Anda di halaman 1dari 4

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Aditya
Helmi
Fadly
Kalisa
Jessica
Kelas: 7A

TUGAS TARI TORTOR

Tari Tortor adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak yang berasal dari
provinsi Sumatra Utara, meliputi daerah kabupaten Tapanuli Utara, Humbang
Hasundutan, Toba, Samosir, dan Tapanuli Tengah. Dan saat ini, tari tortor menjadi bagian
penting dalam adat suku Batak, baik dalam acara adat pernikahan ataupun pentas seni di
seluruh Indonesia. Melalui tarian ini lah masyarakat adat Batak menyampaikan harapan dan
seluruh doa-doanya. Peragaan sikap dan perasaan melalui tortor selalu menggambarkan
kondisi dan situasi yang dialami.
Tidak semua orang dapat mengadakan tari Tortor, melainkan hanya orang tua yang
seluruh anaknya yang sudah menikah atau sudah lepas tanggung jawab dalam hal mengurus
anak-anak mereka. Melakukan tarian Tortor semestinya telah disetujui oleh keluarga dan
kepala adat.
Etimologi
Nama Tortor berasal dari bunyi hentakan kaki pada lantai rumah adat suku batak yang
terbuat dari kayu sehingga menghasilkan suara berbunyi “tor” “tor” .

Sejarah
Tari Tortor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari suku Batak yang tinggal
di Sumatra Utara yang diperkirakan telah ada di dalam kebudayaan Batak sejak sekitar abad
ke-13. Pada awalnya, tarian ini hanya menyebar di kawasan Samosir, Toba dan sebagian
kawasan Humbang. Namun, setelah penyebaran Agama Kristen di kota Silindung. Tarian ini
pun dikenal sebagai salah satu tarian modern yang menjadi kebudayaan dari suku Batak.
Adapun makna simbol dalam tiap gerakan Tortor masing-masing mempunyai arti yang
menjelaskan bagaimana proses menghargai dan memberi penghormatan antar marga sebagai
bentuk hubungan yang baik. Dalam unsur kekerabatan masyarakat Batak antara hula-hula,
dongan sabutuha dan boru gerakan itu semua menjelaskan proses tersebut melalui simbol
gerakan yang akan dibawakan oleh panortor.

Konsep Acara Tari Tortor


Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gordang. Secara fisik,
tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari hanya sekadar gerakan-gerakannya
menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan
terjadi interaksi antarpartisipan upacara. Gerakan menarikan tortor disebut manortor.
Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara
dilakukan, secara terbuka, terlebih dahulu tuan rumah (hasuhutan) melakukan acara khusus
yang dinamakan 'mambuat tuani gondang', meminta berkat dari gondang sabangunan. Praktik
dulu dianggap animistik ini kini ditujukan kepada Tuhan agar memberkati acara.
Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari hasuhutan akan meminta kepada para
pemain gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut: "Amang pardoal
pargonci":
1. "Alualuhon ma jolo tu ompungta Debata Mulajadi Nabolon, na Jumadihon nasa na
adong, na jumadihon manisia dohot sude isi ni portibion."
2. "Alualuhon ma muse tu sumangot ni ompungta sijolojolo tubu, sumangot ni ompungta
paisada, ompungta paidua, sahat tu papituhon."
3. "Alualuhon ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo."
Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gordang
dengan ritme tertentu dalam beberapa saat. Setelah permintaan/seruan tersebut dilaksanakan
dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur susunan
tempat berdirinya untuk memulai menari.
Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti: Permohonan kepada
Dewa dan pada roh-roh leluhur agar keluarga suhut yang mengadakan acara diberi keselamatan
kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan
dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.
Setiap penari tortor harus memakai ulos dan mempergunakan alat musik/gondang
(Uninguningan). Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti
tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan berarti si
penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat
(moncak), atau adu tenaga batin dan lain-lain.
Tari tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh leluhur
dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian
menunjukkan rasa hormat.

Konsep Gondang Masa Kini


Dalam hal ini, konsep margondang pada masa sekarang dapat dibagi dalam tiga bagian
besar, yaitu:
1. Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan merupakan suatu
ungkapan kegembiraan dalam konteks hiburan atau seni pertunjukan, misalnya: gondang
pembangunan gereja, gondang naposo, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah) dan
sebagainya.
2. Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan aktualisasi dari
sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, misalnya: gondang mamampe marga (pemberian
marga), gondang pangoli anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), kepada
orang di luar suku Batak Toba, dan sebagainya.
3. Margondang religi, upacara ini sekarang hanya dilakukan oleh organisasi keagamaan yang
masih berdasar pada kepercayaan Batak purba. Misalnya parmalim, parbaringin, dan
parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat dan religi pada setiap pelaksanaan upacara oleh
kelompok ini masih mempunyai hubungan yang sangat erat karena titik tolak kepercayaan
mereka adalah Mula Jadi na Bolon. Segala kegiatan mereka berhubungan dengan adat
serta hukuman dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan tata aturan yang dititahkan
Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap sebagai wakil Mula Jadi na Bolon.

Gerakan Tari Tortor


1. Pangurdot : Merupakan gerakan seluruh badan di mana pusat daya gerakannya
bertumbuh pada telapak kaki dan tumit.
2. Pangeal : Daya tarik Tortor ini ada pada pangeal ni gonting (gerakan pinggang yang
gemulai). Gerakan ini diikuti oleh anggota tubuh lain, seperti tangan, jemari dan kepala.
3. Pandenggal : Gerakan pendenggal memiliki rotasi. Kedua telapak tangan yang terbuka di
angkat ke atas secara berlahan-lahan, lalu secara perlahan diturunkan ke bawah dengan
menelungkupkan telapak tangan yang terbuka tersebut, seolah-olah jatuh secara elatis
menuju pinggang sebelah kiri dan ke kanan.
4. Siangkupna : merupakan menggerakan bagian leher. Di mana gerakannya seirama
dengan gondang dan urdot.
5. Hapunanna : adalah ekspresi yang tampak dari wajah penortor penari. Di mana dari
wajah bisa diketahui situasi kegembiraan atau suka duka cita. Ekspresi wajah penari harus
seirama, maka tortor bisa berkomunikasi kepada penonton yang hadir menyaksikan.

Anda mungkin juga menyukai