Anda di halaman 1dari 4

Komparasi fenomena budaya masyarakat dan kebudayaan Bangka

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Dengan demikian, budayalah yang dapat mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku masyarakat.  Kehidupan
manusia dikelilingi oleh budaya, hal ini disebabkan karena manusia selalu berupaya untuk
mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan yang mengharuskannya selalu
bersinggungan dalam lingkungan sekitar, baik lingkungan fisik maupun non fisik.

Proses pembentukan budaya dapat berlangsung berabad-abad dan diyakini dapat


membawa kesejahteraan lahir dan batin. Seperti hal nya masyarakat Bangka sendiri pada awal
mulanya adalah suku laut, kemudian seiring berjalannya waktu terjadi kulturisasi dan akulturasi,
sementara yang telah berasimilasi menyebar kesegala tanah Semenanjung dan Riau,
kemudian kembali lagi ke Bangka dan banyak suku laut dari daerah lain, serta datang pula
orang dari cina yang menetap di Bangka dengan membawa kebudayaan dari daerah mereka
yang kemudian melebur jadi satu menjadi kebudayaan baru di Bangka. Komponen inilah yang
disebut dengan jati diri.

Di dalam jati diri terkandung kearifan lokal yang merupakan hasil dari Local Genius dari
berbagai suku, kearifan lokal inilah seharusnya disatukan dalam satu kesatuan
kebudayaan untuk mewujudkan suatu masyarakat yaitu, masyarakat Bangka. Budaya
dilahirkan beribu tahun yang lalu sejak manusia ada di Bumi. Kebiasaan yang bagai telah
menjadi dan membentuk perilaku manusia tersebut diwariskan dari generasi ke generasi
selanjutnya. Budaya itu sendiri merupakan suatu produk dari akal budi manusia, itu setidaknya
apabila dilakukan pendekatan secara etimologi. Budaya dalam hal ini disebut kebudayaan
sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Dalam pergiliran budaya antar generasi ini
dibutuhkan adanya generasi perantara yang sudah mampu melakukan pemahaman dari
generasi tua dan mampu mengkomunikasikan ke dalam bahasa yang ringan dan mudah
dimengerti oleh generasi selanjutnya. Misalnya,hukum adat yang ada di masyarakat Bangka.
Serta, mitos - mitos yang banyak menyebar pada masyarakat Bangka, seperti dilarang membeli
telur pada saat malam hari atau pun dilarang membawa pisang pada saat malam tanpa
membawa bawang merah dan cabai karena ditakutkan akan ada hal buruk. Hal ini telah
menjadi budaya masyarakat Bangka yang diwariskan dari generasi ke generasi dan masih
dipercaya hingga saat ini. Sebenarnya, budaya yang seperti itu harus ditinggalkan oleh
masyarakat karena hal tersebut tidak masuk akal.  Serta,  Tradisi Peh Cun Bangka merupakan
salah satu tradisi masyarakat lokal tionghoa bangka yaitu ritual / sembahyang Ng Ngiat Ciat
atau sembahyang laut atau di kenal juga dengan hari raya peh cun. Hari raya peh cun adalah
sebuah tradisi untuk mengenang seorang bangsawan pada zaman dinasti Chu tahun 340 SM
yang bernama Qu Yuan. Ng Ngiat Ciat sendiri berarti bulan ke 5 yang pada tanggalan china .
hari raya Peh Cun selalu diperingati pada tanggal 5 bulan 5 pada kelender Tionghoa
(imlek). Pada hari itu, masyarakat Tionghoa Bangka berbondong-bondong ke pantai Bangka
yang terdekat diantaranya pasir padi, pantai matras, pantai rambak dll. Pada hari raya peh cun
terdapat 2 ritual Ng Ngiat Ciat  yang akan di lakukan yaitu pertama, secara simbolis membuang
Nyuk Cun atau Bacang ke laut dan yang kedua yaitu mandi air laut di terik matahari karena bagi
masyarakat tionghoa kedua kegiatan tersebut memiliki makna tersendiri. Mungkin kebanyakan
dari kita tidak tahu bahwa pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan china tersebut secara ilmu
pengetahuan memiliki sebuah moment dimana kita bisa mendirikan telur ayam mentah di atas
lantai sekitar pukul 11.00 - 13.00. kejadian ini di karenakan daya grafitasi bumi yang menurun
sehingga telur ayam bisa berdiri dengan mudah. Selain itu pada tanggal tersebut air laut
mengalami surut yang sangat jauh sehingga kita bisa menjangkau laut hingga ke tengah. Di
pulau Bangka tradisi ini biasanya di pusatkan di pantai pasir padi pangkal pinang dan pantai
bedukang sungailiat.

Sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan


dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Misalnya, masyarakat Bangka
sangat mudah di kenali dari bahasa daerahnya dan cara masyarakat dalam berkomunikasi
menggunakan nada yang cukup tinggi saat berbicara berbeda dengan masyarakat Bandung
yang cenderung lebih lembut dalam mengucapkan kata-kata. Serta, nganggung sepintu
sedulang merupakan salah satu acara yang digunakan untuk peringatan hari-hari besar
keagamaan.
Derasnya arus globalisasi, modernisasi dan ketatnya puritanisme dikhawatirkan dapat
mengakibatkan terkikisnya rasa kecintaan terhadap kebudayaan Bangka. Sehingga
kebudayaan Bangka yang merupakan warisan leluhur telah terinjak-injak oleh budaya luar,
tereliminasi di kandangnya sendiri dan terlupakan oleh para pewarisnya, bahkan banyak
masyarakat Bangka yang tak mengenali budaya Bangka.

Masyarakat  Bangka pada umumnya lebih bangga dengan budaya asing daripada
budaya Bangka. Hal ini dibuktikan dengan adanya rasa bangga yang lebih ketika menggunakan
produk luar negeri, dibandingkan jika menggunakan produk dalam negeri, selain itu,
masyarakat juga lebih bangga ketika merayakan hari valentine, dibandingkan jika harus
melaksanakan acara nganggung sepintu sedulang. Masyarakat Bangka cenderung lebih
bangga dengan karya-karya asing, dan gaya hidup yang kebarat-baratan dibandingkan dengan
kebudayaan bangka. Penggunaan bahasa asing mau pun bahasa Indonesia di media massa
dan media elektronik daerah Bangka bukan tidak mungkin menyebabkan kecintaan pada nilai
budaya lokal mulai pudar. Padahal, bahasa sebagai alat dalam menyampaikan pembelajaran
sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter, serta penunjuk dari mana
masyarakat itu berasal.  Harusnya masyarakat Bangka harus mulai peduli dan melestarikan
berbagai kebudayaan lokal agar budaya tersebut tidak punah dan masih dapat diwariskan ke
generasi berikutnya. Maka, sangat diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan rasa cinta
dan peduli terhadap budaya lokal pada masyarakat Bangka.
Kebudayaan lokal merupakan kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat
adat, terutama masyarakat di Bangka. Namun yang terjadi pada masyakat di Bangka sangat
berbeda dengan apa yang kita pahami tentang kebudayaan lokal, bahkan kebudayaan itu
sudah terkikis dan tergantikan oleh budaya asing yang sama sekali tidak kita pahami.

Agar eksistensi budaya Bangka tetap kukuh, maka kepada generasi penerus dan
pelurus perjuangan bangsa perlu ditanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan Bangka. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan
budaya lokal dalam proses pembelajaran di sekolah, menggunakan bahasa daerah saat
berkomunikasi, atau ikut berpatisipasi dalam segala kegiatan adat, serta mengenalkan dan
menanamkan nilai-nilai karakter kepada masyarakat.
Karakter merupakan representasi identitas seseorang yang menunjukkan
ketundukannya pada aturan atau standar moral yang berlaku dan  merefleksikan pikiran,
perasaan dan sikap batinnya yang termanifestasi dalam kebiasaan berbicara, bersikap dan
bertindak.
Pengadaan berbagai seni daerah Bangka sebagai sarana merealisasikan bakat dan
sebagai hiburan masyarakat, juga dipandang perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan
kecintaan para masyarakat pada kebudayaan Bangka. Permainan-permainan tradisional
Bangka yang hampir hilang juga harus diekspos kembali. Misalnya, gasing dan pangkak igik
karet  Sebagai permainan tradisional, gasing atau pun pangkak igik karet dapat membawa
banyak manfaat dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai sejarah, dapat dijadikan simbol
atau maskot daerah, dan masih banyak lagi permainan-permainan tradisional yang
mengandung unsur kekompakan tim, kejujuran, dan mengolah otak selain berfungsi sebagai
hiburan juga untuk menanamkan kecintaan masyarakat pada budaya lokal di daerah Bangka.

Budaya merupakan source yang takkan habis apabila dapat dilestarikan dengan


optimal. Selain itu, apabila masyarakat menginginkan profit jangka panjang, alternatif
jawabannya adalah lestarikan budaya dengan menggunakan potensi yang dimiliki masyarakat
muda tentunya tanpa melupakan peran serta golongan tua.
Saatnya kita memperkenalkan dan menerapkan kembali kebudayaan lokal kita yang
telah lama terlupakan  dan meninggalkan budaya asing yang sejatinya sangat tidak sesuai
dengan budaya Bangka. Kenapa kita mesti malu mengakui budaya sendiri, sedangkan orang
asing saja mau berselisih untuk mengakui budaya Bangka dan memperkenalkannya kepada
dunia sebagai budaya mereka? Jadi, bukankah kita mestinya bangga dengan apa yang kita
miliki dan memperlihatkan kepada dunia bahwa inilah budaya daerahku.

Anda mungkin juga menyukai