KELOMPOK 1
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daun lengkeng, etanol 96%, air Metode
suling, karbomer, NaOH, Butylated Penelitian ini menggunakan metode
Hydroxytoluene (BHT), asetil alkohol, penelitian yang bersifat eksperimental
oleum rosae, asam stearat, propil dengan rancangan post design
paraben, metil paraben, pewangi/oleum experimental. Experimental Research
citri. merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari kejadian dalam
Aat-Alat kerangka korelasi sebab akibat dengan
Alat Alat-alat yang digunakan adalah memberikan perlakuan pada subjek
sebagai berikut: seperangkat alat penelitian yang kemudian dilakukan uji
maserasi, rotary evaporator (Ika® werke secara empirik
HB4 basic, China), neraca analitik
(Shimadzu AUY2200, Japan), pH meter
digital (744 pH meter Metrohm, Swiss).
Prosedur pembuatan lotion dari ekstrak
Daun lengkeng Pembuatan ekstrak daun lengkeng
Daun lengkeng ditimbang sebanyak 200 g
Pembuatan ekstrak daun lengkeng
Pembuatan simplisia daun lengkeng dimasukkan kedalam botol, kemudian ditambahkan
Daun lengkeng (Dimocarpus longan) ditimbang etanol 96%, lalu dimaserasi selama 5 hari sambil
sebanyak 2 Kg, sekali-kali dilakukan pengadukan/pengocokan.
dicuci bersih dengan air mengalir, lalu dikeringkan Kemudian filtrat yang dihasilkan diendapkan selama
dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruang satu hari, kemudian disaring dengan menggunakan
dan terhindar dari sinar matahari langsung. kapas dan kertas saring, filtrat dipisahkan dari
Simplisia kering yang diperoleh digiling dengan pelarutnya pada suhu 70oC dengan menggunakan
blender sehingga menjadi serbuk sebanyak 200 g vacuum rotary evaporator, sehingga diperoleh
ekstrak kental daun lengkeng.
1
Pembuatan lotion
Uji akseptabilitas
TERIMAKASIH
Formulasi tablet kombinasi
ekstrak daun salam dan herba
seledri dengan perbedaan jenis
pengikat
Dosen Pengampu
• Daun salam dan herbal seledri dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir
• lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada sinar matahari dan diayak
dengan menggunakan pengayak mesh 40 (daun salam) dan mesh 30
(herba seledri).
• Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode infusa atau infus.
• Serbuk simplisia daun salam ditimbang sebanyak 1 kg dan dimasukkan ke
dalam panci dengan akuadest 4 L (Rahmahuda, 2016).
• Serbuk simplisia herba seledri ditimbang sebanyak 1 kg dimasukkan ke
dalam panci dengan akuadest 10 L (Suwarso dan Anggraeni, 2014).
• Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dan dikeringkan dengan Vacuum
dryer yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor, sehingga diperoleh
masing-masing ekstrak kering daun salam dan ekstrak kering herba seledri.
• Ekstrak yang dihasilkan di periksa kadar air (Sudarmadji, 1984), kadar abu
dan rendemen (DepKes RI, 2000) dan fitokimia ekstrak seperti alkaloida,
flavonoid, saponin, tanin (Hanani, 2015)
Formulasi Tablet Kombinasi Ekstrak Daun Salam
dan Herba Seledri
1. Siapkan semua bahan seperti 2. Membuat larutan pengikat 3. Setelah larutan pengikat
serbuk ekstrak kering daun salam, dengan pelarut akuadest setiap dibuat, semua bahan
ekstrak kering herba seledri, PVP K-30, pengikat. dicampurkan seperti ekstrak
Na-CMC, Gelatin, Ac-DiSol, Avicel PH kering daun salam, ekstrak kering
102, Talcum, dan Mg Stearat yang seledri, Ac-Di-Sol dan Avicel PH
ditimbang sesuai dengan jumlah 5. Setelah terbentuk serbuk 102 diaduk-aduk.
dalam formula. granul basah lalu diayak
dengan pengayak mesh 8 ,
lalu dikeringkan kedalam 6. Setelah proses pengeringan,
4. Serbuk dibasahi dengan oven dengan suhu 50 granul diayak kembali dengan
akuadest sedikit demi sedikit untuk derajat C sampai terbentuk pengayak ukuran mesh 12.
membantu terbentuknya granul. granul kering.
1 2 3
Kemudian tentukan
Timbang masing- kadarnya,Ekstrsk Ambil masing-masing ekstrak
masing ekstrak daun dilarutkan dengan daun salam dan herba seledri
salam dan daun seledri metanol sampai 10 ml dan sebanyak 10 ml,lalu masukkan
sebanyak 50 mg dikocok selama 10 menit kedalam labu ukur 50 ml
sampai ekstrak larut
4 5 Larutan
6 7
Larutan kocok homogen lalu Pengukuran Absorban yang dihasilkan
ditambahkan 1 ml dibiarkan selama serapan dilakukan dimasukkan kedalam
ACL3 10%,1 ML Na waktu optimum, lalu duplo yaitu persamaan regresi dari
asetat 1 M,dan serapan diukur Adanya labu 1 dan kurva standar kuersetin,
aquades sampai pada panjang labu 2. kemudian dihitung kadar
tanda batas gelombang maksimal flavonoid
430 nm.
Penentuan Kadar Flavonoid Tablet
Kadar flavonoid pada tablet dilakukan
tahapan yang sama seperti kadar
flavonoid total pada ekstrak
kering daun salam dan ekstrak kering
seledri.
Uji Stabilita
Uji stabilita dilakukan dalam
botol plastik. Evaluasi dilakukan pada suhu kamar (25-30
derajat C) dengan waktu selama 2 bulan dan setiap 2
minggu sekali dilakukan pengamatan seperti
organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
kekerasan.
Karakteristik Serbuk Simplisia
dan Ekstrak Kering Daun Salam
Hasil pengujian efektifitas antiseptik terhadap mikroba cukup memperllihatkan hasil pada
beberapa konsentrasi zat aktif. Jika dibandingkan dengan sediaan gel berbahan aktif alkohol dan
triklosan, terlihat kekuatanantiseptik sediaan terhadap jamur pada konsentrasi 25% terlihat sama
baik. Hal ini menandakan kandungan senyawa aktif pada daun sirih merah sangat efektif
menghambat aktifitas pertumbuhan jamur.
Daya Hambat Sediaan Gel
Berdasarkan hasil skrining diatas diketahui 5 jenis mikroba saja yang mampu di hambat
pertumbuhannya oleh formulasi gel antiseptik ini, dan setelah dilanjutkan dengan pengujian daya
hambat ternyata hanya 3 jenis mikroba yang mampu dihambat pertumbuhannya. Berdasarkan
analisis statistik, diperoleh hasil daya hambat formula gel antiseptic dibandingkan dengan control.
Jerawat merupakan salah satu permasalahan kulit wajah yang membuat masyarakat
menjadi gelisah dan tidak percaya diri. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk
mengatasinya. Salah satu cara tersebut adalah dengan menggunakan produk kosmetik
untuk menghilangkan jerawat. Umumnya, produkkosmetik yang digunakan oleh
masyarakat tergolong di dalam produk kosmetik sintetik, seperti sabun pembersih wajah
yang dapat menimbulkan efek merusak kulit karena mengandung bahan stimulan di
dalamnya. Salah satu alternati penggunaan sabun wajah tanpa merusak kulit adalah,
dengan menggunakan produk berbahan herbal (alami), seperti tanaman jambu biji
(Psidium guajava L.)
KLASIFIKASI JAMBU BIJI (Psidium guajava)
Klasifikasi tumbuhan jambu biji atau nama
ilmiahnya yakni Psidium guajava yakni sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Morfologi Daun Jambu Biji.
(Psidium guajava).
Minyak atsiri terdiri dari limonene, kariofilen, seskuiterpenalkohol. Senyawa fenolik (kuersetin,
Avicularin (3-O-Larabopirasanosida) dan guajaverin dengan khasiat antibakteri, leukosidin,
asam elagat, amritosid, zat samak pirogol (13,5%) (Gunawan, et al., 2001).
Selain itu, daun jambu biji mengandung flavonoid, yaitu kuersetin, morin-3-O-α-L
arabinopyranoside, luteolin-7-O-α-L arabinopyranoside, glucoside dan apigenin- 7-O-
glucoside, kaemferol, luteolin-7-Oapigenin-7-O-glucoside.
Ekstrak daun jambu biji memiliki kandungan beberapa metabolit sekunder, seperti senyawa
golongan tanin, triterpenoid, glikosida, dan flavonoid, yangmemiliki aktivitas antijerawat
(Budiati dkk., 2017).
Salah satu cara pembuatan ekstrak daun jambu biji adalah, dengan
menggunakan metode ekstraksi jenis maserasi. Maserasi adalah salah satu jenis
ekstraksi padat-cair yang dilakukan dengan cara perendaman komponen yang
akan diekstraksi (sampel) pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang
sesuai dengan Sampel.
Emulgel merupakan sediaan, baik berupa emulsi tipe air dalam minyak maupun minyak
dalam air, yang dicampur dengan gelling agent. Penggabungan emulsi dengan gel
tersebut dimaksutkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dan menghasilkan system
pelepasan ganda zat aktifyang terkendali (Purushottam, 2013). Emulgel memiliki
beberapa keuntungan, yaitu tidak lengket, dapat menghantarkan senyawa bioaktif ke
kulit dengan baik, dan mudah dibersihkan dengan air. Oleh karena itu, pada penelitian
ini dilakukan formulasi emulgel yang mengandung ekstrak daun jambu biji sebagai
antiacne cleanser
PROSEDUR PEMBUATAN EKSTRAK DAN
PEMBUATAN SEDIAAN SEMIGELNYA
1) Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji
Daun jambu biji dipilah dan dibersihkan dengan airmengalir sebanyak 2 kali. Daun yang telah
dibersihkan tersebut dikeringkan tanpa paparansinar matahari langsung sampai kering.
Selanjutnya, daun kering tersebut dihaluskan menjadi serbuk. Tahapan selanjutnya adalah
dilakukan proses maserasi yaitu 200 gram serbuk daun jambu biji dilarutkan ke dalam etanol
sebanyak 1500 mL dan didiamkan selama 7 hariserta dilakukan pengadukan setiap harinya.
Setelah itu, cairan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring dan diambil filtratnya
(ekstrak cair). Ekstrak yang diperoleh, dipekatkan dengan
2) Pembuatan Sediaan Emulgel
Sodium Lauryl Ether Sulphate (SLES), metil paraben propil paraben dan propilen glikol
dicampur di dalam mortir, kemudian ditambahkan oleum olivarum (campuran 1). Carbomer
dikembangkan di dalam air panas pada suhu 60-80 oC dan ditambahkan TEA serta diaduk
secara cepat hingga homogen (campuran 2). Campuran 1 dimasukkan ke dalam campuran 2,
lalu diaduk secara cepat sampai homogen selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan ekstrak
jambu biji dan diaduk sampai homogen
Komposisi Formula Emulator dari ekstrak etanol daun
jambu biji
Uji Tipe Emulsi Uji ini meliputi uji pereaksi warna dan pengenceran. Uji
pereaksi warna pada sediaan dilakukan dengan penambahan indikator metil
merah dan indikator metilen biru, selanjutnya diamati dengan menggunakan
mikroskop. Uji pengenceran dilakukan atas dasar kenyataan bahwa suatu
emulsi M/A dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M dapat diencerkan
dengan minyak. Minyak yang ditambahkan ke dalam emulsi M/A, tidak akan
bercampur ke dalam emulsi tersebut dan akan nampak pemisahannya secara
nyata. Tes ini perlu dibuktikan dengan pengamatan sampel emulsi secara
mikroskopi setelah dilakukan penambahan air atau minyak ke dalam sampel
emulsi tersebut (Wijaya dkk., 2013).
Uji organoleptis menunjukkan bahwa emulgel yang dihasilkan berwarna coklat tua,
berbentuk agak kental, berbau karamel, dan tidak ada pemisahan fase. Nilai pH
emulgel yang diperoleh dari hasil uji telah sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-6,5
(Wijaya dkk., 2013).
Hasil uji tipe emulsi dengan metode pewarnaan yang menggunakan metilen biru,
menunjukkan bahwa sediaan emulgel merupakan bentuk emulsi tipe minyak dalam
air. Hasil uji dikonfirmasi dengan metode pengenceran, yang mana sediaan emulgel
dapat tercampur atau tersebar merata dengan penambahan air.
Kekentalan sediaan emulgel ditunjukkan oleh nilai viskositas, yaitu sebesar 22.330±
2951,322 cps. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan emulgel yang dihasilkan ini masih
memenuhi standar viskositas untuk emulgel, yaitu 6.000- 50.000 cps (Hidayanti dkk.,
2015)
Terimakasih 😊
PEMBUATAN GEL
HANDSANITIZER
h
Skrining
Fitokimia
Skiring fitokimia dilakukan untuk mengetahui
golongan senyawa kimia yang terkandung dalam kulit
buah salak segar dan sari kulit buah salak, meliputi
golongan alkaloida,flavonoida, glikosida, saponin,tanin,
dan steroida/triterpenoid.
METODE PENELITIAN
Pengujian Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan secara visual langsung terhadap sediaan gel
yang baru dibuat, dan dinilai melalui uji kesukaan panelis meliputi warna dan bau,
bentuk, mudah dioleskan, dengan skala penelitian 1 (sangat baik suka =STS), 2
(tidak suka = TS), 3 (kurang suka = KS), 4 (suka = S), dan 5 (sangat suka =SS).
Pengujian dilakukan menggunakan 20 orang sukarelawan (penelis) dengan cara
meminta setiap panelis mengamatinya. Kemudianpanelis memilih formula yang
disukainya dan
diisi lembar kuisioner yang telah disediakan. Selanjutnya data yang diperoleh dari
jawaban panelis, dihitung tingkat kesukaan (hedonic) terhadap masing-masing
formula
METODE PENELITIAN
Pembuatan Gel Hand Sanitizer
Cara pembuatan sediaan handsanitizer dimulai dari menimmbang kulit buah salak
segar sesuai dengan bobot masing-masing, kemudian dihaluskan di dalam lumpang
ditambahkan sedikit demi sedikit akuades, (akuades diambil dari ad 100
ml) disaring dengan kain kasa, kumpulan sari kulit buah salak ditampung ke dalam
beaker glass.
Handsanitizer dibuat dengan menggunakan bahan dasar HPMC, ke dalam lumpang
porselin dimasukkan 20 ml akuades panas, pembuatan gel dilanjutkan dengan
menaburkan HPMC di atas akuades panas kemudian ditunggu 15-30 menit sampai
HPMC mengembang (massa I). Nipagin dilarutkan ke dalam propilenglikol (massa II)
kemudian massa II dicampurkan ke massa I, kemudian gerus hingga homogen, diambil
beaker glass yang telah dikalibrasi, ditambah sari air kulit buah salak yang telah
dipersiapkan sesuai dengan bobot masing-masing dihomogenkan, ditambahkan sisa
akuades sedikit demi sedikit sampai 100 ml dan diaduk hingga homogen, maka
diperoleh sediaan gel cair handsanitizer.
METODE PENELITIAN
Pengujian homogenitas
Pengujian ini dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan di atas sekeping kaca, dengan cara
digoreskan dengan sekeping kaca lainnya, kemudiaan diamati sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogenyaitu tidak terlihat adanya butiran kasar
METODE PENELITIAN
Pengujian pH sediaan
Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi
dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,
01) hingga posisi jarum menunjukkan harga pH tersebut diatas. Kemudiaan elektroda di cuci
dengan air suling, dan dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1%
yaitu di timbang 1 gram sediaan diencerkan dengan dengan air suling hingga 100 ml di dalam
suatu wadah kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, jarum dibiarkan bergerak
sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
METODE PENELITIAN
Penentuan daya sebar sediaan
Sebanyak 500 mg sediaan diletakkan di tengah cawan petri
yang telah dilengkapi dengan kertas millimeter blok.
Kemudian ditutup dengan kaca lain.Di biarkan selama 1
menit dan diukur diameter sediaan yang menyebar dari dua
sisi
Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam wadah
yang transparan ditutup bagian atasnya.Selanjutnya disimpan
pada suhu kamar, dan diamati setiap minggu sampai 12 minggu.
Hal yang diamati berupa penurunan konsistensi, warna, bau, dan
daya sebar dari sediaan
METODE PENELITIAN
Uji iritasi pada sukarelawan
Uji iritasi dilakukan pada 6 orang sukarelawan dengan cara sedikit sediaan ioleskan pada
bagian belakang telinga sukarelawan, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat
perubahan yang terjadi, jika terjadi iritasi pada kulit akan terlihat kulit memerah, gatal dan
pengkasaran
Uji antibakteri
Pengujian dilakukan terhadap sediaan gel cair hand sanitizer bahan tumbuhan dengan
metode difusi agar menggunakan pencadangan logam.Sebanyak 0,1 ml inoculum bakteri
(konsentrasi bakteri 1xcfu/ml)
.Dicampurkan homogen dengan 20 ml media Mueller Hinton Agar (MHA) di dalam cawan
petri steril, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Media yang telah padat
ditanamkan cincin punch hole yang diatur jaraknya, kemudian pada masing-masing
punch hole dimasukkan sediaan gel cair handsanitizer bahan tumbuhan dengan berbagai
konsentrasi, sediaan gel handsanitizer yang beredar di pasaran sebagai pembanding,
dan dasar gel cair sebagai blanko. Kemudian diinkubasikan dalam inkubator pada suhu
36-37ºC selama 18-24 jam. Setelah 24 jam diukur diameter hambat di sekitar punch
holedengan menggunakan jangka sorong. Pengujian masing-masing dilakukan sebanyak
6 kali
Hasil dan
pembahasan
Hasil Skrining Fitokimia
Tabel 2. menunjukan hasil skrining
fitokimia terhadap alkaloid yang
mempunyai hasil positif, sampel dengan penambahan
pereaksi Mayer mengasilkan
endapan berwarna putih, penambahan
pereaksi Bouchardat terbentuk endapan
merah, dan pada penambahan pereaksi
Dragendorf tidak terdapat endapan dan
hasilnya negatif.
Hasil organoleptis
segi warna adalah formula dengan konsentrasi 10%
dan 15% dikarenakan warna sediaan tersebut sedikit lebih
pekat, sedangkan formula 5% panelis kurang suka karena
warna dari formula 5 % sedikit pucat. Kemudian dari segi
bau, sediaan yang banyak disukai panelis adalah formula
handsanitizer 10% dikarenakan bau sediaan 10 % memberi
aroma yang sedang, sedangkan sediaan handsanitizer
yang 5% tidak memiliki aroma dan formula 15% memiliki
aroma yang lebih menyengat yang tidak disukai banyak
panelis.
Hasil Homogenitas.
Hasil pengamatan homogenitas pada semua sediaan diperoleh tidak
adanya partikel padat yang terdapat dalam sediaan, serta tidak adanya
pembentukan handsanitizer yang masih menggumpal atau tidak merata
dalam sediaan yang berarti bahan dalam sediaan tercampur dengan baik
(Ditjen POM, 1985).
Hasil pH
Menurut Tranggono dan Latifah (2007) pH kosmetik diusahakan sama
atau sedekat mungkin dengan pH fisiologi kulit yaitu 4,5-6,5.
Hasil Daya Sebar
Uji daya sebar sediaan dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya
yang kemampuan menyebar sediaan handsanitizer saat dioleskan
pada kulit. Berdasarkan (Garg, dkk, 2002) rentang daya sebar yang
disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm.
1. Sediaan antiseptik tangan handsanitizer dari sari air kulit buah salak (Salacca
zalacca (Gaertn.) Voss) dapat diformulasikan kedalam sediaan handsanitizer,
mempunyai aroma khas kulit buah salak, homogen, mempunyai pH fisiologis kulit
yaitu ,0-5,7, memiliki daya sebar yang stabil, dan formula yang paling disukai yaitu
konsentrasi 10%
DOSEN PENGAMPU
Bahan :
Asam stearat, trietanolamin, adepslanae, parafin cair,
nipagin, nipasol, aquadest dan ekstrak daun jambu biji.
Prosedur pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang daun jambu biji kering sebanyak 1 kg kemudian
dimasukan kedalam toples kaca.
3. Ditambahkan etanol 70% hingga sampel terendam sempurna.
4. Ditutup toples dengan lakban hitam yang sebelumnya diberi
aluminium foil.
5. Dilakukan ekstraksi secara maserasi selama 3x24 jam, pada suhu
kamar terlindung dari cahaya, sambil sering di aduk
6. Dilakukan penyarian setelah 3x24 jam, disaring menggunakan kain
flanel selanjutnya dirotavapor dengan suhu 50-70o % untuk
mendapatkan ekstrak kental.
Formula Dasar Pembuatan Krim