Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

PENGUJIAN KONTROL KUALITAS EKSTRAK KENTAL

Disusun Oleh :
Nama : Lili Purwasih
NIM : 18.71.019327
Kelas : Farmasi A
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2020

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
2020
PRAKTIKUM II

1. TUJUAN
Mahsiswa mampu memahami control kualitas ekstrak kental dari simplisia tumbuhan.

2. PEMBAHASAN
1). Judul artikel : Standarisasi ekstrak etil kayu sanrego (Lunsia amara blanco)

HASIL PRAKTIKUM (+FOTO) TEORI PEMBAHASAN KESIMPULAN


obat tradisional pada penelitian ini, Ekstrak etil asetat kayu
dibuat dibuat digunakan sampel Sanrego (Lunasia amara
dalam bentuk kayu Sanrego (L. Blanco) telah memenuhi
ekstrak karena amara blaco). Pada persyaratan standarisasi yang

Hasil standarisasi ekstrak etil asetat tanaman obat proses ekstraksi meliputi parameter spesifik

kayu Sanrego. tidak lagi praktis dilakukan dengan dan non spesifik sebagai
jika digunakan metode refluks karena bahan baku obat.
dalam bentuk tekstur kayu yang
bahan utuh keras. Pelarut ekstraksi
(simplisia). digunakan pelarut n-
Ekstrak tersebut heksana dan etil asetat
bisa dalam bentuk secara berturut-turut.
ekstrak kering, Pelarut n-heksana
ekstrak kental dan digunakan pertama kali
ekstrak cair yang karena bersifat kurang
proses polar dibandingkan etil
pembuatannya asetat, sehingga
disesuaikan dengan ekstraksi n-
dengan bahan heksana terlebih
aktif yang dahulu akan menarik
dikandung serta komponen kimia yang
maksud bersifat kurang polar,
penggunaannya, seperti lipid, lili,,
apakah dibuat dll.1). Kadar senyawa
menjadi sediaan yang larut dalam air
dalam bentuk dan dalam etanol
kapsul, tablet, adalah masing-masing
cairan obat dalam, sebesar 23,95% ±
pil, dan lain-lain. 2,192 dan 67,05% ±
Ekstrak tersebut 3,61. Hal ini berarti
harus pula ekstrak lebih banyak
terstandarisasi terlarut didalam etanol
untuk menjamin daripada di dalam air.
mutu dan Kadar air dalam
keamanannya esktrak sebesar 5,33%
(Hariyati dkk, ± 0,407. Hasil ini telah
2005). sesuai dengan
Arnida dkk persyaratan dimana
(2008) telah kadar air untuk ekstrak
melaporkan kental adalah antara 5
aktivitas – 30%. 2). Diperoleh
arfodisiaka dari kadar abu dalam
ekstak etil asetat esktrak sebesar 0,65 ±
Kayu Sanrego. 0,199%, sedangkan
Selain itu, kayu kadar abu tidak larut
sanrego juga telah asam diperoleh sebesar
diteliti memiliki 0,58 ± 0,225%. Hal ini
aktivitas menunjukkan bahwa
farmakologis sisa unsur mineral dan
yang lain seperti anorganik dalam
antibakteri dan esktrak sebesar 0,65 ±
antikanker 0,199%, dan unsur
(Prescoot et al., tersebut tidak larut
2007) serta dalam asam sebesar
antitubercolosis 0,58 ± 0,225% (Helmi
(Aguinaldo et al., dkk, 2006).
2007; Mcabeo Hasil penelitian
and Aguinaldo, menunjukkan
2008). kandungan logam Pb
dalam ekstrak etil
asetat kayu sanrego
seebsar 10,59 ± 0,239
mg/kg. Hasil ini telah
memenuhi persyaratan
batas maksimum
cemaran logam timbal
pada rempah-rempah
sesuai SK Dirjen POM
No.03725/B/SK/VII/8
9 yang menyatakan
bahwa batas
maksimum cemaran
logam sebesar atau
sama dengan 10 mg.kg
(Helmi dkk, 2006,
Hardayani dkk, 2013).
2). Judul artikel : Penetapan parameter mutu ekstrak yang memiliki aktivitas
sebagai antioksidan dari daun cincau hijau (Cyclea barbata L.Miers)

HASIL PRAKTIKUM (+FOTO) TEORI PEMBAHASAN KESIMPULAN


Radikal bebas adalah Hasil penetapan kadar hasil penetapan kadar
molekul yang sangat senyawa terlarut pada falavonoid total dengan
reaktif karena ekstrak dalam air lebih menggunakan AlCl₃
memiliki electron besar dibandingkan menunjukkan bahwa
Hasil pemeriksaan organoleptic
yang tidak dengan kadar senyawa ekstrak etanol 96%
ekstrak.
berpasangan dlam terlarut dalam etanol, hal daun cincau hijau
orbit luarnya. Radikal ini menunjukkan bahwa memiliki kadar
bebas dapat bereaksi jumlah metabolit flavonoid total sebesar
dengam molekul yang sekunder dari ekstrak 8,30%.
Hasil penetapan kadar senyawa
terlarut dalam pelarut etanol dan merupakan komponen etanol daun cincau lebih
air. sel tubuh dengan cara banyak tersari dalam air
mengikat electron dibandingkan dengan

Hasil pemeriksaan susut molekul. Oleh karena jumlah metabolit


pengeringan dan kadar air dan hasil itu tubuh kita sekunder yang tersari di
pemeriksaan kadar abu total dan
kadar abu tidak larut asam. memerlukan suatu dalam etanol.
substansi penting Pemeriksaan mutu ekstrak
yakni antioksidan etanol 96%. Parameter
yang dapat membantu non spesifik (penetapan
Hasil pemeriksaan kadar logam Pb melindungi tubuh dari kadar flavonoid total
dan Cd dari ekstrak. serangan radikal ekstrak etanol 96%).
bebas (Reynetson, Digunakan kuersetin
K.A, 2007). sebagai baku pembanding
Antioksidan adalah dan diperoleh hasil
Hasil pemeriksaan cemaran
senyawa kimia yang panjang gelombang
mikroba.
dapat meyumbang maksimum pada 429,50
satu atau lebih nm. Dari hasil penetapan
electron kepada kadar flavonoid total
Hasil penetapan kadar flavonoid radikal bebas, ekstrak etanol yang
total.
sehingga radikal dilakukan dengan
bebas tersebut dapat menggunkan AlCl3,
diredam. Diharapkan diperoleh kadar total
dengam pemberian sebesar 8,30%.
Hasil uji aktivitas antioksidan. antioksidan dapat Hasil penetapan cemaran
mencegah terjadinya mikroba dalam ekstrak
kerusakan tubuh dan etanol daun cincau hijau
timbulnya penyakit memiliki nilai angka
degenerative. Kan lempeng total 2,2996 ×
tetapi tubuh manusia 10³ koloni/g, nilai ini
tidak memiliki berada dibawah batas
antioksidan dalam maksimum cemaran
jumlah berlebih, mikroba berdasarkan
sehingga jika terjadi monografi ekstrak
radikal berlebih maka tumbuhan obat Indonesia
tubuh memerlukan yaitu untuk angka
antioksidan dari luar lempeng total ≤ × 10⁴
tubuh (Syamsuhidat, koloni/g dan angka
1991). kapang khamir ≤ 1 × 10³
koloni/g, sehingga ekstrak
yang dihasilkan
memenuhi persyaratan.
Sehingga aktivitas
antioksidan pada ekstrak
air dan etanol 96% daun
cincau hijau disebabkan
karena adanya senyawa
metabolitsekunder, seperti
flavonoid. Yang memiliki
aktivitas antioksidan
tertinggi adalah ekstrak
kering etanol 96%. Tetapi
konsistensi ekstrak kering
tidak stabil pada
penyimpanan. Oleh
karena itu yang dilakukan
penetapan parameter
mutu ekstrak adalah
ekstrak kental etanol
96%.

3. POST TEST

a. Apa tujuan melakukan pengujian control kualitas ekstrak ?


Jawab : agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu,
aman, serta bermanfaat.

b. Sebutkan literature standar apa saja yang dapat digunakan untuk mencari tentang
kontrol kualitas mutu ekstrak ?
Jawab :

c. Buatlah cara kerja metode pengujian mutu dalam bentuk bagan ?


Jawab :

1. Ekstraksi tumbuhan obat


100 g simplisia direndam dalam 1000 ml etanol 70% selama 24
jam, kemudian disaring

Filtrate dipekatkan dengan vacuum rotary


evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

2. Penetapan susut pengeringan

Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang


telah dikeringkan pada suhu 105° C selama 30 menit.

Masukkan 1 g ekstrak kental dan timbang seksama dalam


wadah yang sudah ditara. Perlahan-lahan dengan
menggoyang ratakan zat uji sampai setinggi lebih kurang
5 nm.
Buka sambat dan membiarkan sumbat ini di dalam oven,
keringkai di dalam oven pada suhu 105° C selama 30 menit
atau hingga bobot tetap (Depkes 2014)

Penimbangan dinyatakan sudah mencapai bobot tetap apabila perbedaan dua kali
penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan atau dipijar selama 1 jam tidak
lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan tersebut tidak melebihi 0,5 mg pada
penimbangan dengan timbangan analitik.

3. Penetapan kadar air dengan metode gravimetric

Masukkan 10 g ekstrak dan timbang seksama dalam wadah yang telah


ditara dan keringkan pada suhu 105°C selama 5 jam, kemudian
ditimbang.

Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 2 jam sampai perbedaan


antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.
Penetapan kadar air dengan metode ini tidak cocok untuk
ekstrak yang memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi.

4. Penetapan kadar abu total

Ekstrak etanol ditimbang seksama sebanyak 2 g. kemudian dimasukkan


kedalam krus silikat yang telah ditara, dipijarkan didalam tanur dan suhu
dinaikkan secara bertahap hingga 600°C sampai bebas karbon.

Selanjutnyam didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang dan


kadar abu total dihitung terhadap berat badan bahan uji dan dinyatakan
dalam % b/b (Depkes RI, 2008).

5. Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 1 g ekstrak di maserasi dengan 25 ml air-kloroform selama 24


jam, saring dan filtrate air sebanyak 5 ml diuapkan dalam cawan dangkal
beralas datar yang telah dipanaskan pada 105°C dan tara.

Panaskan residu pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Hitung kadar sari dalam
persen(%).
6. Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 1 g ekstrak di maserasi dengan 25 ml etanol selama


24 jam, saring cepat dan filtrate air sebanyak 20 ml diuapkan
dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan pada
105°C dan tara.

Panaskan residu pada suhu 105°C hingga bobot tetap.


Hitung kadar sari dalam persen(%).

Anda mungkin juga menyukai