Anda di halaman 1dari 20

BANYAK ANAK

BANYAK REZEKI

DOSEN PENGAMPU :
NENDEN RANI RINEKASARI, S.P., M.PD.
LIA SHAFIRA ARLIANTY, S.PD., M.SI.
PENYUSUN BUKU :
KELOMPOK 1
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Banyak Anak Banyak Rezeki


Penyusun :
Amelia Ludhiani (2205565)
Muhammad Ramdan (2206342)
Neisya Maulana (2200752)
Sheril Prileisya (2209981)
Vidia Nafisa (2203552)
Yuda mulyana ( 2203476)
Halaman : 17
Tahun Terbit :2023
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia
yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku yang berjudul
“Banyak Anak Banyak Rezeki” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Psikologi
Perkembangan dan semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
buku ini. Tentunya, dalam penyusunan buku ini tidak akan bisa selesai secara maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Isi buku ini masih jauh dari kata sempurna, kami juga menyadari masih banyak kekurangan
dalam upaya penyusunan buku ini. Untuk itu segala saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan buku ini penulis terima dengan terbuka. Kami harap melalui buku ini dapat
memberikan manfaat untuk pembaca dan pihak lain yang berkepentingan.

Bandung, 14 Juni 2023

(Kelompok 1)
RELEVANSI PEPATAH BANYAK ANAK BANYAK
REZEKI PADA ZAMAN SEKARANG
Anak merupakan generasi penerus yang membutuhkan kasih sayang dan bimbingan yang
optimal dari orang tuanya sejak usia dini. Orang tua merupakan pendidik yang utama dan
merupakan orang paling dekat dengan anak sehingga mempunyai peran dan tanggung jawab
yang penting terhadap tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, orang tua harus bisa
menyediakan lingkungan dan pendidikan yang tepat untuk anak-anaknya. Pendidikan dan
lingkungan merupakan sedikit dari beberapa faktor yang dapat sangat berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian serta karakter anak.

Lingkungan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua berbeda antara satu keluarga
dengan keluarga lain. Namun bagaimana jadinya apabila dalam keluarga dengan banyak
anak. Hal tersebut mungkin saja akan berpengaruh pada tingkat pendidikan yang dapat
diberikan orang tua pada anaknya. Dimana perhatian orang tua akan terbagi-bagi, sehingga
pemenuhan kebutuhan anak terkhusus dalam bidang pendidikan akan tersampaikan dengan
kurang optimal.

Indonesia sendiri merupakan Negara dengan tingkat populasi terbanyak di dunia, sehingga
hal ini harus diperhatikan secara khusus agar tidak mengalami over populasi dan
memunculkan masalah sosial. Apalagi di Indonesia sendiri mempuyai pepatah ‘banyak anak
banyak rezeki’ yang mana hal tersebut lambat laun seperti tradisi yang harus dimiliki tiap
keluarga untuk mempunyai banyak anak tanpa memikirkan konsekuensi yang
ditimbulkannya. Lalu apakah pepatah tersebut masih relevansi apabila digunakan pada
zaman industrial seperti sekarang, dimana untuk mempunyai anak saja diperlukan biaya
yang tidak kecil.

Pepatah banyak anak banyak rezeki apabila kita tinjau timbul karena dilatarbelakangi oleh
pola ekonomi di masyarakat Jawa. Dimana mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani
dan kehadiran anak bagi petani dianggap sebagai modal pekerja untuk membantu
mengerjakan kegiatan produksi di sawah. Semakin banyak anak yang dimiliki oleh suatu
keluarga dapat diartikan semakin banyak pula pekerja yang dapat membantu kegiatan
produksi, maka dari itu dapat diartikan secara harfiah bahwa banyak anak banyak rezeki.

1
Seiring berkembangnya zaman, pola ekonomi yang beredar di masyarakat juga ikut
berubah. Pola ekonomi yang sebelumnya berbentuk agraris akhirnya berubah menjadi pola
ekonomi industrial. Hal ini membuat petani bukan lagi profesi mayoritas masyarakat untuk
mencari nafkah. Dalam pola ekonomi industrial dituntut untuk menempuh pendidikan
formal di sekolah dan perguruan tinggi terlebih dahulu. Yang menyebabkan biaya yang
harus dikeluarkan oleh keluarga semakin tinggi karena adanya kewajiban menyekolahkan
anak melalui pendidikan formal, belum lagi biaya kebutuhan pokok seperti pemenuhan
pakaian, makanan, dan biaya pengasuhan yang juga ikut bertambah.

Perbedaan pola ekonomi tersebut dapat berpengaruh dalam rencana jumlah anak yang ingin
dimiliki sebuah keluarga. Semakin banyak anak berbanding lurus terhadap biaya yang perlu
dikeluarkan oleh suatu keluarga. Munculnya wacana childfree dan rencana mempunyai satu
anak di masyarakat perkotaan merupakan contoh nyata dari perubahan pola ekonomi
agraris menjadi industrial. Sehingga apabila hal ini dikaitkan dengan pepatah banyak anak
banyak rezeki, maka pepatah tersebut sudah tidak relevansi lagi digunakan di zaman
sekarang. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan pola ekonomi dan biaya kebutuhan
pokok yang tinggi.

Pada zaman sekarang, daripada menjadi rezeki, anak dianggap oleh sebagian orang sebagai
beban keluarga. Perubahan pada pola pikir dan perilaku masyarakat juga menyebabkan
kecenderungan untuk menunda dan bahkan menghindari memiliki anak. Baik keluarga yang
mempunyai banyak anak maupun keluarga yang menunda memiliki anak mempunyai
dampaknya masing-masing. Memperbanyak anak ataupun tidak harus disesuaikan dengan
kondisi masing-masing keluarga dan disertai dengan adanya komitmen, kemampuan dan
tanggung jawab untuk dapat memenuhi biaya, tenaga untuk merawat dan terpenuhinya
pendidikan anak agar anak tumbuh dengan sehat dan terdidik. Karena kualitas lebih penting
dari kuantitas dan anak harus dididik dengan baik karena anak merupakan penerus yang
membutuhkan penanaman nilai-nilai yang akan berguna untuknya di masa depan melalui
pendidikan keluarga.

2
DAMPAK NEGATIF PUNYA ANAK BANYAK DARI
SEGI EMOSIONAL ATAU PSIKOLOGIS

Ibu rumah tangga sangat mungkin mengalami gangguan kesehatan jiwa seperti
housewife syndrome. Pasalnya, para ibu memiliki tanggung jawab besar untuk
memastikan semua anggota keluarga terurus dengan baik. Selain membutuhkan waktu
dan tenaga yang besar, pekerjaan ibu rumah tangga juga menyita pikiran. Tidak heran
jika tingkat stres ibu rumah tangga sangat tinggi.

“Housewife syndrome sendiri mengacu pada suatu kondisi di mana seorang ibu rumah
tangga merasa kurang dihargai, tidak bahagia, dan terisolasi akibat perannya sebagai ibu
rumah tangga,” melansir Tentang Anak, Kamis (6/4/2023).
Contohnya, ibu rumah tangga sudah menjalankan semua tugas yang tak mudah tapi hal
tersebut tidak dihargai oleh keluarga atau tetangga. Seiring waktu, hal ini dapat
menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan penurunan kesehatan mental dan fisik.

Ciri-Ciri Housewife Syndrome


Housewife syndrome sering kali terjadi pada ibu rumah tangga yang merasa tidak
memiliki otonomi atau kebebasan untuk mengejar minat atau karier mereka sendiri.
Serta merasa terjebak dalam peran yang dianggap kurang bergengsi oleh masyarakat.
Berikut ini sejumlah ciri yang sering terlihat pada perempuan dengan housewife
syndrome:

Kecemasan Berlebih
Ibu rumah tangga sering memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan tugas-
tugas rumah tangga. Seperti merawat anak-anak dan mengurus keluarga. Hal ini dapat
menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan.
Depresi
Ibu rumah tangga juga berisiko mengalami depresi karena perasaan kesepian, rasa tidak
dihargai, dan kurangnya dukungan sosial.
Gangguan Makan
Stres pada Ibu rumah tangga dapat menyebabkan munculnya gangguan makan, seperti
makan berlebihan atau kurang makan. Hal ini merupakan bentuk coping stress.
Merasa Tidak Berguna
Ibu rumah tangga sering kali merasa kurang berguna karena tidak memiliki penghasilan.
Hal ini mengakibatkan munculnya perasaan tidak dihargai dan rendah diri.

3
Peran Suami dalam Cegah Housewife Syndrome
Suami memiliki peran penting sebagai penjaga kesehatan mental ibu rumah tangga.
Banyak hal bisa dilakukan suami mulai dari menyediakan kebutuhan ekonomi hingga
dukungan emosional. Berikut ini adalah sejumlah contoh dukungan yang bisa diberikan
suami:

Beri Dukungan Emosional


Suami dapat memberikan dukungan emosional yang positif. Dukungan emosional bisa
dilakukan dengan tindakan sederhana seperti mendengarkan sang istri hingga
memberikan pujian untuk pekerjaan rumah tangga yang telah dilakukan. Tindakan-
tindakan tersebut dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi
tingkat stres pada ibu rumah tangga.
Membantu Pekerjaan Rumah
Suami dapat membantu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Seperti memasak,
mencuci piring, atau mengurus anak-anak. Hal ini dapat mengurangi beban kerja ibu
rumah tangga dan memberi mereka waktu untuk istirahat dan waktu untuk diri sendiri.
Melibatkan Diri dalam Kehidupan Keluarga
Suami juga dapat berperan dalam mempererat ikatan keluarga dan mengurangi beban
kerja ibu rumah tangga. Dengan cara melibatkan diri dalam kehidupan keluarga. Seperti
bermain dengan anak-anak atau mengatur acara keluarga.
Berikan Waktu untuk Refreshing
Berikan istri waktu untuk pergi ke spa atau berkumpul dengan teman-teman. Hal ini
dapat membantu mengurangi stres dan memberikan kesempatan untuk menikmati waktu
tanpa beban pekerjaan rumah tangga.

Risiko Masalah Kesehatan Mental yang Mungkin Muncul


Pasca pandemi Covid-19, hampir semua orang menghadapi krisis kesehatan mental
terutama IRT. Paige Bellenbaum, direktur dari The Motherhood Center menyatakan
bahwa masalah psikologis seperti kecemasan dan gangguan mood sebelum melahirkan
naik 50-70%.
Pada kondisi biasa, seorang IRT sudah menghadapi isolasi sosial, apalagi semenjak
pandemi yang tidak boleh bertemu orang lain sama sekali. Tingkat stres yang tinggi pun
tentunya akan mengarah pada beberapa masalah psikologis, seperti:
Kecemasan Perinatal
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) yang berakar pada kecemasan
Maternal Burnout
Baby blues

4
Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Menjaga Psikologis Ibu Rumah Tangga
Bukan hanya sebagai risiko mengalami masalah emosional, peran sebagai IRT pun juga
menjadi lebih berat jika mengalami diagnosis gangguan mental.
Tapi bukannya hal ini tidak dapat diselesaikan. Beberapa IRT membagikan
pengalamannnya menghadapi gangguan mental di saat mereka harus mengurus anak dan
pekerjaan rumah.
Tips di bawah ini bisa diterapkan untuk menjaga kesehatan mental ibu rumah tangga:

Sedikit Perubahan Harus Diapresiasi


Sangat mudah untuk lupa terhadap semua pencapaian yang Anda dapatkan ketika sudah
menjadi IRT. Hal ini dikarenakan tidak ada orang lain yang melihat prestasi Anda
secara langsung.
Karena itu, Anda bisa mulai membiasakan apresiasi untuk diri sendiri melalui banyak
hal, dimulai dari satu hal terkecil saja.
Satu perubahan kecil seperti Anda merasa lebih fit atau pun lebih bisa mengelola rumah
tangga hari ini pun adalah hal yang patut dihargai!
Pastikan Nutrisi Anda Tercukupi
Anda harus mengerti makanan apa yang membuat Anda semakin bersemangat.
Meskipun bagi beberapa IRT khususnya yang mengalami depresi sangat sulit untuk
makan, kekurangan nutrisi justru membuat tubuh semakin tidak nyaman.
Sedikit apapun makanan dan minuman, Anda harus tetap mengonsumsinya.
Jika makan berat bukan pilihan, Anda bisa menjadwalkan makan dengan porsi kecil
secara teratur.

Buatlah Waktu Khusus Untuk Diri Anda Setiap Pagi


Mudah sekali untuk merasa bersalah memiliki waktu sendiri untuk diri Anda, bukan?
Kenyataannya, hal ini menjadi sangat penting.
Beberapa langkah mudah seperti membaca buku, duduk di ketenangan, atau berlatih
yoga bisa menjadi opsi yang baik.

Praktikkan Meditasi atau Latihan Nafas Setiap Anda Merasa Burnout


Di tengah rutinitas, Anda mungkin bisa terjebak pada burnout yang sungguh tidak
menyenangkan.
Apapun yang Anda lakukan terasa berat dan rasanya ingin berteriak saja.
Di kondisi seperti ini, Anda bisa mencoba latihan nafas. Tutup mata, tarik nafas, dan
hembuskan. Ulangi beberapa kali.

5
Ajak Anak untuk Terlibat Dalam Pekerjaan Rumah atau Bermain
Tahukah Anda bahwa sebenarnya anak mulai dari usia balita sudah bisa diajak untuk
terlibat dalam pekerjaan rumah.
Tidak harus yang berat, Anda bisa memulainya dengan meminta mereka membereskan
sendiri mainan yang sudah dimainkan. Atau ketika Anda ingin rileksasi, ajaklah anak
Anda untuk bermain musik atau menggambar. Kesempatan ini bisa dijadikan sarana
relaksasi.

Jika Anda Tengah Mengalami Masalah Kesehatan Mental, Coba Jelaskan Kepada Anak
Anda Dengan Bahasa yang Ringan
Banyak sekali ibu rumah tangga yang lupa bahwa anak bisa merasakan kegundahan
maupun gangguan emosional orang tuanya.
Anda bisa kok menjelaskan hal ini pada anak dengan cara yang sangat sederhana.
Contohnya adalah, “Ibu masih tidak enak kepalanya, beri Ibu waktu sampai jam 1 agar
setelah itu Ibu bisa senang lagi ya?”
Dengan begini anak bisa proaktif untuk mencari kegiatan lain. Anda juga bisa
menyiapkan buku atau busy book agar anak tidak bosan.

Jangan Lupa Mencari Bantuan Psikolog


Tentunya, Anda juga harus cek kesehatan mental dan konsultasi kepada psikolog
profesional dan berpengalaman.
Percayalah, hal ini merupakan hal yang sangat normal untuk dilalui karena psikolog
tidak akan menghakimi peran Anda.
Anda akan diajak untuk menemukan cara mengelola stres terbaik serta mengelola emosi
Anda.

6
BANYAK ANAK DARI SEGI EKONOMI
Harapan orang tua terhadap anak-anaknya, khususnya menjamin kehidupan yang lebih
baik di masa depan, diibaratkan sebagai investasi yang diharapkan memberi manfaat di
masa depan. Keputusan untuk berinvestasi dalam pendidikan anak-anak menjadi suatu
tindakan yang didasarkan pada penghargaan individu orang tua terhadap nilai anak-
anak.

Nilai yang keluarga berikan terhadap anak berkaitan dengan jumlah anak yang
diharapkan setiap keluarga tersebut. Hal ini memjadikan jumlah anak ideal bagi
setiap keluarga memiliki referensi yang berbeda sehingga saran pemerintah supaya
cukup memiliki anak dua sepertinya kembali pada pertimbangan setiap keluarga.
Pendidikan dianggap penting karena tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan
dan kualitas manusia. Biaya yang dibayar orang tua untuk sekolah dianggap sebagai
investasi yang memberikan manfaat pada anak. Investasi anak melalui jalan pendidikan
ini merupakan suatu investasi jangka panjang, yang mana orang tua tidak menikmati
penghasilan yang didapatkan demi membiayai pendidikan anak-anak.

Keniscayaan orang tua terhadap pentingnya pendidikan untuk masa depan anak
membuat orang tua memilih hidup dengan sederhana, menjual aset yang mereka punya
hingga berhutang ketika membiayai pendidikan anak-anaknya. Data temuan
lapangan juga menunjukkan bahwa para orang tua secara tidak disadari mengadopsi
prinsip investasi modal “high risk, high return”, semakin tinggi resiko, semakin tinggi
juga penghasilan, para orang tua bahkan berani mengambil resiko dalam membiayai
pendidikan anak hingga memiliki anak dengan jumlah yang relatif banyak
dengan mencari alternatif penghasilan lain untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
orang tua bisa menikmati hasil dari secara materieal setelah anak mereka tersebut
memiliki pendapatan dalam pekerjaannya. Pendapat senada oleh Astuti (2005) seseorang
bisa meningkatkan penghasilan dengan meningkatkan pendidikan sehingga setiap
tahun sekolah berarti level kemampuan kerja dan penghasilan seseorang dapat
meningkat.

7
Secara material, investasi dengan anak melalui jalan pendidikan merupakan investasi yang
sangat menjanjikan melebihi rerata pengembalian yang diberikan instrumen finansial yang
lain yang bahkan punya resiko yang tinggi selayaknya saham. Sehingga, berinvestasi
terhadap anak-anak melalui jalur pendidikan akan menjadi nilai tambah bagi anak yang
akan menuntun anak mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang baik.

Hal ini menjadikan rasa aman dan nyaman pada orang tua dari segi finansial di masa tua
karena anak-anak menjamin kehidupan orang tuanya di masa tua baik dari kebutuhan
primer, sekunder dan tentu tersier. Sayangnya semakin banyak anak tidak menjamin
pengembalian terhadap investasi yang dapat diperoleh oleh orang tua. Investasi
pendidikan anak pun memiliki risiko. Sehingga dapat dipastikan dihasilkan dari tingkat
pengembaliannya pun terdapat unsur ketidakpastian.

JARAK KELAHIRAN ANAK YANG BAIK


Jarak kelahiran yang memadai, memungkinkan ibu pulih sepenuhnya setelah melahirkan.
Ketika seorang ibu merasa nyaman, maka ia dapat mengembangkan pola asuh yang benar
dalam mengasuh dan membesarkan anaknya. Masa kandungan yang aman adalah 2-4
tahun. Jarak kurang baik antara dua kehamilan, yaitu < 2 dan > 4 tahun, tidak hanya
menambah usia ibu, tetapi juga menyebabkan persalinan berlangsung seperti pada
kandungan dan kelahiran pertama. Tujuan diadakan KB adalah meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak untuk melaksanakan Standar Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) yang menjadi landasan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera melalui
pengaturan fertilitas. Banyaknya anak berdampak signifikan terhadap kinerja NKKBS.
Salah satu aturan NKKBS yaitu jumlah anak yang dilahirkan sebanyak dua anak sudah
cukup, laki-laki atau perempuan sama saja. Jumlah anggota keluarga balita gizi buruk
terutama pada keluarga dengan 4 anak yaitu pada 44,7% anak dengan status gizi kurang dan
bahkan pada 28,9% anak dengan status gizi buruk. Memiliki banyak anak akan
menyebabkan terbaginya cinta orang tua terhadap anak anaknya, perhatian yang diterima
anak juga akan terbagi. Keadaan diperparah ketika keadaan ekonomi keluarga dinilai
buruk. Sumber daya yang kurang, termasuk makanan, harus dibagi rata di antara semua
anak.

Kaitan jarak kelahiran dengan status gizi anak didasarkan pada aspek usia sang ibu, aspek
budaya dan kurangnya tenaga kesehatan, serta jangkauan pelayanan kesehatan KB di
daerah terpencil. Usia ibu akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak, kehamilan
remaja tidak diinginkan, komplikasi kehamilan remaja lebih besar karena ketidakmatangan
alat reproduksi, mereka tidak siap secara emosional dan fisik, pendidikan sang ibu biasanya
rendah, faktor faktor tersebut dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah (BBLR) sejak
lahir. Keterkaitan antara banyak anak dengan status gizi disebabkan persaingan ruang dan
infrastruktur,

8
Jarak kelahiran yang memadai, memungkinkan ibu pulih sepenuhnya setelah melahirkan.
Ketika seorang ibu merasa nyaman, maka ia dapat mengembangkan pola asuh yang benar
dalam mengasuh dan membesarkan anaknya. Masa kandungan yang aman adalah 2-4
tahun. Jarak kurang baik antara dua kehamilan, yaitu < 2 dan > 4 tahun, tidak hanya
menambah usia ibu, tetapi juga menyebabkan persalinan berlangsung seperti pada
kandungan dan kelahiran pertama. Tujuan diadakan KB adalah meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak untuk melaksanakan Standar Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) yang menjadi landasan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera
melalui pengaturan fertilitas. Banyaknya anak berdampak signifikan terhadap kinerja
NKKBS. Salah satu aturan NKKBS yaitu jumlah anak yang dilahirkan sebanyak dua
anak sudah cukup, laki-laki atau perempuan sama saja. Jumlah anggota keluarga balita
gizi buruk terutama pada keluarga dengan 4 anak yaitu pada 44,7% anak dengan status
gizi kurang dan bahkan pada 28,9% anak dengan status gizi buruk. Memiliki banyak anak
akan menyebabkan terbaginya cinta orang tua terhadap anak anaknya, perhatian yang
diterima anak juga akan terbagi. Keadaan diperparah ketika keadaan ekonomi keluarga
dinilai buruk. Sumber daya yang kurang, termasuk makanan, harus dibagi rata di antara
semua anak.

Kaitan jarak kelahiran dengan status gizi anak didasarkan pada aspek usia sang ibu, aspek
budaya dan kurangnya tenaga kesehatan, serta jangkauan pelayanan kesehatan KB di
daerah terpencil. Usia ibu akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak,
kehamilan remaja tidak diinginkan, komplikasi kehamilan remaja lebih besar karena
ketidakmatangan alat reproduksi, mereka tidak siap secara emosional dan fisik,
pendidikan sang ibu biasanya rendah, faktor faktor tersebut dapat mengakibatkan berat
badan lahir rendah (BBLR) sejak lahir. Keterkaitan antara banyak anak dengan status gizi
disebabkan persaingan ruang dan infrastruktur, kesenjangan gizi, dan berkurangnya jam
pengasuhan anak. Meski ibu berusia 35 tahun sudah berpengalaman, namun kondisi tubuh
dan fungsi fisiologis mulai berkurang, sehingga ibu melahirkan bayi BBLR. Alasan
keterlambatan program KB antara lain kurangnya petugas lapangan KB, berkembangnya
budaya tradisional “banyak anak, banyak rezeki”, dan maraknya pernikahan di bawah
umur.

9
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi orang tua yang memiliki jarak kelahiran dekat
yaitu:
Kesehatan pasangan yang memadai.
Status kesehatan pasangan merupakan aspek dari kelahiran anak. Kondisi tubuh pria dan
wanita yang baik dapat meningkatkan kandungan dan kesuburan. Menjalani kehidupan
yang teratur dengan memenuhi kepentingan nutrisi harian dan nutrisi yang diperlukan
tubuh seperti: vitamin B, asupan karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, serta
dengan berolahraga secara rutin minimal seminggu satu kali. Waktu istirahat yang
memadai serta berpikir aktual terhadap keadaan dapat menambah tingkat kesehatan.
Selain itu, kesadaran akan pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan yang lengkap
dapat menaikkan kelangsungan hidup sebab pasien dapat segera berobat jika jatuh sakit.
Semakin tinggi kualitas hidup, semakin tinggi tingkat kelahiran pasangan suami istri dan
dengan demikian semakin tinggi kemungkinan memiliki anak.

Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya program KB.


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program yang didukung
pemerintahan untuk melindungi stabilitas pertumbuhan penduduk. Minimnya
pengetahuan tentang pentingnya melaksanakan program KB agar memiliki dua anak
dapat mendukung kelahiran. Seorang laki-laki dan seorang perempuan mempunyai anak
lebih dari dua karena kurangnya informasi tentang KB. Saat ini penggunaan smartphone
untuk mencari berbagai sumber informasi sudah marak dan paling luas. Selain
smartphone, awalnya ada televisi yang digunakan sebagai sumber informasi. Pada
umumnya pasangan yang tidak mau mencari informasi mengenai berbagai topik, termasuk
esensialnya program KB, lebih condong mengendur dan memiliki anak lebih dari dua.

Kepercayaan orang tua pada banyak anak, banyak harta


Kepercayaan memiliki anak lebih dari dua pada kekayaan besar masih berlabuh di
masyarakat kita. Kepercayaan ini tidak seutuhnya salah selama ditaruh pada posisi yang
benar. Apabila seorang pria dan seorang wanita hendak mempunyai anak lebih dari dua,
jarak kelahiran yang baik yaitu 2-4 tahun dan harus diamati supaya tidak memperburuk
kesehatan ibu dan anak. Agama juga menuntun untuk meyakini bahwa seorang anak
membawa nafkahnya tersendiri. Sekalipun mempunyai banyak anak, hal ini tidak
membuat keluarga rugi. Memastikan bahwa dukungan dinilai dan tidak diubah juga
merupakan faktor dalam mendukung banyak anak. Mereka tidak melihat anak sebagai
beban keluarga, tetapi sebagai sumber penghidupan dan keberkahan keluarga.

10
Terjadinya pernikahan dini.
Kelahiran selanjutnya didorong oleh pernikahan di bawah umur. Menurut BKKBN,
pernikahan di bawah umur adalah pernikahan yang dilangsungkan oleh pasangan yang
berusia di bawah 20 tahun untuk wanita dan di bawah 25 tahun untuk pria. Efek umum
dalam pernikahan di bawah umur adalah kehamilan sebelum pernikahan. Pergaulan bebas
anak muda menciptakan kesempatan kehamilan besar di luar nikah. Pubertas, identik
dengan masa remaja, memaksa anak muda untuk menyesuaikan pada setiap transformasi
keadaan tubuh dan psikologis mereka. Meningkatnya globalisasi dan kurangnya
bimbingan orang tua menjadi alasan pernikahan di bawah umur. Alasan pernikahan di
bawah umur lainnya adalah efek dari keuangan keluarga. Pernikahan anak di usia muda
dipandang sebagai cara dari masalah keuangan keluarga. Beberapa orang tua percaya
bahwa ketika seorang wanita menikah muda, beban keluarga berkurang karena dia
menjadi tanggung jawab suaminya.

Ibu menyusui anaknya dengan jarak yang lebih pendek (kurang dari 2 tahun).
Hal terpenting diharapkan seorang ibu setelah melahirkan yaitu dapat menyusui anaknya.
Tidak ada yang bisa menggantikan pengalaman ibu menyusui. Masa menyusui yang
dianjurkan adalah sampai tahun kedua kehidupan anak. Anak usia 0-2 tahun rawan
terhadap penyakit yang melukai imunitas tubuh, dan ASI dapat memperkuat imunitas
bayi. ASI atau air susu ibu merupakan nutrisi yang dibutuhkan bayi baru lahir. ASI
mengandung nutrisi yang tidak dapat dimutasikan oleh produk susu lainnya seperti
kolostrum. Kolostrum adalah zat yang pertama kali masuk ke ASI setelah ibu melahirkan.
Kolostrum umumnya berwarna kuning keemasan karena terdapat beta-karoten dan
mempunyai konsistensi yang lebih pekat dibandingkan ASI asli. Kolostrum juga kaya
akan vitamin A yang membantu mencegah infeksi dan risiko penyakit mata. Selain itu,
kolostrum dapat menahan penyakit kuning pada bayi baru lahir dan membantu
menaikkan kekebalan tubuh.

Orang tua wajib mempunyai anak laki-laki.


Anak laki-laki merupakan penerus keluarga. Perbedaan jenis kelamin atau jenis kelamin
anak merupakan acuan program kehamilan sebagian orang. Sebab orang tua
menginginkan generasi penerus. Opini bahwa anak laki-laki lebih mampu memegang tahta
atau mewarisi keluarga masih mendarah daging di masyarakat. Anak laki-laki yang secara
fisik lebih kuat dari anak perempuan diharapkan mampu melindungi keluarganya dalam
kondisi tertentu. Tidak seperti wanita yang secara fisik lebih lemah, mereka merasa tidak
bisa melindungi keluarganya seperti pria. Perbedaan lain yang membuat laki-laki lebih
baik dari perempuan adalah kemampuan berpikir bahwa laki-laki lebih rasional dalam
memecahkan masalah dan merasa lebih cerdas dalam tindakannya. Berbeda dengan wanita
yang mengutamakan perasaan atau emosi, sehingga tidak bisa objektif dalam menghadapi
suatu masalah. Namun, pada saat-saat tertentu juga perlu menggunakan emosi untuk
menyelesaikan masalah.

11
MANFAAT & KELEBIHAN MEMILIKI BANYAK
ANAK
1.Mengikuti Anjuran Allah
Allah memang menganjurkan untuk memiliki banyak anak terlepas dari bagaimana
kondisi keuangan yang dihadapi sebab bagi Allah hal itu merupakan jalan untuk
banyak berbuat amal kebaikan dan jalan untuk mencari rezeki yang lebih berkah di
jalanNya beserta doa pembuka rezeki dari segala penjuru.dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kamu (yaitu anak)[Al-Baqarah/2 : 187].

2. Memperbanyak Umat Muslim


Rasul bangga dengan laki laki yang menikah dengan perempuan yang subur hingga
bisa memiliki banyak anak dan menjadi anak anak tersebut umat islam yang sholeh
mengikuti ajaran islam beserta 5 rukun islam dalam ajaran islam “Nikahilah
perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai
anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya)
kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu) [Shahih Riwayat Abu Dawud].

3. Berkah Dunia Akherat


Rasul selalu mendoakan agar sahabatnya memiliki banyak anak sehingga bisa
memeprbanyak rezeki dan memperbanyak jalan kebaikan yakni dengan keutamaan
mengajarkan ilmu dalam islam dan pemahamanan agama yang kuat untuk anak
anaknya. Ya Allah ! Banyakanlah hartanya dan anaknya, dan panjangkanlah umurnya
dan ampunkanlah ia” [Derajad hadits ini Hasan]

4.Amal jariyah keutamaan mengajarkan ilmu dalam islam


“Dari Abu Hurairah, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda, “Setiap manusia dilahirkan ibunya atas dasar fitrah Maka apabila kedua
orang tuanya muslim, maka jadilah dia anak muslim..” [Riwayat Muslim dan lain-lain].
Tentunya anak akan menjadi sesuatu yang kekal amalnya jika mampu mengarahkan
kepada jalan kebaikan sehingga pahala terus mengalir hingga akherat sebab memiliki
amal jariyah .

5. Kebaikan Hingga Akherat


“Dari Abu Hurairah : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah
bersabda, “Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya kecuali
tiga perkara : 3. Anak shalih yang mendo,akannya” [Riwayat Muslim dan lain-lain].
kedudukan dalam islam hukum islam adalah Anak yang sholeh akan memberikan
kebaikan untuk orang tuanya yakni memberikan doa yang bisa melindungi orang
tuanya dari azab atau keburukan di akherat.
6. Jalan Rezeki
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am [6]: 151). Allah tidak
menyukai seseorang yang takut punya anak karena takut miskin dan takut tak bisa
menghidupi, hal itu sama saja dengan tidak percaya akan kekuasaan dan kekayaan
yang dimiliki oleh Allah.
7. Menambah Taqwa
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath
Thalaq [65]: 2-3). Bagi yang ingin memiliki banyak anak dengan niat ibadah karena
Allah dan memperbanyak jumlah umat muslm yang sholeh, maka baginya adalah
jalan menjadi orang yang lebih bertaqwa.

12
8. Motivasi Kesuksesan
Anak adalah karunia. Kehadiran mereka adalah nikmat. Anak dan keturunan memang
dapat melahirkan ragam kebaikan. Dalam kehidupan rumah tangga, anak-anak dan
keturunan ibarat tali pengikat yang dapat semakin menguatkan hubungan pasangan
suami istri. Dan dari sana lah kemudian akan tercipta keharmonisan dalam rumah
tangga; sakinah, mawaddah dan rahmah.
(Dari ceramah Syaikh Sa’ad As-Syitsry, Ahkam Al Maulud).
Memiliki anak banyak akan menjadi kedua orang tua lebih banyak bekerja sama
untuk memberikan kehidupan yang layak untuk anaknya, kedua orang tua menjadi
jauh lebih bersemangat dalam mencari rezeki yang berkah dan mendekatkan diri satu
sama lain untuk bersama sama memberikan kasih sayang dan segalanya yang terbaik.
9. Mendapat Syafaat
“Tidaklah seorang muslim yang ditinggal wafat oleh tiga orang anaknya yang belum
baligh kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena keutamaan rahmat-
Nya kepada mereka”. (HR. Bukhari, no. 1381). Bagi yang mempunyai anak banyak
namun ada takdir diambil oleh Allah tanpa penyebab yang dikarenakan orang tuanya
maka orang tuanya akan menjadi jalan untuk nantinya mendapat syafaat.
10. Mengikuti Takdir Allah
“Tidaklah seorang muslim ditinggal mati oleh tiga anaknya yang belum baligh,
melainkan ia akan dimasukkan ke dalam pintu surga yang mana saja yang ia mau.”
(HR. Ibnu Majah, no. 1604. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih). Orang tua akan mendapatkan surga sesuai yang dijanjikan Allah selama
mereka telah berusaha dan memberikan yang terbaik dalam merawat dan menghidupi
anak anaknya.
11. Menyebarkan Lebih Banyak Ilmu
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak
kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan/kebaikan) hidup bagimu.” (Qs. al-
Anfaal: 24). Tentunya memiliki banyak anak akan membuat seseorang menjadi lebih
banyak menyebarkan ilmu ada anak anaknya tersebut sehingga hal itu merupakan
jalan pahala karena mengajak umat muslim menuju surga dan jalan kebaikan Allah.
12. Kehidupan yang Baik
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di
akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. an-
Nahl: 97).
Orang tua yang mengerjakan amal sholeh dan mengajarkannya pada anak anaknya
serta berusaha sebaik mungkin untuk memberikan penghidupan yang terbaik untuk
anak anaknya atau memiliki tanggug jawab yang penuh maka akan mendapat
kehidupan yang baik yang diliputi dengan kasih sayang yang penuh dari Allah.

13
13. Sunnah Rasulullah
Dari Maqil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu anhu dia berkata: Seorang lelaki
pernah datang (menemui) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata:
Sesungguhnya aku mendapatkan seorang perempuan yang memiliki kecantikan dan
(berasal dari) keturunan yang terhormat akan tetapi dia tidak bisa punya anak
(mandul)apakah aku (boleh) menikahinya?
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Tidak (boleh) kemudian lelaki itu
datang (dan bertanya lagi) untuk kedua kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam kembali melarangnya, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi)
untuk ketiga kalinya maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur (banyak anak) karena
sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya jumlah kalian) dihadapan
umat-umat lain (pada hari kiamat nanti).” Bagi seorang perempuan yang masih
gadis. kesuburan ini diketahui dengan melihat keadaan keluarga (ibu dan saudara
perempuan) atau kerabatnya lihat kitab Aunul Mabuud 6/33-34). (HR Abu Dawud
(no. 2050).
Rasulullah menganjurkan untuk menikahi wanita yang subur yang mampu memiliki
banyak anak sehingga dalam kehidupan keturunan bisa diteruskan dan bisa menjadi
jalan untuk lebih banyak lagi berbuat kebaikan serta menyebarkan amal sholeh,
orang tua tersebut menjadi memiliki jalan yang seluas luasnya untuk mencari pahala
yang mulia di sisi Allah.
14. Derajat Tinggi di Surga
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: “Sungguh seorang manusia akan ditinggikan
derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: Bagaimana aku bisa mencapai semua
ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun
kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu. (Kitab al-Maudhuuaat
(2/281) al-Ilal mutanaahiyah (2/636) keduanya tulisan imam Ibnul Jauzi, dan
Silsilatul Ahaaditsidh Dhaiifah (no. 3580).
Anak yang sholeh yakni yang sering berdzikir tidak hanya bermanfaat untuk anak
tersebut saja namun juga memberikan kebaikan untuk kedua orang tuanya di
akherat sehingga kedua orang tuanya ikut merasakan kesenangan di akherat dan
jauh dari kegundahan hal itu jika selama hidup orang tua berbuat baik dan
mengajarkan kebaikan pada anaknya.
15. Pahala Mendidik dan Merawat
Syaikh Abdurrahman as-Sadi berkata: “Memelihara diri (dari api neraka) adalah
dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, serta bertobat dari semua perbuatan yang menyebabkan
kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka)
adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam),
serta memaksa mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba
tidak akan selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar)
melaksanakan perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-
orang yang dibawa kekuasaan dan tanggung jawabnya. (Taisiirul Kariimir Rahmaan
hal. 640). Mendidik dan merawat anak adalah hal yang mulia dimana hal itu akan
mendapatkan banyak pahala sehingga ia menjadi seseorang yang jauh dari api
neraka.

14
HUBUNGAN KELUARGA YANG PUNYA ANAK
BANYAK DENGAN PENDIDIKAN
KELUARGANYA
Keluarga adalah kelompok kecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Meskipun keluarga terkadang termasuk kakek-nenek, paman, bibi. Dan terdiri
dari unsur – unsur seperti kelahiran dan hasil perkawinan atau adopsi. Setiap
anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban Bersama, dan mereka memiliki
kewajiban utama terhadap anak – anak.

Pendidikan anak akan terwujud dengan baik ketika kondisi social ekonomi keluarga
termasuk dalam kategori sejahtera. Pendidikan merupakan salah satu hal yang
sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan anak sebagai generasi
penerus bangsa. Pendidikan anak merupakan tawaran kepada anak untuk masa
depan, maka dari itu orang tua memperhatikan pendidikan anaknya.
Pendidikan keluarga adalah orang tua yang melakukan segalanya dari pembiasaan
apa yang di lakukan dari orang tuga agar anak mengikuti apa yang orang tua
lakukan mendorong dan berimprovisasi Perkembangan pribadi anak.

Hubungan terbentuk antara anggota keluarga yang berinteraksi satu sama lain.
Keluarga sebagai lembaga sosial terkecil yang menjadi dasar dan investasi awal
untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan masyarakat yang lebih baik
pada umumnya. Karena internalisasi nilai dan norma sosial berhasil jauh lebih efektif
di dalam keluarga dibandingkan melalui lembaga lain di luar lembaga keluarga.
Peran aktif orang tua dalam perkembangan anak sangatlah penting, terutama bagi
anak di bawah usia lima tahun. Bentuk pendidikan yang pertama adalah keluarga.
Anak-anak menerima pendidikannya terlebih dahulu dari orang tuanya, karena
orang tua adalah pendidik yang paling penting dan pertama bagi anaknya.

Orang tua dan anak biasanya memiliki hubungan yang sangat erat, baik secara fisik
maupun mental. Jenis hubungan ini membuat anak merasa aman dan dicintai.
Melihat hubungan antara keluarga besar, keluarga dengan banyak anak dan mereka
dengan sedikit anak harus selalu memberikan pendidikan keluarga yang terbaik
untuk anaknya.

15
Bukan soal berapa banyak anak yang keluarga itu punya, tetapi tentang seberapa
efektif pendidikan keluarga tersebut bisa diajarkan secara efektif meskipun
mempunyai banyak anak. Sebagai upaya memberikan pendidikan keluarga yang
baik maka keluarga harus memberikan contoh yang baik pada anak, Mendukung
anak dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah, Membangun
kepercayaan pada anak, Menggunakan sistem reward and punishment, Mengajak
anggota keluarga lain untuk bekerja sama.
Jadi pendidikan keluarganya gagal menyebabkan karena adanya berbagai dampak
negatif bagi anak – anak, seperti Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial,
memasuki sekolah, anak sulit menerima pelajaran karena kurangnya perhatian orang
tua. Oleh karena itu, orang tua wajib menyelenggarakan pendidikan anaknya sedini
mungkin. Ketika Anak-anak mulai beradaptasi dengan dunia luar, tetapi anak-anak
tidak boleh gampang terjerumus pada Hal-hal negatif yang sering terjadi di
lingkungan sosialnya, karena masih banyak keluarga yang tidak terlalu
mempedulikan pendidikan anaknya, sehingga hanya sedikit orang tua lalai dalam
memberikan pendidikan dan informasi sedini mungkin kepada anaknya. Dalam hal
ini, banyak faktor yang menyebabkan orang tua melalaikan kewajibannya untuk
memberikan pendidikan dan informasi kepada anaknya.

16
KESIMPULAN
Anak merupakan generasi penerus yang membutuhkan kasih sayang dan bimbingan
yang optimal dari orang tuanya sejak usia dini. Lingkungan dan pendidikan yang
diberikan oleh orang tua berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lain. Hal
tersebut mungkin saja akan berpengaruh pada tingkat pendidikan yang dapat
diberikan orang tua pada anaknya. Pepatah banyak anak banyak rezeki apabila kita
tinjau timbul karena dilatarbelakangi oleh pola ekonomi di masyarakat Jawa. Seiring
berkembangnya zaman, pola ekonomi yang beredar di masyarakat juga ikut
berubah. Dalam pola ekonomi industrial dituntut untuk menempuh pendidikan
formal di sekolah dan perguruan tinggi terlebih dahulu. Perbedaan pola ekonomi
tersebut dapat berpengaruh dalam rencana jumlah anak yang ingin dimiliki sebuah
keluarga. Pada zaman sekarang, daripada menjadi rezeki, anak dianggap oleh
sebagian orang sebagai beban keluarga. Perubahan pada pola pikir dan perilaku
masyarakat juga menyebabkan kecenderungan untuk menunda dan bahkan
menghindari memiliki anak.
Harapan orang tua terhadap anak-anaknya, khususnya menjamin kehidupan
yang lebih baik di masa depan, diibaratkan sebagai investasi yang diharapkan
memberi manfaat di masa depan. Nilai yang keluarga berikan terhadap anak
berkaitan dengan jumlah anak yang diharapkan setiap keluarga tersebut.
Keniscayaan orang tua terhadap pentingnya pendidikan untuk masa depan anak
membuat orang tua memilih hidup dengan sederhana, menjual aset yang mereka
punya hingga berhutang ketika membiayai pendidikan anak-anaknya. Orang tua bisa
menikmati hasil dari secara materieal setelah anak mereka tersebut memiliki
pendapatan dalam pekerjaannya. Secara material, investasi dengan anak melalui
jalan pendidikan merupakan investasi yang sangat menjanjikan melebihi rerata
pengembalian yang diberikan instrumen finansial yang lain yang bahkan punya
resiko yang tinggi selayaknya saham. Sehingga, berinvestasi terhadap anak-anak
melalui jalur pendidikan akan menjadi nilai tambah bagi anak yang akan menuntun
anak mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang baik.
Ibu sebaiknya merencanakan mengenai kehamilan sehingga dapat mengurangi
resiko Kesehatan yang diakibatkan karena banyak anak. Meski sudah mengetahui
resiko Kesehatan terhadap banyak anak, dari beberapa pasangan mungkin tetap
ingin memiliki banyak anak. Sehingga untuk meminimalkan risiko Kesehatan.
Sebaiknya ibu dapat mengatur jarak anak yaitu idealnya, jarak antara setiap anak
adalah dua tahun. Kemudian, bukan hanya persiapan mengenai Kesehatan yang
harus tetap di jaga, namun persiapan mental ibu juga menjadi hal penting untuk
dipersiapkan untuk memiliki banyak anak, yaitu dengan cara mendiskusikan terlebih
dahulu dengan pasangan mengenai hal itu, untuk mendiskusikan mengenai
bagaimana asupan nutrisi yang baik untuk anak, dan finansial keluarga untuk
mendukung tumbuh kembangnya anak. Memiliki banyak anak memang hak dari
setiap pasangan, namun sebaiknya orang tua memikirkan Kembali risiko Kesehatan
yang ditimbulkan Ketika memiliki banyak anak. Ketika seorang ibu merasa
nyaman, maka ia dapat mengembangkan pola asuh yang benar dalam mengasuh dan
membesarkan anaknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, A., Adisasmita, A., & Mahkota, R. (2017). Pengaruh Jarak Kelahiran
terhadap Kematian Bayi di Indonesia, Filipina, dan Kamboja (Analisis Data Survei
Demografi Kesehatan). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(2).

Karundeng, L. R., Ismanto, A. Y., & Kundre, R. (2015). Hubungan jarak kelahiran
dan jumlah anak dengan status gizi balita di Puskesmas Kao Kecamatan Kao
Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Keperawatan, 3(1).

Nurjanah, N., & Septiani, T. D. (2013). Hubungan jarak kelahiran dan jumlah balita
dengan status gizi di RW 07 wilayah kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung. Jurnal
Keperawatan Anak, 1(2).

Ambarsari, N., & Setiyatna, H. (2022). Jarak Kelahiran Mempengaruhi Kecerdasan


Anak Usia Dini. 15-22.

Fitri, A., Adisasmita, A., & Mahkota, R. (2017). Pengaruh Jarak Kelahiran
terhadap Kematian Bayi di Indonesia, Filipina, dan Kamboja (Analisis Data Survei
Demografi Kesehatan). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(2).

Karundeng, L. R., Ismanto, A. Y., & Kundre, R. (2015). Hubungan jarak kelahiran
dan jumlah anak dengan status gizi balita di Puskesmas Kao Kecamatan Kao
Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Keperawatan, 3(1).

Nurjanah, N., & Septiani, T. D. (2013). Hubungan jarak kelahiran dan jumlah balita
dengan status gizi di RW 07 wilayah kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung. Jurnal
Keperawatan Anak, 1(2).

Astuti, A. W. (2012). Peran ibu rumah tangga dalam meningkatkan kesejahteraan


keluarga (suatu
kajian pemenuhan kebutuhan pendidikan anak pada 5 ibu pedagang jambu biji di
desa bejen
kecamatan bejen kabupaten temanggung). Journal of Nonformal Education and
Community Empowerment,1(2).

Bariyah, S. K. (2019). Peran tripusat pendidikan dalam membentuk kepribadian


anak. jurnal kependidikan, 7(2), 228-239.

Kobandaha, I. M. (2019). Keluarga sebagai Basis Pendidikan Karakter. Irfani ,


15(1), 81-92.

Lubis, Z. A. (2021). Pendidikan Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Anak. . PEMA


(JURNAL PENDIDIKAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT),
1(2), 92-106.

Syahraeni, A. (2015). Tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak.

Wahidin, W. (2020). Peran Orang Tua Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Pada
Anak

Anda mungkin juga menyukai