Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

TENTANG “ADAT TORAJA”

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD ALFI DURORI
KELAS: IX E
TUGAS: PKN

SMP NEGERI 1 MENDO BARAT


KABUPATEN BANGKA KECAMATAN MENDO BARAT

1
KATA PENGANTAR
        Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan berkat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah  ini berjudul “ADAT TORAJA”. Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat
sebagai media sumber informasi dan pengetahuan.

         Makalah ini juga disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PKN.
Makalah ini memuat informasi tentang daerah Toraja dimana diharapkan masyarakat luas
dapat lebih mengenal Toraja itu sendiri.

          Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari para pembaca. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.

                                                                                       Mendo Barat, Januari 2020

                                                                                       Penulis

2
 DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………………………………………………...
DFTAR ISI…………………………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………….....
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………....
2.1. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………
3.1. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………......
BAB II.
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………......
1. Bagaimana sejarah singkat rumah adat Toraja……………………………………
2. Bagaimana pakaian adat sukun
toraja………………………………………………….
3. Bagaimana bentuk senjatan Suku Toraja ……………………………………………..
4. Bagaimana alat music Suku Toraja …………………………………………………
5. Bagaimana lagu daerah Suku Toraja………………………………………………
6. Bagaimana tarian daerah Suku Toraja ……………………………………………
7. Bagaimana makanan khas Suku Toraja ……………………………………………….
8. Apa aja kerajinan suku khas toraja…………………………………………………….
9. Bagaimana upacara adat Suku Toraja
…………………………………………………
10. Bagaimana sistem kekerabatan Suku Toraja ………………………………………….

BAB III. PENUTUP…………………………………………………………………………


4.1  Kesimpulan…………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari
kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya
menggambarkan kepribadian suatu bangsa termasuk kepribadian suku tertentu, sehingga
budaya dapat menjadi ukuran bagi kemajuan peradaban kelompok masyarakat. Konsep
budaya menurut Marvin Harris (dalam Asep Rahmat: 2009) kelihatan dalam berbagai
pola tingkah laku anggota kelompok masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup
mereka. Kebudayaan merupakan hasil dari ide-ide dan gagasan-gagasan yang akhirnya
mengakibatkan terjadinya aktifitas sehingga menghasilkan suatu karya (kebudayaan
fisik) manusia yang pada hakikatnya disebut mahkluk sosial. Oleh sebab itu, Kebudayaan
juga mencakup aturan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan kepercayaan yang terpelihara
secara rapi dan diwariskan secara turun-temurun kepada setiap generasi penerus.
Menurut Suhamihardja (1977) suku bangsa Toraja terkenal sebagai suku yang masih
memegang teguh adat istiadat leluhurnya. Setiap kegiatan mesti dilaksanakan menurut
ketentuan adat, karena melanggar adat adalah suatu pantangan sehingga masyarakat
dapat memandang rendah terhadap perlakuan yang memandang rendah adat istiadat.
Berbagai macam ada di Toraja salah satunya Upacara Rambu Solo’. Dalam Upacara
kematian, ketentuan adat tidak boleh ditinggalkan. Suku Toraja adalah suku yang
menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Mayoritas Suku
Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut agama Islam dan
kepercayaan animisme yang disebut Aluk To Dolo.http://senibudaya-
Indonesia.blogspot.com/2012/05/sejarah-suku-toraja-adatistiadat-suku.html. Suku Toraja
terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual
pemakaman di Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya diikuti oleh
ratusan bahkan ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Diantara suku-suku
yang ada di Indonesia, banyak yang masih tetap mempertahankan keaslian adat dan
kebudayanya. Hal ini merupayakan daya tarik utama bagi Negara lain terhadap Indonesia
sebagai sebuah Negara pariwisata. Kebudayaan Toraja adalah salah satu diantara ribuan
kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Persepsi Masyarakat..., Dina, PSIKOLOGI
2015 Indonesia yang masih tetap mempertahankan keaslian adat dan budayanya. Budaya
Toraja dengan otentisitasnya menjadikan budaya tersebut unik bahkan tidak ditemukan
dikawasan lain. Keunikan dan keaslian itu membuat budaya Toraja menjadi dikenal

4
sampai ke luar negeri. Upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Toraja
diwariskan secara turuntemurun melalui ajaran orang tua pada anaknya. Hal ini
dikarenakan masyarakat Toraja sering mengadakan upacara-upacara di lingkungan
rumah mereka sehingga anak muda juga turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Upacara-upacara yang dilakukan masyarakat Toraja walaupun dilakukan oleh satu
keluarga tapi keluarga-keluarga lain yang tinggal dalam satu wilayah akan turut
membantu dalam pengadaan upacara tersebut. Hal ini menjadikan upacara tersebut
bukanlah lagi upacara satu keluarga tapi merupakan upacara satu wilayah daerah.
Terdapat dua sistem upacara dalam masyarakat Toraja yang mengikuti dasar aluk todolo,
yaitu upacara Rambu Tuka’ atau upacara yang berhubungan dengan acara syukuran dan
upacara Rambu Solo’ atau upacara pemakaman (Frans,2010). Dalam kehidupan adat
masyarakat Toraja, kedua upacara ini dianggap penting dan sampai saat ini
keberadaannya terus dilestarikan. Melalui wawancara dengan bapak Dr. Frans
Bararuallo,Drs,.MM salah satu tokoh masyarakat yang tinggal dijakarta pada tgl. 18 Juli
2015 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan Upacara Rambu Solo’ ada suatu tingkatan-
tingkatan strata yang seharusnya ditaati oleh Suku Toraja namun saat ini tatanan tersebut
sudah tidak ditaati lagi. Didalam pelaksanan Upacara Rambu Solo sering terjadi
beberapa perbedaan persepsi dari tiap-tiap tingkatan strata yang ada yaitu dalam
pemotongan hewan kurban, pembagian hewan kurban (kerbau), diskusi yang lama dalam
penentuan berapa hewan yang akan dipotong, saling ribut bertahan akan pendapat
masing-masing, saling berkelahi bahkan sampai saling pukul namun tidak sampai putus
hubungan keluarga. Persepsi tentang Upacara rambu solo’ bisa berbeda pada individu
yang tinggal di rantau ( diluar tana toraja) hal ini terbukti pada wawancara yang
dilakukan oleh peneliti pada dua orang subjek yang berbeda yang tinggal diwilayah
Galaxie dan Kampung Dua. Mereka beranggapan bahwa Upacara rambu Solo’adalah
upacara yang banyak mengeluarkan biaya dan pemborosan, namun itu tidak bisa
dihilangkan dikarenakan sudah Adat Istiadat turun temurun dan sebagai penghormatan
kepada orangtua . Perbedaan persepsi terhadap Upacara Rambu Solo’ dari masing-
masing subjek tersebut menimbulkan konfilk. Persepsi Masyarakat..., Dina, PSIKOLOGI
2015 Tingkatan-tingkatan dalam masyarakat dikenal sebagai social stratification. Pitirim
A. Sorokin (Narwoko dan Bagong, 2006) mengemukakan bahwa sistem pelapisan dalam
masyarakat mencakup ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
dengan teratur. Mereka memiliki barang atau sesuatu yang berharga dalam jumlah yang
banyak di lapisan atas dan sebaliknya mereka yang memiliki jumlah yang relatif sedikit
atau bahkan tidak memiliki sama sekali mempunyai kedudukan yang rendah. Lebih
lanjut Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah cara
membedabedakan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Ukuran dan keunikan yang dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke

5
dalam suatu lapisan adalah kekayaan, kekuasaan, kedudukan, kehormatan,turunan, dan
ilmu pengetahuan. Keunikan dari tingkatan sosial yang ada di Tana Toraja berbeda dari
tingkatan sosial yang ada didaerah lain. Kekhususan dari tingkatan sosial yang ada yaitu:
a. Toparenge’/ To’Minaa’ yang merupakan kasta tertinggi. b. Tana’ Bassi/ Bangsawan
adalah bangsawan keturunan ningrat c. Tana’ Karurung/To. Kasta ini merupakan rakyat
merdeka d. Tana’ Kua-Kua/Kaunan. Golongan kasta ini merupakan hamba Dahulu
Upacara rambu Solo’ khususnya hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan dalam
masyarakat Toraja, akan tetapi sekarang sudah (mulai bergeser), siapa yang (mampu)
dibolehkan melakukan acara sesuai pemangku adat dan tokoh-tokoh masyarakat. Selain
itu Upacara Rambu Solo’ ditentukan pula oleh (status sosial) keluarga yang meninggal.
Semakin banyak kerbau disembelih, semakin tinggi status sosialnya. Hasil wawancara
dengan bapak Frans untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau yang disembelih berkisar
antara 24-100 ekor, sedangkan warga golongan menengah berkisar 8 ekor kerbau
ditambah 50 ekor babi. (George Aditjondro, 2010). Secara harafiah bahwa budaya
Rambu Solo’ di Toraja utara dilakukan berdasarkan tingkatan strata. Yang didalam setiap
tingkatan-tingkatan terjadi perbedaan persepsi pada saat Upacara Rambu solo’ diadakan
adanya perbedaan persepsi menyebabkan muncul suatu konflik pada tingkatan-tingkatan
tersebut

2.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah singkat rumah adat Toraja ?
2. Bagaimana pakaian adat sukun toraja?
3. Bagaimana bentuk senjata Suku Toraja ?
4. Bagaimana alat music Suku Toraja ?
5. Bagaimana lagu daerah Suku Toraja
6. Bagaimana tarian daerah Suku Toraja ?
7. Bagaimana makanan khas Suku Toraja ?
8. Apa aja kerajinan suku khas toraja?
9. Bagaimana upacara adat Suku Toraja ?
10. Bagaimana sistem kekerabatan Suku Toraja ?
3.1Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah singkat adat Toraja
2. Untuk mengetahui bagaimana pakaian adat sukun toraja
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk senjata Suku Toraja
4. Untuk mengetahui bagaimana alat music Suku Toraja
5. Untuk mengetahui bagaimana lagu daerah Suku Toraja
6. Untuk mengetahui bagaimana tarian daerah Suku Toraja
7. Untuk mengetahui bagaimana makanan khas Suku Toraja
8. Untuk mengetahui bagaimana apa aja kerajinan suku khas toraja

6
9. Untuk mengetahui bagaimana upacara adat Suku Toraja
10. Untuk mengetahui bagaimana sistem kekerabatan Suku Toraja

BAB II
PEMBAHASAN
1  Sejarah Singkat Terbentuknya Toraja
           Aspirasi awal pembentukan Kabupaten Toraja, diwacanakan pertama kali oleh Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Pengurus KNPI Kecamatan Rantepao dipercayakan
untuk mengundang dan memimpin pertemuan dimaksud. Undangan ditandatangani oleh
Ketua, Antonius Sampetoding bersama sekretaris Michael Tonapa, dan pertemuan berhasil
diselenggarakan pada tanggal 4 April 2001 di Gedung Pemuda Rantepao. Dalam rangka
membahani pertemuan untuk berdiskusi, pokok-pokok pikiran disampaikan oleh Drs. Habel
Pongsibidangmewakili DPD II KNPI Tana Toraja. Fungsionaris KNPI yang ikut mengambil
peran aktif di dalam acara diskusi dengan Tokoh-tokoh masyarakat tersebut adalah, antara
lain: Drs. A.P Popang, dr. Hendrik Kala’ Timang, P.S Pangalo, Agustinus, M.K Parubak,
Drs. Daniel Silambi, Samuel Palita SE, Elianus Samben, SP, Massuli’ M. Mallua’, SH, M.
Dharmansyah, Drs. Yusuf Biringkanae, M.Si, Paulus Batti, Ir. Matias Tanan, Ir.Julexy
Mangimba, Ir. Alexander Matangkin, Cornelius Patulak Senda, BA, Drs. M.G. Sumule, Nani
Upa Sumarre, Ir. Kristian Lambe’, Hans Lura Senobaan, Rita Rasinan, SE, M.Luther
Bureken, SmHk, Drs. Rede Roni Bare, Yohanis Pongdatu, SH, Luther Pongrekun, SmHk, Ir.
Mika Mambaya, Luise Ujiani Rongre, Sumarlina Ramba’, S.Pd, Hana Lura, Pdt. Albartros
Palilu, S.Th, Pdt. Drs. G.G. Raru, M.Si, Pdt. Yunus Pailu, Yunus Rante Toding, Elisabet
Pasang, Obed Bendon, Layuk Sarungallo, Ludia Tasik Parura,SE. [2]. Berturut-turut aspirasi
dalam bentuk daftar pernyataan dukungan tertulis atas perjuangan Pembentukan Kabupaten
Toraja Utara, yang ketika itu telah ditandatangani oleh sejumlah 556 (lima ratus lima puluh
enam) tokoh-tokoh masyarakat, disampaikan secara resmi ke DPRD Kabupaten Tana
Torajapada tanggal 2 September 2002. Pembawa aspirasi adalah antara lain: Antonius
Sampetoding, Samuel Palita, SE, Michael Tonapa, Paulus Batti’, Pamaru R Palinggi dan
Hans Lura Senobaan.
      Kabupaten Tana Toraja menyikapi positif dan menerima aspirasi tersebut sesuai
mekanisme penerimaan aspirasi di DPRD Penerima aspirasi dipercayakan oleh Pimpinan
DPRD kepada J.K Tondok dari Fraksi PKPI. Keesokan harinya yaitu pada tanggal 3
September 2002 oleh delegasi masyarakat yang sama, aspirasi secara resmi disampaikan pula
kepada Bupati Tana Toraja.

     DPRD Kabupaten Tana Toraja setelah menerima aspirasi masyarakat tentang
Pembentukan Kabupaten Toraja Utara, langsung menugaskan Panitia Musyawarah

7
Mempersiapkan agenda Sidang Paripurna DPRD guna pembahasan aspirasi masyarakat
tersebut. Hasilnya adalah, pada hari itu juga tanggal 12 September 2002 DPRD melalui
Sidang Pleno menyatakan telah menerima aspirasi masyarakat tentang Pemekaran Kabupaten
Tana Toraja. Selanjutnya, pada tanggal 24 September 2002 DPRD Kabupaten Tana Toraja
melaksanakan sidang Paripurna dan mengambil keputusan tentang Pemekaran Tana Toraja
serta menetapkan melalui Surat Keputusan DPRD Nomor:11/KEP/DPRD/IX/2002.
Kabupaten DPRD tersebut.

2. Rumah Adat Toraja

Rumah adat Toraja yang bernama Rumah Tongkonan

kabarnya digunakan untuk menyimpan jasad anggota

keluarga juga berhasil mencuri hati wisatawan hingga

mancanegara. Anda dapat menjumpai hiruk pikuk kegiatan

adat yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang saat

berkunjung ke Tana Toraja. Rumah adat Toraja memiliki

bentuk yang unik sehingga mencirikan kekhasan Tana Toraja.

Bagaimana keunikan rumah adat Toraja yang populer hingga

ke mancanegara? Berikut ulasannya untuk Anda: Arti Kata

Tongkonan Tahukah Anda apa arti dari Rumah Tongkonan?

Tongkonan diambil dari kata “Tongkon” yang apabila diartikan

ke dalam bahasa Indonesia artinya “menduduki” atau “ tempat

duduk”.
3. Pakaian Adat Toraja
Yang sekaligus menjadi simbol serta karakter masyarakat di dalamnya. Berikut ini tiga
pakaian adat Toraja, dimana salah satunya pernah menjadi perhatian dunia dalam acara
di Korea Selatan:
a. Sepa Tallung Buku
Baju adat Toraja adalahpakaian dengan panjang hingga lutut. Untuk masyarakat,
Seppa Tallung Buku melulu dikenakan oleh kaum lelaki saja. Busana ini pun
dilengkapi sejumlah aksesoris ekstra seperti:
Kandure; busana dengan dekorasi berupa manik-manik pada unsur dada, ikat kepala
pun pada ikat pinggang.

8
Gayang; sejenis senjata khas berupa parang, dipakai sebagai aksesoris dengan teknik
diselipkan pada bawahan sarung.
Lipa’; sejenis sarung sutra dengan motif bermacam-macam. Seppa Tallung Buku
pernah menorehkan sejarah sebagai pakaian adat Toraja kesatu yang pernah menjadi
perhatian dunia dalam ajang Manhut International pada tahun 2011 di Korea Selatan.
b. Pakaian Adat Toraja – Pokko
Baju adat Toraja kedua yakni Baju Pokko. Busana ini eksklusif dikenakan oleh kaum
perempuan tana Toraja. Berbeda dengan Seppa Tallung Buku dengankarakteristik
pakaian panjang. Pokko mempunyai lengan pendek dengansejumlah dominasi warna,
laksana merah, putih serta kuning.
c. Pakaian Adat Toraja – Kandore
Di samping dua busana di atas, Kandore pun adalahpakaian adat Toraja yang
diperuntukkan guna kaum wanita. Busana ini berhiaskan manik-manikguna menghiasi
dada, ikat pinggang, ikat kepala serta gelang.
4. Bentuk Senjata Suku Khas Toraja
a. Badik Makassar

Yang pertama adalah Badik Makassar yang mencerminkan nama senjata dan daerah yang
ada di Sulawesi Selatan. Ini mempertegas bahwa senjata klasik yang ada ciri khas daerah
tersebut sehingga tidak ada daerah lain yang bisa mengklaimnya. Badik Makassar
mempunyai kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung)
yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini biasa disebut dengan nama Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan
banoang (sarung badik).
2. Badik Raja

Badik raja adalah jenis badik yang berasal dari daerah Kajuara, Kabupaten Bone. Sesuai
namanya, senjata tradisional Sulawesi Selatan ini dahulunya kerap digunakan oleh para
raja-raja Bone. Masyarakat sekitar percaya bila badik bernama lain gencong raja ata
bontoala ini dibuat oleh mahluk halus, tak heran bila nilai sakral yang dimilikinya
menjadi sangat tinggi.

9
Badik raja berukuran agak besar dengan panjang antara 20 sd 25 cm. Bentuknya seperti
badik lampo battang dengan bilah yang membungkuk dan perut bilah yang membesar.
Badik ini dibuat dari logam kualitas tinggi dan kerap dilengkapi dengan pamor indah di
bagian hulunya, seperti pamor timpalaja atau pamor mallasoancale.
5. Lagu-Lagu khas Toraja

1. Siulu'
2. Lembang Sura'
3. Marendeng Marampa'
4. Siulu' Umba Muola.
5. Passukaranku.
6. Katuoan Mala'bi'
7. Susi Angin Mamiri.
8. Kelalambunmi Allo.
6. Tarian Tradisional Toraja

Sejarah Tari Pa'Gellu. Menurut sejarahnya, Tari Pa'Gellu ini dulunya ditampilkan untuk


menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Tari Pa’gellu  adalah tari sukacita
yang biasa dipentaskan pada upacara adat di Toraja, Sulawesi Selatan yang sifatnya riang
gembira. Pa’gellu atau ma’gellu dalam bahasa setempat berarti menari-nari dengan riang
gembira sambil tangan dan badan bergoyang dengan gemulai, meliuk-liuk lenggak-lenggok[1].

Tari pa’gellu atau terkenal dengan sebutan pa’gellu pangala ini pertama kali diciptakan oleh


Nek Datu Bua’, yakni pada saat kembali dari medan peperangan yang kemudian dirayakan
dengan menari penuh sukacita. Pada waktu itu belum ada alat musik  gendang sehingga
mereka menggunakan lesung sebagai pengiring tarian. Dalam tarian pa’gellu tidak ada
batasan jumlah penari dan baik perempuan maupun laki-laki dapat mengikuti tarian ini.
Hingga kini tidak ada yang tahu pasti tahun diciptakannya tarian ini.
Adapun penari pa’gellu sebelum kemerdekaan, diantaranya: Nek Lekke, Nek Sampe Alo, dan
Nek Tangke Lengi’

7. Makanan Khas Toraja Yang Unik dan Terkenal

10
1. Pantollo lendong (belut) Toraja
2. Pantollo’ bale (ikan) Toraja
3. Pa’ piong manuk (ayam) / dangkot Toraja
4. Pokon makanan khas toraja
5. Kririk Toraja
6. Deppa tori Toraja
7. Tu’tuk utan Toraja
8. Palopo Khas Toraja
9. Pangrarang (sate) Toraja
10. Kapurung Toraja

8 .Kerajinan khas toraja

a. Songkok Bone
Jika menyaksikan upacara adat atau seremoni yang diadakan di Sulawesi Selatan,
mungkin akan melihat sebuah topi atau songkok yang dipakai para pejabat atau
pemangku adat di sana. Saat memakai songkok ini biasanya dipadukan dengan jas
tutup. Inilah yang disebut sebagai Songkok Bone, songkok atau topi yang berasal
dari Kabupaten Bone. Penyebutan lainnya biasa menggunakan Songkok Recca.
Kadangkala songkok ini juga menggunakan hiasan emas. Untuk songkok Bone yang
berhias benang emas disebut Songkok Pamiring tetapi bila menggunakan emas
sungguhan, disebut Songkok Pamiring Ulaweng (Songkok Berpinggir Emas).
b. Miniatur Tongkonan
Tongkonan adalah rumah adat Toraja dengan bentuk atap menyerupai perahu yang
terdiri atas susunan bambu. Miniatur Tongkonan ini merupakan salah satu kerajinan
tangan khas Sulsel yang diukir dan dibentuk berdasarkan desain asli. Miniatur

11
Tongkonan merupakan cinderamata yang cukup digemari wisatawan baik lokal
maupun internasional
c. Miniatur Tau-Tau
Jika berkunjung ke pekuburan di Tana Toraja atau Toraja Utara, akan menemukan
patung di area pekuburan tersebut. Inilah yang disebut Tau-tau yang berarti orang-
orangan atau patung. Memang, dalam adat istiadat dan Budaya Toraja setiap orang
kaya atau bangsawan yang meninggal akan dibuatkan Tau-Tau dan biasanya
diletakkan di sekitar tempat jenazahnya dimakamkan. Dalam pembuatan Tau-Tau
tidak boleh dikerjakan oleh sembarang orang melainkan oleh para pengrajin khusus.

9. Upacar a Adat Suku Toraja

TANA Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata paling populer di Provinsi
Sulawesi Selatan. Di sini Anda menikmati kebudayaan khas Suku Toraja yang mendiami
daerah pegunungan dengan budaya khas Austronesia asli. Cicipilah nuansa lain
kebudayaan yang unik dan berbeda, mulai dari rumah adat Tongkonan, upacara
pemakaman Rambu Solo, Pekuburan Gua Londa, Pekuburan Batu Lemo, atau Pekuburan
Bayi Kambira. Menurut mitos yang  diceritakan dari generasi ke generasi, nenek moyang
asli orang Toraja turun langsung dari surga dengan cara menggunakan tangga, di mana
tangga ini berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (satu-satunya
Tuhan). Nama Toraja pertama kali diberikan oleh Suku Bugis Sidenreng yang menyebut
penduduk yang tinggal di daerah ini sebagai "Riaja" (orang yang mendiami daerah
pegunungan). Sementara rakyat Luwu menyebut mereka, "Riajang" (orang-orang yang
mendiami daerah barat). Upacara pemakaman Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi
Selatan.(BARRY KUSUMA) Versi lain mengatakan bahwa Toraja dari kata "Toraya"
(Tau: orang, dan raya atau maraya: besar), gabungan dua kata ini memberi arti "orang-
orang hebat" atau "manusia mulia". Berikutnya istilah yang lebih sering dipakai adalah
sebutan Toraja, kata "tana" sendiri berarti daerah. Penduduk dan wilayah Toraja pun
akhirnya dikenal dengan Tana Toraja. Masyarakat Toraja menganut "aluk" atau adat

12
yang merupakan kepercayaan, aturan, dan ritual tradisional ketat yang ditentukan oleh
nenek moyangnya. Meskipun saat ini mayoritas masyarakat Toraja banyak yang
memeluk agama Protestan atau Katolik tetapi tradisi-tradisi leluhur dan upacara ritual
masih terus dipraktikkan. Masyarakat Toraja membuat pemisahan yang jelas antara
upacara dan ritual yang terkait dengan kehidupan dan kematian. Hal ini karena ritual-
ritual tersebut terkait dengan musim tanam dan panen. Upacara pemakaman Rambu Solo
di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.(BARRY KUSUMA) Masyarakat Toraja mengolah
sawahnya dengan menanami padi jenis gogo yang tinggi batangnya. Di sepanjang jalan
akan Anda temui padi dijemur dimana batangnya diikat dan ditumpuk ke atas. Padi
dengan tangkainya tersebut disimpan di lumbung khusus yang dihiasi dengan tanduk
kerbau pada bagian depan serta rahang kerbau di bagian sampingnya. Tana Toraja
memiliki dua jenis upacara adat yang populer yaitu Rambu Solo dan Rambu Tuka.
Rambu Solo adalah upacara pemakaman, sedangkan Rambu Tuka adalah upacara  atas
rumah adat yang baru direnovasi. Khusus Rambu Solo, masyarakat Toraja percaya tanpa
upacara penguburan ini maka arwah orang yang meninggal tersebut akan memberikan
kemalangan kepada orang-orang yang ditinggalkannya. Orang yang meninggal hanya
dianggap seperti orang sakit, karenanya masih harus dirawat dan diperlakukan seperti
masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, rokok, sirih, atau beragam
sesajian lainnya. Kerbau-kerbau yang dikorbankan pada upacara pemakaman Rambu
Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.(BARRY KUSUMA) Upacara pemakaman
Rambu Solo adalah rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Persiapannya pun selama berbulan-bulan. Sementara menunggu
upacara siap, tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan disimpan di rumah leluhur
atau tongkonan. Puncak upacara Rambu Solo biasanya berlangsung pada bulan Juli dan
Agustus. Saat itu orang Toraja yang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung
untuk ikut serta dalam rangkaian acara ini. Kedatangan orang Toraja tersebut diikuti pula
dengan kunjungan wisatawan mancanegara. Dalam kepercayaan masyarakat Tana Toraja
(Aluk To Dolo) ada prinsip semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin
cepat rohnya untuk sampai menuju nirwana. Bagi kalangan bangsawan yang meninggal
maka mereka memotong kerbau yang jumlahnya 24 hingga 100 ekor sebagai kurban
(Ma’tinggoro Tedong). Satu di antaranya bahkan kerbau belang yang terkenal mahal
harganya. Upacara pemotongan ini merupakan salah satu atraksi yang khas Tana Toraja
dengan menebas leher kerbau tersebut menggunakan sebilah parang dalam sekali ayunan.
Kerbau pun langsung terkapar beberapa saat kemudian. Suku Toraja di Sulawesi Selatan.
(BARRY KUSUMA) Masyarakat Toraja hidup dalam komunitas kecil di mana anak-
anak yang sudah menikah meninggalkan orangtua mereka dan memulai hidup baru di
tempat lain. Meski anak mengikuti garis keturunan ayah dan ibunya tetapi mereka semua
merupakan satu keluarga besar yang tinggal di satu rumah leluhur (tongkonan).

13
10. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial Suku Toraja
1. Keluarga

        Keluarga adalah kelompok sosial dan politik utama dalam Suku Toraja. Setiap desa
adalah suatu keluarga besar. Setiap tongkonan memiliki nama yang dijadikan sebagai nama
desa. Keluarga ikut memelihara  persatuan desa. Pernikahan dengan sepupu jauh (sepupu ke
empat dan seterusnya) adalah praktek yang umum  untuk memperkuat hubungan kekerabatan.
Suku Toraja melarang pernikahan dengan sepupu dekat kecuali untuk bangsawan, untuk
mencegah penyebaran harta. Hubungan kekerabatan berlangsung secara timbal balik, dalam
artian bahwa keluarga besar saling tolong menolong dalam pertanian, berbagai dalam ritual
kebau, dan saling membayarkan hutang.

2. Kelas sosial
        Dalam masyarakat toraja awal, hubungan keluarga bertalian dekat dengan kelas sosial.
Ada tiga tingkatan kelas sosial : bangsawan, orang biasa, dan budak (perbudakan dihapuskan
pada tahun 1990 oleh pemerintah Hindia Belanada). Kelas sosial diturunkan melalui ibu.
Tidak diperolehkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan
untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih tinggi, ini bertujuan untuk meningkatkan
status pada keturunan berikutnya. Sikap merendahkan dari bangsawan terhadap rakyat jelata
masih dipertahankan hingga saat ini karena alasan martabat keluarga.

         Kaum bangsawan, yang dipercaya sebagai keturunan dari surga, tinggal di tongkonan,
sementara rakyat jelata tinggal di rumah yang sederhana (pondok bambu yang disebut
banua). Budak tinggal di gubuk kecil yang dibangun di dekat tongkonan milik tuan mereka.
Rakyat jelata boleh menikahi siapa saja tetapi para bangsawan  biasanya melakukan
pernikahan dalam keluarga untuk menjaga kemurnian status mereka. Rakyat biasa dan budak
dilarang mengadakan perayaan kematian. Meskipun didasarkan pada kekerabatan dan stastus
keturunan, ada juga beberapa gerak sosial yang dapat memengaruhi status seseorang,
pernikahan atau perubahan jumlah kekayaan.

        Kekayaan dihitung berdasarkan jumlah kerbau yang dimiliki. Budak dalam masyarakat
Toraja merupakan properti milik keluarga. Kadang-kadang orang budak menjadi budak
karena terjerat hutang dan membayarnya dengan cara menjadi budak. Budak bisa dibawa saat
perang, dan perdagangan budak umum dilakukan. Budak bisa membeli kebebasan mereka,
tetapi anak-anak mereka tetap mewarisi status budak. Budak tidak boleh memakai perunggu
atau emas, makan dari piring yang sama dengan tuan mereka, atau berhubungan seksual
denga perempuan merdeka. Hukum bagi pelanggar tersebut yaitu hukuman mati.

14
       Salah satu bentuk organisasi kemasyarakatan yang dianut oleh orang bugis adalah
tundang sipulung (Tundang= Duduk, Sipulung= Berkumpul atau dapat diterjemahkan sebagai
suatu musyawarah besar). Musyawarah ini biasanya dihadiri oleh para Pollontara (ahli
mengenai buku lontara) dan tokoh-tokoh masyarakat adat untuk membahas tentang kegiatan
bercocok tanam, mulai dari turun ke sawah, membajak, sampai waktunya tiba panen raya.
Ketika tanah dan padi masih menjadi sumber kehidupan yang mesti dihormati dan
diagungkan.

BAB III
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari
kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya
menggambarkan kepribadian suatu bangsa termasuk kepribadian suku tertentu, sehingga
budaya dapat menjadi ukuran bagi kemajuan peradaban kelompok masyarakat. Konsep
budaya menurut Marvin Harris (dalam Asep Rahmat: 2009) kelihatan dalam berbagai pola
tingkah laku anggota kelompok masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup mereka.
Kebudayaan merupakan hasil dari ide-ide dan gagasan-gagasan yang akhirnya
mengakibatkan terjadinya aktifitas sehingga menghasilkan suatu karya (kebudayaan fisik)
manusia yang pada hakikatnya disebut mahkluk sosial. Oleh sebab itu, Kebudayaan juga
mencakup aturan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan kepercayaan yang terpelihara secara rapi
dan diwariskan secara turun-temurun kepada setiap generasi penerus. Menurut Suhamihardja
(1977) suku bangsa Toraja terkenal sebagai suku yang masih memegang teguh adat istiadat
leluhurnya. Setiap kegiatan mesti dilaksanakan menurut ketentuan adat, karena melanggar
adat adalah suatu pantangan sehingga masyarakat dapat memandang rendah terhadap
perlakuan yang memandang rendah adat istiadat. Berbagai macam ada di Toraja salah
satunya Upacara Rambu Solo’.

Dalam Upacara kematian, ketentuan adat tidak boleh ditinggalkan. Suku Toraja
adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia.
Mayoritas Suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut agama Islam

15
dan kepercayaan animisme yang disebut Aluk To Dolo.http://senibudaya-
Indonesia.blogspot.com/2012/05/ sejarah-suku-toraja-adatistiadat-suku.html. Suku Toraja
terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual
pemakaman di Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya diikuti oleh ratusan
bahkan ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Diantara suku-suku yang ada di
Indonesia, banyak yang masih tetap mempertahankan keaslian adat dan kebudayanya. Hal ini
merupayakan daya tarik utama bagi Negara lain terhadap Indonesia sebagai sebuah Negara
pariwisata. Kebudayaan Toraja adalah salah satu diantara ribuan kekayaan budaya yang
dimiliki oleh bangsa Persepsi Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Toraja_Utara
http://www.torajautarakab.go.id/pemerintahan/badan/badan-kepegawaian-pendidikan-dan-
pelatihan.html
http://www.torajaparadise.com/2013/08/tana-toraja-berdiri-diantara-pilar.html
https://www.google.com/search?
q=adat+toraja&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjlw5y_sZLnAhXX63
MBHd1RAyoQ_AUoAXoECA0QAw&biw=1360&bih=657#imgrc=0fYljFTS4SFAiM:
https://www.google.com/search?
q=foto+sistem+kekerabatan+suku+toraja&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2a
hUKEwjh_NLosJLnAhXbgUsFHVSJBj4Q_AUoAXoECAwQAw

16

Anda mungkin juga menyukai