Anda di halaman 1dari 13

PENAFSIRAN KISAH PARA RASUL

(Persoalan Historis)
Kisah Para Rasul sebagai Sejarah
Cerita dalam KPR bersifat historiografi
Hellenistis, semacam sejarah yang berasal
dari Thucydides dan berkembang selama
masa Hellenistis. Sejarah yang demikian itu
tidak hanya ditulis untuk mencatat kejadian-
kejadian masa lampau, tetapi ditulis untuk
mendorong daya tarik dan memberi
informasi, menyatakan ajaran, atau
menawarkan suatu apologetika.
Oleh karena itu, penafsiran KPR, tidak
hanya meliputi sejarah yang murni seperti
apa yang terjadi, tetapi juga soal-soal
teologis, seperti apa yang dimaksud penulis
ketika memilih dan menyusun materi
semacam ini. Untuk menafsir KPR, maka
tugas kita adalah: (1) Membaca Kisah Para
Rasul seluruhnya, (2) Mencatat hal-hal
seperti orang, tempat utama, dan tema yang
sering muncul, (3) Mengapa Lukas menulis
kitab ini?
Kisah Parah Rasul: Suatu Gambaran Ikhtisar
Kita menanyakan tentang apa dengan
memperhatikan bagian-bagian
sebagaimana yang diinformasikan Lukas.
Kisah Para Rasul banyak kali dibagi
berdasarkan perhatian Lukas pada Petrus
(pasal 1-12), dan Paulus (pasal 11-28).
Tetapi juga penyebaran Injil secara
geografis (1-7, Yerusalem), (8-10, Samaria
dan Yudea), (11-28, sampai ke ujung bumi).
Ada juga pernyataan ringkas dalam pasal 6:
7; 9:31; 12:24; 16:4, dan 19:20.
Ikhtisar
1:1-6:7: Suatu gambaran mengenai gereja
mula-mula di Yerusalem, pemberitaannya
yang mula-mula, cara hidup bersama, dan
perluasannnya yangmula-mula. Bagian
akhir hikayat ini memberitahu kita bahwa
perpecahan mulai terjadi di antara orang-
orang percaya yang berbahasa Yunani
dan yang berbahasa Aram.
6:8-9:31: Suatu gambaran mengenai
perluasan geografis yang mula-mula, yang
dilakukan oleh kaum Helenistis (orang-orang
Kristen Yahudi yang berbahasa Yunani)
kepada orang-orang Yahudi yang berserakan
(orang Samaria dan pemeluk agama Yahudi),
juga dicantumkan pertobatan Paulus.
9:32-12:24: Suatu gambarn mengenai
perluasan yang awal kepada orang bukan
Yahudi. Kuncinya adalah pertobatan
Kornelius. Pentingnya Kornelius ini, bahwa
pertobatannya adalah tindakan langsung dari
Allah, melalui Petrus sebagai pemimpin misi
Kriten-Yahudi.
12:25-16:5: Suatu gambaran mengenai
pengembangan geografis yang pertama ke
dunia orang bukan Yahudi dengan Paulus
sebagai pemimpinnya.
16:6-19:20: Gambaran tentang perluasan ke
dunia bukan Yahudi yang lebih lanjut dan
terus ke arah barat yaitu meluas ke Eropa.
Orang Yahudi menolak Injil, tetapi yang bukan
Yahudi menerima Injil.
19:21-28:30: Gambaran tentang peristiwa-
peristiwa yang menggerakkan Paulus dan Injil
menuju ke Roma dengan banyak perhatian
kepada pengadilan perkara Paulus yang tiga
kali mengatakan tidak bersalah.
PRINSIP-PRINSIP PENAFSIRAN
KISAH PARA RASUL
Kisah Para Rasul tidak hanya memberikan
informasi tentang gereja mula-mula tetapi
juga menetapkan suatu norma bagi gereja
segala zaman. Kita perlu memandang ke
belakang, kepada gereja dan pengalaman
orang Kristen abad pertama. Akan tetapi
tidak semua yang dikatakan dalam kitab
Kisah Para Rasul dipahami secara jelas oleh
semua orang. Dalam hal ini hermeneutik
diperlukan untuk memahami kitab Kisah Para
Rasul.
Kurang teliti dalam memahami Kisah Para
Rasul akan mengakibatkan kebiasaan dan
tata cara yang berlainan dalam gereja pada
masa kini yang dapat menyebabkan
perpecahan, seperti baptisan bayi atau
persembahan bayi, baptisan selam atau
percik, pemerintahan jemaat
(congregasional), atau pemerintahan uskup
(episkopal), perlu mengambil bagian dalam
perjamuan Tuhan atau tidak, baptisan Roh
Kudus atau tidak, memiliki harta milik
bersama atau tidak.
Walaupun Kisah Para Rasul berisi informasi
tentang kejadian-kejadian di masa lampau,
tetapi sebenarnya menarik untuk dipelajari.
Alasannya, pertama, terdapat informasi
tentang seluk-beluk sejarah gereja mula-mula;
kedua: berisi apologetika bahwa Alkitab itu
benar, ketiga: ketertarikan kepada ibadah dan
teladan yang memberi inspirasi bagi gereja
masa kini. Kadang yang menjadi masalah
adalah mempelajari Kisah Para Rasul
berdasarkan minat tertentu seperti ibadah,
atau persekutuan gereja mula-mula, tetapi
mengabaikan sejarah, budaya, dan kehidupan
keagamaan di setiap tempat yang disebut
dalam Kisah Para Rasul.
Langkah Penafsiran
Kitab Kisah Para Rasul
1. Perhatikan corak sastra khusus Kisah
Para Rasul. Kitab Kisah para rasul secara
keseluruhan ditulis sebagai sejarah, tetapi
juga dengan maksud teologis, apologetis,
dan pewartaan (penginjilan).
2. Perhatikan struktur/iktisar Kisah para
Rasul. Pembagian Kisah para rasul secara
keseluruhan memainkan peranan penting
bagi pengertian bagian-bagian kecil di
dalamnya.
3. Jangan membuat doktrin dari cerita yang tidak
disahkan oleh teks doktrinal lainnya dalam Perjanjian
Baru. Artinya jangan membuat dogma dari teks
historis semata. Contohnya: jangan mengambil
kesimpulan bahwa baptisan Roh Kudus dengan
tanda bahasa lidah merupakan keperluan mutlak
bagi orang Kristen. Atau perlunya menjual segala
harta milik dan ikut serta dalam kepemilikan kolektif.
4. Tidak semua hikayat atau cerita mengandung
penerapan langsung, tetapi menunjang maksud
berita keseluruhan. Harus membedakan yang
bersifat primer dan sekunder dalam melihat narasi
atau hikayat Kisah para Rasul. Contoh: Baptisan dan
cara baptisan; perjamuan kudus dan berapa kali;
berapa kali berkumpul untuk berbakti dalam
seminggu dll.
5. Jangan menganggap suatu peristiwa memiliki
arti pengajaran terpisah dari maksud
keseluruhan Kitab Kisah para Rasul. Misalnya
gereja jelas harus menjadi pewarta Injil,
pembawa sukacita, diperlengkapi dengan kuasa
Roh Kudus. Hal ini jelas dalam Kisah para Rasul.
6. Hal yang tidak prinsip jangan dijadikan normatif.
Misalnya prihal baptisan apakah memakai
baptisan selam, percik, atau guyur. Arti dasar
baptisan dan pentingnya tindakan baptisan itu
jelas (Kis. 8:38-39; Roma 6:1-3)analogi
kematian, penguburan, dan kebangkitan. Namun
cara baptisan itu sekunder. Dalam Kitab Didache
(buku petunjuk gereja mula-mula), hal yang biasa
adalah baptisan selam, tetapi tidak normatif
karena di Samaria tidak ada cukup air.
7. Untuk membuat penafsiran, pahamilah
dahulu maksud utama. Kemudian
perhatikanlah pengajaran atau pesan
sampingan yang sesuai dengan maksud
utama. Carilah prinsip-prinsip rohani dari
teks tersebut yang didukung oleh bagian
Perjanjian Baru lainnya.

Anda mungkin juga menyukai