Anda di halaman 1dari 2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan teori 1
Ahli sejarah tari dan musik dari Jerman, Curt Sachs dalam World History of The Dance
(1933) mendefinisikan tari adalah gerak yang ritmis. Jadi, elemen tari adalah gerak dan ritme
(irama). Menurut ahli tari dari Belanda, Hendrina Cornelia Hartong (Corrie Hartong), tari
adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Penulis
Amerika, Walter Sorell, mengemukakan, tari adalah gerakan-gerakan tubuh dan anggota-
anggotanya yang disusun sedemikian rupa sehingga berirama. Penari dan koreografer tari
modern Amerika, Frederick Hawkins (Erick Hawkins), menyatakan tari adalah ekspresi jiwa
manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi
bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta tari. Suryodiningrat (ahli tari
dari Jawa) mengatakan tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang
disusun selaras dengan irama musik yang mempunyai maksud tertentu. Soedarsono
mengemukakan, tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak
ritmis yang indah.

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keragaman budaya yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Salah satu keragaman budaya yang dimiliki Indonesia adalah tari
tradisional. Masing-masing tari tradisional yang berasal dari setiap daerah di Indonesia
memiliki ciri khas tersendiri. Tidak hanya sebagai kekayaan bangsa, tari tradisional juga
mengandung banyak filosofi, baik dari pakaian yang digunakan hingga gerakan tari yang
ditampilkan. Perkembangan teknologi dan arus pertukaran budaya antar bangsa sedikit
banyak telah memengaruhi cara pandang generasi muda saat ini. Tak jarang mereka kini lebih
mengenal tari-tarian modern ketimbang tari tradisional. Maka sudah jadi suatu keharusan
bagi kita mengambil langkah untuk mencegah terpinggirkannya tari tradisional di mata
bangsa sendiri, terutama generasi mudanya. Cara yang paling sederhana yang bisa kita
lakukan adalah mempelajari dan memperkenalkan macam-macam tari tradisional Indonesia

B. Landasan teori 2
Menurut Togarma Naibaho, pendiri Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal
dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan
iringan Gondang yang juga berirama mengentak. "Tujuan tarian ini dulu untuk upacara
kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini memiliki proses ritual
yang harus dilalui. Makna tarian ini ada tiga, selain untuk ritual juga untuk penyemangat
jiwa. Seperti makanan untuk jiwa. Makna terakhir sebagai sarana untuk menghibur.
Tari Tor-tor selalu ditampilkan dengan tabuhan Gondang Sembilan. Warga Mandailing
biasanya menyebutnya Gordang Sembilan, sesuai dengan jumlah gendang yang ditabuh.
Menurut analisa Togarma, banyaknya jumlah gendang ini ada hubungannya dengan pengaruh
Islam di Mandailing. Di mana besarnya gendang hampir sama dengan besar bedug yang ada
di masjid. "Ada kesejajaran dengan agama Islam. Bunyi gendangnya pun mirip sepertbedug."

Anda mungkin juga menyukai