Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PAK KONTEKSTUAL

Budaya Mantunu Tedong Dalam Adat Rambu Solo’ Di Toraja

OLEH:

Nama : Alfrianti Tonapa

Nirm : 1020175362

Kelas/Jurusan : A/PAK

Institute Agama Kristen Negeri(IAKN)Toraja

Ajaran 2020

1
Kata Pengantar

Pujih dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas seluruh
karunia-Nya sehingga penulis makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

Penulis berharap, semoga kehadiran karya tulis ini dapat memberi sumbangan
pengetahuan yang bisah menambah pola wawasan bagi pembaca khususnya bagi mereka yang
memberlukan pengetahuan dasar tentang bagaimana “Budaya Mantunu Tedong dalam
upacara rambu solo’ di Toraja”. Ada pepatah mengatakan “ tak ada gading yang tak retak”
begitupun dengan makalah ini masih jauh dengan kesempurnaan sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat dibutuhkan, untuk perbaikan makalah ini.

Tak lupa penulis menyampaikan ucapan yerimah kasih kepada semua keluarga dan
teman-teman dalam pembuatan makalah ini sehingga boleh jadi tepat waktu.

Demikian makalah ini penulis buat, atas dan perhatian kita semua diucapkan terima
kasih.

Buntu-batu,08 Juni 2020

Alfrianti Tonapa

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4

A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Rumusan Maslah..................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 5

A. Adat......................................................................................................................... 5
B. Upacara Rambu Solo’.............................................................................................. 7
C. Mantunu Tedong...................................................................................................... 8
.................................................................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 10

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap daerah mempunyai ciri khas kebudayaan masing-masing seperti halnya
daerah Toraja terkenal dipanca daerah lain dengan ciri khas adat yang sangat unik. Di
Toraja tekenal dengan dua rambu yaitu rambu solo’ atau adat kematian atau dukacita dan
rambu tuka’ dengan adat sukacita.Namun daerah Toraja sangat terkenal dengan adat
rambu solo’ apalagi dalam hal mantunu tedong atau memotong kerbau. Upacara rambu
solo’ adalah upacara kedukaan atau kematian yang dilakukan oleh masyarakat Toraja.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa tahapan yang harus dilalui sehingga konsep
kematian bagi orang Toraja bahwa orang dianggap telah mati apabila kematiannya sudah
dilaksanakan dengan berbagai upacara sesuai sebab orang Toraja masih mengganggap
orang yang tidur di atas rumah meskipun sudah meninggal tetapi masih dianggap orang
yang tidur atau dalam bahaya Toraja “ tomakula’”sampai pada puncak pemakaman atau
upacara rambu solo’ dengan berbagai cara salah satunya manuntu tedong.
Mantunu adalah pemotongan hewan yang dikorbankan dalam upacara rambu solo
hewan yang dikorbankan atau dalam bahasa Toraja pantunuan,dalam pelaksanaan
upacara rambu solo’ kerbau merupakan hewan yang memiliki nilai disbanding dengan
lainnya. Dimana banyaknya kerbau yang dikorbankan melmabnagkan
kekayaan,memperlihatkan strata social dan memperlihatkan kelas social dari orang yang
mengadakan upacara rambu solo’ tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis ingin apa dan bagaimana makna mantunu
tedong dalam adat rambu solo’?
C. Tujuan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulis ingin mengetahui
makna mantunu tedong dalam adat rambu solo’.

4
BAB II

PEMBAHASAAN

1. Adat
Kata ada’(adat) adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai
budaya,norma,kebiasaan,kelembagaan,dan hokum adat yang lasim dilakukan di suatu
kelompok. Apabila adat ini tidak tidak dilaksanakan akan terjadi kehancuran yang
menimbulkan sanksi tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.1. di Toraja terkenal dengan adatnya dimana upacara adat merupakan salah
satu bentuk realisasi wujud kebudayaan yang berupa suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat atau sering disebut system social yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi dari waktu kewaktu dan selalu
mengikuti pola-pola tertentu. Berdasarkan adat.
Upacara adat dalam suku Toraja adalah salah satu menelusuri jejak sejarah
masyarakat dimana cara yang dapat dilakukan untuk mengenal kesadaran sejarah pada
masyarakat yang belum tulisan yaitu melalui upacara seperti dalam suku Toraja dengan
mengadakan upacara rambu solo’sebagai tanda kehormatan bagi orang yang meninggal.
Dimana upacara rambu solo’ untuk keluarga bangsawan jumlah kerbau terkisar 24
sampai ratusan ekor kerbau. Sedangkan msayarakat golongan tana’bassi(golongan
menengah)diharuskan menyembelih 8 ekor ekor kerbau dan dan dengan lima puluh ekor
babi dan lama upacara 3-7 hari.2 Upacara adat merupakan bagian dari lingkungan atau
kebudayaan peserta didik,upacara tersebut memberikan pengalaman yang konkrit
sehingga dapat disajikan sebagai sumber belajar untuk peserta didik apalagi anak Toraja
yang lupa akan adat yang dilakukan di daerah sendiri.
2. Upacara Rambu solo’
Istilah aluk rambu solo’,terbangun dari tiga kata,yaitu
aluk(keyakinan)rambu(asap/sinar)dan turun,sebutan lain untuk upacara rambu solo’ yaitu
rampu matampu’. Aluk artinya keyakinan atau aturan,rampe artinya sebelah atau
1
https:/id.m.wikipedia.org/wiki/adat.
2
Gusty ketut Alit Saputra,Debyani. Embon, Sistem symbol dalam upacara adat toraja rambu solo’: (jurnal bahasa
dan sastra volume 3 no 7)hal.4

5
sebagian sedangkan matampu’ artinya barat,jadi artinya dari kata rampe matampu’ adalah
upacara yang dilaksanakan disebelah barat dari rumah atau tongkonan.3
Rambu solo’ adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga
almarhum membuat sebuah pesta sebagai tanda kehormatan terkahir kepada mendiang
yang telah pergi. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun
temurun,mewajibkan keluarga yang ditinggal untuk melakukan upacara terakhir bagi
mendiang. 4 upacara rambu solo’ yang dilaksanakan oleh keluarga alm.memerlukan biaya
yang sangat mahal(masuli’). Biaya yang tinggi disebabkan dengan banyaknya kerbau
belang(tedong bonga)hewan ini dianggap paling ternilai dari segala kerbau,namun untuk
mengadakan upacara rambu solo’ tergolong ssangat tinggi(mahal). Apabila dilihat dari
perpektif ekonomi semata kegiatan tersebut dapat dinilai sebagai suatu pemborosan
karena biaya yang dikeluarkan sangat besar bahkan untuk mengumpulkan biaya tersebut
dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dengan berbagai cara. Sehingga dapat
dikatakan mencari kekayaan hidup untuk digunakan dalam upacara rambu solo’.5
Dalam kegiatan rambu solo’ melibatkan banyak orang untuk melakukan gotong royong
untuk membnatu dalam melaksanakan sebuah kegiatan sampai puncak kegiatan upacara
pada saat alm sudah dikubur ditempat yang namanya liang.
System nilai atau system yang yang dapat dikutip dari upacara rambu solo’,yaitu:
 Nilai religi
Upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Toraja selalu dilandasi dengan
kepercayaan dengan leluhurnya yang dikenal dengan aluk todolo. Masyarakt
percaya bahwa aluk todolo diturunkan oleh Puang Matua yang kemudian turun
temurun kepada generasi penerusnya. Puang Matua menurunkan aluk todolo
beserta dengan persayaratan hukumnya yang dikenal dengan pemali. Aturan
itulah yang menjadi pedoman hidup masyarakat Toraja sampai saat ini.
 Nilai kekeluargaan
Tradisi rambu solo’ yang ada di Toraja selalu dilakukan dengan musyawarah.
Musyawarah yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kesepakatan bersama

3
Fuand Guntara,Ach Fatchan,kajian social budaya rambu solo’ dalam pembentukan karakter peserta didik:((jurnal
pendidikan volume 1 tahun 2016)hal 156
4
Ibid hal 3
5
Tumirin , Ahim Abdurrahim,makna biaya dalam upacara rambu solo’(hal 179).

6
terkait upacara pemakaman yang akan dilaksanakan secara adat. Oleh sebab
itu,masyarakat Toraja selalu menjunjung nilai kekeluargaan melalui musyawarah
yang dilakukan di rumah tongkonan.
 Nilai prestise
Rambu solo’ di Toraja terdiri dari beberapa ritual yang dilakukan secara adat.
Ritual-ritual tersebut dilakukan berdasarkan martabat atau status social dalam
keluarga. Oleh karena itu bnayaknya kerbau dan babi yang disembelih saat
upacar pemakaman akan menjadi tolak ukur tingginya kedudukan keluarga. Nilai
prestise yang terdapat dalam tradisi rambu solo’ dipandang dari kemampuan
keluarga dalam mengadakan upacara pemakaman tersebut.
 Nilai kebersamaan
Hubungan manusia dengan sesamanya dalam hal kebaikan memiliki fungsi
umum dalam masyarakat.sebagai makhluk social,manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini juga
terdapat dalam tradisi rambu solo’ dalam mengadakan kegiatan. Kebersamaan
dalam kegiatan rambu solo’ berupa tolong-menolong yang dapat dilakukan
dalam bentuk tenaga,barang dll.6

3. Mantunu Tedong
Mantunu tedong adalah suatu tradisi yang dilkaukan secara turun-temurun yang
dilakukan oelh masyarakat Toraja pada umumnya, sehingga saat ini istilah mantunu
tedong berasal dari dua kata dari bahsa Toraja yaitu: mantunu berarti memotong atau
mengorbankan,dalam hal ini memotong(menyembelih)mengorbankan kerbau. Dan kata
tedong artinya kerbau. Maka dalam hal ini mantunu tedong berarti
memtong(menyembelih)seekor kerbau.7 Kerbau menurut falsafah orang Toraja adalah
hewan yang memiliki peranan yang sangat penting,kerbau adalah patolam penilaian
harga suatu jasa atau barang tertentu. Kerbau adalah mata uang yang tidak akan pernah
turun harganya,sehingga kerbau menjadi suatu yang sangat penting dalam suatu acara
rambu solo’ karena adanya mitos bahwa kerbau “ jembatan” arwah menuju alam baka
6
Mei Nurul Hidayah, tradisi rambu solo’ di Tana Toraja dalam novel puya ke puya:(fakultas seni dan
bahasa,univeristas Negeri Surabaya)hal 5
7
Jerianto Salu Bongga, Mantunu Tedong: (lembang sereale 2015)hal 1

7
atau puya. Dimana menjadi alat penghubung antara alam fana dan alam baka yang hanya
bisa ditempuh degan menunggang kerbau.kemegahan upacara rambu solo’ seseorang
dinilai dari jumlah kerbau yang disembelih selama upacara pemakaman berlangsung.
Tujuan upacara ini adalah bentuk penghormatan kepada kerabat yang sudah meninggal
dan sekaligus wujud kasih sayang terhadap pemeliharaan selama ia hidup. Oleh karena
itu,tradisi ini perlu dilestarikan oleh seluruh warga masyarakat dalam mengadakan
kegiatan upacara rambu solo’ tetapi tidak memaksakan keluarga untuk meraikan kegiatan
tersebut jika tidak ada. Sebab merupakan warisan leluhur sehingga memenuhi kepuasan
batin bagi yang melaksanakan dan yang mengikuti tetapi dalam pelaksanaannya oelh
pihak keluarga yang berduka perlu memperhatikan kondisi ekonomi mereka,dan perlu
dilakukan dengan iklas,senang hati,dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Karena
yang paling utama makna dari mantunu tedong dimana rasa ungkapan syukur dan terima
kaih yang bertujuan agar dapat mempererat hubungan kekerabatan dalam keluarga dan
penerimaan dalam masyarakat yang harmonis.8

8
Ibid hal 12.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
tradisi dalam kehidupan masyarakat merupakan adat kebiasaan yang turun-temurun yang
dilakukan dan menjadi bagian dari suatu masyarakat seperti halnya tradisi yang dilakukan
oleh suku Toraja dalam hal rambu solo’ banyak ritual-ritual yang diadakan seprti halnya
mantunu tedong sebagai tanda ucapan terima kasih kepada median selama masah
hidupnya. Dalam melakukan upacara rambu solo’ melibatkan banyak masyarakat untuk
memabntu berjalan selama kegiatan berlangsung.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari sebagai suku Toraja belum memahami
betul seluk-beluk adat istiadat yang berlaku dalam daerah Toraja,maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki karya tulis selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTKA

https:/id.m.wikipedia.org/wiki/adat.
Gusty ketut Alit Saputra,Debyani. Embon, Sistem symbol dalam upacara adat toraja rambu
solo’: (jurnal bahasa dan sastra volume 3 no 7)hal.4
Fuand Guntara,Ach Fatchan,kajian social budaya rambu solo’ dalam pembentukan karakter
peserta didik:((jurnal pendidikan volume 1 tahun 2016)hal 156
Ibid hal 3
Tumirin , Ahim Abdurrahim,makna biaya dalam upacara rambu solo’(hal 179

Mei Nurul Hidayah, tradisi rambu solo’ di Tana Toraja dalam novel puya ke puya:(fakultas seni
dan bahasa,univeristas Negeri Surabaya)hal 5
Jerianto Salu Bongga, Mantunu Tedong: (lembang sereale 2015)hal 1

10

Anda mungkin juga menyukai