Anda di halaman 1dari 8

IV.

2 Pembahasan
Penetapan susut pengeringan adalah senyawa yang menghilang selama proses pemanasan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa Susut pengeringan sampel
adalah 99,8952%. Hal ini dianggap keliru karena tidak mungkin senyawa yang hilang dari sampel
lebih dari 90%.Hal ini disebabkan nilai terakhir bobot sampel belum mencapai nilai konstan.Selain itu,
juga dapat disebabkan kekeliruan saat menimbang karena alat timbang yang digunakan kurang
stabil dan pada saat melakukan pengeringan di dalam oven penutup botol timbang tidak dibuka.
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan.
Pada praktikum ini, didapatkan sebanyak 0,3 mL air yang tertampung pada destilator dari 1 gram
ekstrak atau kadar air dalam ekstrak daun jeruk manis adalah 30% dalam 1 gram ekstrak. Tidak ada
pustaka yang menjelaskan persen kadar air dalam ekstrak daun jeruk manis. Namun, menurut
BPOM, kadar air yang baik untuk simplisia atau ekstrak adalah tidak lebih dari 10% (8).
Sehingga, ekstrak daun jeruk yang digunakan tidak memenuhi syarat mutu ekstrak yang baik.
Kelebihan kadar ini dapat disebabkan disebabkan kekeliruan dalam menentukan jumlah toluene
jenuh air yang digunakan sehingga tidak hanya air dari ekstrak yang menguap tetapi dari pelarut yang
digunakan.
Menurut pustaka, Hasil terbaik untuk rendemen minyak atsiri kulit jeruk manis dengan pelarut n-
heksana didapatkan pada suhu 50 °C dan 90 menit yaitu 1,34% dari 300 gram kulit jeruk manis halus
(14).Namun hasil yang didapatkan adalah 0,4166 %kadar minyak atsiri dalam 120 gram kulit jeruk
manis. Hal ini, tidak sesuai dengan pustaka karena dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
suhu dan waktu penguapan yang digunakan tidak sama dengan suhu pada pustaka serta alat yang
digunakan tidak dalam kualitas baik seperti pompa air dingin yang sering terlepas sehingga, bisa saja
saat ada uap, tidak terjadi kondensasi karena tidak adanya air dingin yang mengalir pada kondensor.
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa %susut pengeringan
simplisia kunyit adalah 99,8952%, terdapat 0,4166 % kadar minyak atsiri dalam 120 gram dkulit jeruk
manis, terdapat 30% kadar air dalam ekstrak kulit jeruk manis.
https://www.scribd.com/document/471884373/MAKALAH-SIMPLISIA-Nur-Inaya

https://www.scribd.com/document/391209216/LAPORAN-SUSUT-PENGERINGAN

https://www.scribd.com/document/461416392/Laporan-Kadar-Sari-Larut-Air-khotibul-umam

F. PEMBAHASAN
Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau
langsung dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai
segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari
bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya. Sehingga
agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan
simplisia sangat diperlukan.
Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan
digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasi untuk
menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter
standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan
ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah
penetapan kadar sari pada pelarut tertentu.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang
dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). (Ditjen POM, 2000)
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk
melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat
mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009).
Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam
dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol, simplisia terlebih dahulu
dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95 %). Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada
pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.
Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu,
penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet.
Karena apabila pada saat masrasi hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses
hidrolisis yang akan merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak
tersebut. Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform,
karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar sari larut air dari kulit kayu
manis adalah 11,48 % dan 33,5 % untuk kadar sari larut etanol. Kadar sari larut etanol yang
didapat lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut airnya. Hal ini karena air bersifat
polar dan etanol bersifat non polar. Jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan
non polar dibandingkan air yang hanya bias menarik senyawa yang polar saja. Oleh karena
itu etanol biasa disebut pelarut universal.
Berdasarkan kelarutan dari kandungan senyawa yang terkandung dalam kulit kayu manis
yaitu minyak atsiri 1-3%, tanin, damar, lendir (mucilago/amilum), kalsium oksalat (Depkes
RI, 1977) dapat diketahui sifat-sifat dari zat tersebut.
Misalnya tannin. Tanin mudah larut dalam air disebabkan karena adanya gula yang
terikat. Hal ini sama diungkapkan oleh Browning (1980) bahwa semua jenis tanin larut dalam
air, kelarutannya akan bertambah besar apabila dilarutkan adalam air panas. Markhan (1988)
mengatakan bahwa karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil pada flavanoid (bentuk tanin
yang umum ditemukan) maka cenderung menyebabkan flavanoid mudah larut dalam air
panas atau larutan basa encer karena cara ini adalah cara yang termurah dengan perolehan
ekstraksi uang cukup besar ( Umar, 2002). Kelarutan dalam etanol 0,82gr dalam 1 ml (70oC).
Kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC) (Anonim, 2011).
Sifat damar antara lain rapuh dan mudah melekat pada tangan pada suhu kamar, mudah
larut dalam minyak atsiri dan pelarut organic nonpolar,sedikit larut dalam pelarut organic
yang polar, tidak larut dalam air, tidak tahan panas, mudah terbakar,tidak volatile apabila
terdekomposisi dan mudah berubah warna bila disimpan terlalu lama dalam tempat tertutup
tanpa sirkulasi udara yang baik (Mulyono, 2004). Sehingga damar tersebut akan lebih banyak
terekstraksi oleh etanol.
Selain tanin dan damar, terdapat pula minyak atsiri 1-3%,
tanin, lendir (mucilago/amilum), kalsium oksalat. Minyak atsiri yang bersifat non polar akan
lebih mudah dan lebih banyak terekstraksi oleh etanol dibanding dengan air. Pati atau amilum
adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, oleh karena itu tidak akan
terekstraksi oleh air.
Dilihat dari kelarutan zat-zat yang terkandung dari simplisia tersebut yang sebagian besar
tidak larut dalam air jadi kadar sari larut airnya lebih sedikit dari pada kadar sari larut etanol.
Kadar sari yang larut dalam etanol dari kulit kayu manis pada literature (MMI) tidak
kurang dari 10%. Dari data yang didapat dari percobaan kadar sari larut dari etanol telah
memenuhi persyaratan karena hasil yang didapatkan yaitu 33,5 %.
Data kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk menentukan pelarut
yang akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat yang terekstraksi
lebih banyak yang terekstrak dari simplisia yang akan diekstrak.

G. KESIMPULAN
ü Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan
kadar sari pada pelarut tertentu.
ü Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang
dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).
ü Maserasi bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh
pelarut tersebut.
ü Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu,
penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet.
ü Pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah
memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.
ü Hasil kadar sari larut air dari kulit kayu manis yang didapat adalah 11,48 %
ü Hasil kadar sari larut etanol dari kulit kayu manis yang didapat adalah 33,5 %.
ü Data kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk menentukan pelarut yang
akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat yang terekstraksi lebih
banyak yang terekstrak dari simplisia yang akan diekstrak.

Anda mungkin juga menyukai