untuk memenuhi kewajiban penulis terhadap dosen yang bersangkutan,


 Untuk menambah pengetahuan penulis tentang fiqih muamalah dan
 Untuk menyimpulkan kembali hasil dari resume materi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih muamalah

Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti
yang lainnya yaitu tentang fiqih hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum
perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum penggunaan
harta, dan hukum pemerintahan.
Secara bahasa atau etimologi fiqih berasal dari kata faqiha yang berarti paham
sedangkan muamalah secara bahasa berasal dari kata 'amila berarti berbuat atau
bertindak, maksudnya berhubungan dengan aktivitas.
Adapun pengertian fiqih muamalah, sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah al-
Sattar fathullah Sa’id yang dikutip oleh Nasrun haroen yaitu “hukum-hukum yang
berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan misalnya dalam
persoalan jual beli, utang piutang,kerja sama dagang, perserikatan, kerjasama dalam
penggarapan tanah, dan sewa menyewa”.

B. Klasifikasi Fiqih muamalah


Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti luas dibagi menjadi lima bagian.
1. Muawadhah maliyah (Hukum Perbendaan)
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
5. Tirkah (Hukum Peninggalan)
Dari pembagian di atas, yang merupakan disiplin ilmu tersendiri adalah munakahat dan
Tirkah. Sedangkan menurut Al Fikri dalam kitab Al-muamalah Al-madiyah wa Al-Adabiyah
membagi fiqih muamalah menjadi dua bagian:
1. Al-Muamalah Al-madiyah
Al muamalah Al madiyah adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya,
yakni benda. Sedangkan ulama berpendapat bahwa Al muamalah Al madiyah
bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki.
Diperjualbelikan, atau diusahakan, benda yang menimbulkan ke mudhorotan
dan mendatangkan kemaslahatan bagi manusia, dll. Semua aktivitas yang

4
berkaitan dengan benda, seperti al- bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk
memperoleh keuntungan semata, tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk
memperoleh ridho Allah SWT . Jadi kita harus menuruti tata cara jual beli yang
telah ditentukan oleh syara’.
2. Al-muamalah Al-Adabiyah
Muamalah Al adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara tukar-
menukar benda, yang sumbernya dari panca indra manusia, sedangkan unsur-
unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban. Seperti jujur, hasud, iri, dendam,
dll. Al muamalah Al adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang ditinjau dari segi
subjeknya (pelakunya) yang berkisar pada keridhaan kedua pihak yang
melangsungkan akad, ijab Kabul, dusta, dll.
Pada prakteknya, Al muamalah Al madiyah dan Al muamalah Al adawiyah
tidak dapat dipisahkan.

C. Ruang lingkup fiqih muamalah

Secara umum ruang lingkup Fiqih Muamalah terdiri dari Pertama, ruang lingkup
Adabiyah yaitu mencakup segala aspek yang Berkaitan dengan masalah adab dan akhlak,
seperti ijab dan qabul, riba, Garar, maisir saling meridai, tidak ada keterpaksaan,
kejujuran penipuan, Pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari
indra Manusia yang kaitannya dengan harta dalam hidup bermasyarakat. Kedua, ruang
lingkup Madiyah yaitu mencakup segala aspek yang terkait Dengan kebendaan, yang
halal haram & subhat untuk diperjual belikan, Benda-benda yang menimbulkan
kemudharatan dan lain-lain. Dalam Aspek madiyah ini contohnya adalah akad, jual beli,
jual beli salam dan Istishna‟, ijarah, qardh, hawalah, rahn, mudharabah, wadi‟ah dan
lain-lain.
Sedangkan ruang lingkup dalam kajian Fiqih Muammalah Kontemporer adalah
berkaitan dengan persoalan transaksi/akad dalam Bisnis yang terjadi pada saat ini yang
belum dikenal pada zaman klasik. Seperti uang kertas, saham, obligasi, reksadana, MLM,
asuransi dan lain Sebagainya. Kemudian terkait dengan transaksi/akad yang telah
Berubah karena adanya perkembangan atau perubahan kondisi, situasi Dan
tradisi/kebiasaan. Jadi, dari ruang lingkup tersebut perbandingan Konsep Fiqih
Muammalah Klasik dengan Kontemporer jika Disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. Jika dilihat dari segi pengertiannya kedua fiqh muamalah ini tidak Jauh berbeda yaitu
sama membahas tentang bagaimana seseorang harus berprilaku dalam kehidupannya
sehari-hari baik yang bersifat maaliyah maupun ghairu maaliyah, hanya saja dalam
konsep fiqh muamalah kontemporer lebih disesuaikan dengan konteks kekinian dengan
ditambah dengan kata-kata kontemporer.

5
2. Secara prinsip kedua konsep ini masih memakai prinsip yang sama hanya saja pada
fiqh muamalah kontemporer pemahamannya lebih diperluas dengan menyesuaikan
berdasarkan konteks bisnis kontemporer juga.
3. Keduanya masih menggunakan sumber hukum yang sama yaitu berpedoman pada al-
Qur‟an dan perincian dari hadits Rasulullah serta pengembangan hukum secara
kontekstual melalui ijtihad para ulama melalui berbagai metode, dan pada konsep fiqh
muamalah kontemporer metode ini dipadukan dengan berbagai macam kecanggihan
teknologi yang ada sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan bisnis
kontemporer yang semakin menjamur serta tidak melenceng dari konsep syari‟ah yang
telah ditentukan dalam al-qur‟an, hadits maupun ijtihad tersebut.
4. Dari segi objek kajian keduanya juga tidak ada perbedaan yaitu sama-sama membahas
hubungan manusia yang bersifat maaliyahdan ghairu maaliyah akan tetapi pada
pembahasan maaliyah-nya terutama dari segi akad atau transaksi bisnis pada fiqh
muamalah kontemporer lebih banyak pengembangan penciptaan produk-produk akad
baru seperti membahas tentang asuransi, bisnis Multi Level Marketing, transaksi saham,
obligasi syari’ah dan berbagai produk-produk perbankan syari’ah.
5. Konsep yang ditawarkan oleh fiqh muammalah kontemporer lebih fleksibel dan
kontekstual dibandingkan dengan fiqh muammalah klasik yang masih stagnan dan
bersifat tekstual jika dilihat dari perkembangan bisnis sekarang ini, akan tetapi tetap
memperhatikan ketentuan prinsip-prinsip syari’ah.

D. Hubungan hukum Islam dengan hukum Romawi


Dari hubungan hukum dua tersebut, dapat Ditarik beberapa kesimpulan. Pertama,
dalam konteks negara Hukum modern, sistem hukum merupakan tatanan atau kesatuan
Yang utuh yang tediri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang Saling berkaitan erat satu
sama lain untuk mewujudkan sistem Normatif bernegara. Memang terdapat aspek
perbedaan antara Civil law system (hukum Romawi)dengan islamic law system (hukum
Islam), dalam hal prinsip-Prinisp dan karakteristik berhukum. Beberapa perbedaan itu
Diantaranya, secara mendasar civil law lebih mengedepankan Hukum tertulis yang
merupakan warisan tradisi Romawi, Sementara hukum Islam lebih mengedepankan nilai-
nilai Moral kegamaan yang bersumber dari wahyu sebagai fondasi Dalam berhukum.
Selain itu, sistem hukum sipil atau hukum Romawi cenderung Kaku dan tekstual
sementara sistem hukum Islam tampak lebih Dinamis dan fleksibel atau eklektik. Meski
demikian, pada Dasarnya kedua sistem tersebut dapat saling melengkapi dan Berjalan
beriringan selama aspek implementasi hukumnya Mengedepankan kemaslahatan rakyat
banyak. Kedua, dalam Konteks sistem hukum Indonesia, ditinjau dari aspek historisnya
Memang lebih menunjukkan pada rumpun sistem hukum Civil Law. Hal ini terlihat
dengan eksistensi KUHPerdata/ Burgerlijk Wetboek, KUHDagang, dan
KUHPidana/Wetboek van Strafrecht Dalam sistem hukum Indonesia. Pada aspek lain,
karakter civil law Juga muncul dalam konstitusi Indonesia yang menganut hirarki

6
Peraturan perundang-undangan dengan berbagai undang-Undang yang telah terkodifikasi.
Namun, dalam perkembangan Sistem hukum Indonesia modern, sistem hukum Islam juga
dapat Bersinergi, selain juga tentunya common law system dan hukum Adat.
Interaksi hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia Terlihat dalam berbagai
regulasi, khususnya hukum perdata Islam, semisal perkawinan dan warisan. Beberapa
produk hukum tersebut diantaranya: UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
Kompilasi Hukum Islam (KHI), UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, UU
No. 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU No. 38 tahun 1999 jo UU
No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,
UU No. No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. KHES (Kitab Hukum Ekonomi
Syari’ah), dan berbagai produk hukum lainnya. Dalam keaneka ragaman sistem hukum
yang saling bersinergi ini tentu menunjukkan bahwa sistem hukum Indonesia tengah
menciptakan suatu unifikasi hukum di Indonesia yang berkarakteristik ke-Indonesia-an
dengan mengambil nilai-nilai hukum dari sistem hukum yang ada.

E. Perbedaan Fiqih muamalah dan hukum perdata


Perbedaan fiqih muamalah dengan hukum perdata sebagaimana telah dijelaskan
bahwa muamalah dalam arti luas mencakup masalah al ahwal al-syakhsiyyah, yakni
hukum keluarga yang mengatur hubungan suami istri, anak dan keluarganya. Pokok
kajiannya meliputi munakahat, mawaris, wasiat, dan wakaf. Namun, ada yang
berpendapat bahwa wakaf termasuk bidang ibadah hal ini tergantung dari segi niat
(maksud). Wakaf akan termasuk bidang ibadah jika ditinjau dari segi niat (maksud), dan
wakaf akan termasuk dalam bidang Al ahwal Al syakhshiyyah jika wakaf itu
dimaksudkan ke dalam wakaf dzurriyyah, yaitu wakaf untuk keluarga.
Muamalah dalam arti sempit membahas masalah jual beli, gadai, sewa menyewa, pinjam
meminjam, dan hiwalah (pemindahan utang).

Hukum perdata di Indonesia ada dua: 1. Hukum perdata dalam arti luas 2. Hukum
perdata dalam arti terbatas.
Hukum perdata dalam arti luas: hukum sipil atau hukum privat yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara para warga hukum (manusia-manusia pribadi dan badan hukum)
terdiri atas: hukum perdata, dagang, bukti, dan kadaluarsa (lewat waktu).
Hukum perdata dalam arti terbatas: hukum privat dikurangi hukum dagang, hukum
perdata dibagi atas: hukum pribadi (warga), keluarga, harta benda, dan hukum waris.
Sumber hukum perdata yang terutama ialah kitab undang-undang hukum perdata, terdiri
dari empat buku : buku I mengenai pribadi (warga); buku II, mengenai benda; buku III,
mengenai perjanjian-perjanjian; buku IV, mengenai bukti dan kedaluwarsa.

Hendi Suhendi yang mengutip pendapat H.A. Djazuli menyatakan bahwa bidang-
bidang hukum perdata dalam hukum Islam terdapat dalam al-ahwal al-syakhsiyyah,

7
muamalah, dan qadha. Oleh karena itu, tidaklah tepat mempersamakan bidang fiqih
muamalah dengan hukum perdata, bahkan ada sebagian hukum perdata oleh para ulama
dibahas dalam bidang Ushul fiqh, seperti tentang subjek hukum atau orang mukallaf.
Di samping itu, sumber hukum fiqih muamalah berbeda sekali dengan sumber hukum
perdata, juga sistematika fiqih muamalah dan hukum perdata terdapat perbedaan-
perbedaan, sistematika hukum perdata mengatur orang pribadi, sedangkan hukum orang
pribadi tidak dijelaskan dalam fiqih muamalah, tetapi dijadikan dalam Ushul fiqh

8
DAFTAR PUSTAKA

Ghazaly, Abdul Rahman. Dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana.

Jazil, Saiful. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika.

Rozalinda. 2014. Fiqih Mu’amalah. Sidoarjo: UIN SA Press.

Syaikhu. Dkk. 2020. Fikih muamalah. Yogyakarta: K-Media.

Santoso, Lukman. Perbandingan Sistem Civil law dan Hukum Islam, Serta interaksinya
dalam sistem hukum Indonesia. Jurnal hukum. Vol. 13 No 2. 219-220.

Anda mungkin juga menyukai