PARENTING
(DAMPAK POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
DISULAWESI TENGAH KOTA PALU)
NAMA KELOMPOK
ANGIL RISMA AGUSTUS MULIA B20121078
WIRNIYANTY B20121089
DELIA TRIASTUTI B20121068
SITI NURZAHRA B20121112
LILI RAHMAWATI B20121105
HELFRI SAURU B20121109
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN SOSIOLOGI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “parenting” kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan untuk kita yang berkenan bagaimana
menjadi orang tua yang sesungguhnya. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
selanjutnya anak itu tidak akan banyak mengalami persoalan dan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pola asuh orang tua terhadap anak zaman dahulu umumnya didasarkan pada
nilai-nilai tradisional dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Orang
tua biasanya memiliki peran yang otoritatif dan otoriter dalam mendidik anak-
anak mereka. Mereka sering kali menekankan ketaatan, disiplin, dan
penghormatan terhadap orang tua dan yang lebih tua. Pendidikan agama dan
nilai-nilai moral juga merupakan bagian penting dari pola asuh orang tua zaman
dahulu. Anak-anak diajarkan untuk menghormati agama dan menjalankan
ajaran moral yang diajarkan oleh agama tersebut. Selain itu, pola asuh orang tua
zaman dahulu sering kali melibatkan pengajaran keterampilan praktis, seperti
bekerja di ladang, mengurus ternak, atau tugas-tugas rumah tangga. Anak-anak
diajarkan untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab sejak usia dini.
Namun, setiap keluarga dan masyarakat memiliki pola asuh yang berbeda-beda
tergantung pada nilai dan norma yang mereka anut. Perkembangan zaman juga
mempengaruhi perubahan dalam pola asuh orang tua terhadap anak-anak.
Pada zaman dulu, pola asuh orang tua terhadap anak cenderung berbeda
dengan zaman sekarang. Terdapat beberapa pola asuh yang umum diterapkan
oleh orang tua pada masa itu, yaitu:
1. Pola Asuh Otoriter: Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya aturan
yang ketat dan tegas yang harus diikuti oleh anak. Orang tua yang
menerapkan pola asuh ini cenderung memiliki kendali penuh terhadap
anak dan menggunakan hukuman fisik sebagai tindakan disiplin.
2. Pola Asuh Demokratis: Pola asuh demokratis melibatkan partisipasi
anak dalam pengambilan keputusan. Orang tua yang menerapkan pola
asuh ini memberikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan
3
pendapat dan menghormati opini mereka. Anak juga diberikan
kebebasan dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan
perkembangan dan kemampuannya.
3. Pola Asuh Permisif: Pola asuh permisif ditandai dengan kurangnya
batasan dan pengawasan yang ketat terhadap anak. Orang tua yang
menerapkan pola asuh ini cenderung memberikan kebebasan yang
berlebihan kepada anak tanpa adanya konsekuensi yang jelas.
Penting untuk dicatat bahwa pola asuh orang tua dapat bervariasi tergantung
pada budaya, nilai, dan norma yang ada pada masyarakat pada masa itu. Penting
bagi orang tua untuk memahami bahwa perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh
pola asuh yang diterapkan. Oleh karena itu, penting untuk memilih pola asuh yang
seimbang dan memperhatikan kebutuhan serta perkembangan anak.
Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2021.
Sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ibu dan ayah. Pada
sisi lain, menurut data Susenas 2021, jumlah anak usia dini di Indonesia mencapai
30,83 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 2,67% atau sekitar 826.875 anak usia dini
tidak tinggal bersama ayah dan ibu kandung. Kemudian, 7,04% atau sekitar
2.170.702 anak usia dini hanya tinggal bersama ibu kandung.
Dari jumlah 30,83 juta anak usia dini yang ada di Indonesia, sekitar 2.999.577
orang kehilangan sosok ayah dan ibu atau tidak tinggal bersama orang tuanya. Tentu
ini jumlah yang banyak, belum lagi anak yang tidak mendapatkan perhatian, kasih
sayang, dan cinta orang tua, meskipun ayah ibu ada secara fisik. Ironis memang,
padahal peran ayah dan ibu sangat signifikan bagi anak.
Cara mengasuh anak di tahun 80an atau 90an dan zaman now sangat berbeda,
baik yang mengarah ke kebaikan maupun sebaliknya. Hal ini karena setiap generasi
orang tua mengembangkan gaya pengasuhan dengan ciri khasnya. Lantas apa
perbedaannya antara sekarang dan zaman dulu?
4
Berikut ini perbedaan pola asuh zaman dulu dan sekarang:
5
luar karena orang jahat atau hal yang membahayakan lainnya.
Sebaliknya, anak zaman sekarang lebih suka berdiam diri di rumah
sambil bermain media sosial.
5. Cara orang tua mendokumentasikan perkembangan anak
Orang tua zaman dulu memiliki album foto dan bahkan kotak sepatu
yang dipenuhi dengan foto-foto anak, dari lahir hingga dewasa.
Permukaan dinding rumah masa kecil juga dipenuhi foto-foto
keluarga berbingkai.
Berbeda dengan zaman now, hampir semua orang menggunakan
kamera digital dan smartphone untuk mengambil gambar anak dan
menyimpannya di gawai, laptop, flashdisk, atau di cloud. Namun,
jarang sekali mencetak foto, karena orang tua dan anak sudah
terbiasa melihat foto digital dari layar smartphone atau laptop.
6. Menulis surat dan memiliki sahabat pena
Orang tua atau guru di zaman dahulu mengajari bagaimana menulis
surat untuk kakek-nenek, teman-teman, dan memiliki sahabat pena.
Ketika menunggu balasan surat dan menerima surat dari petugas pos
adalah waktu yang sangat menggembirakan. Namun, sekarang hal
itu perlahan tergantikan dengan mengirim email dan lampiran
melalui jaringan internet. Inilah yang menjadi perbedaan pola asuh
zaman dulu dan sekarang.
7. Cara berbelanja
Tahun-tahun sebelumnya, orang tua akan membawa anak-anaknya
ke mal untuk berbelanja pakaian, untuk memilih hadiah ulang tahun,
atau untuk bertemu dengan teman atau kerabat di food court.
Namun, sekarang budaya mal telah memudar dan sebagian besar
digantikan dengan belanja rumah tangga secara online.
8. Orang tua mencari nasihat pengasuhan melalui gawai
Tips pengasuhan anak biasanya didapat dari nasihat orang tua
sendiri atau dari teman yang sudah berpengalaman. Namun, berbeda
dengan sekarang yang telah mengandalkan situs atau blog yang
6
menawarkan tips dan pola pengasuhan anak. Dengan begitu, orang
tua sekarang terbiasa mencari jawaban dengan cara ini.
9. Didikan orang tua zaman dulu lebih keras daripada sekarang
Salah satu poin kuat yang bertentangan dalam cara mengasuh anak
adalah cara mendisiplinkan anak-anak dengan keras. Orang tua
zaman dulu cukup kuat untuk menghukum anak-anaknya secara
fisik. Mereka dapat mencambuk anak-anaknya karena telah
melakukan kesalahan baik ringan maupun berat. Namun, sekarang
hal tersebut sudah jarang diterapkan karena dapat dianggap sebagai
kekerasan terhadap anak.
7
orangtua. Orangtua zaman dulu pun cenderung mendisiplin anak dengan
cara yang keras.
Pada zaman sekarang, orang tua milenial cenderung terkesan lebih
‘membebaskan’ anak dan memberi kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan pendapat mereka. Mereka juga mengandalkan
teknologi dalam mendidik anak.
Berikut adalah ciri-ciri orang tua milenial dalam mendidik anak:
1. Pakai Media Sosial
Media sosial bisa dikatakan sudah menjadi gaya hidup primer pada
masa kini, termasuk bagi orang tua milenial. Mengunggah foto sang
buah hati di media sosial, bahkan berkomunikasi dengan anak
melalui media sosial merupakan salah satu ciri Parenials yang tidak
gaptek dan suka berinteraksi menggunakan media sosial. Sekitar 81
persen orangtua milenial senang membagikan gambar anak-anak
mereka di media sosial, dibandingkan dengan 47 persen orang tua
baby boomer (lahir pada 1946-1964)
2. Just Googling It
Perkembangan internet yang semakin maju saat ini membuat
informasi semakin mudah untuk didapatkan. Hal ini membuat para
orangtua milenial “menggantungkan” informasi pada internet.
Kalau penasaran tentang masalah kesehatan anak, pendidikan anak,
bahkan fashion anak, tinggal cari saja di google. Bahkan kini sudah
ada komunitas yang berisi para ibu dan mereka akan dengan senang
hati berbagi informasi untuk kepentingan si kecil.
3. Percaya Diri dalam Mendidik
Mereka cenderung kritis dan mempelajari berbagai macam hal demi
memberikan yang terbaik bagi buah hati mereka. Misalnya, untuk
metode melahirkan, mereka akan mencari informasi dari berbagai
sumber untuk memilih metode yang terbaik.
Begitu pula dengan pendidikan, mereka akan mencari tahu dan
meminta referensi terbaik karena ingin anak mereka mendapatkan
8
pendidikan yang terbaik. Karena memiliki kemampuan untuk
mencari informasi ini, rasa percaya diri parenials pun tinggi. Namun,
hal itu kebanyakan ditunjukkan para ibu.
Menurut penelitian yang dilakukan Pew Research Center, sekitar 57
persen ibu di Amerika Serikat mengaku jika cara didik mereka
terbilang sangat baik. Sedangkan dari penelitian ini ditemukan
bahwa 43 persen ayah justru merasa bahwa belum menjadi ayah
yang baik.
4. Pertimbangan Finansial
Demi kesejahteraan anak, orang tua milenial pun sangat bijak dalam
hal finansial. Bukannya orangtua jaman dulu tidak bijak, hanya saja
orang tua masa kini memiliki cara yang lebih baik dalam mengatur
keuangan. Contohnya seperti berinvestasi, membagi keuangan
berdasarkan pos-pos, dan lain-lain. Ini karena kebutuhan finansial
dari tahun ke tahun makin naik dan berbeda dengan jaman dahulu.
5. Memprioritaskan Waktu untuk Keluarga
Orang tua milenial cederung menghabiskan lebih banyak waktu
dengan anak-anak mereka daripada orang tua pada generasi
sebelumnya. Padahal 46 persen orangtua zaman sekarang dua-
duanya bekerja, bila dibanding dengan orangtua pada tahun 1970
yang hanya 31 persen bekerja. Khususnya para ayah, mereka
menghabiskan waktu lebih banyak 59 menit sehari dengan anak-
anak mereka dibanding orangtua pada tahun 1960-an. Hal itu bisa
terwujud karena orang tua milenial memiliki komitmen terhadap
jadwal yang terstruktur untuk kegiatan anak-anak mereka. Dengan
begitu membuat orangtua bisa lebih sering menghabiskan waktu
bersama anak-anak mereka.
6. Lebih Menghargai Pola Asuh Positif
Cara didik anak yang menggunakan disiplin yang ketat dan
hukuman fisik juga sudah tidak diterapkan lagi pada zaman
sekarang. Orang tua milenial percaya bahwa mendidik anak dengan
9
cara yang positif lebih efektif daripada disiplin yang negatif. Namun,
cara didik tersebut bukannya tanpa kritik, karena orang tua zaman
sekarang dianggap lebih memanjakan anak karena mudah
memberikan penghargaan, bahkan sebelum anak mencapai hal-hal
hebat.
10
h. Perilaku: Pola asuh yang konsisten dan mendukung perilaku
yang baik dapat 8membentuk kepribadian anak.
i. Penyesuaian dengan Lingkungan: Anak yang dibesarkan dalam
pola asuh yang seimbang cenderung lebih baik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
j. Rasa Aman: Pola asuh yang penuh kasih dan mendukung
menciptakan rasa aman yang penting bagi perkembangan anak.
11
berdampak buruk pada anak, biasanya pola asuh seperti ini
menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,
gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian
lemah.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam
bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang tidak patuh, manja, kurang mandiri,
mau menang sendiri (egois), dan kurang percaya diri.
4. Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan
untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga
kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Pola asuh
penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif,
kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan
bermasalah dengan teman.
12
2. Pola Asuh Otoriter
Cenderung berdampak negatif kepada si anak karena terlalu banyak
tekanan yang diberikan dari orang tua. Tetapi tidak semua anak
dengan pola asu seperti ini berdampak sama, tergantung bagaimana
anak dan orang tua menyikapi pola asuh ini. Anak yang mendapat
pola asuh seperti ini biasanya akan memiliki sifat penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
3. Pola Asuh Permisif
Selain anak akan merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua,
anak juga akan memiliki sifat rendah diri, merasa tidak dibutuhkan,
nakal, kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri yang buruk,
tidak menghargai orang lain.
13
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak
Bekerja Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak.
Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah
berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena
keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan
terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Sehingga anak
kurang mendapatkan perhatian, kasih saying yang menyebabkan
anak bersifat manja. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan
mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan
sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat
mereka dirumah. Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar
rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah
lainnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi
kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang
dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena
itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over
protektif. Sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pola asuh adalah keseluruhan interaksi antar orang tua dengan anak,
dimana orang tua bermaksud untuk membimbing, menjaga anaknya agar
anak- anaknya berkembang secara sehat dan baik. Berdasarkan pembahasan
yang dilakukan dapat disimpulkan pola asuh yang diterapkan keluarga luas
terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua ada 4 macam pola asuh
sebagai berikut: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh
permisif, dan pola asuh situasional.
Dari macam-macam pola asuh yang diterapkan oleh keluarga luas
bahwa pola asuh permisif yang paling dominan digunakan untuk mendidik
anak, dimana pola asuh yang mana orang tua bersikap membiarkan setiap
tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak.
Pada saat kondisi yang berlebihan barulah orang memberikan hukuman.
Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif adalah orang tua yang
bersikap yang tidak mau peduli aktifitas yang dilakukan anak.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut: Sebagai bahan acuan untuk mahasiswa berikutnya untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perilaku anak yang
tinggal dengan keluarga luas
15
DAFTAR PUSTAKA
https://nu.or.id/syariah/fenomena-fatherless-dan-pentingnya-peran-ayah-dalam-
pertumbuhan-anak-MO1e5
16