Anda di halaman 1dari 24

TESIS

STUDI PENERAPAN HYDROGEL NATRIUM ALGINAT DAN


EKSTRAK BELIMBING WULUH (AVERHOA BILIMBI L.) PADA
TEXTILE WOUND DRESSING
Samuel Martin Pradana
18510007

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020
PEMBAHASAN

1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

2 RUMUSAN PERMASALAHAN

3 METODE PENELITIAN

4 DISKUSI DAN PEMBAHASAN

5 KESIMPULAN DAN SARAN


LATAR BELAKANG
Latar belakang Penelitian
Kulit
Kulit merupakan lapisan Luka Textile Wound Dressing
luar yang menutupi Kulit tidak dapat teknik perawatan yang
tubuh manusia, yang melaksanakan fungsinya digunakan untuk membantu
dengan baik saat pelindung penyembuhan luka dengan
merupakan organ
ini rusak karena berbagai menghindari dan melindungi
terbesar dari seluruh
penyebab seperti ulkus,
sistem tubuh luka dari kontaminasi dan cedera
luka, trauma, atau
lebih lanjut.
neoplasma

Fungsi Kulit Konsep Moist Healing


mengatur keseimbangan air penyembuhan luka akan
serta elektrolit, pengaturan dipercepat apabila kondisi
suhu dan berfungsi sebagai luka dipertahankan
pelindung terhadap lingkungan kelembabannya.
luar.
Alginate
 Alginate merupakan biopolimer yang terbentuk secara
alami, yang diperoleh dari rumput laut coklat dan
merupakan polisakarida alam yang terdiri residu asam β -
d manuronat dan asam α – lguluronat. Alginate
tersedia di alam, biokompatibel, dan tidak beracun (Safitri
dkk., 2011).

 Sifat-sifat alginate sebagian besar tergantung pada


tingkat polimerisasi dan perbandingan komposisi
guluronan dan mannuronan dalam molekul .

 Alginate sangat stabil pada pH antara 5 - 10, tetapi pada


pH yang lebih tinggi viskositas sangat kecil akibat adanya
degradasi β -eliminatif.

 Viskositas yang tinggi merupakan salah satu sifat yang


sangat penting dari Alginate.
Hydrogel

 Salah satu sifat terpenting dalam pemanfaatan natrium Alginate, kalium Alginate maupun
magnesium Alginate adalah kemampuannya untuk membentuk gel. Pembentukan gel
tersebut dikenal sebagai Hydrogel

 Hydrogel merupakan struktur polimer yang dibentuk dengan adanya ikatan silang tiga
dimensi yang terdiri dari polimer hidrofilik dengan kadar air yang tinggi, dimana antara
satu monomer atau lebih dibentuk dengan adanya ikatan hidrogen yang sederhana atau
ikatan vanderwals yang kuat .
Belimbing wuluh (Averhoa Bilimbi L)

 Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)


merupakan tanaman yang digunakan sebagai
obat alami.

 Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk


mengurangi rasa sakit atau nyeri dan
pembunuh kuman serta dapat menurunkan
kadar gula darah.

 Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang


dapat dimanfaatkan sebagai obat dan
membantu dalam penyembuhan dan
perawatan pada luka.
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dapat diidentifikasi sebagai
berikut:

1. Bagaimana pengharuh penambahan ekstrak daun belimbing wuluh terhadap


sifat antibakterial pada textile wound dressing.

2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan teknik hydrogel pada textile wound


dressing terhadap sifat ketahanan kelembaban nya.
Metode Penelitian
Metode Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini meliputi
beberapa tahapan :

yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan


penelitian, tahap pengujian dan evaluasi
terhadap produk dan tahap diskusi dan
penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Ekstraksi Daun belimbing wuluh
Teknik Maserasi
• Teknik yang mudah dan murah, tidak memerlukan
suhu tinggi
• Dengan teknik ini akan memberikan efek pemecahan
dinding dan membrane sel sebagai akibat perbedaan
tekanan
• Metabolit sekunder yang terdapat dalam sitoplasma
akan larut dalam senyawa organik

Pemilihan Ethanol :
• Pelarut yang bersifat Polar memiliki
gugus fungsi hidroksil (R-OH)
• Diduga dapat menarik senyawa
antibakteri yang bersifat polar dan Teknik Maserasi
nonpolar mengacu pada hasil penelitian yang telah
• Senyawa antibakteri yang bersifat
dilakukan oleh Aning dan Bambang,
polar adalah Tanin, flavonoid, steroid
saponin dsb. (2016).
Bahan
• Senyawa antibakteri non polar
Daun belimbing wuluh yang telah
adalah Alkeloid
dihaluskan dan Ethanol 96%.
Ethanol 96% : Proses Ekstraksi
• Semakin tinggi konsentrasi pelarut,
50 g Serbuk + 1250 mL Ethanol 96% di
semakin besar kemampuan ethanol
maserasi selama 48 jam. Dipekatkan
dalam menarik senyawa metabolit
dengan metode Soklethasi selama 1,5 Jam
sekunder dalam daun belimbing wuluh
Andayani, Chismirina dan Kumalasari,
(2014)
Uji Kualitatif Ekstrak
Uji Flavonoid, Tanin, dan Steroid, Terpenoid, dan Kardiak Glikosida

Flavonoid Tanin Steroid Terpenoid Kardiak Glikosida


Apabila larutan ekstraksi Jika larutan sampel
Apabila perubahan warna
Your Text Here Jika larutan sampel Apabila terbuntuk cincin
mengalami perubahan mengalami perubahan
menunjukkan warna mengalami perubahan warna coklat kemerahan pada
warna menjadi warna warna menjadi warna
You can simply kehijauan maka
kuning kemerahan
kuning
hijau, maka dapat
menjadi warna menjadi coklat sampel menunjukkan
larutan ekstrak positif kemerahan menunjukkan adanya kandungan kardiak
impress your
menunjukkan adanya
mengandung senyawa dikatakan dalam ekstrak
adanya kandungan senyawa glikosida pada ekstrak.
kandungan flavonoid daun belimbing wuluh
audience and add tanin.
dalam ekstrak tersebut
terpenoid.
terdapat senyawa steroid
a unique zing.
Hasil Uji Kualitatif

Dari uji Kualitatif ini didapatkan :

1. Adanya perubahan warna yang terjadi pada setiap pengujian sebagai akibat dari
adanya system konjugasi pada gugus aromatik. Sistem konjugasi ini akan membentuk
delokalisasi electron di sepanjang orbital p satu dengan lainnya yang menyebabkan
molekul memiliki warna.

2. System konjugasi memiliki sifat - sifat khas yang menyebabkan molekul tersebut
memiliki warna. Tergantung pada setiap jenis metabolit sekundernya.

3. Mekanisme antibakteri pada setiap jenis metabolit sekunder terjadi dengan adanya
ikatan antara senyawa metabolit dengan protein pada bakteri melalui ikatan hydrogen
sehingga struktur protein pada bakteri menjadi rusak .
Hydrogel alginat

CaCl2 1%

2% 3% 5% 7% 10%

CaCl2 3%

CaCl2 5%
Hasil Pengujian Swelling Ratio

Hidrogel Alginat dengan Konsentrasi ikat silang CaCl 2 Hidrogel Alginat dengan Konsentrasi ikat silang CaCl 2
3% 5%
Hasil Sifat Antibakteri
Konsentrasi inokulum (CFU/ml) 1,26 x 105 1,52 x 105
Perbedaan Ekstrim tiga kain kontrol 0 Jam 20 Jam 0 Jam 20 Jam
(lg) - - - -
Nilai Pertumbuhan F (F = lgCt – lgC0) +1,38 +2,25
Nilai Pertumbuhan G (G = lgTt – lgT0) +1,21 +1,77
Nilai Aktivitas Antibakteri (A = F – G) 0,17 0,48
Metode Pengukuran Metode Penghitungan Pelat
Jenis Bahan Nonwoven spunbond
Model Sterilisasi Autoclave
Waktu Inkubasi 20 jam

kosentrasi perlakuan (90 :10) (v/v) Nama Bakteri Uji Escherichia coli Staphylococcus aureus
Konsentrasi inokulum (CFU/ml) 1,26 x 105 1,52 x 105
Perbedaan Ekstrim tiga kain kontrol 0 Jam 20 Jam 0 Jam 20 Jam
(lg) - - - -
Nilai Pertumbuhan F (F = lgCt – lgC0) +1,38 +2,25
Nilai Pertumbuhan G (G = lgTt – lgT0) +1,18 +1,85
Nilai Aktivitas Antibakteri (A = F – G) 0,20 0,40
Metode Pengukuran Metode Penghitungan Pelat
Jenis Bahan Nonwoven spunbond
Model Sterilisasi Autoclave
Waktu Inkubasi 20 jam

kosentrasi perlakuan (85 :15) (v/v)


Hasil Sifat Antibakteri
Nama Bakteri Uji Escherichia coli Staphylococcus aureus
Konsentrasi inokulum (CFU/ml) 1,26 x 105 1,52 x 105
Perbedaan Ekstrim tiga kain kontrol 0 Jam 20 Jam 0 Jam 20 Jam
(lg) - - - -
Nilai Pertumbuhan F (F = lgCt – lgC0) +1,38 +2,25
Nilai Pertumbuhan G (G = lgTt – lgT0) +1,19 +1,82
Nilai Aktivitas Antibakteri (A = F – G) 0,19 0,43
Metode Pengukuran Metode Penghitungan Pelat
Jenis Bahan Nonwoven spunbond
Model Sterilisasi Autoclave
Waktu Inkubasi 20 jam

kosentrasi perlakuan (80 :20) (v/v) Nama Bakteri Uji Escherichia coli Staphylococcus aureus
Konsentrasi inokulum (CFU/ml) 1,26 x 105 1,52 x 105
Perbedaan Ekstrim tiga kain kontrol (lg) 0 Jam 20 Jam 0 Jam 20 Jam
- - - -
Nilai Pertumbuhan F (F = lgCt – lgC0) +1,38 +2,25
Nilai Pertumbuhan G (G = lgTt – lgT0) +1,22 +1,60
Nilai Aktivitas Antibakteri (A = F – G) 0,16 0,65
Metode Pengukuran Metode Penghitungan Pelat
Jenis Bahan Nonwoven spunbond
Model Sterilisasi Autoclave
Waktu Inkubasi 20 jam
kosentrasi perlakuan (75 :25) (v/v)
Hasil Uji Sweating Guarded Hot Plate

Ketebalan Nilai ketahanan uap air (Ret), m²kPa/W


1. nilai rata rata Ret pada kain blanko
No Coating Hidrogel Ret Standard menunjukkan nilai Ret yang lebih besar
Ret Total Ret Hidrogel Rata - Rata
(mm) Bare plate deviasi, s dibandingkan dengan nilai Ret pada
1 Blanko 7,9611 10,0539 2,0928 sampel sebagai efek pendinginan dari
9,8096 1,8485 1,9245 0,1460 hydrogel
9,7932 1,8321
2 1,026 ± 0,01 5,8966 7,3339 1,4373 2. semakin besarnya nilai ketebalan
7,2680 1,3714 1,3782 0,0560 suatu hydrogel semakin besar pula
7,2225 1,3259 nilai ketahanan uap air nya, dan
3 3,01 ± 0,01 5,9087 7,6708 1,7621 semakin besarnya nilai ketahanan
7,5034 1,5947 1,6128 0,1411 uap airnya menunjukkan semakin
7,3904 1,4817 lembabnya kondisi dari hydrogel
4 5,022 ± 0,01 5,8966 7,6466 1,7500 tersebut, dan dengan semakin
7,5728 1,6762 1,6859 0,0599 lembabnya kondisi yang dapat
diberikan pada daerah luka akan
7,5280 1,6314
memberikan sifat penyembuhan luka
yang semakin cepat juga.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan

1. Dalam sintesa hydrogel natrium alginate sebagai wound dressing konsentrasi


penambahan kalsium klorida sangat berpengaruh terhadap pembentukan hydrogel
sehingga sangat penting untuk diperhatikan, sedangkan penambahan konsentrasi
natrium alginate dalam textile wound dressing akan berpengaruh terhadap daya
penyerapannya.

2. Kandungan senyawa bioaktif pada ekstrak belimbing wuluh telah didapatkan positif
melalui pengujian kualitatif , dimana kandungan senyawa tersebut berupa flavonoid,
tanin, steroid, terpenoid dan kardiak glikosida.

3. Hidrogel merupakan metoda yang dapat digunakan dalam pembentukan textile wound
dressing. Selain memberikan efek pendinginan terhadap kulit manusia, hydrogel
dapat memberikan sifat ketahanan uap air yang baik , dengan mengatur ketebalan
coating pada wound dressing.
Saran

1. Untuk mendapatkan nilai antibacterial yang baik, sebaiknya dilakukan pengujian ulang
terhadap sifat antibacterial nya, dengan pengerjaan yang tepat yaitu pengujian
dilakukan dengan menggunakan gel yang melekat pada textile wound dressing nya.

2. Untuk mendapatkan textile wound dressing dengan standar medis yang baik
sebaiknya dilakukan pengujian sterilisasi sehingga hydrogel dapat berkompatibility
dengan baik terhadap kulit manusia

3. Untuk menjaga kestabilan kandungan senyawa bioaktif pada ekstrak belimbing wuluh
sebaiknya digunakan evaporator dalam proses ekstraksinya. Sehingga kandungan
senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, steroid dan lainnya tidak teroksidasi dan
dapat memberikan sifat antibacterial secara maksimal.

4. Untuk membuktikan kemampuan hydrogel natrium alginate dan ekstrak dan belimbing
wuluh dalam mempercepat penyembuhan. Penelitian dapat diginakan secara in vivo
dengan melihat pengaruhnya terhadap mahluk hidup dalam hali ini baik tikus ataupun
kelinci.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai