Anda di halaman 1dari 2

Nama:Dhea Ananda Lestari

Nim:2111111320015

Kelompok 4 Dentin

Edukasi Kepada Teman Sebaya Mengenai Dampak Merokok Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut

Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita temui di kehidupan sekitar kita
perilaku merokok yang sering dan terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan, Merokok tidak hanya
pada orang tua, remaja saat ini juga sudah menikmati rokok.Penyebab perilaku merokok pada anak usia
sekolah diantaranya adalah rasa ingin tahu, pengaruh iklan rokok, dan lingkungan keluarga. Lingkungan
sosial seperti teman sebaya, idola, dan lingkungan budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan
perilaku merokok pada remaja. Perokok usia remaja kebanyakan bejenis kelamin laki-laki, pencapaian
akademik yang buruk, memiliki orang tua perokok dan merasa kesepian. Merokok memiliki daya
merusak yang cukup besar terhadap kesehatan.
Menurut WHO rokok adalah penyebab berbagai penyakit pada perokok, baik perokok aktif maupun pasif.
Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya
kondisi patologis di rongga mulut. Merokok dapat memberikan dampak terhadap kesehatan gigi dan
mulut seperti penyakit rongga mulut yaitu penyakit periodontal yang berupa gingivitis, perubahan warna
pada gigi, karies, dan kehilangan gigi. Bukan hanya jantung dan paru-paru yang akan terkena dampak
negatif akibat merokok,kesehatan mulut merupakan salah satu hal yang akan terkena dampak buruk dari
merokok.
Merokok merupakan perilaku yang berdampak buruk baik terhadap kesehatan maupun lingkungan.
Perilaku merokok terjadi pada berbagai kalangan sekalipun mahasiswa yang merupakan individu dengan
tingkat pendidikan yang tinggi. Upaya untuk berhenti dari perilaku merokok, seorang perokok harus
memiliki motivasi yang kuat, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang adalah
pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang dampak
rokok terhadap kesehatan rongga mulut dengan tingkat motivasi berhenti merokok. Metode penelitian ini
dilakukan secara analitik korelasi dengan menggunakan desain cross sectional. Semua data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil uji statistik pada penelitian ini
menunjukkan bahwa p-value (0,000) < 0,05, artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan motivasi berhenti merokok. Hal tersebut mengindikasikan semakin tinggi tingkat pengetahuan,
maka akan semakin tinggi pula motivasi berhenti merokok.
Merokok dan menggunakan produk tembakau lain menjadi penyebab sebagian besar masalah gusi pada
orang dewasa. Merokok dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit gusi. Tembakau
menghambat aliran darah ke gusi, sehingga membuat gusi kekurangan nutrisi, oksigen dan rentan untuk
terserang infeksi. Selain itu, rokok berdampak kepada kerusakan lapisan tulang dan jaringan pada
gigi. Merokok juga menyebabkan terjadi sariawan di lidah. Pengaruh rokok terhadap rongga mulut adalah
bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok, karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil
pembakaran rokok yang utama.10 Komponen toksik dalam rokok dapat mengiritasi jaringan lunak rongga
mulut, dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa, dry socket, memperlambat penyembuhan luka,
memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas, serta dapat mengurangi asupan
aliran darah ke gingiva
Tergantung jumlah dan lamanya merokok, para perokok berisiko mengalami masalah-masalah berikut
ini:

1. Perubahan warna gigi.


2. Bau nafas tidak sedap yang bersifat menetap.
3. Berkurangnya kepadatan tulang pada rahang.
4. Periodintitis: infeksi yang disebabkan bakteri pada rongga mulut sehingga  mengakibatkan
kerusakan pada jaringan pendukung gigi.
5. Meningkatnya penumpukan plak dan karang gigi.
6. Meningkatnya risiko kanker mulut
7. Meningkatnya risiko sinusitis.
8. Peradangan kelenjer ludah.
9. Risiko timbulnya bercak-bercak putih di dalam mulut disebut leukoplakia.
10. Meningkatnya risiko penyakit gusi. Kondisi ini menjadi penyebab utama tanggalnya gigi.
11. Bertambahnya risiko lubang pada gigi.

Seorang perokok memiliki risiko enam kali lebih tinggi untuk mengidap kanker mulut dan tenggorokan
dibandingkan yang tidak merokok. Penelitian juga membuktikan bahwa dengan berhenti merokok, risiko
mengidap penyakit gusi akan menurun drastis. Selain itu, hampir semua pengguna tembakau non-isap
yang mengidap leukoplakia juga bisa sembuh dalam waktu kurang dari dua bulan. Dan cara menghindari
merokok adalah dengan Hindari berkumpul dengan teman-teman yang sedang merokok, yakinlah bahwa
rokok bukan satu-satunya sarana pergaulan, jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan perokok,
perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok, hindari sesuatu yang terkait tentang rokok (sponsor,
iklan, poster, rokok gratis), dan lakukan hal-hal positif seperti olah raga, membaca, atau hobi lain yang
menyehatkan.
Nicotine Replacement Therapy (NRT) adalah salah satu terapi untuk menghentikan kebiasaan merokok
yang relatif aman untuk semua orang. Terapi dilakukan dengan beberapa pilihan:

1. Permen karet nikotin: dikunyah perlahan-lahan selama 30 menit secara teratur.


2. Tablet isap: diisap di antara gusi dan di bagian dalam pipi selama 30 menit.
3. Tablet sublingual: tablet dibiarkan larut di bawah lidah.
4. Inhaler: dihirup secara teratur dan sesuai dosis.
5. Transdermal: ditempelkan pada kulit yang berpemukaan kering dan tidak berambut pada tubuh
bagian atas.
6. Obat semprot hidung.

Selain menyikat gigi, berkumur dengan cairan antibakteri dapat mengurangi risiko penyakit gigi dan gusi.
Telah tersedia obat kumur khusus untuk perokok. Apakah Anda perokok atau bukan, tetaplah penting
untuk memeriksakan diri ke dokter gigi jika Anda mengalami gejala berikut ini:

1. Gusi berdarah saat disikat.


2. Gigi menjadi lebih sensitif terhadap makanan panas atau dingin.
3. Gusi bengkak, nyeri, atau merah.
4. Gusi yang meregang atau menjauh dari gigi.
5. Berubahnya pertemuan deretan gigi atas dan bawah.
6. Bau mulut yang tidak kunjung hilang.

Anda mungkin juga menyukai