Anda di halaman 1dari 3

Studi Pemikiran Islam Dalam Pendekatan Ilmu Kalam

Sindi Apriyani 21531146

Dosen Pengampuh : Dr. Amrullah,M.Pd.I

Istilah kalam, yang secara harfiah berarti "ucapan" atau "kata" digunakan dalam terjemahan
bahasa Arab dari para filsuf Yunani sebagai terjemahan dari Logos yang berarti kata, alasan dan
argumen.istilah kalam juga digunakan dalam terjemahan bahasa Arab dari bahasa Yunani dalam arti
setiap cabang khusus pembelajaran, dan bentuk jamak, muttakalimun digunakan sebagai sebutan master
atau eksponen dari setiap cabang khusus pembelajaran. (Wolfson, 1976)

Meskipun secara bahasa kalam berarti perkataan atau pembicaraan, namun sebagai istilah, kalam
tidaklah dimaksudkan ”perkataan” atau ”pembicaraan” dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam
pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Oleh karena itu, kalam berarti alasan
atau argumen rasional untuk memperkuat pernyataan. Istilah ini merujuk pada sistem pemikiran
spekulatif yang berfungsi untuk mempertahankan Islam dan tradisi keislaman dari ancaman maupun
tantangan dari luar. Para pendukungnya, yang disebut dengan istilah mutakallimin, adalah orang-orang
yang menjadikan dogma atau persoalan-persoalan teologis kontroversial sebagai topik diskusi dan wacana
dialektik,dengan menawarkan bukti-bukti spekulatif untuk mempertahankan pendirian mereka. (Zuhri,
2015)

Ilmu kalam merupakan suatu cabang ilmu yang merupakan bagian dari displin ilmu-ilmu berlatar
Islam sebelum terlampau jauh membicarakan tentang ilmu ini.Kata Ilmu merupakan kata yang salah satu
nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti maha mengetahui. Kata ilmu berakar dari 3 huruf. Sedangkan kata kalam
merupakan kata yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan.Ilmu kalam membahas
ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajran ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan
Muhammad, dan Al-Quran,serta orang yang percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan
mukmin,serta orang yang tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka,dll. (Nata,2021)

Dalam Islam, munculnya ilmu kalam awalnya bermula dari persoalan politik yang pada akhirnya
menjadi persoalan teologi(Harun Nasution,1985:1) Diawali munculnya fitnah kubra pada masa khalifah
Utsman bin ‘Affan yang berakhir dengan syahidnya beliau, terjadinya perang jamal dan puncaknya
perang shiffin yang berakhir dengan arbitrase antara sayyidina Ali bin Abi Thalib di satu pihak dengan
Muawiyah di pihak lain. Peristiwa peristiwa politik itu menimbulkan kebingungan “politik” bagi umat
Islam saat itu yang memunculkan beberapa kelompok umat Islam. Pertikaian politik itu kemudian
menimbulkan pertanyaan teologis tentang dosa besar, tentang iman dan kafir (M. Jawwad Mughniyah,
1982: 23) dan seterusnya. (susanti, 2018)

Adapun kehadiran Ilmu kalam dalam sejarahnya dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan ‘Ustman bin affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyyah atas kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib.ketegangan antara Mu’awiyyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi perang
siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr
bin Al-Ash, utusan dari pihak Mu’awiyyah dalam tahkim, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak
disetujui oleh sebagian tentaranya.Mereka berpendapat bahwa persoalan yang terjadi saat itu tidak dapat
diputuskan melalui tahkim. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang
ada dalam al-Qur’an. La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau La hukma illa
Allah (tidak ada perantara selain Allah) menjadi semboyan mereka. Mereka memandang Ali bin Abi
Thalib telah berbuat salah sehingga mereka meninggalkan barisannya. Dalam sejarah Islam, mereka
terkenal dengan nama Khawarij,yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri atau secerders.Senada
dengan hal tersebut, T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy menyebutkan alasan disebutnya ilmu tauhid dengan nama
ilmu kalam, yaitu problema yang diperselisihkan para ulama dalam ilmu ini yang menyebabkan umat
Islam terpecah kedalam beberapa golongan adalah masalah kalam Allah atau al-Qur’an; apakah ia
diciptakan (makhluk) atau tidak (qadim), materi-materi ilmu ini ialah teori-teori (kalam); tidak ada yang
diwujudkan ke dalam kenyataan atau diamalkan dengan anggota, ilmu ini, di dalam menerangkan cara
atau jalan menetapkan dalil pokok-pokok akidah serupa dengan ilmu mantik. Ulama-ulama mutaakhirin
membicarakan di dalam ilmu ini hal-hal yang tidak dibicarakan oleh ulama salaf, seperti penakwilan ayat-
ayat mutasyabihat, pembahasan tentang qada, kalam dan lain-lain. (Syafii, 2017)

Tujuan dan Faedah mempelajari Ilmu kalam sesuai dengan ruang lingkup pembahasan ilmu
Kalam di atas,maka tujuan mempelajarinya adalah:

1. Melaksanakan dan menegakkan suatu kewajiban yang sama yang disepakati, yaitu mengenal Allah
Yang Maha Tinggi dengan dengan segala sifat-sifat yang wajib bagi-Nya serta menyucikanNya dari sifat-
sifat yang mustahil bagi Zat-Nya.

2. Membenarkan para Rasul-Nya, dengan keyakinan yang dapat menenteramkan jiwa, dengan jalan
berpegang teguh kepada dalil, bukan semata-mata menyerah kepada taklid buta, sesuai dengan yang
diajarkan oleh al-Qur‘an yang menganjurkan untuk melakukan penyelidikan (research)dengan
mempergunakan akal terhadap benda-benda alam di sekitar kita, menembus rahasia alam itu menurut
yang bisa dicapai, sehingga timbul keyakinan terhadap sesuatu yang telah dianjurkan untuk diselidikinya.
3. Menghilangkan taklid terhadap sesuatu yang telah diceritakan oleh para leluhur tentang hiayah bangsa
purba karena perbuatan seperti itu dicela oleh Al-Qur‘an.
4. Untuk mengetahui kedudukan akal dalam agama Islam menempati kedudukan tinggi di samping Al-
Qur‘an.

5. Untuk menumbuhkan keyakinan dengan landasan yang kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan
oleh perubahan zaman. Selain itu untuk menambah pengetahuan tentang pemikiran-pemikiran aliran
dalam Ilmu Kalam agar dapat membantu menyelesaikan persoalan seputar perbedaan.Disamping itu
tujuan mempelajari Ilmu Kalam adalah untuk memberikan pandangan bahwa Islam bukan hanya
membahas halal dan haram dalam lapangan ilmu fikih, tetapi juga memiliki banyak aspek, seperti Ilmu
Kalam, Filsafat, Mistik, Kebudayaan, Sejarah dan lain-lainnya.Bertolak pada tujuan mempelajari ilmu
Kalam di atas maka faedah/ kegunaan mempelajarinya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bertambah luasnya cakrawala pemikiran tentang berbagai pandangan masalah akidah, khususnya yang
bertalian dengan ma‟rifatul washitoh dan ma‟rifatul ma‟ad.
2. Berkembangnya kemampuan untuk menelusuri sejarah perkembangan pemikiran dalam Islam,
berkenaan dengan akidah serta mengetahui fakta atau dalil-dalil yang dipergunakan oleh para
mutakallimin.

3. Bertambahnya kemampuan untuk membuat studi perbandingan antara masing-masing aliran dalam
ilmu Kalam untuk mengembalikannya kepada sumber aslinya yaitu Al-Qur‘an dan Hadits.

demikian dapat dipahami bahwa tujuan dan faedah mempelajari Ilmu Kalam adalah untuk memelihara
akidah, maka sebagian besar Ulama mengatakan hukum mempelajarinya adalah fardhu ain bagi setiap
mukallaf baik laki-laki maupun perempuan. (Fikri, 2021)

Anda mungkin juga menyukai