Anda di halaman 1dari 15

Kajian Moral dan Kewarganegaraan.

Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa Yang Melanggar Disiplin
DI SMA Kartika IV - 3 Surabaya

Intan Kusuma Ayu H.


10040254218 (PPKn, FISH, UNESA) dan intananwary@yahoo.co.id

I Made Suwanda
0009075708 (PPKn, FISH, UNESA) dan imadesuwanda@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan respon siswa terhapap pemberian hukuman bagi siswa yang
melanggar disiplin di SMA Kartika IV-3 Surabaya. Lokasi Penelitian ini di SMA Kartika IV-3 Surabaya.
Untuk memperoleh data yang ada di lapangan maka teknik pengumpulan data berupa kuesioner dengan
menggunakan instrumen berupa angket, serta menggunakan teknik analisis data berupa teknik analisis
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diketahui Respon siswa dalam
pemberian hukuman terhadap disiplin siswa yaitu sebesar 80,64 % atau sebanyak 25 siswa setuju dengan
adanya pemberian hukuman. Dapat disimpulkan bahwa siswa – siswi di SMA Kartika IV-3 Surabaya
merespon baik pemberian hukumn pada pelanggar disiplin. Dengan kata lain pemberian hukuman pada
siswa dapat mengurangi persentase pelanggaran yang terjadi di sekolah.
Kata Kunci : Respos siswa, Pemberian hukuman

Abstract
This study aimed to describe the students' responses terhapap punishment for students who violate
disciplines in SMA Kartika IV-3 Surabaya. The location of this study in SMA Kartika IV-3 Surabaya. To
obtain the data in the field data collection techniques such as questionnaires using questionnaire
instrument, and using data analysis techniques such as quantitative descriptive analysis techniques. The
results of research that has been done, it is known that the student response in awarding punishment to
discipline students that is equal to 80.64% or as many as 25 students agree with the punishment. It can be
concluded that the students - students at SMA Kartika IV-3 Surabaya respond well giving hukumn on
discipline violators. In other words, the punishment on students can reduce the percentage of violations in
theschool.
Keywords: students are responding, Punishmen

menjadi warga negara yang mandiri, demokratis


PENDAHULUAN
dan bertanggung jawab.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini
mengembangkan dan menumbuhkan bakat, minat dan harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur
kemampuan akal seorang menjadi manusia yang berilmu, kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-
beriman dan berakhlak. Oleh karena itu pendidikan masing, agar tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu
sangatlah penting bagi kehidupan manusia, guna sebagai ketentuan tata tertib hidup, harus dipatuhi atau
mencerdaskan anak bangsa yang demokratis dan tanggung ditaatinya.
jawab. Dalam Undang–Undang Republik Indonesia Sekolah sebagai salah satu komponen dari ketiga pusat
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan tersebut dimana guru sebagai media
dikumukakakn bahwa; penyampaian ilmu di dalamnya yang dituntut untuk
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan memiliki keahlian dalam bidang pedagogi. Seorang guru
kemampuan dan membentuk watak serta harus memiliki syarat-syarat khusus sehingga untuk
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menjadi guru yang profesional harus menguasai seluk
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk beluk pendidikan serta pengajaran dengan berbagai macam
berkembangnya potensi peserta didik agar ilmu pengetahuan. Guru memiliki tanggung jawab yang
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa besar dan berperan strategis untuk mewujudkan kualitas
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, SDM yang baik. Dimulai dari pembentukan karakter
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan sebagai manusia yang berbudi luhur melalui penanaman
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

nilai-nilai kehidupan sehingga kepribadian dapat untuk berangkat dan pulang sekolah, belajar, menunaikan
berkembang. Jika dipandang dari peran dan tanggung shalat dan kegiatan rutin yang lain. Apabila disiplin itu
jawab yang diemban, maka peran guru sulit digantikan telah terbentuk maka akan terwujud disiplin pribadi yang
sebagai pembimbing utama dalam proses pembelajaran. kuat, yang setelah dewasa akan diwujudkan pula dalam
Menurut Hurlock (1980:163), disiplin sangat penting setiap apek kehidupan, antara lain dalam bentuk disiplin
dalam perkembangan moral. Melalui disiplin anak belajar kerja, disiplin mengatur keuangan rumah tangga dan
berprilaku sesuai dengan kelompok sosialnya, anak pun disiplin dalam menunaikan perintah agamanya. Dalam
belajar berprilaku yang dapat diterima dan tidak dapat keadaan disiplin itu mampu dilaksanakan oleh semua
diterima. Disiplin sekolah menurut Foerster (Koesoema, anggota masyarakat atau warga negara, terutama berupa
2010:234) adalah “ukuran bagi tinndakan-tindakan yang ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, bernegara, maka akan terwujud disiplin nasional. Dengan
sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak kata lain disiplin masyarakat, disiplin nasional dan disiplin
terganggu”. Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, agama, bersumber pada disiplin pribadi warga negara.
sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang Semakin efektif seorang guru melaksanakan fungsinya,
mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan
masing-masing agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. keandalan seseorang sebagai 4 manusia pembangunan
Norma-norma itu sebagai ketentuan tata tertib hidup harus (Uzer, 2006:7). Tugas dan peran guru tidaklah terbatas
dipatuhi atau ditaatinya. Pelanggaran atau penyimpangan hanya di dalam sekolah saja tetapi dalam paradigmanya
dari tata tertib itu akan merugikan dirinya sendiri dan masyarakat menempatkan kedudukan guru sebagai posisi
bahkan dapat ditindak dengan mendapatkan sanksi atau yang strategis. Dari segi status sosial guru dianggap orang
hukuman. Dengan kata lain setiap anak didik harus yang memiliki pengetahuan yang lebih oleh karena itu
dibantu hidup secara berdisiplin, dalam arti mau dan harapan masyarakat berharap dapat memperoleh ilmu dan
mampu mematuhi atau mentaati ketentuan-ketentuan yang berperan menjadi pembangun bagi bangsa khususnya di
berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan daerah tempat tinggal guru tersebut. Oleh karena itu peran
negaranya. dan fungsi guru dapat diaplikasikan pada kehidupan
Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib bermasyarakat sebagai pembimbing dan contoh tauladan
kehidupan, tidak akan dirasakan memberatkan jika yang baik.
dilaksanakan dengan kesadaran akan pentingnya Guru yang dapat menjalankan fungsinya dengan
manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin maksimal ialah guru yang kompeten dan mampu
itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau mengelola kelas sedemikian rupa demi menciptakan
tanpa paksaan dari luar tau orang lain, khususnyadiri anak suasana belajar kondusif dan interaktif sehingga proses
didiknya. Akan tetapi dalam keadaan seseorang belum pembelajaran akan optimal. Adam & Decey (Uzer,
memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang 2006:7) mengemukakan bahwa peranan dan kompetensi
sering dirasakanya memberatkan atau tidak mengetahui guru dalam belajar-mengajar meliputi banyak hal yaitu
manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan tindakan guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,
memaksakan dari luar atau orang yang bertanggung jawab pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana,
dalam melaksanakan dan mewujudkan sikap disiplin. supervisor, motivator, dan konselor. Dari sekian banyak
Kondisi seperti itu sering ditemui pada kehidupan remaja, tugas guru tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
yang mengharuskan pendidiknya melakukan pengawasan seorang guru membutuhkan ketrampilan yang lebih tidak
agar tata tertib di sekolah dilaksanakan, yang sering kali hanya menyampaikan ilmu pada peserta didik tetapi juga
juga mengharuskan untuk memberikan sanksi atau dapat berperan secara menyeluruh untuk membimbing
hukuman karena pelanggaran yang dilakukan oleh anak siswanya
didiknya. Disiplin dalam tata tertib dalam kehidupan bila dirinci
Demikianlah seharusnya bagi proses pendidikan secara khusus dan terurai dari aspek demi aspek akan
melaui disiplin, bahwa setiap anak didik harus dikenalkan menghasilkan etika sebagai norma-norma yang berlaku
dengan tata tertib (termasuk perintah), diusahakan untuk dalam pergaulan, termasuk juga dalam hubungan dengan
memahami manfaat atau kegunaannya, dilaksanakan lingkungan sekitar. Misalnya etika dalam pergaulan anak
dengan tanpa paksaan ataupun dengan paksaan, termasuk dengan orang tua, guru, cara berpakaian dan cara
juga usaha melakukan pengawasan terhadap bersopan santun lainnya. Sedangkan penampilan, sikap
pelaksanaanya, diperbaiki jika dilanggar atau tidak dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan, khususnya
dipatuhi termasuk juga diberikan sanksi atau hukuman melalui pergaulan yang menggambarkan mampu atau
jika diperlukan. Contoh sederhana antara lain berupa tidaknya berdisiplin, bersopan santun, menerapkan
disiplin waktu. Anak harus mematuhi waktu yang tepat norma-norma kehidupan yang mulia berdasarkan agama

273
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

islam sering disebut dengan akhlak. Pembentukan akhlak sikap disiplin. Kondisi seperti itu sering ditemui pada
mulia sangat penting dalam pendidikan, yang tujuanya kehidupan remaja, yang mengharuskan pendidiknya
adalah untuk mewujudkan manusia atau masyarakat yang melakukan pengawasan agar tata tertib kehidupan
mampu membedakan antara norma yang baik dan yang dilaksanakan, yang sering kali mengharuskan juga untuk
buruk, benar salah yang akhirnya bermuara pada beriman memberikan sanksi atau hukuman karena pelanggaran
dan tidak beriman. Sehingga dalam kenyataanya, bahwa yang dilakukan oleh anak didiknya.
proses pendidikan melaui disiplin memerlukan ketegasan Dalam kenyataannya, tata tertib sekolah saat ini
dan kebijaksanaan. banyak sekali yang diabaikan oleh para siswa. Siswa tidak
Pelanggaran atau penyimpangan dari tata tertib itu mempedulikan apa yang dilarang dalam sekolah. Mereka
akan merugikan dirinya dan bahkan dapat ditindak dengan lebih senang bertindak sesuai kemauan sendiri. Tidak
mendapat sanksi atau hukuman. Dengan kata lain setiap dipungkiri tingkat kenakalan remaja di sekolah saat ini
anak didik harus dibantu hidup secara berdisiplin, dalam semakin meningkat. Dari pelanggaran terkecil bahkan
arti mau dan mampu mematuhi atau mentaati ketentuan- sampai pelanggaran yang besar. Contoh pelanggaran kecil
ketentuan yang berlaku di lingkungan keluarga, misalnya saja cara mereka berpenampilan. Banyak siswa
masyarakat, bangsa dan negaranya. Selanjutnya juga mau SMA sekarang yang seragam sekolahnya dibuat tidak
dan mampu mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur sesuai dengan ketentuan dan aturan yang ada dalam tata
oleh Allah SWT dalam beribadah dan ketentuan lainnya tertib di sekolah. Mereka lebih memilih membuat seragam
yang berisi nilai-nilai fundamental serta mutlak sifatnya, yang sesuai karakter mereka masing-masing atau bahkan
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa, dan mengikuti trend mode saat ini. Masalah potongan rambut
bernegara. yang tidak sewajarnya, masalah warna sepatu dan lain
Menurut Permendiknas No. 19 Tahun 2007 (tentang sebagainya.
standart pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan Pendidikan di sekolah bukan hanya pembelajaran
dasar dan menengah), sekolah harus menciptakan suasana, materi saja, melainkan pendidikan di sekolah esensinya
iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk adalah pembinaan sikap dan jiwa pada setiap anak didik.
pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan, Apabila sekolah mampu membina sikap dan jiwa positif
adanya tata tertib dan kode etik warga sekolah dan adanya setiap anak didik, maka anak tersebut telah mempunyai
bimbingan dengan teladan, pembinaan, pengembangan bekal pembinaan sikap dan jiwa yang baik dari sekolah
kreativitas dari pendidik dan tenaga kependidikan. dalam menghadapi berbagai pengaruh yang bisa terjadi di
Kenakalan remaja merupakan suatu pelanggaran atau dalam (internal) maupun di luar (eksternal). Sudah pasti
kejahatan yang dilakukan oleh anak muda atau remaja. hal ini akan mencapai proses pembelajaran yang
Dalam hal ini orang tua dituntut untuk lebih mengawasi diharapkan, yaitu proses pembelajaran yang penuh
tingkah laku anak-anaknya. Akhir-akhir ini kenakalan ketenangan dan ketertiban.
remaja makin meningkat. Orang tua setidaknya selalu Dari berbagai pelanggaran peraturan sekolah yang
mengontrol perkembangan anak-anaknya serta sering terjadi, menuntut sekolah untuk memberikan
memberikan pendampingan sehingga dapat meminimalisir peringatan atau hukuman seefektif mungkin untuk
kenakalan remaja dengan memberikan pemahaman menanggulangi peningkatan pelanggaran peraturan
mengenai benar atau salah sebuah tindakan. Dengan begitu sekolah yang dilakukan oleh siswa. Hukuman merupakan
anak akan lebih berhati-hati dalam bertindak, karena ada salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan
pengawasan dari orang tuanya. Para remaja biasanya lebih perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang
sering menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman- tidak diinginkan (Gaza, 2012:17). Sekolah harus membuat
teman sebayanya daripada menghabiskan waktu di rumah. jera para siswa yang telah melanggar peraturan sekolah
Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib dengan berbagai cara. Dari mulai peringatan lisan dari
kehidupan, tidak akan dirasa memberatkan bila guru, kemudian pemanggilan orang tua ke sekolah, bahkan
dilaksanakan dengan kesadaran akan penting dan sampai memberikan hukuman fisik pada siswa. Seperti
manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin menjewer, mencubit, bahkan memukul. Tapi dalam
itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau perkembangan dunia pendidikan, peringatan berupa
tanpa paksaan dari luar atau orang lain, khususnya diri hukuman fisik dirasa tidak efektif karena dapat
anak didiknya. Akan tetapi dalam keadaan seseorang menimbulkan efek negatif bagi korban (Susana, 2007:19).
belum memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, Hukuman fisik justru membuat tertekan korban dan
yang sering dirasakannya memberatkan atau tidak mengganggu kondisi psikisnya. Selain itu hukuman fisik
mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan ditakutkan akan menjurus pada tindak kekerasan, seperti
tindakan memaksakan dari luar atau dari orang yang yang lagi marak akhir-akhir ini. Siswa yang sering
bertanggung jawab dalam melaksanakan atau mewujudkan mendapat tindak kekerasan akan selalu berada dalam
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

kedaan terancam dan mencekam yang menyebabakan dan cara bersopan santun lainnya. Sedangkan penampilan,
pola pikir mereka menjadi pendek. Mereka akan cepat sikap dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan,
mengambil keputusan tentang apa yang diinginkannya khususnya melalui pergaulan yang menggambarkan
tanpa memikirkan akibatnya bagi dirinya sendiri atau mampu atau tidaknya kedisiplinan, sopan santun,
bagi orang lain. Selain itu, jika guru salah memberikan sertamampumenerapkan norma-norma kehidupan yang
hukuman akan menimbulkan dampak trauma panjang berdasarkan nilai-nilai agama. Pembentukan akhlak mulia
bagi siswa. Banyak siswa yang murung dan tidak lagi sangat penting dalam pendidikan, yang tujuanya adalah
bersemangat melanjutkan sekolah karena prilaku gurunya untuk mewujudkan manusia atau masyarakat yang mampu
yang sering memberi hukuman fisik padanya (Gaza, membedakan antara norma yang baik dan yang buruk,
2012:40-43). benar salah yang akhirnya bermuara pada beriman dan
Kekerasan, seperti yang lagi marak akhir-akhir ini. tidak beriman. Sehingga dalam kenyataanya, bahwa proses
Siswa yang sering mendapat tindak kekerasan akan selalu pendidikan melaui disiplin memerlukan ketegasan dan
berada dalam kedaan terancam dan mencekam yang kebijaksanaan.
menyebabakan pola pikir mereka menjadi pendek. Menurut Darajat (1999:327) wadah untuk membentuk
Mereka akan cepat mengambil keputusan tentang apa disiplin bagi generasi penerus bangsa adalah melalui
yang diinginkannya tanpa memikirkan akibatnya bagi sekolah. Sekolah hendaknya dapat diusahakan menjadi
dirinya sendiri atau bagi orang lain. Selain itu, jika guru lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
salah memberikan hukuman akan menimbulkan dampak mental dan moral anak didik, disamping sebagai tempat
trauma panjang bagi siswa. Banyak siswa yang murung pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain,
dan tidak lagi bersemangat melanjutkan sekolah karena agar sekolah menjadi tempat sosial bagi anak didik dimana
prilaku gurunya yang sering memberi hukuman fisik pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek
padanya (Gaza, 2012:40-43). kepribadian dapat berlangsung dengan baik.
Sekolah sangat berperan penting dalam mendampingi Pada dasarnya setiap sekolah telah berusaha untuk
anak didiknya, terutama salah satunya dalam pemberian merumuskan tatatertib yang berlaku bagi siswanya. Di
tata tertib atau kedisiplinan di sekolah. Kedisiplinan SMA Kartika IV-3 Surabaya, salah satu sekolah di
merupakan modal dasar bagi sekolah agar dapat mendidik wilayah Surabaya tersebut sudah berupaya untuk
anak didiknya untuk tercapainya tujuan pendidikan. menerapkan tata tertib. SMA Kartika IV-3 Surabaya
Kepedulian sekolah dalam aktivitas yang mereka capai merupakan salah satu sekolah yang berbasis militer yang
dalam segala bidang, akan menambah efektivitas belajar berada di bawah yayasan Korem 084 TNI angkatan Darat
untuk mendapatkan aktivitas pembelajaran yang lebih yang memilikitingkatkedisiplinan yang tinggi. Hukuman
tinggi (high achievement). Disadari atau tidak, sekolah pun juga diterapkan di sekolah ini baik hukuman fisik
dianggap tempat yang paling baik untuk mendidik anak maupun hukuman non fisik.
dan menanamkan sikap (attitude) dan sifat (value) yang SMA Kartika IV-3 Surabaya termasuk salah satu
baik. Salah satunya yaitu, pendidikan kedisiplinan sekolah yang menerapkan hukuman fisik kepada siswanya
disekolah. Disiplin merupakan bagian dari proses yang melanggar tata tertib sekolah, hukuman pun tidak
berkelanjutan pengajaran atau pendidikan. hanya diberikan oleh guru BK akan tetapi juga di bantu
banyak hal yang dapat dikerjakan oleh sekolah untuk oleh pengurus yayasan yang tidak segan - segan turun
mendukung terlaksananya proses pembelajaran siswa, tangan langsung dalam pemberian hukuman. Hukuman
yaitu mengontrol, memberi petunujuk, serta membimbing fisik yang diberikan pun bervariasi tergatung pada
siswa agar mencapai kedisiplinan di dalam melakukan pelanggaran yang dilakukan,seperti misalnya siswa yang
segala aktivitas salah satunya dalam kegiatan merokok di lingkungan sekolah dan tawuran / berkelahi ,
pembelajaran. Semua hal itu merupakan indikasi adanya siswa dihukuman di tampar lalu di jemur di lapangan
upaya dalam pencapaian proses pembelajaran yang lebih dengan tidak memakai baju (seragam) selama 2 jam
baik. Disiplin adalah salah satu upaya untuk menerapkan pelajaran.
sikap dan perilaku siswa dalam meningkatkan proses Hukuman untuk siswa yang terlambat juga tidak jauh
pembelajaran, karena perilaku disiplin dalam pembelajaran beda hanya saja sedikit ringan yaitu siswa djemur berdiri
akan membawa dampak yang positif bagi kehidupan di depan tiang bendera dengan posisi hormat selama 1 jam
seseorang. pelajaran setelah itu mengisi buku BK dan meminta surat
Disiplin dalam tata tertib kehidupan bila dirinci secara ijin masuk kelas. Akan tetapi hukuman fisik yang
khusus dan terurai akan menghasilkan norma-norma yang diberikan juga sepertinya belum memberi efek jera pada
berlaku dalam pergaulan, termasuk juga dalam hubungan siswa, masih saja ada siswa yang melakukan pelanggaran
dengan lingkungan sekitar. Misalnya etika dalam tersebut. Namun hukuman fisik di SMA Kartika IV-3
pergaulan anak dengan orang tua, guru, cara berpakaian Surabaya diterapkan sampai tahun 2013, hal ini dilakukan

275
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

oleh pihak sekolah dengan memikirkan beberapa aspek sekolah tersebut, hampir sebagian besar melanggar aturan
dampak yang ditimbulkan dari pemberian hukuman fisik tata tertib sekolah. Bentuk pelanggaran yang dilakukan
dirasa kurang baik bagi kondisi psikis siswa, dan juga oleh kebanyakan siswa yaitu pelanggaran kelengkapan dan
secara administratif hukuman fisik tidak secara resmi kerapian dalam berbusana seragam, datang sekolah tidak
tercantum pada tata tertib yang di berlakukan sekolah. tepat waktu, merokok, keluar kelas pada jam pelajaran,
Hukuman fisik selalu menimbulkan rasa takut pada membolos dan lain – lain. Dapat dilihat ternyata penerapan
anak, oleh karena itu dalam memberikan hukuman pada disiplin siswa SMA Kartika IV-3 Surabaya belum sesuai
anak didik harus di sesuaikan dengan kesalahan yang harapan sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk
diperbuatnya agar tidak mempengaruhi kondisi meningkatkan kedisiplinan siswa. Sehingga, dari berbagai
psikologisnya. Sekolah sendiri juga telah melakukan permasalahan itu penulis bermaksud melakukan penelitian
perombakan dalam hal tata tertib dimana adanya dalam bentuk skripsi dengan judul “Respon Siswa
perubahan aturan tata tertib yang diberlakukan. Dalam Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa Yang
peraturan tata tetib yang baru sekolah sudah Melanggar Disiplin DI SMA Kartika IV - 3 Surabaya”.
menghilangkan hukuman fisik, peraturan ini berlaku mulai Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah
tahun 2014 dimana hanya ada teguran, peringatan dan dari penelitian ini adalah bagaimana respon siswa terhadap
pemanggilan orang tua hingga pengembalian siswa kepada pemberian hukuman pada siswa yang melanggar disiplin
orang tua. Bisa dikatakan hukuman yang ada pada tata di SMA Kartika IV - 3 Surabaya? Tujuan dari penelitian
tetib yang baru lebih ringan di bandingkan hukuman yang ini adalah untuk mengetahui Respon Siswa Terhadap
diterapkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pemberian Hukuman Pada Siswa Yang Melanggar
Pada peraturan tata tertib yang baru semua siswa Disiplin DI SMA Kartika IV - 3 Surabaya. Manfaat dari
mempunyai kartu konseling dimana setiap pelanggaran penelitian ini adalah dapat menambah wawasan
yang di lakukan akan di tulis di kartu BK. Salah satu pengetahuan serta bisa dijadikan bahan informasi bagi
hukuman yang di berikan pada siswa yang terlambat yaitu penulis dan masyarakat, dapat menjadi inspirasi atau
untuk keterlambatan 5 menit siswa diminta untuk masukan khususnya bagi ketua yayasan dan kepala
menyanyikan lagu wajib, untuk keterlambatan sekitar 10 - sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan dalam
15 menit siswa diminta untuk mendorong motor pembelajaran, serta dpat memberikan inspirasi atau
mengelilingi lapangan 1 kali, sedangkan untuk masukan terhadap siswa untuk meningkatkan kedisiplinan
keterlambatan lebih dari 15 menit maka siswa diminta dalam pembelajaran.
menghubungi orang tua menggunakan alat komunikasi
milik siswa akan tetapi yang berbicara guru BK atau guru METODE
piket, hukuman yang diberikan berdasarkan lamanya Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan
waktu siswa terlambat. Berikutnya untuk pelanggaran kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian
merokok, bolos siswa akan dipanggil oleh BP untuk di deskriptif dan design penelitian survei. Pendekatan
koseling bersama dengan wali kelas dan setelah itu kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel
dilakukan pemanggilan orang tua, ini dilakukan untuk sebagai objek penelitian dan variabel tersebut harus
siswa yang masuk dalam kategori “pelanggan” didefinisikan dalam operasional variabel masing-masing.
pelanggaran, tetapi untuk yang tidak pernah melakukan Penelitian deskriptif sesuai karena penelitian ini berusaha
pelanggaran hanya mengisi kartu konseling. Berlakunya untuk mendeskripsikan serta menggambarkan respon
peraturan tersebut baru mengurangi sekitar 5 % dari siswa terhadap pemberian hukuman bagi siswa yang
jumlah pelanggaran yang ada. melanggar disiplin di SMA Kartika IV-3 Surabaya
Memberikan hukuman pendidik hendaknya Melalui metode ini diharapkan mampu memaparkan
menghindari hukuman fisik dan hukuman yang keras, masalah dengan jelas, menyeluruh dan mendalam.
karena dengan cara itu akan memupuk agresi dan rasa Tempat yang dijadikan penelitian adalah di SMA
kekerasan pula pada anak serta hukuman fisik juga Kartika IV-3 Surabaya. Alasan untuk menentukan lokasi
menimbulkan rasa dendam. Jadi hukuman fisik pada penelitian tersebut karena SMA Kartika IV-3 Surabaya
dasarnya mengajari tentang kekerasasan pada anak itu adalah salah satu sekolah yang berada di bawah yayasan
sendiri, karna anak akan beranggapan bahwa kekerasan itu milik TNI – AD yang memiliki tingkat kedisiplinan yang
diperbolehkan. Jadi hukuman fisik yang diberikan di baik. Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan
sekolah tidak pantas karena hanya bernilai negatif, dan selama penelitian berlangsung, mulai dari perizinan
hukuman yang bernilai positif adalah hukuman yang penelitian sampai dengan pembuatan laporan. Adapun
bersifat mendidik. waktu yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu pada
Berdasarkan hasil pengamatan pada prapenelitian di bulan Mei – Juli 2016.
SMA Kartika IV-3 Surabaya pada siswa yang ada di
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini
siswa SMA khususnya seluruh siswa yang melakukan berupa data-data yang mendukung tentang respon siswa
pelanggaran disiplin di SMA Kartika IV-3 Surabaya. di SMA Kartika IV-3 Surabaya, data profil sekolah, dan
Secara keseluruhan jumlah siswa yang melakukan data-data penelitian terdahulu terkait pemberian hukuman
pelanggaran disiplin di SMA Kartika IV-3 Surabaya ada pada siswa yang melanggar disiplin. Instrumen penelitian
31 siswa. Penelitian ini menggunakan teknik sampling dibuat berdasarkan pada variabel yang dapat diukur,
jenuh karena jumlah populasi siswa yang melanggar daftar kisi-kisi instrumen terdapat dalam tabel dibawah;
disiplin relatif kecil sehingga semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Jumlah populasi siswa yang Tabel 1
melanggar disiplin sebanyak 31 siswa dengan Kisi-Kisi Instumen Penelitian Respon Siswa terhadap
mempergunakan sampel 31 siswa (semua anggota Pemberian Hukuman pada siswa yang melanggar
populasi) sebagai sampel subjek penelitian. Disiplin
Respon siswa adalah reaksi sosial yang dilakukan No Variabel Indikator No. Jumla
siswa atau pelajar dalam menanggapi pengaruh atau Pertan h
rangsangan dalam dirinya dari situasi pengulangan yang yaan
dilakukan orang lain, seperti tindakan pengulangan guru Respon a. Pemaham 1,2,3,4 5
Siswa an tentang ,5,
dalam proses pembelajaran atau dari fenomena sosial
terhadap Hukum
disekitar sekolahnya. Dalam hal ini respon yang Pemberian
dimaksud adalah reaksi dan tanggpan siswa terhadap Hukuman 6,7,8,9 4
proses berjalannya pembelajaran Learning by Doing. pada siswa
Pemberian hukuman dalam penelitian ini adalah suatu yang b. Sosialisasi
melanggar tata tertib
tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada siswa
yang telah melakukan perbuatan salah dengan maksud Disiplin 10,11, 5
12,13,
untuk memberi peringatan kepada siswa yang telah c. Pelanggar 14
melakukan pelanggaran. Hukuman (punishment) an yang
dijadikan sebagai alat atau metode pendidikan yang dilakukan 15,16, 6
digunakan pihak sekolah untuk memotivasi anak agar 17,18,
memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya. Dengan 19,20
adanya pemberian hukuman bagi anak/siswa akan
membuat mereka mampu merenungkan kesalahan
mereka dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, d. Hukuman
dan akan berbuat baik bagi dirinya sendiri dan orang lain Jumlah 20
di kemudian hari.
Kedisiplinan siswa adalah sebuah perilaku yang Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ditampilkan oleh siswa yaitu dengan melakukan ini adalah teknik deskriptif kuantitatif. Untuk itu,
kepatuhan terhadap aturan dan tata tertib baik berupa langkah-langkah teknik analisis data dalam penelitian ini
perintah maupun larangan yang berlaku. Disiplin yang pertama adalah dengan melakukan editing data.
membantu siswa untuk mengendalikan perilakunya. Editting data yang dibutuhkan dengan cara memeriksa
Dalam penelitian ini siswa diharapkan akan dapat dan pengkoreksian kelengkapan jawaban responden dari
berperilaku disiplin dalam mengikuti pembelajaran di hasil kuesioner dengan dokumentasi sehingga data siap
kelas. diproses.
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan kuesioner Langkah yang kedua adalah melakukan coding
dengan jenis Skala Guttman. Jenis skala yang dipakai (Pengkodean). Coding adalah proses penyusunan secara
dalam penelitian ini adalah tertutup yang berarti subjek sistematis data mentah (dalam kuesioner) kedalam bentuk
hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan yang mudah dibaca dengan cara memasukkannya,
oleh peneliti. Instrumen penelitian adalah alat yang mengelompokkannya, dan memberikan kode-kode pada
digunakan untuk mengumpulkan data sesuai dengan setiap data berdasarkan kategori yang telah ada.
tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam Selanjutnya langkah ketiga adalah pemberian skor atau
penelitian ini adalah lembar angket. Lembar angket nilai. Pemberian skor pada kuesioner ini menggunakan
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap skala Guttman. Skala Guttman digunakan untuk
pemberian hukuman kepada siswa yang melanggar mengevaluasi data setelah dikumpulkan. Skala ini dapat
disiplin di SMA Kartika IV-3 Surabaya. Selain itu digunakan untuk mengukur jawaban responden yang
peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data

277
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

bersifat tegas, jelas, dan konsisten. Berikut penilaian atau Tabel 4


skoring kuesioner sesuai dengan skala Guttman yang Pemahaman Tentang Hukuman
diterapkan dalam tabel dibawah ini;
Analisis
Tabel 2 Indikator Sub Indikator
Skoring Kuesioner Tidak
Setuju
Setuju
Berdasarkan Skala Guttman
1. Pemberian
Jawaban Skor hukuman
untuk 64,5% 35,4%
Setuju 1 meningkatkan
Tidak Setuju 0 disiplin
2. Siswa
dilarang
Langkah keempat adalah input data. Input data keluar
80,6% 19,3%
dapat dilakukan dengan cara membuat tabulasi komplek
berdasarkan pada skor yang diperoleh responden. sekolah tanpa
Pemahaman izin
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data Tentang 3. Dilarang
yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang Hukuman 64,5% 35,4%
merokok
dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi diperlukan 4. Hukuman
ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Selanjutnya bagi setiap
74,1% 25,8%
langkah yang kelima adalah mengolah data secara per- pelaku
item soal dengan melakukan penilaian prosentase pelanggaran
jawaban responden (dari kuesioner) dengan rumus; 5. Mengambil
barang milik
orang lain
80,6% 19,3%
P= F akan
---- x 100% mendapatkan
N
hukuman
Rata – rata 87,06
%
Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya Berdasarkan tabel 4 Indikator Pemahaman Tentang
N = Number of cases (jumlah frekuensi atau Hukuman dengan sub indikator Pemberian hukuman
banyaknya individu). untuk meningkatkan disiplin, Sebanyak 20 siswa
P = Angka persentase. menjawab Setuju dengan hasil persentase 64,5%,
sedangkan sebanyak 11 siswa menjawab Tidak Setuju
Salah satu kriteria penilaian skala likert yang dengan hasil persentase 35,4%. Sehingga dari tabel
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa setuju
berikut. dengan disiplin yang diterapkan di sekolah. Hal tersebut
Tabel 3. Kriteria Interpretasi Prosentase mengindikasikan bahwa kesadaran siswa sangat tinggi
Prosentase Kategori akan pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari - hari.
0%-20% Tidak baik Sub Indikator Siswa dilarang keluar komplek sekolah
tanpa izin , terlihat Sebanyak 25 siswa menjawab Setuju
21%-40% Kurang baik
dengan hasil persentase 80,6%, sedangkan sebanyak 6
41%-60% Cukup baik
siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase
61%-80% Baik
19,3%. Sehingga dari tabel diatas, Dari data di atas dapal
81%-100% Sangat baik diketahui bahwa kepatuhan siswa terhadap disiplin
Sumber; Riduwan (2016) tersebut di atas sangat tinggi, hal ini dapat menghindari
siswa agar tidak terkontaminasi dari pengaruh - pengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN buruk dari luar.
Hasil Penelitian Sub Indikator Dilarang merokok, terlihat Sebanyak 20
Indikator Pemahaman Tentang Hukuman dengan sub siswa menjawab Setuju dengan hasil persentase 64,5%,
indikator Pemberian hukuman untuk meningkatkan sedangkan sebanyak 11 siswa menjawab Tidak Setuju
disiplin, sebagai berikut: dengan hasil persentase 35,4%. Sehingga dari tabel
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

diatas, maka dapat disimpulkan menunjukkan bahwa depan siswa


ketaatan siswa untuk tidak merokok sangat tinggi, hai ini yang lain
juga menandakan bahwa kepedulian siswa terhadap Rata - rata 74,19 %
kesehatan dirinya dan lingkungan sangat tinggi juga.
Sub Indikator Hukuman bagi setiap pelaku Berdasarkan tabel 5 indikator Siswa yang merokok
pelanggaran, terlihat Sebanyak 23 siswa menjawab akan di hokum di depan siswa yang lain dengan sub
Setuju dengan hasil persentase 74,1%, sedangkan indikator Siswa yang merokok akan di hokum di depan
sebanyak 8 siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil siswa yang lain, terlihat Sebanyak 17 Siswa menjawab
persentase 25,8%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat Setuju dengan hasil persentase 54,8%, sedangkan
disimpulkan bahwa hukuman selalu dilaksanakan kepada sebanyak 14 Siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil
siswa yang melakukan pelanggaran, hal ini dimaksudkan persentase 45,1%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat
agar siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama dan disimpulkan bahwa Kondisi ini dapat difahami, bahwa
sadar terhadap kesalahan yang dilakukannya. dengan adanya jenis hukumanyang diberikan tersebut
Sub Indikator Mengambil barang milik orang lain agar pelaku jera, bahkan kejeraan itu akan membawa hal
akan mendapatkan hukuman, terlihat Sebanyak 25 siswa positif selamanya.
menjawab Setuju dengan hasil persentase 80,6%, Sub indikator Bagi siswa yang tidak mengerjakan PR
sedangkan sebanyak 6 siswa menjawab Tidak Setuju akan dihukum, terlihat Sebanyak 20 Siswa menjawab
dengan hasil persentase 19,3%. Sehingga dari tabel Setuju dengan hasil persentase 64,5%, sedangkan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap siswa yang sebanyak 11 Siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil
mencuri selalu dihukum jemur. Hal ini berarti siswa persentase 35,4%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat
telah menyadari bahwa mencuri adalah perbuatan yang disimpulkan bahwa Dari data di atas diperoleh informasi
buruk yang merugikan semua pihak. Oleh karena, bila bahwa mayoritas siswa selalu mengerjakan tugas dalam
ada kasus pencurian baik milik siswa maupun guru, atau bidang studi yang berbeda - beda, hal ini mungkin
siapa saja, mereka tiak menyukainya.Jenis hukuman yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti, kesadaran akan
diterapkan pada kasus di atas kiranya sebuah hukuman pentingnya ilmu. Bagi siswa seperti ini menunjukkan
yang sangat banyak dilakukan sekolah. Dalam kaitan bahwa meeka punya tanggung jawab.
inilah, nampak bahwa pelajaran agama tentang
keburukan mencuri yang disampaikan guru sangat Sub indikator Hukuman yang diberlakukan di SMA
diamalkan siswa. Kartika IV-3 Surabaya , terlihat Sebanyak 25 Siswa
menjawab Setuju dengan hasil persentase 80,6%,
Tabel 5 sedangkan sebanyak 6 Siswa menjawab Tidak Setuju
Sosialisasi Tata Tertib dengan hasil persentase 19,3%. Sehingga dari tabel
Analisis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Jawaban siswa
sebesar itu, tentang apresiasi terhadap pelaksanaan
Indikator Sub Indikator
Tidak hukuman di sekolah lantaran bahwa hukum itu dapat
Setuju
Setuju menjadi salah satu alat pendidikan yang berpengaruh
terhadap pembentukan sikap yang baik bagi siswa.
1. Siswa yang
merokok Sub indikator Hukuman dilakukan di depan siswa
akan di yang lain, terlihat Sebanyak 28 Siswa menjawab Setuju
54,8% 45,1% dengan hasil persentase 90,3%, sedangkan sebanyak 3
hokum di
depan siswa Siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase
yang lain 9,6%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan
2. Bagi siswa bahwa Tindakan ini dilakukan agar siswa merasa jera dan
yang tidak
Sosialisasi tidak mengulangi kesalahan lagi, terutama kesalahan
mengerjakan 64,5% 35,4%
Tata PR akan yang sama.
Tertib dihukum
3. Hukuman
yang
diberlakukan
80,6% 19,3%
di SMA
Kartika IV-3
Surabaya
4. Hukuman
90,3% 9.6%
dilakukan di

279
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

Tabel 6 29%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan


Pelanggaran Yang dilakukan bahwa Jawaban siswa sebesar itu, tentang apresiasi
Analisis terhadap pelaksanaan hukuman di sekolah lantaran
Indikator Sub Indikator bahwa hukum itu dapat menjadi salah satu alat
Tidak pendidikan yang berpengaruh terhadap pembentukan
Setuju
Setuju sikap yang baik bagi siswa.
1. Sikap guru Sub indikator Siswa taat karena takut , terlihat
ketika Sebanyak 24 siswa menjawab Setuju dengan hasil
menghukum persentase 77,4%, sedangkan sebanyak 7 siswa
70.9% 29%
dengan menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase 22,5%.
marah dan Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan
memaki bahwa Tindakan ini dilakukan agar siswa merasa jera dan
2. Hukuman
tidak mengulangi kesalahan lagi, terutama kesalahan
yang
51,6% 48,3% yang sama.
dilakukan
sudah sesuai Sub indikator Hukuman yang dilakukan di depan
3. Hukuman siswa yang lain dapat merendahkan harga diri terlihat
Pelangga
membuat Sebanyak 20 siswa menjawab Setuju dengan hasil
ran Yang
siswa 70,9% 29% persentase 64,5%, sedangkan sebanyak 11 siswa
dilakukan mematuhi menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase 35,4%.
peraturan
Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan
4. Siswa taat
77,4% 22,5% bahwa Tindakan ini dilakukan agar siswa merasa jera dan
karena takut
5. Hukuman tidak mengulangi kesalahan lagi, terutama kesalahan
yang yang sama.
dilakukan di
depan siswa Tabel 7
64,5% 35,4%
yang lain Respon siswa terhadap pemberian hukuman
dapat
Analisis
merendahkan
Indikat
harga diri Sub Indikator
or Tidak
Rata – rata 67,74% Setuju
Setuju

1. Merasa
Berdasarkan tabel 6 indikator Pelanggaran Yang kasihan pada
dilakukan dengan sub indikator Sikap guru ketika saat melihat
29% 70,9%
menghukum dengan marah dan memaki, terlihat siswa yang
Sebanyak 22 siswa menjawab Setuju dengan hasil lain saat di
hukum
persentase 70,9%, sedangkan sebanyak 9 siswa
2. Hukuman
menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase 29%. dapat
Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan mengganggu 22,5% 77,4%
bahwa Kondisi ini dapat difahami, bahwa dengan Sikap ketentraman
guru ketika menghukum dengan marah dan memaki itu jiwa
akan membawa hal positif. Hukum 3. Hukuman
Sub indikator Hukuman yang dilakukan sudah sesuai, an dapat
70,9% 29%
terlihat Sebanyak 16 siswa menjawab Setuju dengan hasil mengganggu
konsentrasi
persentase 51,6%, sedangkan sebanyak 15 siswa
4. Hukuman
menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase 48,3%. dapat 88,17% 11,82%
Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan memotivasi
bahwa Dari data di atas diperoleh informasi bahwa 5. Keinginan
mayoritas siswa menganggap Hukuman yang dilakukan untuk
sudah sesuai. melanggar
32,2% 67,7%
Sub indikator Hukuman membuat siswa mematuhi apabila
hukuman
peraturan, terlihat Sebanyak 22 siswa menjawab Setuju
tidak ada
dengan hasil persentase 70,9%, sedangkan sebanyak 9 6. Hukuman 77,4% 22,5%
siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

membuat jera merasa jera/ takut dengan hukuman yang diberikan oleh
dan takut sekolah.
Rata - rata 54,83
% Tabel 8
Persentase Respon Siswa terhadap Pemberian
Berdasarkan tabel 7 indikator Hukuman denagn sub Hukuman pada siswa yang melanggar Disiplin
indikator Merasa kasihan pada saat melihat siswa yang
lain saat di hukum , terlihat Sebanyak 9 siswa menjawab Variabel Indikator persentase Kategori
Setuju dengan hasil persentase 29%, sedangkan sebanyak
22 siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase
70,9%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa disebabkan karena perasaan sosial
siswa sangat terkait dengan rasa kesetiakawanan diantara Respon a. Pemah 87,06 % Sangat
Siswa aman baik
mereka.
terhadap tentan
Sub indikator Hukuman dapat mengganggu Pemberian g 74,19 %
ketentraman jiwa, terlihat Sebanyak 7 siswa menjawab Hukuman Huku Sangat
Setuju dengan hasil persentase 22,5%, sedangkan Terhadap m baik
sebanyak 24 siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil pada siswa 67,74 %
persentase 7,4%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat yang
disimpulkan bahwa Hal ini menunjukkan pengaruh melanggar Baik
Disiplin b. Sosiali 54,83
hukuman sangat tidak terlalu mengganggu ketentraman sasi
jiwa, sehingga bagi siswa semestinya berusaha untuk tata Cukup
menghindari jenis - jenis pelanggaran. tertib baik
Sub indikator Hukuman dapat mengganggu
konsentrasi, terlihat Sebanyak 22 siswa menjawab Setuju
dengan hasil persentase 70,9%, sedangkan sebanyak 9
siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase
29%. Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan c. Pelang
bahwa pengaruh hukuman dapatmengganggu konsentrasi garan
yang
belajar siswa, sehingga yang dikhawatirkan siswa dari
dilaku
sebuah akibat hukuman adalah akan menurunnya prestasi kan
belajar.
Sub indikator Keinginan untuk melanggar apabila
hukuman tidak ada, terlihat Sebanyak 27 siswa menjawab
d. Huku
Setuju dengan hasil persentase 88,17%, sedangkan
man
sebanyak 4 siswa menjawab Tidak Setuju dengan hasil
persentase 11,82%. Sehingga dari tabel diatas, maka Sangat
Rata – rata 80,12 %
dapat disimpulkan bahwa hukuman dapat mengganggu baik
konsentrasi belajar tetapi dapat juga menjadi motivator
bagi siswa untuk lebih giat lagi untuk belajar dan pada Pembahasan
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Setiap siswa menimbulkan kekecewaan pada staf sekolah
Sub indikator Hukuman membuat jera dan takut, karena perilaku yang nampaknya tidak rasional. Ketiga
terlihat Sebanyak 10 siswa menjawab Setuju dengan hasil masalah ini biasanya akibat dari masalah-masalah yang
persentase 32,2%, sedangkan sebanyak 21 siswa kompleks dari kehidupan siswa-siswa dan untuk
menjawab Tidak Setuju dengan hasil persentase 67,7%. memperbaikinya bukan pekerjaan yang mudah. Masalah
Sehingga dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan ini telah disadari oleh para guru bahwa di dalam konteks
bahwa siswa tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan yang ditandai dengan penerimaan,
pelanggaran. kekeluargaan dan non evaluasi bahwa siswa-siswa ini
Dari tabel di atas, terlihat Sebanyak 24 siswa sanggup untuk melihat dirinya dan untuk memulai
menjawab Setuju dengan hasil persentase 77,4%, memperbaiki pola hidupnya yang masih kacau.
sedangkan sebanyak 7 siswa menjawab Tidak Setuju Penelitian yang maksimal tentang cara-cara sekolah
dengan hasil persentase 22,5%. Sehingga dari tabel dapat membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak yang baik terhadap aturan yang sudah di terapkan di lingkup

281
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

sekolah. Dalam suatu masyarakat sekolah, para siswa Berdasarkan perhitungan angket respon siswa
harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan terhadap pemberian hukuman pada tiap jenis
pribadinya masing-masing, dengan kata lain mereka pelanggaran, dapat dilihat bahwa pemberian hukuman
harus mengikuti dengan baik tata perilaku yang telah pada siswa di SMA Kartika IV-3 Surabaya yaitu lebih
ditetapkan oleh sekolah. Keterampilan siswa dalam mengarah pada hukuman yang mendidik. Pada hasil
mendisiplikan diri dengan baik merupakan hal penting penelitian, Jam masuk sekolah adalah pukul 06.30, guru
bagi mereka, namun tingkat disiplin setiap siswa dalam piket,guru BK dan kepala sekolah sudah berdiri di depan
mengembangkan penerimaan dan kepatuhan tehadap gerbang sekolah utuk mengawasi kelengkapan atribut
peraturan sekolah berbeda-beda. Untuk mengatasi hal siswa-siswi yang masuk.
tersebut setiap sekolah menerapkan beberapa sanksi Banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran
untuk memperbaiki perilaku-perilaku para siswanya. menuntut sekolah untuk memberikan hukuman
Sebagaimana diketahui peranan guru sebaiknya tidak (punishment) kepada para pelanggar. Hukuman
pada perilaku menghukum anak didik. Guru yang sering (punishment) adalah usaha edukatif yang digunakan
menghukum anak didik dapat mengganggu hubungan untuk memperbaiki dan mengarahkan anak ke arah yang
kepercayaan (raport) dan berbagai informasi yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang
diperlukan dari siswa tersebut. Hal ini secara langsung memasung kreativitas (Yanuar, 2012:15). Dari teori
akan merusak profesi kependidikan di sekolah. tersebut sekolah mengambil kebijakan untuk menerapkan
Nursisto mengemukakan bahwa “masalah sistem poin dalam tata tertib sekolah. Ini bertujuan agar
kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan guru tidak memberikan hukuman yang sewenang-wenang
sekolah” dalam (tarmizi.wordpress.com). Di sekolah terhadap para pelanggar tata tertib. Selain itu juga
yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran mencegah adanya kekerasan fisik di sekolah.
yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib Dengan demikian, proses pendidikan karakter,
kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran ataupun pendidikan akhlak dan karakter bangsa sudah
yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk tentu harus dipandang sebagai usaha sadar dan terencana,
memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan.
Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk Bahkan kata lain, pendidikan karakter adalah usaha yang
mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk,
terhadap tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun
ditangkal. Berdasarkan realitas masih banyak siswa yang untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib keseluruhan.
sekolah. Thomas Lickona menyebutkan tujuh unsur-unsur
Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah karakter esensial dan utama yang harus ditanamkan
terlambat mengikuti apel pagi, tidak mengerjakan tugas, kepada peserta didik yang meliputi (a) ketulusan hati atau
dan masih banyaknya siswa yang pulang sebelum waktu kejujuran (honesty); (b) belas kasih (compassion); (c)
pelajaran selesai (bolos). Setiap siswa yang melakukan kegagahberanian (courage); (d) kasih sayang (kindness);
pelanggaran ditindaki dengan diberikan sanksi. Sanksi- (e) kontrol diri (self-control); (f) kerja sama
sanksi yang sering diberikan oleh guru terhadap siswa- (cooperation); (g) kerja keras (deligence or hard work).
siswa yang melakukan pelanggaran tersebut yakni siswa Tujuh karater inti (core characters) inilah, menurut
disuruh membersihkan WC, dijemur di terik matahari, Thomas Lickona, yang paling penting dan mendasar
lari mengelilingi lapangan, mengisi air di bak mandi, dan untuk dikembangan pada peserta didik, disamping sekian
memungut sampah (Sumber data : Observasi Awal banyak unsur-unsur karakterlainnya. Jika dianalisis dari
2008). sudut kepentingan restorasi kehidupan Bangsa Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ketujuh karakter tersebut memang benar-benar menjadi
maka diketahui Respon siswa dalam pemberian hukuman unsur-unsur yang sangat esensial dalam mengembangkan
terhadap disiplin siswa yaitu (a) Respon siswa mengenai jati diri bangsa melalui pendidikan karakter. Di
pemahaman siswa tetang hukuman sangat baik dengan antaranya, unsur ketulusan hati atau kejujuran, Bangsa
persentase sebesar 87,06 %, (b) respon siswa terhadap Indonesia saat ini sangat memerlukan kehadiran warga
sosialisasi tata-tertib baik dengan persentase sebesar negara yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi.
74,19 %, (c) respon siswa mengenai kesadaran akan Membudayakan ketidakjujuran merupakan salah satu
pelanggaran yang dilakukan baik dengan persentase tandatanda kehancuran suatu bangsa. Lebih dari itu,
sebesar 67,74 %, (d) respon siswa mengenai hukukuman unsur karakter yang ketujuh adalah kerja keras (diligence
yang diterima atas pelanggaran yang dilakukan cukup or hard work). Selain itu, tujuh unsur karakter yang
baik dengan persentase sebesar 54,83 %. menjadi karakter inti tersebut, para pegiat pendidikan
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

karakter mencoba melukiskan pilar-pilar penting karakter di luar rumah. Perilaku yang dapat menguntungkan atau
dalam gambar dengan menunjukkan hubungan sinergis merugikan orang lain, seperti halnya pada perilaku
antara keluarga, (home), sekolah (school), masyarakat prososial.
(community) dan dunia usaha (business). Adapun Peningkatan kedisiplinan siswa melalui proses
Sembilan unsur karakter tersebut meliputi unsur-unsur pembelajaran melalui penanaman nilai kejujuran, nilai
karakter inti (core characters) sebagai berikut (1) keterbukaan, dan nilai tanggung jawab. Nilai kejujuran
responsibility (tanggung jawab); (2) respect (rasa merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
hormat); (3) fairness (keadilan); (4) courage kedisiplinan dalam proses pengajaran. Untuk
(keberanian); (5) honesty (belas kasih); (5) citizenship menumbuhkan nilai kejujuran pada peserta didik dapat
(kewarganegaraan); (6) self-descipline (disiplin diri); (7) dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
caring (peduli); dan (8) perseverance (ketekunan). pada saat guru memberikan tugas atau mengadakan
Siswa kelas XI menjadi respon penelitian ini, ulangan harian, siswa tidak boleh meminta bekerja sama
merupakan responden yang mempunyai catatan dengan teman, tidak berkata bohong atau harus berkata
pelanggaran di BK drngan kata lain siswa – siswi tersebut sesuai dengan apa yang terjadi.
merupakan pelaku penggaran disiplin di sekolah. Secara Nilai keterbukaan juga berusaha ditanamkan kepada
psikologis masa remaja adalah masa individu yang dapat peserta didik khususnya dalam proses pembelajaran,
berintegrasi dengan mayarakat dewasa, pada masa itu tujuanya adalah membentuk sikap terbuka antara guru
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang dengan siswa agar tercipta komunikasi yang baik
lebih tua melainkan berada pada tingkatan sama. Masa sehingga poses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
remaja sering dianggap sebagai masa paling rawan dalam Nilai keterbukaan dilakukan pada saat pemberian nilai
proses kehidupan manusia, masa ini merupakan masa ketika tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi da
remaja awal yaitu berusia (13tahun-17tahun). keterbukaan siswa jika mengalami kesulitan atau tidak
Ketidaksetabilan perasaan dan emosi yang tidak menentu. memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
Remaja awal sebagai individu yang banyak mengalami Nilai tanggung jawab diberikan dalam proses
masalah dalam kehidupannya. Mengutamakan emosional pembelajaran untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
sehingga kurang mampu menerima pendapat. Faktor ini sudah dilakukan guru kepada siswa dalam kegiatan
dapat disebabkan karena mereka menganggap bahwa belajar mengajar. Pengembangan nilai tanggung jawab
dirinya lebih mampu daripada orang tua. dimaksudkan agar dapat melatih kepribadian siswa untuk
Pemberian hukuman pada siswa yang melanggar tata menghargai dan dapat menjalankan tugas yang diberikan
tertib sekolah berupa pemberian poin dapat berdampak oleh guru dengan rasa tanggung jawab. Jadi nilai
pada kesadaran moral mereka. Dengan pemberian poin tanggung jawab yang diberikan siswa dalam poses
tersebut, siswa akan mengetahui dengan sendirinya pembelajaran dengan cara guru memberikan tugas-tugas
bahwa sesungguhnya mereka bersalah telah melanggar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkan
tata tertib sekolah. Selain berpengaruh terhadap dan selesai dengan waktu yang ditentukan oleh guru.
pengetahuan moral (Moral Knowing), juga berpengaruh Dalam proses pembelajaran, guru Pendidikan
terhadap perasaan moral (Moral Feeling). Siswa yang Kewarganegaraan memberikan penilaian kognitif
telah mendapatkan hukuman berupa pemberian poin akan (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik
dapat mengontrol dirinya untuk tidak melanggar (ketrampilan). Dalam pembelajaran guru menilai siswa
peraturan kembali. Kontrol diri (Self Control) inilah yang dari kemampuan teori, sikap siswa, dan keaktifan siswa
termasuk dalam persaan moral. Dengan diterapkannya di dalam kelas, sehingga akan menimbulkansikap jujur,
sistem poin di sekolah juga akan membuat siswa tanggung jawab dan sebagainya. Dengan dilakukanya
mempunyai kebiasaan tertib dan disiplin dalam segala penilaian ini siswa akan bertindak dengan hati-hati,
hal. Dalam teori Lickona, kebiasaan (Habit) adalah salah karena setiap tindakan dan ketrampilan siswa dalam
satu wujud dari tindakan moral (Moral Action). mengerjakan tugas, akan dinilai guru, baik buruknya. Hal
Perilaku sosial memiliki faktor-faktor yang dapat ini dapat membantu meningkatkan kedisiplinan siswa
mempengaruhi perilaku sosial, yaitu faktor keluarga, dengan menggunakan nilai Pendidikan Kewarganegaraan
kematangan, status sosial-ekonomi, pendidikan dan sebagai acuan untuk mengukur sikap pesrta didik, bahkan
kapasitas mental. Namun faktor yang sangat utama dalam juga digunakan sebagai acuan untuk naik kelas atau tidak.
mempengaruhi perilaku sosial yaitu keluarga. Didalam Upaya meningkatkan kedisiplinan siswa melauili
keluarga harus memperhatikan pola asuh yang diterapkan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selalu
oleh orang tua supaya perilaku sosial anak bisa baik. berjalan mulus, ada faktor yang mendukung ada pula
Perilaku baik dan buruk perilaku sosial dapat dilihat oleh faktor penghambat, yang menjadi penghambat dalam
perilaku anak setiap hari ketika berada di dalam maupun upaya meningkatkan kedisiplinan siswa adalah faktor

283
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

lingkungan peserta didik. Untuk membentuk karakter rintangan; (3) pengendalian perilaku dengan langsung
siswa agar memiliki kebiasaan disiplin, memerlukan dan otoriter melalui hukuman dan/atau hadiah; (4)
kerjasama semua pihak baik sekolah maupun keluarga, pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tak
terlebih siswa banyak menghabiskan waktu di lingkungan enak, menyakitkan .
keluarga sehingga perlu adanya kerjasama antara sekolah Webster’s New World Dictionary memberikan
(Kepala Sekolah, Guru, serta elemen-elemen lainya sejumlah definisi kepada kata “disiplin" itu, empat yang
dalam keluarga). Jadi upaya untuk memberikan pokok diantaranya ialah yang berikut ini: (1) Latihan
pendidikan nilai (termasuk kedisiplinan) tidak hanya yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau
dibebankan kepada sekolah khususnya guru Pendidikan keadaan serba teratur dan efisiensi; (2) hasil latihan
Kewarganegaraan melainkan peran serta orang tua serupa itu: pengendalian diri, perilaku yang tertib; (3)
peserta didik. penerimaan atau ketundukan kepada kekuasaan dan
Faktor lingkungan peserta didik yang kurang baik kontrol; (4) perlakuan yang menghukum atau menyiksa
terkadang menjadi hambatan bagi guru Pendidikan .Referensi menyatakan bahwa ada dua pengertian pokok
Kewarganegaraan dalam upaya meningkatkan tentang disiplin, yaitu : (1) proses atau hasil
kedisiplinan seperti lingkungn keluarga, lingkungan pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan
sekolah (pertemanan), lingkungan masyarakat. Faktor teratur dan efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang sering
lingkungan keluarga berpengaruh bagi peserta didik disebut “disiplin positif” atau “disiplin konstruktif”; (2)
karena keluarga mempunyai pengaruh besar dalam penggunaan hukuman atau ancaman hukuman untuk
pembentukan karakter peserta didik, mungkin dalam membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti
kebiasaan tingkah laku, pola berfikir dan sebagainya. peraturan dan hukum. Jenis disiplin ini telah diberi
Keluarga mempunyai peran besar bagi siswa, tingkah macam-macam nama : “disiplin negatif, “disiplin
laku di rumah jelek pasti di sekolah tingkah lakunya jelek otoriter”, displin menghukum atau menguasai melalui
karena telah menjadi kebiasaan tingkah laku jelek di rasa takut”.
rumah. Meskipun demikian, sekolah sebagai sarana Disiplin itu perlu untuk perkembangan anak, karena ia
pendidikan dituntut membentuk siswa yang mulanya memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya
berkarakter jelek mnjadi lebih baik, begitupun siswa yang adalah disiplin memberi anak rasa aman, memungkinkan
berkarakter baik dididik menjadi lebih baik. anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok
Sedangkan anak yang pernah melakukan perbuatan sosial, anak bisa belajar bersikap menurut cara yang akan
yang merusak atau merugikan bagi dirinya sendiri dan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai
orang lain. Jika perilaku ini cukup sering, meyebabkan tanda kasih sayang dan penerimaan, berfungsi sebagai
perilaku melanggar hukum oleh remaja, masyarakat motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai
memberikan label kenakalan remaja. Kedua masalah ini apa yang diharapkannya, membantu anak
lebih umum terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan. mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam yang
Berdasarkan indikator dalam penelitian yaitu tentang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan
respon siswa terhadap hukuman di sekolah untuk pengendalian prilaku .
meningkatkan disiplin siswa, maka jika indikator itu Tujuan disiplin sekolah adalah memberi dukungan
dihubungkan dengan teori perilaku Merton, maka dapat bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,
disimpulkan bahwa perilaku yang melanggar disiplin di membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri
sekolah yang dilakukan oleh siswa termasuk ke dalam dengan tuntutan lingkungan, mengatur keseimbangan
cara adaptasi yang dilakukan oleh siswa dengan bentuk keinginan individu satu dengan individu lainnya,
pembangkangan (perilaku menyimpang). menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang oleh
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik
atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan dan benar, agar siswa belajar hidup dengan kebiasaan-
orang banyak). Referensi menyatakan bahwa disiplin kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya serta
adalah pengembangan mekanisme internal diri siswa lingkungannya. Perilaku disiplin terbentuk dan
sehingga siswa dapat mengatur dirinya sendiri. Istilah dipengaruhi oleh berbagai factor. Pendidikan di keluarga
“disiplin” mengandung banyak arti, Good’s Dictionary of sebagai mitra vertikal.
Education menjelaskan “disiplin” sebagai berikut : (1) Para orangtua diharapkan memberikan contoh atau
proses atau hasil pengarahan atau pengendalian menjadi panutan pelaksanaan norma-norma; pendidikan
keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita- di sekolah sebagai mitra diagonal. Para guru diharapkan
cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif; (2) memberikan atau menuntut siswa lewat pengayaan
pencarian suatu cara bertindak yang tepilih dengan gigih, pengetahuan, penguasaan dan kemampuan analisis
aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi terhadap norma sehingga siswa mempunyai wawasan
Respon Siswa Terhadap Pemberian Hukuman Pada Siswa

memadai tentang norma yang berlaku; pendidikan di diberikan reward. Punishment diberikan pada siswa yang
masyarakat sebagai mitra horisontal. Masyarakat berbuat kesalahan atau pelanggaran untuk memberikan
diharapkan dapat menjadi mitra bertukar pikiran dalam efek jera kepada siswa. Dengan demikian siswa akan
memajukan pendidikan . terdorong untuk berperilaku disiplin.
Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan Perilaku melanggar disiplin tersebut termasuk
kedisiplinan siswa dengan memberikan reward dan kedalam bentuk pembangkangan karena bentuk adaptasi
punishment. Berdasarkan pendapat Hurlock (1978: 93- siswa yang memperlihatkan ketidakteraturan sistem yang
94) cara menanamkan disiplin pada anak salah satunya menciptakan tujuan budaya baru yaitu budaya perilaku
adalah dengan menggunakan penghargaan (reward) dan menyimpang di sekolah.
hukuman (punishment).
M. Ngalim Purwanto (2006: 182) menjelaskan bahwa PENUTUP
reward diberikan agar anak menjadi lebih giat lagi Simpulan
usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
kedisiplinannya. Bentuk pemberian reward berdasarkan diketahui Respon siswa dalam pemberian hukuman
pendapat Amir Daien Indrakusuma (1973: 159-160) terhadap disiplin siswa yaitu sebesar 80,64 % atau
antara lain berupa pujian, penghormatan, hadiah, dan sebanyak 25 siswa setuju dengan adanya pemberian
tanda penghragaan.Reward diberikan kepada siswa yang hukuman. Dapat disimpulkan bahwa siswa – siswi di
berperilaku disiplin dalam mengikuti pembelajaran. SMA Kartika IV-3 Surabaya merespon baik pemberian
Reward yang diberikan oleh guru yaitu berupa pujian hukumn pada pelanggar disiplin. Dengan kata lain
(verbal dan non verbal) dan tanda penghargaan (stiker). pemberian hukuman pada siswa dapat mengurangi
Reward yang diberikan oleh guru berupa pujian (verbal persentase pelanggaran yang terjadi di sekolah
dan non verbal), penghormatan (pemberian penobatan), Saran
pemberian hadiah (alat tulis), dan tanda penghargaan Berdasarkan simpulan di atas, maka terdapat saran
(stiker). sebagai berikut pihak sekolah meningkatkan kontrol
Selain dengan pemberian reward, cara meningkatkan sosial terhadap siswa dan memberikan sanksi dan
kedisiplinan pada siswa adalah dengan pemberian tindakan yang tegas terhadap siswa yang membolos
punishment. M. Ngalim Purwanto (2006: 186) dalam menegakkan perilaku membolos sebagi wujud dari
memberikan pendapat bahwa punishment adalah ketidakdisiplinan siswa dalam menaati aturan di sekolah;
penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan menciptakan kondisi sekolah yang nyaman bagi siswa-
sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) siswanya (kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di
sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kelas, proses administratif serta informal diluar kelas);
kesalahan. Bentuk pemberian punishmentberdasarkan pendekatan individual dilakukan oleh pihak sekolah
pendapat M. Ngalim Purwanto (2006: 189) yaitu berupa terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga dan
punishmentpreventif dan punishmentrepresif. Punishment bagaimana pandangan siswa terhadap kegiatan belajar di
diberikan kepada siswa yang tidak disiplin dalam sekolah. Hukuman yang diberikan pada pelanggar
mengikuti pembelajaran. Punishment yang diberikan oleh disiplin lebih di perhatikan agar mampu memberikan
guru pada siklus I dan siklus II berupa punishment dampak positif bagi siswa utamanya dalam peningkatan
preventif dan punishment represif. disiplin di SMA Kartika IV-3 Surabaya.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka
kedisiplinan siswa meningkat setelah diberikan reward DAFTAR PUSTAKA
dan punishment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock Ali Imron. (2012). Manajemen Peserta Didik Berbasis
(1978: 84) yang menyatakan kedisiplinan mempunyai Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
empat unsur pokok yaitu: peraturan sebagai pedoman Amir DaienIndrakusuma. (1973). Pengantar Ilmu
perilaku, hukuman untuk pelanggaran peraturan, Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan Cresswel, John W. 2010. Research Design Pendekatan
dengan peraturan yang berlaku, dan konsistensi dalam Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
peraturan dan dalam cara yang digunakan untuk mengajar
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik
dan memaksakannya. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rinekan
dalam penelitian ini unsur yang digunakan adalah dengan Cipta.
pemberian penghargaan (reward)dan pemberian Eldomenico. 2010. Peraturan Sekolah : Disiplin,
hukuman (punishment). Reward membuat siswa Ketertiban, Pelanggaran, dan Hukuman.
termotivasi untuk berperilaku disiplin sesuai dengan Gaza, Mamiq. 2012. Bijak Menghukum Siswa.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
peraturan. Hal ini karena siswa menjadi senang setelah

285
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 05 Tahun 2017, 272-285

Gunarsa, Ny. Singgih D. & Gunarsa, Singgih D. 2007.


Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan dan Konseling SMA X.
Jakarta: PT Grasindo.
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:
PT. RinekaCipta, 2004), cet. Ke-4.
Marhijanto, Bambang, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
MasaKini, (Surabaya:TerbitTerang, 1999)
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung
: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian
Ilmiah. Tarsito : Bandung

Anda mungkin juga menyukai