“parabole” yang dapat digunakan untuk menyatakan pepatah/peribahasa (Luk. 4:23), teka-teki (Mark. 3:23), perbandingan (Mat. 13: 33), dan perbedaan/perlawanan (Luk. 18:1-8). Arti-arti tersebut diambil dalam bahasa Ibrani “masal” yang dalam Septuaginta (LXX) biasanya diterjemahkan “parabole”. Empat Bentuk Perumpamaan
1. Kiasan (Similitude). Similitude adalah
pengembangan dari simile (suatu perbandingan yang eksplisit menggunakan kata “seperti, sebagai, seumpama. Ini adalah suatu perbandingan yang berhubungan dengan suatu tipe atau yang selalu terjadi secara berulang- ulang dalam kenyataan hidup sehari-hari. Contoh: Mat. 13:31-32 (Perumpamaan tentang biji sesawi) , Mat. 13:33-35 (Perumpamaan tentang ragi), Perumpaman tentang harta yang terpendan dan mutiara yang berharga (Mat. 13:44-46). 2. Contoh Cerita (Example Story). Suatu contoh cerita menghadirkan suatu karakter/pribadi yang positif atau negatif yang dijadikan sebagai satu contoh untuk ditiru atau yang memiliki ciri pembawaan tertentu dan tindakan-tindakan yang harus dihindari. Baik secara eksplisit maupun implisit. Contoh cerita “menegaskan”…. pergi dan lakukan (atau tidak lakukan) seperti itu. Contoh Luk. 10:37). Dalam Injil Lukas banyak dijumpai contoh cerita: Orang Samaria yang murah hati (10:25-37), Orang Kaya dan Lazarus (Luk 16:19-30), Orang Farisi dan Pemungut Cukai (Luk. 18:9-14). 3. Pengibaratan. Pengibaratan adalah suatu pengembangan dari “metafora” (sesuatu yang secara langsung menyatakan suatu perbandingan) yang menunjuk kepada suatu peristiwa dalam bentuk hayalan atau peristiwa-peristiwa yang diceritakan di masa lampau yang mengekspresikan kebenaran moral dan rohani. Contoh: Perumpamaan tentang Perjamuan Besar (Luk. 14:15-24). 4. Alegori. Adalah rentetan metafora yang berkaitan satu dengan yang lain. Contohnya: Perumpamaan Tentang Seorang Penabur (Mat. 13:1-9; 18-23). Keaslian Perumpamaan • Perumpamaan merefleksikan kemurnian dan pengajaran Yesus tentang eskatologi dan ketidakcocokan-Nya dengan otoritas Yahudi. • Perumpamaan merefleksikan kehidupan sehari- hari di Palestina. • Perumpamaan selalu digunakan oleh Yesus dalam pengajaran-Nya. • Pada kenyataannya perumpamaan-perumpamaan tidak nampak dalam PB selain dalam kitab Injil dan jarang dijumpai dalam literatur-literatur Kristen pada mulanya. Karakteristik Perumpamaan • Perumpamaan-perumpamaan memiliki kecenderungan singkat. • Perumpamaan biasanya diambil dari keadaan hidup sehari-hari, tetapi tidak nyata. • Kurang lebih 20 perumpamaan yang mengandung pemikiran dengan penggunaan frase yang ditandai dengan “siapakah di antara kamu” (Luk. 15:4; 17:7), dan “bagaimana pendapatmu” (Mat. 18:12; 21-28). • Dalam perumpamaan yang disampaikan, seorang pendengar memberikan penilaian diakhir cerita. • Interpretasi difokuskan pada bagian akhir perumpamaan. • Perumpamaan terfokus pada Allah, kerajaan- Nya, dan harapan-harapan-Nya bagi manusia. • Perumpamaan sering mengandung ajakan untuk mengubah kehidupan dan pemuridan. Tujuan Perumpamaan • Perumpamaan bukanlah ilustrasi belaka yang dibuat oleh Yesus, tetapi itulah khotbah/pengajaran yang disampaikan Yesus. Perumpamaan diberikan sebagai suatu ajakan dan instruksi. • Perumpamaan-perumpamaan menuntut interpretasi dan penerapan. • Perumpamaan mengungkapkan realita kerajaan Allah. • Perumpamaan Yesus dimaksudkan untuk mengkonfirmasi para pendengar-Nya tentang karakter kerajaan Allah; mengajak mereka berpartisipasi di dalamnya, dan hidup sejalan dengannya. Penuntun Penafsiran • Menganalisa urutan struktur, perkataan-perkataan, termasuk kesejajaran dalam kitab-kitab Injil, (Luk. 15: 11-32). • Memperhatikan konteks/nilai budaya dan historis (Luk. 18:9-14). • Mencari informasi tentang pengajaran-pengajaran dari konteks (Mat. 21:33-44). • Menetukan fungsi cerita dalam perumpamaan sebagai suatu keseluruhan pengajaran Yesus (Luk. 15:11-32). • Menentukan teologi dan penerapan untuk masa kini. • Memberikan perhatian tentang pengajakan pada bagian akhir (Mat. 21:33-44). Prinsip Penafsiran Perumpamaan
1. Memperhatikan faktor penyebab munculnya
perumpamaan (mengapa). Mis; Luk. 10:25-38. Penyebabnya ada pada ayt 25-29. 2. Memperhatikan unsur-unsur yang dipergunakan dalam suatu perumpamaan (Mis; 100 domba, 1 hilang, gembala dalam Mat. 13:24-30). 3. Memperhatikan makna dari setiap unsur. Contoh Luk. 15: 1-10). 4. Memperhatikan perumpamaan yang belum ditafsir dan sudah ditafsir. Contoh Mat. 13:31-35 (belum ditafsir); Mat. 13:1-23 (sudah ditafsir dalam ayt 18-23); Mat. 13: 36-43 (sdh ditafsir).