Anda di halaman 1dari 97

Dosen Pengampu Mata Kuliah Farmakognosi II :

Apt. Galih dwi mulyanti,S.Farm.,M.Farm

KELOMPOK 1

ANANDA ARISKA 201901201


ANGGELIA ZUERNA PUTRI 201901202
ANNISA RAHMALIYA ARWIN 201901203
ARFINA MAHARANI 201901204
AYUCA YOVILIA PUTRI 201901205
DESI CESARIANI 201901206
PEMANFAATAN HERBA KEMANGI (Ocimum
basilicum L.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DALAM SEDIAAN TABLET DAN
MASKER GEL
Herba Kemangi dikenal berkhasiat sebagai antioksidan, namun
pemanfaatannya masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah membuat
formulasi
tablet dari ekstrak kering kemangi menggunakan pengikat amilum
manihot(alami) dan Polyvinylpirilidone/ PVP (sintetik), membuat formulasi
masker gel dari minyak atsiri kemangi menggunakan berbagai konsentrasi
karbomer, dan menguji aktivitas
antioksidan dalam ekstrak kering dan minyak atsiri kemangi. Pembuatan
ekstrak
kering kemangi dilakukan dengan metode sokletasi dalam etanol 50% dan
selanjutnya di keringkan denga alat freeze dryer. Sedangkan minyak atsiri
daun
kemangi dihasilkan dengan metode destilasi uap air.Hasil uji antioksidan
ekstrak
kering kemangi menunjukkan IC50 sebesar 54,43 ppm dan minyak atsiri
kemangi
sebesar 454,427 ppm. Kandungan eugenol dalam minyak atsiri adalah 1,76
%
Sediaan tablet dibuat sebanyak 3 formula dengan variasi konsentrasi pengikat
yaitu
PVP 5%(FI), amilum manihot 10% (FII) dan kombinasi PVP : amilum manihot
(2% :
10%, FIII). Hasil pengujian mutu tablet( keseragaman ukuran, keseragaman
bobot,
kekerasan dan waktu hancur) untuk FI hampir sama dengan FIII. Sediaan
masker gel dibuat sebanyak 3 formula dengan variasi konsentrasi karbomer
yaitu 0,5 % (FI), 0,75 % (FII) dan 1 % (FIII). Hasil pengujian mutu masker gel
(organoleptik, pH, dan viskositas) untuk semua formula baik dan yangmemiliki
aktivitas antioksidan paling kuat adalah Formula II dengan jumlah karbomer 0,
75 %.
Penentuan aktivitas antioksidandilakukan dengan
menggunakan metode DPPH. Panjang gelombang
maksimum yang didapat sebesar 516 nm. Sedangkan
waktu inkubasi optimum yang didapat yaitu selama 30
menit. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif
karena vitamin C merupakan salah satu vitamin
yang berpotensi sebagai antioksidan dengan nilai IC50
sebesar 4,82 ppm.
Aktivitas antioksidan ekstrak kemangi dengan
menggunakan konsentrasi yang
sama dengan vitamin C didapatkan nilai IC50 sebesar 54,
43 ppm (aktif) dengan
kelinearan 0,998.Besar IC50 yang didapat untuk minyak
atsiri sebesar 454,427 ppm termasuk golongan
antioksidan kurang aktif.
Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Gel Setelah dibuat
sediaan masker gel aktivitas antioksidannya meningkat dengan penggunaan
minyak atsiri sebesar
4%. Mungkin dikarenakan jumlah minyak yang digunakan besar dan
pengaruh dari zat tambahan yang berfungsi sebagai antioksidan
juga.Adapun pengaruh sinergis dari zat tambahan ini.Walaupun sebenarnya
zat
tambahan bersifat inert namun tidak menutup kemungkinan zat tambahan ini
mempengaruhi hasil aktivitas antioksidan meningkat.Bila dibandingkan
dengan
formula IV (plasebo) yang memiliki aktivitas antioksidan yang kurang aktif
karena memiliki IC50 945,413 ppm.
TERIMAKASIH 
kelompok 2
DIAN MERIANI
DIRA NANDA HERYANTI
DINY LESTARI
DWI ANGGELINA
ERVINA YOLA VALENTINA
FITRI YANTI
Formulasi dan Evaluasi Sediaan
Lotion dari Ekstrak Daun
Lengkeng
(Dimocarpus Longan)
sebagai Antioksidan
Beberapa hasil
Salah satu bahan alam yang sudah
penelitian sebelumnya
dikenal terbukti khasiatnya sebagai
menunjukan bahwa
antioksidan adalah tanaman lengkeng.
tanaman lengkeng
Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.)
mempunyai aktivitas
merupakan famili Sapindaceae dengan
antioksidan (Kurnia,
genus Dimocarpus dan termasuk dalam
2015). Aktivitas
kelas Magnoliopsida
antioksidan lengkeng
terutama akibat
Penelitian mengenai efek antioksidan
adanya kandungan
PENDAHULUAN tanaman lengkeng sudah pernah quercetin (Kurnia,
dilakukan oleh beberapa penelitian 2015)
sebelumnya dengan memformulasi
sediaan krim dari ekstrak metanol kulit
buah lengkeng dan menunjukkan adanya
aktivitas antioksidan
ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN LOTION DAUN LENKENG

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daun lengkeng, etanol 96%, air Metode
suling, karbomer, NaOH, Butylated Penelitian ini menggunakan metode
Hydroxytoluene (BHT), asetil alkohol, penelitian yang bersifat eksperimental
oleum rosae, asam stearat, propil dengan rancangan post design
paraben, metil paraben, pewangi/oleum experimental. Experimental Research
citri. merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari kejadian dalam
Aat-Alat kerangka korelasi sebab akibat dengan
Alat Alat-alat yang digunakan adalah memberikan perlakuan pada subjek
sebagai berikut: seperangkat alat penelitian yang kemudian dilakukan uji
maserasi, rotary evaporator (Ika® werke secara empirik
HB4 basic, China), neraca analitik
(Shimadzu AUY2200, Japan), pH meter
digital (744 pH meter Metrohm, Swiss).
Prosedur pembuatan lotion dari ekstrak
Daun lengkeng Pembuatan ekstrak daun lengkeng
Daun lengkeng ditimbang sebanyak 200 g
Pembuatan ekstrak daun lengkeng
Pembuatan simplisia daun lengkeng dimasukkan kedalam botol, kemudian ditambahkan
Daun lengkeng (Dimocarpus longan) ditimbang etanol 96%, lalu dimaserasi selama 5 hari sambil
sebanyak 2 Kg, sekali-kali dilakukan pengadukan/pengocokan.

dicuci bersih dengan air mengalir, lalu dikeringkan Kemudian filtrat yang dihasilkan diendapkan selama
dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruang satu hari, kemudian disaring dengan menggunakan
dan terhindar dari sinar matahari langsung. kapas dan kertas saring, filtrat dipisahkan dari
Simplisia kering yang diperoleh digiling dengan pelarutnya pada suhu 70oC dengan menggunakan
blender sehingga menjadi serbuk sebanyak 200 g vacuum rotary evaporator, sehingga diperoleh
ekstrak kental daun lengkeng.
1
Pembuatan lotion

2 Lotion dibuat dengan formulasi sesuai dengan yang ditampilkan pada


Tabel 1 Bahan-bahan fase minyak (Cera alba, asam stearat, Span 80,
propil paraben) dimasukkan dalam gelas piala, dilebur kemudian
dipanaskan pada suhu 75oC di atas hot plate dan fase air (Tween 80 dan
metil paraben) dimasukkan dalam gelas piala lalu dipanaskan
pada suhu yang sama. Setelah itu perlahan-lahan fase minyak
Selanjutnya, ditambahkan dimasukkan ke dalam fase air sambil terus diaduk dengan
ekstrak daun lengkeng pengaduk elektrik secara berselang (intermitten shaking)
dan karbomer yang telah
ditambahkan dengan
NaOH .kemudian diaduk
Hasil dari optimasi formula
hingga homogen. Terakhir dapat dilakukan dengan
dimasukkan pengaroma pengujian kualitas fisik sediaan
dan diaduk hingga lotion selama 4 minggu
berbentuk lotion yang terhadap data yang diperoleh
pada pengamatan organoleptis,
homogen.
nilai pH, homogenitas, uji
kestabilan lotion, daya sebar,
serta uji iritasi kulit, dan
terakhir uji panelis dianalisis
secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk tabel dan bentuk
grafik
Lotion ekstrak daun lengkeng
Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu, maka pada penelitian
ini di buat formulasi sedian
Lotio

Ekstrak daun lengkeng (Dimocarpus longan) dapat dibuat


sedian l otion dengan berbagai macam konsentrasi.
Sifat fisik dari uji yang telah dilakukan Diantaranya uji organoleptis,
uji pH, uji homogenitas, serta uji daya sebar sediaan lotion dengan
variasi kadar ekstrak daun lengkeng (Dimocarpus longan)
tidak mempengaruhi kestabilan fisik lotion dan tidak
mengalami perubahan selama dilakukan pengujian
Tabel 1. Hasil uji organoleptis lotion daun lengkeng (Dimocarpus longan)

-F1: Basis lotion


dengan konsentrasi
ekstrak daun
lengkeng 0,5%,
-F2: Basis lotion
dengan konsentrasi
ekstrak daun
lengkeng 1,5% dan -
F3: Basis lotion
dengan konsentrasi
ekstrak daun
lengkeng 2,5% HM: Hijau Muda, HT: Hijau Tua, AK: Agak Kental, K: Kental ,
LK: Lebih Kental, L: Lemon
Uji pH
Tujuan dilakukan uji pH s ediaan lotion ini
untuk mengetahui apakah l otion yang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan telah dibuat telah memenuhi s yarat pH
selama 4 minggu dapat dilihat pada Tabel 1 untuk sediaan topikal yaitu antara 4,5 -
hasil uji organoleptis menunjukkan semua 6,5.
sediaan lotion telah dibuat dan dievaluasi sedian
lotion dengan konsentrasi 2,5% (F3) lebih kental
Nilai pH yang diperoleh dari konsentrasi
dibanding dengan F1 dan F2 dan tidak ada
ektrak daun lengkeng dengan berbagai
perubahan warna selama penyimpanan
konsentrasi 0,5%, 1,5%, dan 2,5% adalah
6. Dapat disimpulkan bahwa variasi
kadar ekstrak daun lengkeng tidak
mempengaruhi kestabilan pH.
Uji daya sebar
Uji homogenitas

Sediaan lotion daun lengkeng dengan konsentrasi


0,5%; 1,5%; 2,5% menunjukkan daya sebar yang
berbeda, untuk berat beban 50 g sediaan lotion
dengan konsentrasi ekstrak lengkeng 0,5%
menunjukkan daya sebar 6,16 cm; konsentrasi 1,5%
Lotion diambil pada menunjukkan daya sebar 5,43 cm; dan untuk lotion
masing-masing formula secukupnya kemudian dengan konsentrasi ektrak lengkeng 2,5%
menunjukkan daya sebar 5,16 cm, semua sediaan
dioleskan pada plat kaca, diraba, dan digosokkan,
menunjukkan daya sebar yang baik rata-rata diatas
massa lotion harus menunjukkan susunan homogen 5 cm atau 6 cm. Daya sebar yang baik dapat
yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca menjamin pelepasan bahan obat dengan baik
(Voight, 1995). Dari hasil tersebut menunjukkan
lengkeng (Dimocarpus longan) semua lotion yang dihasilkan tetap stabil selama
No. Formulasi Minggu ke penyimpanan.
I II III IV
1 F1 HH H H
2 F2 HH H H
Keterangan: F1: konsentrasi ekstrak daun lengkeng
3 F3 H H H H 0,5%, F2: dengan konsentrasi ekstrak daun lengkeng
1,5%, F3: dengan konsentrasi ekstrak daun lengkeng
2,5%, H: Homogen
Berdasarkan hasil uji panelis, peneliti
ingin melihat manakah dari 3 formula
Uji akseptabilitas ini dilakukan selama yang lebih di sukai panelis. Uji panelis
1 hari pada 10 orang panelis yang melibatkan 10 orang sukarelawan
dilakukan untuk mengetahui formula yang menyetujui untuk berpartisipasi
mana yang paling disukai oleh dalam pengujian ini. Panelis akan
relawan sebagai lotion ekstrak daun diberi kertas yang berisikan informasi
lengkeng mengenai apa yang akan dinilai dari
sediaan lotion, F1 yang paling disukai
dari panelis dibandingkan dengan F2
dan F3. Hal ini dikarenakan pada
formula 1 mudah dioles, warna
hijaunya yang lembut, selain itu
panelis juga menyukai bau dari
sediaan pada F1 ini yang tidak
menyengat.

Uji akseptabilitas
TERIMAKASIH
Formulasi tablet kombinasi
ekstrak daun salam dan herba
seledri dengan perbedaan jenis
pengikat
Dosen Pengampu

Apt. Galih Dwi Mulyati, S.Farm., M.Farm


Kelompok 3
1.Helva Yuliani
2.Iin Advikha Sari
3.Jesika putri
4.Laila Kurnia R
5.Lisa Istiqamah
6.Lefi Ayun S
 Pendahuluan  Kandungan senyawa aktif herba
 Senyawa aktif yang terdapat dalam seledri yaitu minyak atsiri, flavonoid,
daun salam yaitu eugenol, tanin dan saponin, tanin, apigenin, kolin, lipase,
flavonoid. Senyawa aktif ini dan asparagin. Dosis 50 mg/kg BB
digunakan untuk menurunkan kadar pada ekstrak herba seledri efektif
gula darah atau yang sering disebut dalam menurunkan kadar gula darah
dengan antidiabetes. Daun salam pada tikus putih jantan (Meutia,
mengandung beberapa vitamin 2013).
seperti vitamin C, vitamin A, thiamin,
riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin  Sediaan tablet dipilih selain kemudahan pada saat
B12 dan folat (Taufiqurrohman,2015). penggunaannya agar tujuan pemberiannya tercapai
dengan baik. Tablet memiliki beberapa keuntungan
 Flavonoid merupakan salah satu yaitu praktis
senyawa yang terdapat dalam daun atau mudah dibawa dan digunakan serta stabil di
salam dan herba seledri yang dalam penyimpanannya (Rori dkk., 2016). Kombinasi
berperan dalam efek farmakologis. antara daun salam dan herba seledri di dalam sediaan
Mekanisme kerja senyawa flavonoid tablet ini diharapkan dapat memberikan efek
dengan cara menstimulasi sekresi farmakologis yang lebih optimal di dalam penurunan
insulin dan menghambat absorbsi kadar gula darah.
glukosa sehingga laju glukosa darah
tidak terlalu tinggi (Jack, 2012).
 Pembuatan Ekstrak Kering Daun Salam
dan Herba Seledri

• Daun salam dan herbal seledri dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir
• lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada sinar matahari dan diayak
dengan menggunakan pengayak mesh 40 (daun salam) dan mesh 30
(herba seledri).
• Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode infusa atau infus.
• Serbuk simplisia daun salam ditimbang sebanyak 1 kg dan dimasukkan ke
dalam panci dengan akuadest 4 L (Rahmahuda, 2016).
• Serbuk simplisia herba seledri ditimbang sebanyak 1 kg dimasukkan ke
dalam panci dengan akuadest 10 L (Suwarso dan Anggraeni, 2014).
• Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dan dikeringkan dengan Vacuum
dryer yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor, sehingga diperoleh
masing-masing ekstrak kering daun salam dan ekstrak kering herba seledri.
• Ekstrak yang dihasilkan di periksa kadar air (Sudarmadji, 1984), kadar abu
dan rendemen (DepKes RI, 2000) dan fitokimia ekstrak seperti alkaloida,
flavonoid, saponin, tanin (Hanani, 2015)
Formulasi Tablet Kombinasi Ekstrak Daun Salam
dan Herba Seledri

Tablet dibuat dengan bobot 300 mg per tablet. Sediaan dibuat


sebanyak 1000 tablet setiap formula.

Tabel 1. Formula Tablet Kombinasi Ekstrak Daun Salam dan Herba


Seledri
 Metode Pembuatan Tablet Kombinasi Daun Salam
Dan Herba Seledri

1. Siapkan semua bahan seperti 2. Membuat larutan pengikat 3. Setelah larutan pengikat
serbuk ekstrak kering daun salam, dengan pelarut akuadest setiap dibuat, semua bahan
ekstrak kering herba seledri, PVP K-30, pengikat. dicampurkan seperti ekstrak
Na-CMC, Gelatin, Ac-DiSol, Avicel PH kering daun salam, ekstrak kering
102, Talcum, dan Mg Stearat yang seledri, Ac-Di-Sol dan Avicel PH
ditimbang sesuai dengan jumlah 5. Setelah terbentuk serbuk 102 diaduk-aduk.
dalam formula. granul basah lalu diayak
dengan pengayak mesh 8 ,
lalu dikeringkan kedalam 6. Setelah proses pengeringan,
4. Serbuk dibasahi dengan oven dengan suhu 50 granul diayak kembali dengan
akuadest sedikit demi sedikit untuk derajat C sampai terbentuk pengayak ukuran mesh 12.
membantu terbentuknya granul. granul kering.

7. Granul kering 8. Setelah bahan sudah tercampur


ditambahkan Talcum dan Mg
Stearat yang telah ditimbang dilakukan evaluasi granul lalu granul
sesuai formula hingga dicetak menjadi tablet dengan mesin
homogen. kempa tablet.
 Penetapan kadar Flavonoid Ekstrak
Kering ( Metode Chang)

1 2 3
Kemudian tentukan
Timbang masing- kadarnya,Ekstrsk Ambil masing-masing ekstrak
masing ekstrak daun dilarutkan dengan daun salam dan herba seledri
salam dan daun seledri metanol sampai 10 ml dan sebanyak 10 ml,lalu masukkan
sebanyak 50 mg dikocok selama 10 menit kedalam labu ukur 50 ml
sampai ekstrak larut

4 5 Larutan
6 7
Larutan kocok homogen lalu Pengukuran Absorban yang dihasilkan
ditambahkan 1 ml dibiarkan selama serapan dilakukan dimasukkan kedalam
ACL3 10%,1 ML Na waktu optimum, lalu duplo yaitu persamaan regresi dari
asetat 1 M,dan serapan diukur Adanya labu 1 dan kurva standar kuersetin,
aquades sampai pada panjang labu 2. kemudian dihitung kadar
tanda batas gelombang maksimal flavonoid
430 nm.
Penentuan Kadar Flavonoid Tablet
Kadar flavonoid pada tablet dilakukan
tahapan yang sama seperti kadar
flavonoid total pada ekstrak
kering daun salam dan ekstrak kering
seledri.

 Uji Stabilita
Uji stabilita dilakukan dalam
botol plastik. Evaluasi dilakukan pada suhu kamar (25-30
derajat C) dengan waktu selama 2 bulan dan setiap 2
minggu sekali dilakukan pengamatan seperti
organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
kekerasan.
Karakteristik Serbuk Simplisia
dan Ekstrak Kering Daun Salam

 Serbuk simplisia daun salam yang dihasilkan


memiliki warna hijau tua, berbau khas
aromatik lemah, dan memiliki rasa yang kelat.
Hasil karakterisik serbuk simplisia ini sesuai
dengan DepKes RI (1980)

 syarat kadar air simplisia pada umunya tidak


lebih dari 10% (DepKes RI, 2000). persyaratan
kadar abu serbuk simplisia daun salam tidak
lebih dari 5,5% (KeMenKes RI, 2008)

 Dalam penelitian ini Kadar air serbuk


simplisia daun salam adalah 3,06%,
Pengujian kadar abu pada serbuk simplisia
daun salam sebesar 4,32%, Hasil ini
menunjukan bahwa serbuk simplisia daun
salam telah memenuhi syarat.
 Ekstrak kering daun salam memiliki warna
hitam kecoklatan, berbau khas aromatik
lemah, dan memiliki rasa yang pahit
(Samudra,2014)
01
 Kadar air dari ekstrak kering daun salam yang
dihasilkan yaitu 1,72%, Kadar abu pada
ekstrak kering daun salam yaitu 2,48%. Hasil
ini menunjukan bahwa ekstrak kering daun
salam telah memenuhi syarat.

 Hasil uji fitokimia yang didapatkan bahwa


pada ekstrak kering daun salam
menghasilkan senyawa yang mengandung
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tanin.
Karakteristik Serbuk Simplisia
dan Ekstrak Kering Herba Seledri

 Syarat kadar air simplisia pada


umunya tidak lebih dari 10%
(DepKes RI, 2000). Pengujian
kadar abu tidak lebih dari 19,3%
(KeMenKes RI, 2010).

 Kadar air serbuk simplisia herba


seledri Pada penelitian ini adalah
sebesar 3,77%,untuk Pengujian
kadar abu pada serbuk simplisia
herba seledri sebesar 4,89% Hasil
yang diperoleh memenuhi syarat.
 Ekstrak kering herba seledri memiliki warna
hijau kehitaman, berbau khas, dan memiliki
rasa yang khas .

 kadar air ekstrak kering seledri yaitu 10%


(KeMenKes RI, 2010) dan syarat kadar abu
ekstrak tidak lebih dari 16,1% (KeMenKes RI,
2010).

 Kadar air ekstrak kering herba seledri yang


diperoleh yaitu 2,62%, dan kadar abu ekstrak
kering herba seledri yang diperoleh yaitu 4,
61% .

 Hasil ini menunjukan bahwa serbuk simplisia


herba seledri telah memenuhi syarat. Hasil uji
fitokimia ekstrak kering herba seledri
menghasilkan tiga senyawa yaitu senyawa
alkaloid, flavonoid, dan saponin.
Hasil Pembuatan Tablet
 Evaluasi granul dilakukan dengan melakukan
uji aliran granul, uji kadar air granul serta uji
kompresibilitas

 Formula tablet dibuat dengan perbedaan


bahan pengikat yaitu PVP K-30, Na-CMC, dan
Gelatin masing-masing formula dengan
metode granulasi basah dan tablet dibuat
sebanyak 1000 tablet dengan berat per tablet
300 mg.

 Perbedaan pengikat yang digunakan tidak


memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap hasil evaluasi granul pada setiap
formulanya.
Hasil Mutu Tablet
Organoleptik

Organoleptik pada masing-masing


formula dilakukan pegujian
yang berupa bentuknya, bau, warna,
sampai dengan rasanya. Tablet yang
dihasilkan dengan permukaan atas
dan bawah rata, berbau khas
aromatik ekstrak, berwarna krem dan
memiliki rasa yang pahit pada lidah
serta tenggorokan
Keseragaman Berat

Hasil pengujian keseragaman


berat dari ketiga formula memenuhi
persyaratan keseragaman berat tablet
karena berat tablet yang dihasilkan
lebih dari 300 mg (DepKes RI, 1979).
Perbedaan pengikat yang digunakan
memberikan hasil yang baik dan tidak
berbeda pada setiap formulanya.
Keseragaman Ukuran

• Hasil pengujian keseragaman


ukuran dari ketiga formula
memenuhi syarat karena diameter
tablet yang diperoleh tidak lebih
dari 3 kali tebal tablet dan tidak
kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet
(DepKes RI, 1979).

• Perbedaan pengikat yang


digunakan memberikan hasil yang
baik dan tidak berbeda pada setiap
Kekerasan

 Kekerasan dilakukan pada masing-masing formula


untuk mengetahui kekerasan tablet yang
dihasilkankarena tablet harus keras agar kuat dan
kekerasannyapun harusdan harus melarut di dalam
tubuh.

 Hasil pengujian kekerasan dari ketiga formula


memenuhi syarat Parrot (1971) yaitu range
kekerasan tablet berkisar antara 4-8 kp. Tablet yang
memiliki kekerasan paling tinggi yaitu formula 1
dibandingkan dengan formula 2 dan formula 3.

 Perbedaan pengikat yang digunakan memberikan


hasil yang baik dan tidak berbeda pada setiap
formulanya .
Friabilita
Friabilita dilakukan pada masing-masing formula untuk
mengetahui kerapuhan dengan cara menghitung
banyaknya berat tablet yang hilang
pada saat pengujian.

Menurut (Lachman dan Lieberman, 1994) pengujian


friabilita dari ketiga formula memenuhi syarat karena
tidak lebih dari 0,8%- 1%.

Perbedaan pengikat yang digunakan


memberikan hasil yang baik dan tidak
berbeda pada setiap formulanya
Waktu Hancur

 Waktu hancur menurut menit DepKes


RI, 1995 kurang dari 15 ,Hasil pengujian waktu hancur
dilakukan pada masing-masing formula dan diperoleh
dari ketiga formula memenuhi syarat yaitu Waktu
hancur ketiga formula memenuhi syarat
dipengaruhi oleh dosis zat aktif yang
pada tablet kombinasi ini serta
Superdesintegran.

 Hasil pengujian mutu tablet


dengan perbedaan jenis pengikat yang
digunakan memberikan hasil tablet
yang memenuhi syarat. Perbedaan
pengikat yang digunakan
memberikan hasil yang baik dan tidak
berbeda pada setiap formulanya.
Hasil Penelitian Kadar Flavonoid
Ekstrak Daun Salam dan Herba Seledri

Pengujian panjang gelombang Kadar flavonoid ini dilakukan


ini menggunakan larutan standar pada masing-masing ekstrak kering
kuersetin dan pengukuran daun salam, ekstrak kering herba
menggunakan spektrofotometer UV-Vis antara seledri serta sediaan tablet untuk
panjang gelombang 405 -450 nm dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid yang
mengetahui kadar flavonoid yang berada pada
masing-masing ekstrak kering dan
terkandung pada ekstrak dan sediaan
standar kuersetin yang memberikan tablet.
serapan maksimum pada panjang
gelombang 430 nm dengan nilai
absorbansi 0,814 A.
 Hasil pengujian kadar flavonoid dalam
ekstrak kering daun salam diperoleh
kadar flavonoid rata-rata 2,619%,
sedangkan kadar flavonoid dalam
ekstrak kering herba seledri diperoleh
kadar flavonoid rata-rata 2,675%
sehingga diketahui kadar lavonoid
ekstrak kering daun salam lebih banyak
jika dibandingkan dengan ekstrak kering
herba seledri.

 Hal ini dapat dipengaruhi oleh bentuk


ekstrak yang berbeda karena ekstrak
kering herba seledri lebih lengket
dibandingkan dengan ekstrak kering
daun salam sehingga pada proses
penimbangan nilai dibelakang komanya
berbeda.
Hasil Pengujian Stabilita Mutu Tablet
Hasil uji stabilita mutu tablet yang meliputi uji
organoleptik, keseragaman berat,
keseragaman ukuran, kekerasan, friabilita
dan waktu hancur pada formula 1, 2 dan 3
yang disimpang selama 8 minggu diperoleh
tablet yang terbaik adalah formula 1 dengan
bahan pengikat PVP K30 dengan konsentrasi
4%. yang mengalami penurunan pada minggu
ke 4 sampai minggu ke 8 yang hasilnya tidak
memenuhi syarat
menurut Parrot (1971) yaitu 4-8 kp.
Kesimpulan
 Perbedaan jenis pengikat PVP K-30, Na-CMC, dan
Gelatin memberikan hasil yang baik dan memenuhi
persyaratan mutu fisik tablet.

 Formula 1 dengan bahan pengikat PVP K-30


menghasilkan mutu tablet yang baik setelah
disimpan
selama 8 minggu pada suhu kamar (25-30 C) dilihat
dari parameter kekerasan tablet.

 Kadar flavonoid ekstrak kering daun salam 2,619%,


ekstrak kering herba seledri 2,675 % dan kadar
flavonoid tablet 3,432 % formula 1, 3,948 % formula
2, dan 4,006 % formula 3.
TERIMAKASIH
FORMULASI INFUSAN DAUN
SIRIH MERAH (PIPER
C RO C AT U M ) S E B AG A I G E L
A N T I S E P T I K TA N G A N
DOSEN PENGAMPU :
A P T. G A L I H D W I M U LYAT I , S . F A R M . , M . F A R M
KELOMPOK 4 :
1.M. ANGGA ZAKTI (201901222)
2.MAYA SARI (201901223)
3.MEDA ERTIANA (201901224)
4.MERGITA PANESTI (201901225)
5.MERI PUTRI HARFI (201901226)
6.MUTIARA YONTIN VADIOMA
(201901227)
7.N ABI L A I LYAN I EFFEN D I
(201901228)
PENDAHULUAN
Gel antiseptik tangan di masyarakat sekarang ini telah menjadi gaya hidup modern.
Perkembangan ini dikarenakan prinsip hidup bersih,terhindar dari penyakit dan pemakaian yang
praktis. Beberapa sediaan paten gel antiseptik tangan telah banyak dijumpai di pasaran dengan
bahan aktif seperti alkohol (etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi ± 50% sampai 70%,
dan jenis desinfektan lain seperti: klorheksin dan triklosan .
Daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai antiseptik tradisional yang sering digunakan
oleh masyarakat Indonesia dapat menggantikan bahan obat sintetik tersebut. Melihat
kemanfaatannya, persyaratan keamanan, serta lebih terhindar dari efek samping yang ditimbulkan
obat sintetik maka pengembangan pengobatan bahan alam mulai banyak disukai .
Dalam pembuatan sediaan obat herbal, keamanan dan efektifitas suatu obat bahan alam
harus mempertimbangkan formulasi atau rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat dengan
pertimbangan karateristik fisika, kimia dan biologis dari setiap bahan-bahan obat dan bahan
farmasetika yang akan digunakan dalam membuat produk .
METODE PENELITIAN
• Sampel dan Bahan
Sampel bawang daun sirih merahsegar diperoleh di desa loa ipuh, kecamatan Tenggarong,
Kutai Kartanegara, Kal-Tim, Bahan penelitian antara lain, Aquades, alkohol 70ºC , blue berry,
ekstrak daun sirih merah , mikroba uji Bacillus subtilis, Candida albicans, Candida utilis, Echeresia coli,
Pseudomonas aeroginosa, Salmonella thyposa, Staphyloccocus aureus Streptoccocus epidermidis dan
Vibrio cholerae, nutrient agar, potato dekstrosa agar, sediaan gel antiseptik dengan bahan aktif
etanol dan triklosan, Carbopol 940, Gliserin, Natrium metabisulfit, dan Trietinolamin.
• Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain, autoclav, colony counter , inkubator, kertas saring,
laminar air flow, mikrometer skrup, mortir, oven, paper disc, seperangkat alat gelas, timbangan
analitik.
a. Penyiapan Sampel Uji
PROSEDUR
c. Uji Antimikroba ekstrak
Daun tanaman sirih merah segar dicuci
dan dibersihkan, dipotong kecilkecil, kemudian Campuran medium (NA untuk bakteri
dimasukkan dalam wadah tertutup. Sampel segar dan PDA untuk jamur) dengan masing-masing variasi
sebanyak 50 gram diekstraksi dengan cara infusa di konsentrasi ekstrak mulai dari rendah hingga
dalam panci yang berisi aquades sebanyak 100 mL. konsentrasi tinggi, kemudian dituang ke dalam cawan
Sampel dipanaskan dalam penangas air selama 15 petri steril dan dibiarkan memadat. Setelah memadat
menit suhu 90-98 ºC sambil lalu diaduk, kemudian digores di atas permukaan (metode surface
diperas selagi panas dengan kain flanel di dalam labu place)dengan masing-masing mikroba uji pada zona
ukur, tambakan aquades yang telah dipanaskan yang berbeda lalu diinkubasikan, kemudian dilakukan
secukupnya melalui residu hingga diperoleh volume pengamatan pada media.
100 mL. e. Uji Stabilitas
b. Penyiapan Mikroba Uji Dilakukan penyimpanan sediaan gel yang
Biakan mikroba hasil inokulasi telah dibuat pada suhu 18 o C, o o 27 C, dan 37 C
disuspensikan dengan menggunakan NaCl 0,9%. selama 30 hari. Pengujian tingkat kepekatan warna
Sesuai standar Mc Farland, suspensi diukur dilakukan dengan membandingkan setiap perbedaan
transmitannya pada 25%T untuk bakteri dan 75%T warna pada masing-masing konsentrasi formula
untuk khamir sediaan gel yang berbeda. Pengujian pH sediaan gel
dilakukan dengan menggunakan kertas pH
sebagaiindikator asam-basa.
PROSEDUR
f. Pengujian Efektivitas Antiseptik Sediaan g. Uji Daya Hambat terhadap Mikroba Uji
Telapak tangan dicuci dengan air kran, Dibuat medium NA dan PDA, setiap
kemudian dikeringkan. Telapak tangan dioleskan cawan petri dituangkan medium sebanyak 10
dengan sediaan gel ekstrak daun sirih merah. mL yang telah dicampur mikroba uji sebanyak
Selanjutnya sidik ibu jari ditempelkan pada 20 µL, biarkan hingga memadat, kemudian
media padat dalam cawan petri. Media dibagi 6 zona untuk masing-masing sediaan uji.
diinkubasi dan diamati koloni pertumbuhan Masing-masing paper disc steril diletakkan
mikroba. Untuk masingmasing sediaan gel kedalam formula sediaan gel. Diletakkan paper
kontrol (gel triklosan dan alkohol) juga disc pada masingmasing zona di atas
diperlakukan sama dengan sediaan uji. permukaan medium, diinkubasikan dan diukur
zona bening masing-masing sediaan uji. Untuk
masing-masing sediaan gel kontrol juga
diperlakukan sama pada cawan petri yang sama.
Potensi antimikroba diukur dengan
membandingkan dengan control sediaan gel
berbahan aktif alcohol dan triklosan. Signifikansi
data dianalisis menggunakan anova dan
dilanjutkan menggunakan uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Skrining Mikrobiologis
Hasil skrining mikrobiologis terhadap beberapa bakteri uji yang patogen menunjukkan aktifitas
antiseptic ekstrak pada mikroba vibrio chollera, salmonella typossa, staphylococcus aureus, candida albican dan
candida utilis. Konsentrasi bahan aktif memiliki potensi untuk diformulasikan dalam sediaan gel antiseptik dengan
sedikit peningkatan konsentrasi.
Secara organoleptis, sediaan gel yang diperoleh mempunyai warna kekuningan hingga kemerahan.
Sediaan gel yang dibuat sesuai formula, mempunyai karakter organoleptis berwarna merah muda-merah, berbau
blue berry (zat pengaroma) dan jernih. Berdasarkan hasil pengamatan pH selama 4 minggu tidak ada perubahan
yang terjadi. Kemungkinan basis gel diformulasi telah cukup stabil dan tidak terjadi reaksi yang menyebabkan
perubahan kimia komponen gel antiseptik. Pada penggunaan carbopol sebagai basis gel, keasaman sangat
diperhatikan. Penggunaan triethanolamin (TEA) digunakan sebagai zat penetralisasi carbopol pada suasana sedikit
asam tersebut.
Pengaruh penyimpanan yang berbeda, mempengaruhi perubahan warna. Pada penyimpanan disuhu 37ºC
terlihat lebih cepat teroksidasi disbanding pada suhu ruangan dan pada suhu dingin sediaan gel sangatlah stabil.
Reaksi oksidasi mungkin terjadi karena faktor pemanasan yang ditandai berubahnya warna sediaan.
• Efektifitas Antiseptik Formula Gel
Pengujian efektifitas gel merupakan suatu ukuran dalam menimbulkan efek langsung pada mikroba yang
terdapat pada tangan.
Formulasi dan Stabilitas Sediaan

Hasil pengujian efektifitas antiseptik terhadap mikroba cukup memperllihatkan hasil pada
beberapa konsentrasi zat aktif. Jika dibandingkan dengan sediaan gel berbahan aktif alkohol dan
triklosan, terlihat kekuatanantiseptik sediaan terhadap jamur pada konsentrasi 25% terlihat sama
baik. Hal ini menandakan kandungan senyawa aktif pada daun sirih merah sangat efektif
menghambat aktifitas pertumbuhan jamur.
Daya Hambat Sediaan Gel
Berdasarkan hasil skrining diatas diketahui 5 jenis mikroba saja yang mampu di hambat
pertumbuhannya oleh formulasi gel antiseptik ini, dan setelah dilanjutkan dengan pengujian daya
hambat ternyata hanya 3 jenis mikroba yang mampu dihambat pertumbuhannya. Berdasarkan
analisis statistik, diperoleh hasil daya hambat formula gel antiseptic dibandingkan dengan control.

Hasil efektifitas formula gel antiseptik daun


sirih merah terhadap candida utilis lebih
baik pada konsentrasi 20% dibandingkan
konsentrasi yang lain serta kontrol 2, tetapi
tidak lebih baik dibandingkan kontrol 1.
Sedangkan terhadap vibrio cholera terlihat
kontrol 1 tetapi tetap tidak lebih baik
dibanding kontrol 2.
KESIMPULAN
Sediaan gel antiseptik ekstrak daun sirih merah baik dengan stabilitas penyimpanan pada
suhu 18-27ºC dengan pH 5,5 dan warna bening kekuningan. Konsentrasi sediaan gel
antiseptik efektif pada 25% terhadap mikroba tangan setara dengan handsanitizer
alkohol. Efektifitassediaan gel antiseptik konsentrasi 15% terhadap Candida albican;
konsentrasi 20% terhadap Candida utilis; dan 25% terhadap Vibrio cholera, keseluruhan
setara dengan handsanitizer alkohol.
Terima kasih ☺
Farmakognosi
II
SEDIAANSabun Pembersih Wajah EMULGEL
DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium
guajava L.)
Kelompok 5

Nabila junia Annisa (201901229)


Nurintan (201901230)
Putri Hilal Maulani (201901231)
Rifka Fathoni (201901232)
Rima Nova Atna (201901233)
Riwonan Pujiama (201901234)
Daun jambu biji (Psidium guajava L) mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder
antara lain tanin, minyak atsiri, flavonoid, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut
berpotensi sebagai antioksidan dan bahan pengawet alami. Daun jambu biji dikenal
sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare.

Jerawat merupakan salah satu permasalahan kulit wajah yang membuat masyarakat
menjadi gelisah dan tidak percaya diri. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk
mengatasinya. Salah satu cara tersebut adalah dengan menggunakan produk kosmetik
untuk menghilangkan jerawat. Umumnya, produkkosmetik yang digunakan oleh
masyarakat tergolong di dalam produk kosmetik sintetik, seperti sabun pembersih wajah
yang dapat menimbulkan efek merusak kulit karena mengandung bahan stimulan di
dalamnya. Salah satu alternati penggunaan sabun wajah tanpa merusak kulit adalah,
dengan menggunakan produk berbahan herbal (alami), seperti tanaman jambu biji
(Psidium guajava L.)
KLASIFIKASI JAMBU BIJI (Psidium guajava)
Klasifikasi tumbuhan jambu biji atau nama
ilmiahnya yakni Psidium guajava yakni sebagai
berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Morfologi Daun Jambu Biji.
(Psidium guajava).

Jambu biji merupakan tanaman dikotil memiliki daun


tunggal, jenis daun tidak lengkap karena hanya memiliki
tangkai dan helai daun saja. Jambu biji memiliki tulang
daun yang menyirip bagian ujung daun jambu biji
berbentuk tumpul dan bagian atas daun jambu biji
memiliki warna yang jauh lebih terang dibandingkan
bagian bawahnya.
Manfaat
Jambu biji merupakan salah satu tumbuhan yang banyak digunakan dalam
pengobatan tradisional seperti pengobatan diare akut dan kronis, perut
kembung pada bayi, kadar kolesterol darah tinggi, sering buang air kecil
(anyang anyangan), luka, sariawan, demam berdarah dan lain-lain
(Gunawan, et al., 2001).

Pada pembahasan kali ini bertujuan untuk pembuatan sabun wajah


berbentuk emulgel yang berfungsi sebagai antiacne, mengandung bahan
dasar ekstrak etanol daun jambu biji.
Fitokimia
Daun jambu biji mengandung tannin sebanyak 9%, minyak lemak 6%, dammar 3%, minyak
atsiri (eugenol) 0,4%, dan garam-garam mineral (Gunawan, et al., 2001).

Minyak atsiri terdiri dari limonene, kariofilen, seskuiterpenalkohol. Senyawa fenolik (kuersetin,
Avicularin (3-O-Larabopirasanosida) dan guajaverin dengan khasiat antibakteri, leukosidin,
asam elagat, amritosid, zat samak pirogol (13,5%) (Gunawan, et al., 2001).

Selain itu, daun jambu biji mengandung flavonoid, yaitu kuersetin, morin-3-O-α-L
arabinopyranoside, luteolin-7-O-α-L arabinopyranoside, glucoside dan apigenin- 7-O-
glucoside, kaemferol, luteolin-7-Oapigenin-7-O-glucoside.

Ekstrak daun jambu biji memiliki kandungan beberapa metabolit sekunder, seperti senyawa
golongan tanin, triterpenoid, glikosida, dan flavonoid, yangmemiliki aktivitas antijerawat
(Budiati dkk., 2017).
 Salah satu cara pembuatan ekstrak daun jambu biji adalah, dengan
menggunakan metode ekstraksi jenis maserasi. Maserasi adalah salah satu jenis
ekstraksi padat-cair yang dilakukan dengan cara perendaman komponen yang
akan diekstraksi (sampel) pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang
sesuai dengan Sampel.
Emulgel merupakan sediaan, baik berupa emulsi tipe air dalam minyak maupun minyak
dalam air, yang dicampur dengan gelling agent. Penggabungan emulsi dengan gel
tersebut dimaksutkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dan menghasilkan system
pelepasan ganda zat aktifyang terkendali (Purushottam, 2013). Emulgel memiliki
beberapa keuntungan, yaitu tidak lengket, dapat menghantarkan senyawa bioaktif ke
kulit dengan baik, dan mudah dibersihkan dengan air. Oleh karena itu, pada penelitian
ini dilakukan formulasi emulgel yang mengandung ekstrak daun jambu biji sebagai
antiacne cleanser
PROSEDUR PEMBUATAN EKSTRAK DAN
PEMBUATAN SEDIAAN SEMIGELNYA
1) Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji
Daun jambu biji dipilah dan dibersihkan dengan airmengalir sebanyak 2 kali. Daun yang telah
dibersihkan tersebut dikeringkan tanpa paparansinar matahari langsung sampai kering.
Selanjutnya, daun kering tersebut dihaluskan menjadi serbuk. Tahapan selanjutnya adalah
dilakukan proses maserasi yaitu 200 gram serbuk daun jambu biji dilarutkan ke dalam etanol
sebanyak 1500 mL dan didiamkan selama 7 hariserta dilakukan pengadukan setiap harinya.
Setelah itu, cairan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring dan diambil filtratnya
(ekstrak cair). Ekstrak yang diperoleh, dipekatkan dengan
2) Pembuatan Sediaan Emulgel
Sodium Lauryl Ether Sulphate (SLES), metil paraben propil paraben dan propilen glikol
dicampur di dalam mortir, kemudian ditambahkan oleum olivarum (campuran 1). Carbomer
dikembangkan di dalam air panas pada suhu 60-80 oC dan ditambahkan TEA serta diaduk
secara cepat hingga homogen (campuran 2). Campuran 1 dimasukkan ke dalam campuran 2,
lalu diaduk secara cepat sampai homogen selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan ekstrak
jambu biji dan diaduk sampai homogen
Komposisi Formula Emulator dari ekstrak etanol daun
jambu biji
Uji Tipe Emulsi Uji ini meliputi uji pereaksi warna dan pengenceran. Uji
pereaksi warna pada sediaan dilakukan dengan penambahan indikator metil
merah dan indikator metilen biru, selanjutnya diamati dengan menggunakan
mikroskop. Uji pengenceran dilakukan atas dasar kenyataan bahwa suatu
emulsi M/A dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M dapat diencerkan
dengan minyak. Minyak yang ditambahkan ke dalam emulsi M/A, tidak akan
bercampur ke dalam emulsi tersebut dan akan nampak pemisahannya secara
nyata. Tes ini perlu dibuktikan dengan pengamatan sampel emulsi secara
mikroskopi setelah dilakukan penambahan air atau minyak ke dalam sampel
emulsi tersebut (Wijaya dkk., 2013).
Uji organoleptis menunjukkan bahwa emulgel yang dihasilkan berwarna coklat tua,
berbentuk agak kental, berbau karamel, dan tidak ada pemisahan fase. Nilai pH
emulgel yang diperoleh dari hasil uji telah sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-6,5
(Wijaya dkk., 2013).

Hasil uji tipe emulsi dengan metode pewarnaan yang menggunakan metilen biru,
menunjukkan bahwa sediaan emulgel merupakan bentuk emulsi tipe minyak dalam
air. Hasil uji dikonfirmasi dengan metode pengenceran, yang mana sediaan emulgel
dapat tercampur atau tersebar merata dengan penambahan air.

Kekentalan sediaan emulgel ditunjukkan oleh nilai viskositas, yaitu sebesar 22.330±
2951,322 cps. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan emulgel yang dihasilkan ini masih
memenuhi standar viskositas untuk emulgel, yaitu 6.000- 50.000 cps (Hidayanti dkk.,
2015)
Terimakasih 😊
PEMBUATAN GEL
HANDSANITIZER
h

DARIKULIT BUAH SALAK


SEBAGAI ANTIBAKTER
Kelompok 6

1. SAMSU AKBAR (201901235)


2. Shindi Aprilia autri (201901236)
3. Siti nurhatitah (201901237)
4. Sri Annisyah (201901238)
5. Tria ayu maulida (201901239)
6. Wahyu noviadi (201901230)
7. Windhi rahmawati (201901242)
Pendahuluan
Salak merupakan tanaman asli
Indonesia yang termasuk dalam
famili Aracaceae, serumpun
dengan kelapa sawit, aren (enau),
palem, pakis yang berbatang
rendah. Salah satu bagian dari
tumbuhan ini yang berkhasiat
adalah kulit buahnya
kulit buah salak juga mengandung nilai gizi berupa protein,
karbohidrat, air, rendah lemak, dan mengandung berbagai senyawa
kimia yang berkhasiat sebagai antibakteri dan telah digunakan
sebagai antidiare.

Untuk memastikan sediaan yang akan dijadikan handsanitizer


dengan formulasi kandungan kulit buah salak maka dilakukan uji
aktivitas antibakteri terhadap sediaan yang diformulasikan, dan
untuk mengetahui senyawa apa saja yang terkandung di dalam
kulit buah salak, maka dilakukan uji skrining fitokimia
Metode Penelitian

Persiapan Skema kerja


sampel
Pengumpulan bahan tumbuhan Kulit salak yang diperoleh dibersihkan dan dicuci dengan air
dilakukan secara purposif yaitu mengalir,lalu ditirisiskan,kemudian di sortasi basah dan
tanpa membandingkan tumbuhan ditimbang sebesar 15 g.Sampel ditambah 30 ml akuades
serupa dari daerah lain. dan dihancurkan dengan menggunakan blender. Sampel
diserkai dengan kain flannel dan dikumpulkan sarinya.
Tumbuhan yang digunakan untuk
Selanjutnya Sampel ditambah akuades lagi sebesar 20 ml,
penelitian adalah kulit buah salak kemudian diserkai kembali. Proses ini diulang sampai sari
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) 2x kemudian sari yang ditampung dia add-kan hingga 100
mL.
METODE PENELITIAN

Skrining
Fitokimia
Skiring fitokimia dilakukan untuk mengetahui
golongan senyawa kimia yang terkandung dalam kulit
buah salak segar dan sari kulit buah salak, meliputi
golongan alkaloida,flavonoida, glikosida, saponin,tanin,
dan steroida/triterpenoid.
METODE PENELITIAN
Pengujian Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan secara visual langsung terhadap sediaan gel
yang baru dibuat, dan dinilai melalui uji kesukaan panelis meliputi warna dan bau,
bentuk, mudah dioleskan, dengan skala penelitian 1 (sangat baik suka =STS), 2
(tidak suka = TS), 3 (kurang suka = KS), 4 (suka = S), dan 5 (sangat suka =SS).
Pengujian dilakukan menggunakan 20 orang sukarelawan (penelis) dengan cara
meminta setiap panelis mengamatinya. Kemudianpanelis memilih formula yang
disukainya dan
diisi lembar kuisioner yang telah disediakan. Selanjutnya data yang diperoleh dari
jawaban panelis, dihitung tingkat kesukaan (hedonic) terhadap masing-masing
formula
METODE PENELITIAN
Pembuatan Gel Hand Sanitizer
Cara pembuatan sediaan handsanitizer dimulai dari menimmbang kulit buah salak
segar sesuai dengan bobot masing-masing, kemudian dihaluskan di dalam lumpang
ditambahkan sedikit demi sedikit akuades, (akuades diambil dari ad 100
ml) disaring dengan kain kasa, kumpulan sari kulit buah salak ditampung ke dalam
beaker glass.
Handsanitizer dibuat dengan menggunakan bahan dasar HPMC, ke dalam lumpang
porselin dimasukkan 20 ml akuades panas, pembuatan gel dilanjutkan dengan
menaburkan HPMC di atas akuades panas kemudian ditunggu 15-30 menit sampai
HPMC mengembang (massa I). Nipagin dilarutkan ke dalam propilenglikol (massa II)
kemudian massa II dicampurkan ke massa I, kemudian gerus hingga homogen, diambil
beaker glass yang telah dikalibrasi, ditambah sari air kulit buah salak yang telah
dipersiapkan sesuai dengan bobot masing-masing dihomogenkan, ditambahkan sisa
akuades sedikit demi sedikit sampai 100 ml dan diaduk hingga homogen, maka
diperoleh sediaan gel cair handsanitizer.
METODE PENELITIAN
Pengujian homogenitas
Pengujian ini dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan di atas sekeping kaca, dengan cara
digoreskan dengan sekeping kaca lainnya, kemudiaan diamati sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogenyaitu tidak terlihat adanya butiran kasar

METODE PENELITIAN
Pengujian pH sediaan
Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi
dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,
01) hingga posisi jarum menunjukkan harga pH tersebut diatas. Kemudiaan elektroda di cuci
dengan air suling, dan dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1%
yaitu di timbang 1 gram sediaan diencerkan dengan dengan air suling hingga 100 ml di dalam
suatu wadah kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, jarum dibiarkan bergerak
sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
METODE PENELITIAN
Penentuan daya sebar sediaan
Sebanyak 500 mg sediaan diletakkan di tengah cawan petri
yang telah dilengkapi dengan kertas millimeter blok.
Kemudian ditutup dengan kaca lain.Di biarkan selama 1
menit dan diukur diameter sediaan yang menyebar dari dua
sisi
Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam wadah
yang transparan ditutup bagian atasnya.Selanjutnya disimpan
pada suhu kamar, dan diamati setiap minggu sampai 12 minggu.
Hal yang diamati berupa penurunan konsistensi, warna, bau, dan
daya sebar dari sediaan
METODE PENELITIAN
Uji iritasi pada sukarelawan
Uji iritasi dilakukan pada 6 orang sukarelawan dengan cara sedikit sediaan ioleskan pada
bagian belakang telinga sukarelawan, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat
perubahan yang terjadi, jika terjadi iritasi pada kulit akan terlihat kulit memerah, gatal dan
pengkasaran
Uji antibakteri
Pengujian dilakukan terhadap sediaan gel cair hand sanitizer bahan tumbuhan dengan
metode difusi agar menggunakan pencadangan logam.Sebanyak 0,1 ml inoculum bakteri
(konsentrasi bakteri 1xcfu/ml)

.Dicampurkan homogen dengan 20 ml media Mueller Hinton Agar (MHA) di dalam cawan
petri steril, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Media yang telah padat
ditanamkan cincin punch hole yang diatur jaraknya, kemudian pada masing-masing
punch hole dimasukkan sediaan gel cair handsanitizer bahan tumbuhan dengan berbagai
konsentrasi, sediaan gel handsanitizer yang beredar di pasaran sebagai pembanding,
dan dasar gel cair sebagai blanko. Kemudian diinkubasikan dalam inkubator pada suhu
36-37ºC selama 18-24 jam. Setelah 24 jam diukur diameter hambat di sekitar punch
holedengan menggunakan jangka sorong. Pengujian masing-masing dilakukan sebanyak
6 kali
Hasil dan
pembahasan
Hasil Skrining Fitokimia
Tabel 2. menunjukan hasil skrining
fitokimia terhadap alkaloid yang
mempunyai hasil positif, sampel dengan penambahan
pereaksi Mayer mengasilkan
endapan berwarna putih, penambahan
pereaksi Bouchardat terbentuk endapan
merah, dan pada penambahan pereaksi
Dragendorf tidak terdapat endapan dan
hasilnya negatif.
Hasil organoleptis
segi warna adalah formula dengan konsentrasi 10%
dan 15% dikarenakan warna sediaan tersebut sedikit lebih
pekat, sedangkan formula 5% panelis kurang suka karena
warna dari formula 5 % sedikit pucat. Kemudian dari segi
bau, sediaan yang banyak disukai panelis adalah formula
handsanitizer 10% dikarenakan bau sediaan 10 % memberi
aroma yang sedang, sedangkan sediaan handsanitizer
yang 5% tidak memiliki aroma dan formula 15% memiliki
aroma yang lebih menyengat yang tidak disukai banyak
panelis.
Hasil Homogenitas.
Hasil pengamatan homogenitas pada semua sediaan diperoleh tidak
adanya partikel padat yang terdapat dalam sediaan, serta tidak adanya
pembentukan handsanitizer yang masih menggumpal atau tidak merata
dalam sediaan yang berarti bahan dalam sediaan tercampur dengan baik
(Ditjen POM, 1985).

Hasil pH
Menurut Tranggono dan Latifah (2007) pH kosmetik diusahakan sama
atau sedekat mungkin dengan pH fisiologi kulit yaitu 4,5-6,5.
Hasil Daya Sebar
Uji daya sebar sediaan dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya
yang kemampuan menyebar sediaan handsanitizer saat dioleskan
pada kulit. Berdasarkan (Garg, dkk, 2002) rentang daya sebar yang
disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm.

Hasil stabilitas sediaan


Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam wadah yang
transparan ditutup bagian atasnya.Selanjutnya disimpan pada suhu
kamar, dan diamati setiap minggu sampai 12 Minggu.
KESIMPULAN

1. Sediaan antiseptik tangan handsanitizer dari sari air kulit buah salak (Salacca
zalacca (Gaertn.) Voss) dapat diformulasikan kedalam sediaan handsanitizer,
mempunyai aroma khas kulit buah salak, homogen, mempunyai pH fisiologis kulit
yaitu ,0-5,7, memiliki daya sebar yang stabil, dan formula yang paling disukai yaitu
konsentrasi 10%

2. Hasil uji aktivitas antibakteri


handsanitizer dari sari air kulit buah salak konsentrasi 5%, 10% dan 15% memiliki
daya hambat bakteri Staphylococcus aureus konsentrasi 15% dengan diameter
hambatan rata rata sebesar 8,3±0,45 mm; 13,3±0,43 mm; dan 17,2 ± 0,45 mm.
Handsanitizer dengan konsentrasi yang sama mempunyai aktivitas antibakteri
terhadapbakteri Escherichia coli diameter rata-rata 7,25±0,45 mm;12,25±0,45 mm;
dan16,25±0,45 mm.
Thank you...
Any question?
FORMULASI SEDIAAN MASKER
KRIM EKSTRAK DAUN JAMBU
BIJI (Psidium gaujava L.)

DOSEN PENGAMPU

Apt. Galih Dwi Mulyati, S.Farm.,M.Farm


Anggota Kelompok 7
1. Windi Setia Anggraini 201901243
2. Windu Aria Renita 201901244
3. Yuni ulvia 201901245
4. Yurida Royani fisabella 201901246
5. Zarifa Salsabilla 201901247
6. Zhelvi Olvia 201901248
7. Riska Oktapia 201901249
FORMULASI SEDIAAN MASKER KRIM EKSTRAK
DAUN JAMBU BIJI (Psidium gaujava )

Masker merupakan sediaan kosmetik yang digunakan


untuk perawatan kulit wajah yang digunakan untuk
mengencangkan kulit, mengangkat sel-sel tanduk,
menghaluskan dan mencerahkan kulit. Salah satu
tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk
menghasilkan zat antioksidan alami adalah daun jambu biji
yang mengandung flavonoid.
Fitokimia (Daun jambu biji)

Daun Jambu Biji yang memiliki kandungan astringent


yang dapat meningkatkan kualitas tekstur kulit.
Daun jambu biji memiliki kandungan yang bermanfaat
bagi tubuh kita diantaranya anti inflamasi, anti
metaganik, anti mikroba dan analgesik. Selain itu,
didalam daun biji juga terkandung senyawa-senyawa
kimia seperti, polifenol, karoten, flavonoid, dan tanin
yang memiliki antioksidan yang berkhasiat untuk
mengobati beberapa penyakit.
Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel
diekstraksi dengan cara maserasi selama 3x24 jam dengan
menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstrak kental
yang diperoleh sebagai zat aktif dengan konsentrasi 1%,
3%, dan 5%. Pengujian sediaan meliputi uji organoleptis,
pemeriksaan homogenitas, pH sediaan dan uji iritasi
terhadap sukarelawan.
Formulasi
Alat :
Wadah stoples, pH meter, lumpang porselen,
stamfer,batang pengaduk, spatel, termometer, objek
glass, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, isolatip
transparan, kertas saring, tisu,penangas air, pipet tetes
dan sudip.

Bahan :
Asam stearat, trietanolamin, adepslanae, parafin cair,
nipagin, nipasol, aquadest dan ekstrak daun jambu biji.
Prosedur pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang daun jambu biji kering sebanyak 1 kg kemudian
dimasukan kedalam toples kaca.
3. Ditambahkan etanol 70% hingga sampel terendam sempurna.
4. Ditutup toples dengan lakban hitam yang sebelumnya diberi
aluminium foil.
5. Dilakukan ekstraksi secara maserasi selama 3x24 jam, pada suhu
kamar terlindung dari cahaya, sambil sering di aduk
6. Dilakukan penyarian setelah 3x24 jam, disaring menggunakan kain
flanel selanjutnya dirotavapor dengan suhu 50-70o % untuk
mendapatkan ekstrak kental.
Formula Dasar Pembuatan Krim

Parafin liquidum 6,25 g


Asam stearat 3,525 g
TEA 0,375 g
Adepslanae 0,75 g
Nipagin 0,025 g
Nipasol 0,25 g
Aquadest ad 25 ml
Dibuat dasar krim sebanyak 100 gram untuk pembuatan Formula krim
wajah ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 1%,3%, 5%, dan
blanko. Masing-masing formula dibuat sebanyak 25 g
Dengan demikian formula dasar krim yang dibuat sebagai berikut:
Paraffin liquidum =6,25x4=25 g
Asam stearat=3,625x4=14,4 g
TEA=0,375x4=1,5 g
Adepslanae =0,75x4 =3 g
Nipagin = 0,025x4=0,1 g
Nipasol = 0,25x4=1 g
Aquadest sampai 100 ml

Pembuatan Masker Krim : 3%, 5%, dan blanko. Adapun yang


Konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang digunakan dalam penelitian
yaitu 1%
Cara pembuatan

Setelah ditimbang, bahan-bahan yang terdapat dalam formula krim di


pisahkan dalam dua kelompok yaitu fase minyak (parafin cair,
adepslanae, dan asam stearat) dan fase air (trietanolamin, nipagin,
dan nipasol). Fase minyak (parafin cair, adepslanae dan asam
stearat) dimasukan kedalam cawan penguap dan dilebur diatas water
bath (massa I). Fase air (trietanolamin, nipagin, dan nipasol)
dilarutkan kedalam air panas digerus dimasukan kedalam lumpang
panas tambahkan massa II sambil digerus secara konstan
tambahkan aquadest perlahanlahan dan terus digerus sampai
berbentuk dasar krim yang homogen, kemudian tambahkan ekstrak
daun jambu biji sampai homogen, selanjutnya dimasukan kedalam
wadah yang sesuai.
Pengamatan homogenitas dapat dilakukan
dengan mengoleskan sediaan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan
jika tidak ada butiran butiran, maka sediaan
tersebut dikatakan homogen. Dari percobaan
yang telah dilakukan pada sediaan masker krim
ekstrak daun jambu biji tidak diperoleh butiran-
butiran maka sediaan tersebut dikatakan
homogen.

Anda mungkin juga menyukai