Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada zaman dahulu, seni tari menjadi bagian terpenting dari berbagai ritual kehidupan
masyarakat yang berakitan siklus hidup manusia dan mempertahankan kelangsungan hidup
manusia. Hubungannya dengan tingkah laku, khususnya menandai peralihan tingkatan
kehidupan seseorang, baik secara individu, maupundalam kelompok masyarakat. Ritual
dalam siklus hidup manusia dilaksanakan sebagai ungkapan syukur, menolak ancaman
bahaya gaib, baik dari luar maupunlingkungan sekitar, dan sebagai pengakuan bahwa yang
bersangkutan telah menjadi warga baru dalam lingkungan sosialnya, misalnya seperti tarian
dalam ritual kelahiran,khitanan, perkawinan, dan kematian. Paparan di atas sejalan dengan
pendapat Soedarsono (2002:123), mengungkapkan bahwa sebagai berikut.
“Dilingkungan masyarakat Indonesia yang masih sangat kental nila-nilaikehidupan
agrarisnya, sebagian besar seni pertunjukkannya memiliki fungsi ritual.Fungsi-fungsi ritual
itu bukan saja berkenan dengan peristiwa daur hidup yangdianggap penting seperti misalnya
kelahiran, potong gigi, potong rambut yangpertama, turun tanah, khitan, pernikahan serta
kematian, berbagai kegiatan dianggappenting juga memerlukan seni pertunjukkan, seperti
misalnya berburu, menanampadi, panen,bahkan sampai pula persiapan untuk perang.”
Ritual yang dilaksanakan secara musiman umumnya ritual yang berhubungandengan
mempertahankan kelangsungan hidup manusia dibedakan menurut kurun waktu tertentu,
misalnya seperti tarian dalam ritual panen, ritual tahun baru adat, ritualmendirikan rumah
adat, dan ritual memohon hujan pada musim kemarau. Ritual inidilaksanakan sebagai bentuk
permohonan dan perlindungan kepada yang mahakuasa, ungkapan syukur, menolak bala, dan
sebagai pewarisan nilai nilai ritual.Bentuk tariannya cenderung sederhana, baik dari segi
gerak, busana, musik dan jauh dari pengertian “indah”.
Dikarenakan, seni tari yang tercipta dalam suatu ritualmerupakan sarana yang digunakan
untuk mengungkapkan berbagai rasa, dalamrangka pencapaian tujuan dilaksanakannya ritual
tersebut. Menurut Soedarsono(2002:124) “pertunjukkan yang dilaksanakan untuk
kepentingan ritual, penikmatnyamerupakan penguasa dunia atas serta dunia bawah,
sedangkan manusia sendirihanya mementingkan tujuan upacara tersebut daripada menikmati
bentuknya.”

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kita penulis akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan
dengan Seni Tari Tor-Tor yaitu :
1. Bagaimana sejarah Tari Tor-Tor ?
2. Apa saja jenis Tari Tor- Tor dan fungsi Tari Tor- Tor?
3. Apa saja busana dasar Penari Tor-Tor ?
4. Bagaimana pola lantai tari Tor-Tor ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan kepada generasi penurus tentang Tari Tor-Tor.
2. Agar warisan budaya terutama tari-tarian tetap lestari.
3. Memberi pengetahuan tentang fungsi Tor-Tor dan
4. Memberi pengetahuan tentang sejarah Tari Tor-Tor.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tari Tor-Tor
Tari Tortor adalah jenis tarian purba dari suku Batak yang berasal dari provinsi
Sumatra Utara yang meliputi daerah kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan,
Toba, Samosir, dan Tapanuli Tengah. Dalam pertunjukkannya, tarian ini diiringi dengan
musik gondang. Yang kemudian akan menimbulkan suara henrakan para penari di atas
lantai. Tarian yang berasal dari Batak ini mengandung makna komunikasi. selain itu
tarian ini memiliki 3 pesan ritual yang disampaikan. Yaitu pesan kepada Tuhan.

B. Sejarah dan asal – usul Tari Tor – Tor


Sejarah tari ini diperkirakan telah ada sejak zaman Batak purba. Pada masa itu,
tarian tor tor dijadikan sebagai tari persembahan bagi roh leluhur. Nama tari ini berasal
dari kata tor tor, yaitu bunyi hentakan kaki penari di lantai papan rumah adat Batak. Ada
pendapat dari seorang praktisi dan pecinta tari tor tor, bernama Togarma Naibaho. Beliau
memberikan pendapat bahwa tujuan tarian ini dulunya adalah untuk upacara kematian,
panen, penyembuhan, hiburan atau pesta muda-mudi. Selain itu, sebelum melaksanakan
tarian harus melalui ritual tertentu. Hingga saat ini belum ada literatur ilmiah yang
menjelaskan sejarah tari tor tor serta gondang sembilan yang mengiringinya. Akan tetapi
menurut Edi Setyawat, Guru Besar Tari dari Universitas Indonesia, telah ada catatan dari
zaman kolonial yang mendeskripsikan perjalanan tarian tortor.
Meski berasal dari Batak, ternyata jika ditelusuri tarian ini mendapat pengaruh
dari India, bahkan lebih jauh lagi tarian ini juga memiliki kaitan dengan budaya
Babilonia. Ada pendapat yang memperkirakan jika tari tor tor ada sejak abad ke-13
Masehi dan telah menjadi bagian dari kebudayaan Batak. Pendapat ini disampaikan oleh
mantan anggota anjungan Sumatera Utara periode 1973 hingga 2010, sekaligus pakar tor
tor. Perkembangan awal tarian ini dulunya hanya di kehidupan masyarakat Batak di
kawasan Samosir, Toba dan sebagaian kawasan Humbang. Dalam praktiknya, tarian tor-
tor juga melibatkan beberapa patung batu yang telah dimasuki roh dan patung tersebut
akan “menari”.
Kemudian tari tor tor mengalami transformasi seiring masuknya agama Kristen di
kawasan Silindung. Saat itu, budaya tor-tor lebih dikenal sebagai kesenian nyanyian dan
tari modern. Tarian tor tor di Pahae dikenal dengan tarian gembira dan lagu berpantun
yang disebut tumba atau pahae do mula ni tumba. Dari sinilah tari tor tor tidak lagi
berkaitan dengan roh dan unsur gaib lain, akan tetapi menjadi perangkat kebudayaan
yang melekat dalam kehidupan masyarakat Batak.

C. Makna ragam gerak Tari Tor – Tor


Gerakan tari Tor Tor dalam upacara dan pesta memiliki makna tersendiri. Berikut
penjelasannya:
1. Tor Tor Mula-Mula
Penari menggerakkan badan dan tubuh secara ekspresif, ketika sarune (alat
musik tiup khas Batak) dimainkan. Alat musik mangurdot terdengar, penari
akan menaikkan tangan sampai posisinya kedepan ulu hati. Kemudian tangan
diturunkan perlahan dan dilipat ke arah depan perut. Gerakan ini
melambangkan hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.
2. Tor Tor Somba
Gerakan tangan dinaikkan sampai ulu hati, lalu posisi tangan dan jari
tangan naik lagi. Gerakan ini seperti menyembah di depan dahi tetapi tidak
rapat. Bagian kepala sedikit menunduk. Gerakan ini melambangkan
penghormatan untuk raja dan roh leluhur. Selain itu juga sebagai
penghormatan untuk alam semesta dan mendapat perlindungan.
3. Tor Tor Hasahaton atau Sitotio
Ulos atau selendang dikibaskan ke udara dan berucap horas sebanyak 3
kali. Horas artinya gabe, sangap, dan mamora. Dalam bahasa Indonesia, horas
artinya berketurunan, sehat, dan berkecukupan. Gerakan ini sebagai simbol
menerima berkat.

D. Jenis Tari Tor - Tor dan fungsinya.


Adapun beberapa jenis beserta fungsi dari Tari Tor-Tor ialah :
1. Tortor Pangurason (Pembersihan)
Jenis tari Tortor Pangurason biasanya dilakukan saat ada pesta besar.
Tarian ini berfungsi sebagai permohonan dan pembersihan agar pesta bisa
berjalan lancar. Biasanya sebelum diadakan sebuah pesta, masyarakat Batak
akan membersihkan tempat dengan jeruk purut. Kegiatan itu dipercaya bisa
menjauhkan dari bahaya dan bencana.

2. Tortor Sipitu Cawan (Tujuh Cawan)


Saat ada pengangkatan atau penobatan raja Batak, maka tari Tortor Sipitu
Cawan akan dipertunjukkan. Jenis tari Tortor satu ini menggambarkan kisah
tujuh putri kayangan yang turun ke bumi untuk mandi di Gunung Pusuk
Buhit. Lalu pada saat yang sama, datang pula pisau tujuh sarung atau piso
sipitu sasarung.

3. Tari Tortor Tunggal Panaluan


Jenis Tortor Tunggal Panaluan biasa dilakukan saat ada sebuah desa yang
terkena musibah. Biasanya jenis tarian ini dilakukan oleh para dukun agar bisa
mendapat petunjuk untuk mengatasi masalah yang ada.

E. Kostum Tari Tor – Tor


1. Tutup kepala
Para penari yang menarikan tari tor-tor menggunakan penutup kepala atau
yang disebut ikat kepala. Bahan dari ikat kepala ini adalah kain ulos. Cara
menggunakan ikat kepala ini yaitu dilingkarkan pada bagian kepala si penari.
Tidak hanya ikat kepala saja, namun dihiasi dengan pernak-pernik yang
berbentuk bunga kuningan. Selain menggunakan ikat kepala, ada properti
lainnya yaitu tusuk konde yang berwarna emas. Properti yang digunakan para
penari bertujuan untuk menambah kecantikan dari para penari.

2. Kemben

Busana yang digunakan oleh mayoritas penari tor-tor yaitu kemben.


Kemben merupakan penutup dada yang berupa kain panjang. Cara
menggunakannya yaitu dengan dililitkan dari bagian dada hingga ke
pinggang. Dalamannya menggunakan kemben, sedangkan untuk bagian luar
menggunakan baju luaran yang menyerupai sebuah rompi yang dihiasi dengan
bordiran benang warna emas.

3. Kain selendang
Kain selendang ini memiliki bentuk yang panjang dan juga terbuat dari
kain ulos. Cara menggunakan selendang ini yaitu dengan diselempangkan dari
bagian bahu kemudian menjulur hingga bagian betis kaki.

F. Pola Lantai Tari Tor – Tor


Dalam Tari Tor – Tor terdapat setidaknya 3 pola lantai , antara lain “
1. Horizontal
2. Huruf V
3. Melingkar

G. Musik Pengiring
Tari tor tor adalah tarian asal Batak yang dilakukan dengan iringan atau tabuhan
alat musik tradisional Sumatera Utara yang disebut Mangondangi. Mangondangi terdiri
dari 9 jenis alat musik, seperti gondang, tagading, terompet khas Batak, suling, sarune,
kaleem hesek, odap gordang, ogunf, doal, oloan dan panggora. Seluruh alat musik
dimainkan dalam tempo tertentu sehingga menghasilkan suara harmonis dan merdu untuk
mengiring penari tor tor.
H. Setting Panggung
Dalam proses pelaksanaan tari tortor, tarian ini tidak terlalu memperhatikan
dekorasi panggung. Fungsi tor tor yang digunakan sebagai tari pergaulan dan komunkasi
membuatnya tidak membutuhkan arena pentas dan detail lainnya. Umumnya para penari
dapat secara bebas menari dimanapun, misalnya di halaman yang luas.

I. Keunikan Tari Tor-tor


1. Tarian tor-tor sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam gerakan pada tari tor-tor ini
jelas menunjukkan bahwa dapat menyebabkan interaksi dengan para penonton.
2. Para penari pada tari tor-tor juga menggunakan pakaian sebagai identitas dari tari tor-
tor. Tapi yang menjadi keunikan yaitu para penarinya menggunakan syal ulos yang
didominasi dengan warna merah, putih dan hitam.
3. Prosesi Tua ini Gondang. Gondang tua ini dimaksudkan untuk komunitas Dayak
sebagai sebuah berkah dari musik yang bernama gondang.
4. Dalam tariannya ini tari tor-tor diiringi dengan musik gondang. Hal ini bertujuan
membuat gerakan menjadi lebih kuat dengan irama yang dihasilkan oleh musik
Gondang.

Anda mungkin juga menyukai