Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK TEKNIK

PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TANGGUNG


JAWAB BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 1 SUKASADA

Ni Ketut Sudani1, Ni Ketut Suarni2, Ni Made Setuti3


1,2,3
Jurusan Bimbingan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {daniwikna@yahoo.co.id, tut _arni@yahoo.com,


konselorsetutibali@yahoo.com}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perilaku tanggung jawab belajar
siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sukasada setelah dilaksanakan penerapan model konseling
eksistensial humanistik teknik pemodelan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
konseling
Penelitiam ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus melalui tahap identifikasi, diagnosa,
prognosa, konseling/treatment, evaluasi/follow up, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VIII E SMP Negeri 1 Sukasada. Proses pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner perilaku tanggung jawab belajar pola skala linkert dan dianalisis secara
deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa katagori perilaku tanggung jawab belajar
siswa pada siklus I adalah katagori sangat baik 11 orang (30%), katagori baik18 orang (48%),
katagori cukup baik 5 orang (14%), katagori kurang baik 3 orang (8%), dan tidak ada siswa
yang memiliki katagori sangat kurang baik. Jika dibandingkan dengan katagori skor perilaku
tanggung jawab belajar siswa pada siklus II sebagai berikut siswa dengan katagori sangat baik
14 orang (38%), 23 orang (62%) dan tidak ada siswa yang memiliki katagori cukup baik, kurang
baik, dan sangat kurang baik. Ini menunjukkan sudah ada peningkatan secara signifikan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa konseling eksistensial humanistik dengan teknik pemodelan efektif
untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab belajar.

Kata kunci : konseling eksistensial humanistik, teknik pemodelan, tanggung jawab

Abstract

This action research aimed to investigate the learning responsibility improvement of the
student of class VIII E SMP Negeri 1 Sukasada after applying humanistic existential counseling
model with modeling technique.
This study was done in two cycles which consisted of identification, diagnose, prognose,
counseling/treatment, evaluasi/follow up, and reflection. The subject of this study was the
students of class VIII E SMP Negeri 1 Sukasada. The data was collected by using learning
responsibility attitude questionnaire that was analyzed descriptively.
Based on the data analysis, it is found that there were 11 students (30%) on the very high
category, 18 students (48%) on the high category, 5 students (14%) on sufficient category, 3
students (8%) on low category, and there were no students on the very low category in the first
cycle. When it was compared to the category in the second cycle, there were 14 students (38%)
on very high category, 23 students (62%) on high category, and there were no students on
sufficient, low and very low category. It showed that there was a significant improvement.
Therefore, it can be concluded that humanistic existential counceling with modeling technique is
effective to improve learning responsibility.

Keywords : humanistic existensial counseling, modeling technique, responsibility


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya untuk perbuatan atau tugas yang diemban dan
meningkatkan kualitas sumber daya kesanggupan untuk memikul resiko dari
manusia sehingga dapat hidup mandiri, sesuatu perbuatan yang dilakukan”.
produktif, bertanggung jawab baik terhadap menurut Mudjijono (2012: 40) menyatakan
diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. bahwa, “tanggung jawab adalah sikap yang
Dalam hal ini, pendidikan berperan sebagai berkaitan dengan janji atau tuntutan
wadah pembudayaan dan pemberdayaan terhadap hak, tugas, kewajiban sesuai
manusia yang berkembang menuju dengan aturan, nilai, norma, adat-istiadat
kepribadian mandiri dan bertanggung jawab yang dianut warga masyarakat”. Menurut
untuk membangun dirinya sendiri dan Fontana (dalam Winaputra, dkk, 2007: 1.8)
masyarakat dalam menjalani kehidupan. menyatakan bahwa “ belajar adalah suatu
Menurut UURI No. 20 Tahun 2003 proses perubahan yang relatif tetap dalam
menyatakan tujuan pendidikan Nasional perilaku individu sebagai hasil dari
adalah mengupayakan berkembangnya pengalaman.
potensi peserta didik agar menjadi manusia Untuk itu, perilaku tanggung jawab
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan belajar adalah sikap atau perilaku
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, seseorang dalam melakukan kesanggupan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan untuk menepati janji atau tuntutan dalam
menjadi warga Negara yang demokratis menjalankan tugas sebagai hak dan
serta bertanggung jawab. kewajiban yang diemban seseorang untuk
Begitu pula pada pasal 1 ayat (6) UU mampu menetapkan sikap dalam
No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa, menanggung segala resiko terhadap segala
konselor termasuk kedalam kategori tenaga perbuatan dan tindakan yang dilakukan
pendidik seperti tutor, fasilitator dan guru. oleh individu tersebut, menghindari sikap
Berkaitan rumusan pasal di atas buruk, salah sangka dan lalai, dan tidak
tereksplisitkan bahwa tugas pendidik suka melempar kesalahan pada orang lain
adalah mewujudkan (a) suasana belajar, sebagai pencerminan kesadaran diri dalam
dan (b) proses pembelajaran. Untuk mentaati segala aturan, nilai, norma, dan
mewujudkan dua hal tersebut, guru harus adat-istiadat yang berlaku.
mampu melaksanakan tugas-tugas Tanggung jawab itu menghendaki
profesionalnya dalam rangka supaya setiap pribadi, memiliki keberanian
mengembangkan kepribadian siswa yang dan keiklasan dalam melaksanakan
mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya kewajibannya. Berani tidak saja pada saat-
sendiri, masyarakat, dan bangsa. saat yang menguntungkan, tetapi juga pada
Pada proses pendidikan, siswa saat-saat kritis dan krisis, sehingga
merupakan sasaran utama pendidik, tanggung jawab mengandung arti adanya
sehingga kegiatan belajar sangat utama. pengorbanan. Tanggung jawab merupakan
Untuk itulah siswa diharapkan mampu perbuatan yang sangat penting dilakukan
mencapai keberhasilan dalam belajarnya, dalam hidup sehari-hri, karena tanpa
Jika siswa menyadari untuk menjadi siswa tanggung jawab, maka semuanya akan
yang berhasil atau berkembang menjadi menjdi kacau. Dengan menumbuhkan
lebih baik lagi tidak hanya dibutuhkan perilaku tanggung jawab, seseorang akan
kecerdasasan intelektual atau kognitif, dipercaya orang lain, selalu tepat dalam
melainkan juga dibutuhkan perkembangan melaksanakan sesuatu, dan mendapatkan
aspek afektif dan aspek psikomotor yaitu hak dengan sewajarnya.
salah satunya memiliki perilaku tanggung Menurut Burhanudin ada 3 dimensi
jawab belajar yang tinggi. dari perilaku tanggung jawab belajar yaitu
Menurut Burhanudin (2000:43) (1) kesadaran, (2) kecintaan/kesukaan, (3)
tanggung jawab adalah “kesanggupan keberanian. Ketiga dimensi tersebut
untuk menetapkan sikap terhadap suatu merupakan aspek-aspek yang harus
dikembangkan dalam diri siswa agar siswa yang tepat untuk menanganinya. Siswa
mampu menjadi siswa yang bertanggung yang memiliki perilaku tanggung jawab
jawab. belajar yang rendah, perlu mendapat
Siswa yang mampu menumbuhkan bimbingan dan konseling secara khusus
perilaku tanggung jawab belajar memiliki agar mampu menjadi siswa yang
sejumlah ciri yaitu menyelesaikan tugas berprestasi. Layanan bimbingan dan
yang diberikan guru tepat pada waktunya, konseling yang ada di sekolah diharapkan
keterampilan untuk bertahan hidup, mampu membantu siswa untuk dapat
menghormati ketertiban dengan mematuhi berkembang secara optimal serta
aturan yang berlaku, berani menanggung menjadikan siswa mandiri sehingga mampu
resiko dan menjunjung tinggi budi pekerti mengemban tanggung jawab sebagai
dan tata krama di dalam pergaulan. seorang siswa.
Namun, kenyataan dilapangan yang Oleh karena itu, menilik point ketiga
terjadi saat ini perilaku tanggung jawab tersebut di atas, sebagai guru BK sudah
belajar siswa menjadi permasalahan yang sewajarnya mengupayakan solusi yang
cukup kompleks terjadi di sekolah. Berbagai tepat atas permasalahan yang terjadi. Guru
perilaku yang ditunjukkan siswa di sekolah BK seharusnya mampu mengkaji
seperti, tidak mampu mengumpulkan tugas permasalahan tersebut melalui model
tepat pada waktunya, membuat pekerjaan konseling dan teknik yang tepat guna
rumah dengan menyontek pekerjaan meningkatkan perilaku belajar siswa
temannya, sering keluar saat guru sehingga siswa dapat berkembang secara
menjelaskan, melanggar tata tertib sekolah, optimal.
sulit untuk mau mengakui kesalahannya Model Konseling eksistensial
sendiri, melempar kesalahan pada humanistik dengan teknik pemodelan
temannya, tidak ada motivasi untuk belajar, diharapkan mampu menjadi solusi
kesadaran mengerjakan tugas rendah, tidak pemacahan masalah siswa dalam
memanfaatkan waktu untuk belajar, tidak meningkatkan perilaku tanggung jawab
ada keberanian untuk bertanya tentang belajarnya.
materi pelajaran, sering menghidar dari Pada dasarnya proses konseling
tugas yang diberikan oleh guru dan tidak eksistensial humanistik merupakan suatu
bersungguh-sungguh mengikuti proses gagasan yang menyatakan bahwa siswa
pembelajaran di kelas dapat mengarahkan arah belajarnya
Pada dasarnya, perilaku tanggung sendiri, mengambil dan memenuhi
jawab belajar siswa yang rendah tanggung jawab secara efektif serta mampu
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun memilih tentang apa yang akan dilakukan
faktor penyebab munculnya perilaku kurang dan bagaimana melakukannya. Pada
bertanggung jawab ini dikarenakan oleh (1) konseling eksistensial ini, manusia
kurangnya kesadaran siswa tersebut akan dikatakan sebagai arsitek hidupnya sendiri,
pentingnya melaksanakan hak dan dan berusaha untuk memanusiakan
kewajiban yang merupakan tanggung manusia itu sendiri, sehingga dapat
jawabnya, (2) kurang memiliki rasa percaya mengubah perilakunya sendiri dengan
diri terhadap kemampuan yang dimiliki, dan keputusan yang diambilnya.
(3) layanan bimbingan konseling yang Selain itu, konseling eksistensial
dilakukan oleh Guru BK dalam menangani humanistik selalu berupaya untuk
perilaku tanggung jawab belajar secara mengubah perilaku individu dengan
khusus belum terlaksana secara optimal di mengajak individu untuk mengembangkan
kelas tersebut. kesadarannya sesuai dengan dunia nyata
Siswa seperti tersebut di atas tidak atau fakta yang sering dihadapi oleh
sewajarnya dibiarkan begitu saja. Jika individu dalam kehidupannya. Individu
permasalahan tersebut dibiarkan berlarut- diajak untuk mampu mengambil
larut akan diprediksi menyebabkan siswa keputusannya sendiri, karena segala
tidak mampu berkembang secra optimal sesuatu yang terjadi pada individu tersebut
dan mengalami kegagalan, sehingga diakibatkan oleh dirinya sendiri.
diperlukan upaya atau langkah-langkah
Menurut Rosjidan (1988:33) konseling kognitif dan model konseling
menyatakan bahwa, ”pendekatan behavioral. Teknik pemodelan yang
eksistensial humanistik dianggap sebagai digunakan adalah teknik pemodelan jenis
alat untuk menolong konseli menjadi sadar symbolic models (model simbol) dan jenis
atas pilihan-pilihan mereka dan untuk live models (model langsung). Teknik
menantang pilihan-pilihan itu dan menerima pemodelan symbolic models ini
tanggung jawab yang menyertai memanfaatkan penokohan dengan simbol
penggunaan kebebasan pribadi sehingga dan film atau audio visual lain dan live
manusia mampu mengaktualisasikan models memanfaatkan objek nyata
dirinya secara optimal dan menemukan (individu) sehingga perilakunya dapat ditiru
tentang kebermaknaan dirinya hidup di dan dipelajari oleh objek lain yang ingin
dunia”. menirunya.
Ada beberapa konsep-konsep utama Pada teknik pemodelan ini individu
yang menjadi pandangan tentang sifat mengamati seorang model dan kemudian
manusia dalam konseling eksistensial diperkuat untuk mencontohkan tingkah laku
humanistik yaitu (1) kesadaran diri, (2) sang model. Bandura (1969) menyatakan
kebebasan, tangung jawab, dan bahwa, “segenap belajar yang bisa
kecemasan, (3) penciptaan makna. diperoleh melalui pengalaman langsung
Konseling Eksistensial Humanistik bisa pula diperoleh secara tidak langsung
bertujuan ”agar konseli mengalami dengan mengamati tingkah laku orang lain.”
keberadaannya secara otentik dengan Disamping itu, melalui proses belajar
menjadi sadar atas keberadaan dan dengan mengamati, konseli dapat belajar
potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan
membuka diri dan bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa belajar trial-and
kemampuannya”. (Gerald Corey, 1999:57). eror.”
Pada model konseling eksistensial Pembelajaran melalui pemodelan ini
humanistik ini, teknik-teknik tidak ditentukan meliputi beberapa proses yaitu (1)
secara ketat. Rosjidan (1988:33) Memperhatikan model/Atensi pengamat
menyatakan bahwa pada pendekatan diperlukan agar tindakan yang dicontohkan
eksistensial ini tidak ada seperangkat teknik dipersepsikan bemakna. (2)
yang khusus atau esensial. Para konselor Mengingat/Retensi meliputi mengodekan
eksistensial dapat menggunakan teknik- atau mentransformasikan informasi yang
teknik dengan mengadopsi dari teori lain dicontohkan untuk penyimpanan dalam
seperti menggunakan teknik-teknik ingatan, dan secara mental berlatih atau
desentisisasi, asosiasi bebas atau mengulang kembali informasi tersebut. (3)
restrukturing kognitif, dan mengambil Produksi menyangkut menerjemahkan
pengertian-pengertian dari para konselor konsevsi visual dan simbolis dari pristiwa
yang berorientasi lain. Pada dasarnya yang dicontohkan menjadi perilaku. (4)
teknik-teknik dianggap sebagai alat untuk Motivasi untuk bertindak dihasilkan dari
menolong konseli menjadi sadar atas pengalaman langsung, pengalaman
pilihan-pilihan mereka dan untuk mengamati, dan pengalaman melakukan
menantang pilihan-pilihan itu dan menerima sendiri.
tanggung jawab yang menyertai Pada teknik pemodelan ini, tidak
penggunaan kebebasan pribadi. Selain itu, sebarang model dapat digunakan,
teknik-teknik dianggap dapat menciptakan melainkan model yang dipilih harus memiliki
suatu hubungan yang akan memungkinkan karakteristik yang mampu mempengaruhi
konselor menantang dan memahami pengamatnya. Adapun karakteristik model
konseli secara aktif. yang efektif adalah memiliki kompetensi
Oleh karena itu, untuk dapat atau kemampuan intelektual yang lebih,
membantu siswa meningkatkan perilaku memiliki persepsi yang sama, kredibilitas,
tanggung jawab belajarnya model konseling dan antusiasme.
eksistensial humanistik ini dipadukan Menurut hasil riset Bandura (dalam
dengan teknik pemodelan. Teknik Rosjidan, 1988:253) menunjukkan ciri-ciri
pemodelan ini diadopsi melalui model model yang efektif adalah suatu model
yang serupa dengan pengamat ditinjau dari semestinya dilakukan oleh individu sebagai
segi usia, kelamin, suku bangsa, dan sikap hak dan kewajiban yang harus dilakukan.
adalah mungkin lebih ditiru daripada suatu Melalui konseling eksistensial humanistik ini
model yang tidak sama dengan pengamat. diharapkan siswa dapat meningkatkan
Model-model yang mempunyai tingkat dan kesadaran, dan menerima tanggung jawab,
prestise status akan lebih ditiru daripada serta memiliki penciptaan diri, karena
model-model yang mempunyai tingkat manusia itu sendirilah yang menjadi arsitek
prestise yang lebih rendah. Tetapi tingkat bagi dirinya sendiri.
status model hendaknya tidak terlalu tinggi Oleh karena itu, digunakan
sehingga pengamat melihat tingkah laku konseling eksistensial humanistik dengan
model tidak realistis. Kemudian model- teknik pemodelan dengan tujuan agar siswa
model yang mempunyai kemampuan dalam yang memiliki perilaku tanggung jawab
performasi mereka dan yang menunjukkan belajar rendah dapat mengubah tingkah
kehangatan cendrung mempermudah lakunya ke arah yang lebih baik. Terkait
terjadinya pengaruh percontohan. dengan penelitian ini, siswa diharapkan
Menurut Drabman & Thomas (dalam dapat meningkatkan perilaku tanggung
Taufik 2012:180) menemukan bahwa jawab belajarnya sehingga mampu menjadi
orang-orang (termasuk anak) yang telah siswa yang berhasil.
memandang model (orang lain) yang murah
hati akan menjadi orang yang murah hati
dibandingkan orang-orang yang tidak METODE
memandang model yang prososial. Jadi Penelitian ini tergolong Penelitian
untuk menumbuhkan perilaku tanggung Tindakan Bimbingan Konseling (Action
jawab belajar siswa adanya model Reseach in Counselling). Action Reseach in
sangatlah efekftif guna menarik perhatian Counselling merupakan suatu bentuk
siswa sehingga perilaku siswa lebih tearah penelitian yang bersifat reflektif yang
dengan baik. Melalui pemodelan siswa dilakukan oleh konselor untuk
diarahkan memahami dan mengkondisikan meningkatkan kemantapan rasional,
dirinya agar mampu memahami tanggung jawab dari tindakan-tindakan
menghadapi situasi tertentu. mereka dalam melaksanakan tugas, dan
Dalam teknik pemodelan ini juga memperdalam pemahaman terhadap
dipadukan dengan pemberian pertanyaan tindakan-tindakan yang dilakukan, serta
yang terdapat dalam konseling eksistensial memperbaiki kondisi dimana praktek-
humanistik seperti, Seberapa besar saya praktek BK dilakukan.”
menyadari siapa saya ini? Bisa menjadi apa Subyek penelitian ini adalah siswa
saya ini? Bagaimana bisa saya memilih kelas VIII E SMP Negeri 1 Sukasada tahun
menciptakan kembali identitas diri saya pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 37
yang sekarang? Seberapa besar orang.
kesanggupan saya untuk menerima Berdasarkan judul penelitian,
kebebasan memilih jalan hidup saya penelitian ini memiliki dua variabel. Variabel
sendiri? Bagaimana saya mengatasi terikat yaitu perilaku tanggung jawab belajar
kecemasan yang ditimbulkan oleh dan variabel bebas yaitu konseling
kesadaran atas pilihan-pilihan?. eksistensial humanistik dengan teknik
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan pemodelan.
berguna untuk mengetahui tingkat kesdaran Penelitian dirancang dalam dua
siswa akan pentingnya perilaku tanggung siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
jawab setelah mengamati model yang tahap identifikasi, tahap pronosa, tahap
ditampilkan pada teknik pemodelan. diagnosa, tahap konseling /treatment
Berdasarkan pemaparan tersebut, /training, tahap evaluasi, dan tahap follow
maka dapat disimpulkan bahwa konseling up.
eksistensial humanistik dengan teknik Untuk mengetahui tingkat tanggung
pemodelan memiliki hubungan yang erat. jawab belajar siswa, digunakan teknik
Perilaku tanggung jawab belajar adalah pengumpulan data dengan memakai
kesanggupan atas kesadaran yang metode kuesioner. Data dianalisis dengan
menggunakan bantuan microsoft off office exel menunjukkan bahwa dari 30 0 butir soal
2007. Sedangkan untuk menguji ke kelayakan terdapat 2 butir pernyataan yang ng tidak valid
instrumen maka dilaksanakan pe pengujian karena rhitung keempat butir terseersebut lebih
validitas dan pengujian reliabilit ilitas. Uji kecil dari rtabel sebesar 0,339 dengan
de taraf
validitas menggunakan rumus product signifikansi 5%. Oleh karena itu,u, pernyataan
p
moment dan uji reliablitas inst instrumen instrumen yang tidak valid diga iganti dengan
menggunakan rumus alpha cronbaconbach. pernyataan baru sehingga butir tir soal yang
Selain itu, untuk engetahui
men muncul tetap menjadi 30 item pernyataan.
p
persentase perubahan perilaku u berupa Sedangkan dari hasil ujiji reliabilitas
peningkatan perilaku tanggung g jawab didapatkan rAlpha = 0,8851 lebih ih besar dari
belajar siswa, maka dilakukan n analisis rtabel. Berdasarkan a
kriteria koefisien
statistik deskriptif dengan melihat reliabilitas, maka kualifikasi si reliabilitas
pencapaian peningkatan persentase ase siswa kuesioner perilaku tanggung jawabjaw belajar
setelah diberi tindakan. adalah sangat tinggi karena beradabe pada
Kriteria yang dipergunakan adadalah 1) rentang skor 0,80< r ≤ 1,00. Jadi
Jad instrumen
85% -100% = Sangat Tinggi, 2) 70% 0% - 84% tersebut layak dan dapatt digunakan
= Tinggi, 3) 55% - 69% = Sedang, g, 44) 40% - sebagai alat pengumpulan data. a.
54% = Rendah, 5) 0% - 39% = Sangat Berdasarkan tes awal al diperoleh
Rendah. hasil 6 orang (16%) siswa katag tagori sangat
tinggi, 9 orang (24%) siswa kata atagori tinggi,
HASIL DAN PEMBAHASAN 8 orang (23%) siswa katagori ri sedang,
se 10
instrumen
Pengujian kelayakan inst orang (27%) siswa katagori rend endah, dan 4
dilakukan dengan uji validitas d dan uji orang (11%) siswa katagori sang ngat rendah.
reliabilitas. Hasil pengujian validitas
va

Tabel 01. Kategori, Frekuensi elajar siswa


nsi, Persentase awal perilaku tanggung jawab bela

No. Kategori Frekuensi Persentase


1 Sangat Tinggi 6 16%
2 Tinggi 9 24%
3 Sedang 8 23%
4 Rendah 10 26%
5 Sangat Rendah 4 11%

Untuk lebih jelasnya, skor awa


awal siswa Sesuai dengan hasil sil analisis
disajikan dalam grafik berikut. tersebut, dilakukan pemberianrian layanan
Skor Awal Siswa klasikal dengan alasan 1) Berdasarkan
Be
hasil temuan, kelas VIII E dicap d atau
diberikan predikat kurang baik b oleh
30%
las lain/siswa
lingkungannya seperti dari kelas
25%
ata pelajaran
dari kelas lain, dari guru mata
20% yang mengajar di kelas tersebubut, dan dari
15% wali kelasnya. 2) Dari hasi asil analisis
10% kuesioner, lebih dari 50 % siswa
sisw berada
5% pada kategori sedang, rendah h dan
d sangat
0% rendah, sehingga belum mencapcapai katagori
tinggi ke atas. 3) Skor siswa dirasa
dir belum
optimal. Oleh karena itu, perlurlu diberikan
layanan secara keseluruhan den engan tujuan
agar siswa mampu meningkatka tkan perilaku
Persentase awal siswa tanggung jawab belajarnya. 4)) Memberikan
M
informasi yang relevan dalam hubungannya
hu
a
Gambar 01. Grafik skor awal siswa dengan upaya-upaya pencegahan
p
lam kaitannya
terjadinya pengaruh buruk dalam
dengan perilaku tanggung jawab ab belajar maupun model simbul yang beru erupa gambar
siswa bagi siswa yang telah mememperoleh dan video. Melalui teknik pemod odelan yang
skor yang baik dan sebagai upayaya untuk dipadukan dengan pertanyaan-p n-pertanyaan
meningkatkan belajar siswa. dari konseling eksistensial, siswa
sisw dapat
Layanan klasikal dilakukanan dalam melihat secara nyata dampak buruk
bu apabila
tiga kali pertemuan dan satu kalili kkegiatan melalaikan tanggung jawab belajar.b Itu
n, peneliti
evaluasi. Pada setiap pertemuan, dimaksudkan agar siswa menja njadi semakin
mengefektifkan model konseling
ko sadar dan pada akhirnya mamp mpu motivasi
eksistensial humanitik dengan n teknik dirinya untuk meningkatkan an perilaku
pemodelan jenis lives models dan
n symsymbolic tanggung jawab belajar.
models. Hal tersebut dilakukan n dengan Dari hasil analisis tes yan
ang diberikan
menampilkan model baik modell la langsung pada siklus I, diperoleh data sebagai
seba berikut

Tabel 02. Kategori, Frekuensi


nsi, Presentase Tanggung Jawab Belajar Siswa Siklus
Sik I

No. Kategori Frekuensi Persentase


1 Sangat Tinggi 11 30%
2 Tinggi 18 48%
3 Sedang 5 14%
4 Rendah 3 8%
5 Sangat Rendah 0 0

Berikut akan ditampilkan grafik berd


rdasarkan
tabel di atas. 50%
45%
Skor Siklus I 40%
35%
30%
50%
45% 25%
40% 20%
35%
30% 15%
25%
20% 10%
15%
10% 5%
5% 0%
0%

Persentase Skor Awal


Persentase Skor Siklus I Persentase skor siklus I
Gambar 03. Grafik Peningkatanan Tanggung
Jawab Belajar Siswa dari Awall ke Siklus
Gambar 02. Grafik Frekuensi Per
erilaku
Tanggung Jawab Belajar Siswa SSiklus I Dari hasil pelaksanaan an siklus I,
secara keseluruhan lah
telah terjadi
Secara umum, skor awal dan
an siklus I peningkatan tanggung jawab belajar
bel siswa.
telah mengalami peningkatan yan ang baik. Namun, masih ada sebanyak yak delapan
Perbadingan atau peningkatan tan hasil orang siswa yang belum mampu pu mencapai
analisis tes awal dan siklus I dapa
pat dilihat batas kriteria. Perilaku tangguggung jawab
pada tabel di bawah ini belajar. Oleh karena itu dilaku kukan siklus
selanjutnya yaitu siklus II.
Tabel 03. Data Siswa yang belum Mencapai Kriteria Keberhasilan

No. Nama Skor Siklus I Persentase Katagori


Absen Skor Siklus I
4 AL 81 54% Rendah
8 BA 79 53% Rendah
12 ES 90 60% Sedang
16 KJ 101 67% Sedang
24 OB 94 63% Sedang
26 BR 89 59% Sedang
29 NS 93 62% Sedang
37 AT 75 53% Rendah

Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pemodelan ini siswa akan lebih mudah
pertemuan. Pada pertemuan I, siswa merubah perilakunya karena siswa sudah
dipersilahkan untuk menceritakan dihadapkan pada kondisi yang nyata sesuai
permasalahannya. Selanjutnya, siswa dengan kehidupannya sehari-hari.
diajak untuk secara bersama-sama Diakhir pertemuan siklus II, peneliti
menemukan solusi atas permasalahan melakukan evaluasi dengan menyebar
yang dialami. Pada penelitian ini, peneliti kuesioner kepada kelas VIII E.
berusaha mengefektipkan pelaksanaan Hasil penelitian pada siklus ini dapat
konseling eksistensial humanistik dengan disajikan pada tabel berikut ini.
teknik pemodelan. Melalui teknik

Tabel 04. Hasil Analisis Pada Siklus II Bagi Siswa yang Belum Mencapai Kriteria Keberhasilan

No. Nama Skor Siklus II Persentase Skor Katagori


Absen Siklus II
4 AL 108 72% Tinggi
8 BA 105 70% Tinggi
12 ES 120 80% Tinggi
16 KJ 124 83% Tinggi
24 OB 117 78% Tinggi
26 BR 114 76% Tinggi
29 NS 120 80% Tinggi
37 AT 105 70% Tinggi

Pada dasarnya, kegiatan layanan Hasil tes akhir menunjukkan bahwa


pada siklus II yang dilakukan telah telah terjadi peningkatan perilaku tanggung
berlangsung dengan sangat baik. Setiap jawab belajar pada siswa yang telah
pertemuan terbagi menjadi beberapa tahap diberikan layanan konseling. Hal tersebut
sesuai dengan tahapan rancangan siklus dapat dilihat dari persentase peningkatan
yang direncanakan. Siswa dengan antusias skor yang diperoleh siswa pada siklus I dan
mengikuti kegiatan layanan ini. Mereka siklus II.
tidak segan-segan untuk menceritakan Peningkatan tersebut disajikan pada
permasalahan yang sedang dihadapi. tabel dibawah ini.
Tabel 05. Persentase P
Peningkatan Skor Siswa dari Siklus I ke Siklus II

No. Persentas
ntase Skor Persentase Skor
Nama Siklu
iklus I Peningkatan Skor
kor
Absen Siklus II
4 AL 54% 72% 18%
8 BA 53% 70% 17%
12 ES 60% 80% 20%
16 KJ 67% 83% 16%
24 OB 63% 78% 15%
26 BR 59% 76% 17%
29 NS 62% 80% 18%
37 AT 54% 70% 16%
Rata-rata 59 % 76 % 17 %

Selain data delapan orang di ata


tas, tetap Hasil yang didapatkan dari anali
alisis seluruh
dilakukan analisis tes terhadap
p seluruh siswa adalah sebagaii berikut.
siswa kelas VIII E.

Tabel 0.6. Kategori, Frekuensi


nsi, Presentase Tanggung jawab Belajar Siswa Siklus
Sik II

No. Kategori Frekuensi Persentase


ase
1 Sangat Rendah 0 0%
2 Rendah 0 0%
3 Sedang 0 0%
4 Tinggi 23 62 %
5 Sangat Tinggi 14 38 %

Berikut akan ditampilkan grafik berd


rdasarkan Berikut akan ditampilkan
kan grafik
tabel di atas. perbandingan siklus I dan n siklus II
berdasarkan tabel di atas.
70%
60% 80%

50%
60%
40%
30% 40%
20%
20%
10%
0% 0%

Persentase Skor
Siklus II Skor Siklus I
Skor Siklus II
Gambar 0.4 Grafik Frekuensi si PPerilaku
iklus II
Tanggung Jawab Belajar Siswa Sik
Grafik 0.5 Grafik Perbandinga
ngan Skor
Siklus I, dan Skor Siklus
lus II
Berdasarkan grafik di atas, s, d diketahui menggambarkan bahwa tanggu ggung jawab
bahwa telah terjadi peningkatan ta tanggung gkatan.
belajar telah mengalami peningka
jawab belajar. Hal tersebut dapat dil dilihat dari ng diperoleh
Berdasarkan hasil yang
peningkatan kategori yang telah m mencapai tersebut, menunjukkan bahwa a konseling
kategori yang diharapkan yaitu dari ri katagori eksistensial humanistik deng ngan teknik
tinggi ke atas. Hal ini menunjukkan an bahwa pemodelan dapat meningkatkan an tanggung
pemberian konseling eksistensiall hu humaistik jawab belajar siswa. Semua ua itu tidak
teknik pemodelan untuk menin ningkatkan erian layanan
terlepas dari rancangan pemberi
perilaku tanggung jawab belajarr si siswa di konseling yang memberikan kesempatan
ke
kelas VIII E SMP Negeri 1 Sukasadasada. dan peluang pada siswa untuk unt berani
Selain itu, dapat pula d diketahui mengemukakan ya,
masalahnya, berani
peningkatan tanggung jawab bela elajar dari memberikan pemecahan,n, untuk
masing-masing siswa. Peni
eningkatan meningkatkan dan mengembang ngkan diri ke
tersebut berbeda-beda antara sisw siswa yang arah yang lebih baik, melatihtih diri untuk
satu dengan siswa yang lainnya. meningkatkan tanggung jawa wab belajar
Perbedaan tersebut terjadi karena dengan mengikuti an
kegiatan layanan
perbedaan karakter, kemampuan uan, dan klasikal.
kesadaran siswa itu sendiri iri dalam
mengikuti setiap layanan. S
Sehingga
hipotesis tindakan yang diajukan an dapat PENUTUP
diterima yaitu jika layanan ko konseling Simpulan yang dapat at diajukan
eksistensial humanistik dengan n teknik sehubungan dengan hasil penelitian
pen ini
pemodelan dilakukan secara efekt ektif maka engacu pada
adalah sebagai berikut : (1) Men
perilaku tanggung jawab belajar siswsiswa akan hasil tes awal siswa kelas VIII VI E SMP
meningkat. Negeri 1 Sukasada elah
tela terjadi
Perbandingan persentase sko skor awal, peningkatan perilaku tanggu gung jawab
siklus I, dan siklus II dapat dilihailihat pada belajar siswa pada siklus s I melalui
grafik berikut. penerapan layanan konseling eksistensial
e
humanistik dengan teknik pemod odelan yang
sikal. Hal ini
dilakukan melalui layanan klasik
80% dibuktikan dengan hasil yang ng diperoleh
pada siklus I yaitu kategori sangat
sa tinggi
60% sebanyak 11 orang siswa (30%) %) , kategori
40% tinggi sebanyak 18 orang siswasisw (48%),
kategori sedang sebanyak 5 orang
ora (14%),
20% kategori rendah sebanyak 3 orang
ora (8%),
0%
dan tidak ada siswa yang memilmiliki kategori
sangat rendah. (2) Mengacu pad ada hasil tes
di siklus II kelas VIII E SMP P Negeri 1
Sukasada dilakukan layanan bagi b siswa
yang berada pada kategori rendahre dan
Skor Siklus Awal sedang dengan menggunakan an konseling
Skor Siklus I eksistensial humanistik deng ngan teknik
Skor Siklus II pemodelan. Hal ini dibuktika ikan dengan
melihat peningkatan persentasetase perilaku
tanggung jawab belajar siswa yaitu
ya katagori
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan TaTanggung
sangat tinggi sebesar 38%, kataatagori tinggi
al, Siklus I,
Jawab belajar Siswa dari Tes Awal,
sebesar 68%, dan tidak ada katagori
dan Siklus II
sedang, rendah, dan sanga gat rendah.
Dari grafik t,
tersebut, dapat
Seluruh anggota mampu menca capai kriteria
eningkatan
diketahui bahwa telah terjadi peni
tinggi.
skor dari skor awal ke skor si siklus I.
Berdasarkan simpulan di atas, maka
Kemudian peningkatan juga terja erjadi dari
hasil penelitian ini memberikanan beberapa
siklus I ke siklus II. Hal ttersebut
rekomendasi sebagai berikut.
1) Kepada guru pembimbing, disarankan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
untuk dapat menerapkan konseling Penelitian Suatu Pendekatan
eksistensial humanistik dengan teknik Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
pemodelan secara berkelanjutan untuk
mengetahui perkembangan peserta didik Asri, Budiningsih. 2005. Belajar Dan
atau siswa, baik yang memiliki masalah Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
ataupun yang tidak memiliki masalah. Cipta
Selain itu, guru pembimbing hendaknya
dapat lebih memahami karakteristik Bahri, Djamarah. 2002. Psikologi Belajar.
kepribadian siswa serta permasalahan Jakarta: PT Rineka Cipta
yang dialami siswa sehingga dapat
memberikan perhatian dan penanganan Burhanuddin, Salam H. 2000. Etika
yang tepat. Individual. Jakarta: Rineka Cipta
2) Kepada wali kelas dapat disarankan
agar terus memantau perkembangan Candiasa, I Made. Pengujian Instrumen
siswa, baik dari segi pergaulannya Penelitian Disertai Aplikasi ITEMAN
maupun aktifitas belajarnya dan selalu dan BIGSTEPS. Singaraja:
berkoordinasi dengan guru BK di Undiksha Press
sekolah dengan melakukan kerjasama
agar dapat memberikan penanganan Corey, Gerald. (E. Koeswara. Penerjemah)
secara dini atau memberikan bimbingan 1988. Teori Praktek dan konseling
jika ada siswa yang memiliki perilaku dan Psikotrapi. Bandung : PT.
tanggung jawab belajar yang kurang Refika Aditama
atau rendah.
3) Kepada siswa, diharapkan agar lebih Dharsana, Ketut. 2010. Dasar-Dasar Seri
meningkatkan perilaku tanggung jawab Konseling 2. Singaraja: Jurusan
belajarnya dan dapat memanfaatkan Bimbingan dan Konseling Fakultas
layanan yang diberikan seperti konseling Ilmu Pendidika Universitas
kelompok dimana sebagai wadah untuk Pendidikan Ganesha
meningkatkan perilaku tanggung jawab
belajar. Merta, Putu, dkk. 2011. Budi Pekerti.
4) Kepada peneliti agar dapat menerapkan Denpasar: UD. Catur Wangsa
hasil penelitian ini ditempat dimana dia Mandiri
akan ditugaskan dan untuk peneliti
berikutnya yang mungkin tertarik dengan Mudjijono. 2012. Bimbingan dan Konseling
penelitian ini diharapkan bisa lebih Pribadi-Sosial. Singaraja: Jurusan
mengembangkan kajian yang lebih luas Bimbingan dan Konseling Fakultas
dan mendalam lagi yang terkait dengan Ilmu Pendidika Universitas
masalah-masalah di dalam penelitian ini. Pendidikan Ganesha

Muhibbin, Syah 2004. Psikologi Belajar.


Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada
DAFTAR RUJUKAN
Nurkancana, Wayan.1990. Evaluasi Hasil
Anggreni, Putu. 2011. Efektifitas Strategi Belajar. Surabaya : Usaha Nasional
Self Management Untuk
Meningkatkan Tanggung Jawab Pidarta, Made. 2007. Landasan
Siswa Dalam Belajar Di SMA Negeri Kependidikan. Jakarta: PT Rineka
4 Singaraja Tahun Pelajaran Cipta
2010/2011. Skripsi. (tidak
diterbitkan). Jurusan Bimbingan
Konseling. FIP UNDIKSHA.
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-
dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta : Rineka Cipta

Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-Teori


Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Syamsu Yusuf dan Nurhisan Juntika. 2005.


Landasan Bimbingan Konseling.
Bandung : Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
dengan PT. Remaja Rosdakary

Wasty, Soemanto. 2006. Psikologi


Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Watloly, Aholiab.2001.Tanggung Jawab


Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai