Anda di halaman 1dari 2

Demokrat Merasa SBY Difitnah

Media Asing views: 11.938

Partai Demokrat membantah artikel berjudul Indonesias SBY Government: Vast Criminal
Conspiracy yang dimuat laman berita Asia Sentinel. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A+ A-
JAKARTA - Partai Demokrat membantah artikel berjudul Indonesia’s SBY Government:
‘Vast Criminal Conspiracy yang dimuat laman berita Asia Sentinel. 

Pasalnya, artikel yang ditulis langsung oleh pendiri Asia Sentinel, John Berthelsen,
pada Selasa 11 September 2018 itu dianggap hanya omong kosong dan fitnah kepada
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai
Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa semua yang dituliskan itu tidak
lebih dari sebuah halusinasi yang buruk. "Mengarang sebuah cerita dengan kisah-kisah
fiktif yang diolah sebagai seolah kebenaran," kata Ferdinand Hutahaean kepada
SINDOnews, Rabu (12/9/2018).

Dia mengatakan, kasus Bank Century itu tidak ada satu pun mengaitkan dengan SBY,
Partai Demokrat maupun dengan kader partainya. "Robert Tantular pemilik Century
juga tidak dikenal oleh SBY, jadi semua yang disampaikan itu adalah fitnah yang
omong kosong," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, sejumlah fakta selama proses politik maupun proses
hukum terkait kasus Bank Century, sama sekali tidak menghubungkan dengan SBY,
Demokrat maupun orang Demokrat. "Jadi bagi kami itu hanya omong kosong dan fitnah
kepada SBY," pungkasnya.

Adapun artikel laman berita Asia Sentinel itu mengungkap 30 pejabat Indonesia yang
diduga terlibat skema pencurian uang dan mencucinya di bank-bank mancanegara.
John Berthelsen dalam artikelnya mengungkapkan tentang patgulipat di balik Bank
Century hingga menjadi Bank Mutiara yang akhirnya jatuh ke tangan J Trust. 

Laporan itu merujuk pada analisis forensik atas berbagai bukti yang kemudian
dikompilasi oleh satuan tugas khusus investigator dan pengacara dari Indonesia,
Inggris, Thailand, Singapura, Jepang serta negara-negara lainnya.

Laporan itu juga dilengkapi 80 halaman afidavit atau keterangan di bawah sumpah yang
menyeret keterlibatan lembaga keuangan internasional termasuk Nomura, Standard
Chartered Bank, United Overseas Bank (UOB) Singapura dan lainnya.

Diungkapkan artikel itu, ada rekayasa untuk menetapkan Century sebagai bank gagal
pada 2008. Bahkan, Asia Sentinel menyebut Bank Century sebagai ‘Bank SBY’ karena
lembaga keuangan hasil merger tiga bank itu menyimpan dana gelap terkait Partai
Demokrat pimpinan SBY yang juga Presiden RI kala itu.

Selain itu, bagaimana Bank Century yang disuntik modal pada 2008 dan berubah nama
menjadi Bank Mutiara setelah diakuisisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga
diungkapkan artikel itu. 

Serta misteri dana yang ditawarkan J Trust senilai USD 989,1 juta atau sekitar Rp 14
triliun pada 2013 untuk membeli Bank Mutiara. Hanya saja sumber dana untuk
penawaran J -Trust tak pernah teridentifikasi.

Meski J Trust tetap mengakuisisi Bank Mutiara pada 2014, berdasar laporan artikel itu
pula para pejabat Indonesia menyetujui J Trust sebagai pihak yang pas dan tepat untuk
pembeli Bank Mutiara, meski lembaga keuangan asal Jepang itu tak mengelolanya
sebagaimana bank komersial.

Kendati demikian, tidak ada bukti bahwa J Trust membayar USD 366,67 juta untuk
membeli Bank Mutiara. Sebab, catatan LPS mengindikasikan J Trust hanya membayar
6,8% dari total kesepakatan

Anda mungkin juga menyukai