Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No.

1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN
MULUT SISWA SMK DI BANDAR LAMPUNG
Desi Andriyani*
*Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tanjungkarang

Kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh deposit yang melekat pada permukaan gigi, deposit tersebut
meliputi stain, plak, dankarang gigi (calculus). Faktor yang mempengaruhi pembentukan plak, stain dan
calculus adalah rokok. Perokok di Indonesia tahun 2010 yang tercatat oleh Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) mencapai 34,7%. Tiga dari empat laki–laki di Indonesia merupakan perokok. Prevalensi
tertinggi usia mulai merokok 15-19 tahun sebesar 43,3%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
merokok dengan kebersihan gigi dan mulutsiswa SMK di Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan
metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi Siswa SMK di Bandar Lampung yang
berjumlah 155 siswa dengan sampel 112 siswa. Variabel yang diteliti adalah variabel kebersihan gigi dan
mulut melalui pemeriksaan dan data perokok dikumpulkan melalui wawancara. Data dianalisis secara
univariat merokok dan kebersihan gigi dan mulut, Data Bivariat hubungan antara merokok dan
kebersihan gigi dan mulut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan katagori perokok dengan
kebersihan gigi dan mulut (p-value=.000). Pentingnya penerapan program anti merokok melalui
konseling, media, program asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS), penelitian lebih lanjut terhadap faktor fisiologis, diet makanan, dan faktor lingkungan yang
mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut.

Kata kunci: Kebersihan gigi dan mulut, Perokok

LATAR BELAKANG silinder dengan diameter setengah sampai


satu centimeter dan panjang pada
Status kesehatan masyarakat umumnya lima centimeter (Sukmana,
ditentukan oleh berbagai faktor seperti 2007).
lingkungan, perilaku masyarakat dan Pada tahun 2011 data WHO (Word
pelayanan kesehatan. Pada era globalisasi Health Organization) menempatkan
sekarang ini masalah-masalah kesehatan Indonesia pada peringkat ketiga jumlah
kian bertambah kompleks, khususnya perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan
kesehatan yang berhubungan dengan India. Hal ini bukan sesuatu yang
pergaulan seperti merokok. Kebanyakan mengherankan jika melihat persentase
perokok beranggapan bahwa merokok perokok di Indonesia pada tahun 2010
merupakan urusan pribadi yang tidak perlu yang tercatat oleh Riskesdas (Riset
dicampuri orang lain. Merokok bukan Kesehatan Dasar), yaitu mencapai 34,7%.
hanya urusan pribadi, karena asap rokok Tiga dari empat (75%) laki–laki dan 5%
tidak hanya berpengaruh terhadap diri perempuan di Indonesia merupakan
sendiri, tetapi juga berpengaruh terhadap perokok. Menurut Riskesdas 2010,
orang lain dan lingkungan sekitar, karena persentase usia mulai merokok di
dapat mencemari udara. Indonesia yaitu pada usia 5-9 tahun sebesar
Menurut Blum “perilaku merupkan 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar
faktor terbesar kedua setelah faktor 17,5%, pada usia 15-19 tahun sebesar
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar
individu, kelompok, ataupun masyarakat 14,6%, pada usia 25-29 tahun sebesar
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku merokok 4,3% dan pada usia ≥ 30 tahun sebesar
merupakan kebiasan buruk yang sudah 3,9%. Data tersebut menunjukkan
menjadi masalah kompleks terutama dalam bahwa masyarakat Indonesia paling
bidang kesehatan. Rokok adalah gulungan banyak mulai merokok pada usia remaja
tembakau yang berbalut daun nipah, (Tannos, 2011)
kertas, atau bahan lainnya berbentuk

[83]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

Perokok berdasarkan katagori permukaan gigi menjadi kasar dan


perokok terbagi atas bukan perokok (non mempermudah perlekatan plak (Manson,
smokers) adalah seseorang yang belum 2009). Dampak lain yang ditimbulkan
pernah mencoba merokok sama sekali, rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
perokok eksperimen (experimental yaitu bau mulut (halitosis), penyakit
smokers) adalah seorang yang telah jaringan pendukung gigi (periodontal),
mencoba merokok tapi tidak menjadikan karang gigi (tartar, calculus) lebih mudah
sebagai suatu kebiasaan, dan perokok tetap berkembang (Daliemunte 2001).
(regular smokers) adalah seseorang yang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
teratur merokok baik dalam hitungan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995,
mingguan atau intensitas yang lebih tinggi penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di
(Alamsyah, 2009). Berdasarkan jumlah masyarakat masih berkisar penyakit yang
rokok yang dihisap golongan perokok menyerang jaringan keras gigi (karies) dan
terbagi atas perokok ringan, perokok penyakit periodontal. Adapun untuk
sedang, dan perokok berat. Perokok ringan prevalensi penyakit periodontal
adalah seseorang yang mengkonsumsi menunjukan 42,8% dari jumlah penduduk
rokok antara satu sampai sepuluh batang di Indonesia (Priyambodo, 2011). Hasil
perhari, perokok sedang adalah seseorang penelitian Fakultas Kedokteran Gigi
yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 Universitas Indonesia menyebutkan 80%
batang perhari, perokok berat adalah orang Indonesia mengidap penyakit gigi
seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih berlubang. Persentase itu pun lebih rendah
dari 20 batang perhari (Sitopoe, 2000). dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
Bahaya merokok terhadap kesehatan (SKRT) 2004 yang dilakukan Kementerian
tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh Kesehatan, survei itu menyebut prevalensi
banyak orang. Efek-efek yang merugikan karies gigi di Indonesia adalah 90,05%
akibat merokok pun sudah diketahui (Malik, 2008).
dengan jelas. Banyak penelitian Kelainan patologik pada gigi dan
membuktikan bahwa kebiasaan merokok jaringan pendukung gigi akibat adanya
meningkatkan risiko timbulnya berbagai plak yaitu lubang gigi (caries), karang gigi,
penyakit. Seperti penyakit jantung dan peradangan pada gusi/ginggiva (gingivitis),
gangguan pembuluh darah, kanker paru- peradangan pada jaringan pendukung gigi
paru, kanker rongga mulut, kanker laring, (periodontium), saku gusi (sulcus
kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah ginggiva) menjadi lebih dalam (Djuita,
tinggi, impotensi, serta gangguan 1992). Dikemukakan Ketua Umum
kehamilan dan cacat pada janin (Yudhi, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI),
2008) drg Emir M Muis, ada banyak penyakit
Zat kimia yang dikeluarkan rokok yang berawal dari mulut dan gigi. Menjaga
terdiri dari komponen gas 85% dan kesehatan mulut berarti juga menjaga
partikel. Komponen gas asap rokok adalah kesehatan seluruh badan, karena mulut
karbonmonoksida, amoniak, asam adalah pintu masuk segala macam benda
hidrosianat, nitrogen oksida, dan asing ke dalam tubuh, Masalah utama yang
formaldehid, sedangkan partikelnya berupa menyebabkan sakit gigi umumnya adalah
tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. lubang pada gigi. Bila tidak sering
Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan dibersihkan, gigi yang berlubang itu sangat
menimbulkan kanker. Pada saat rokok mudah dimasuki kuman dan bakteri. Yang
dihisap tar masuk ke dalam rongga mulut menakutkan, kuman yang bersarang pada
sebagai uap padat. Setelah dingin akan gigi berlubang itu bisa menembus ke
menjadi padat dan membentuk endapan pembuluh darah, dan akhirnya mengumpul
berwarna cokelat pada permukaan gigi di jantung. Selain itu, sejumlah penelitian
(staining), saluran pernapasan, dan paru- menunjukkan, bakteri yang terikut aliran
paru (Yudhi, 2008). Tar yang diendapkan darah bisa memproduksi sejenis enzim
pada permukaan gigi menyebabkan yang mempercepat proses pengerasan

[84]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

dinding pembuluh darah, sehingga 10 siswa di dua buah sekolah yang menjadi
pembuluh darah menjadi tidak elastis kelompok referensi Sekolah Menengah
(aterosklerosis). Bakteri juga bisa Kejuruan (SMK) di Bandar Lampung
menempel pada lapisan lemak di pembuluh yaitu SMK Negeri 2 Bandar Lampung dan
darah. Akibatnya, plak yang terbentuk SMK 2 Mei Bandar Lampung didapat hasil
menjadi makin tebal. Semua kondisi ini bahwa siswa yang merokok di SMK
menghambat aliran darah ke jantung. Hal Negeri 2 Bandar Lampung 10% dengan
ini berarti penyaluran sumber makanan dan kondisi rata-rata OHI-S 2,41 (sedang),
oksigen ke jantung juga tersendat. Jika pada SMK 2 Mei Jurusan Tehnik
berlangsung terus, jantung tak akan Komputer dan Jaringan Bandar Lampung
mampu berfungsi secara baik. Maka 40% siswa merokok dengan kondisi rata-
terjadilah penyakit jantung yang ditakutkan rata OHI-S 2,89 (sedang) dan berdasarkan
banyak orang. Ternyata dari sejumlah jumlah siswa SMK yang datang ke klinik
kasus penyakit jantung, sebanyak 54% gigi Jurusan Keperawatan Gigi > 9 orang
pasien memiliki riwayat penyakit untuk dilakukan pemeriksaan kebersihan
periodontal (Malik, 2008). gigi dan mulut .atas dasar latar belakang
Kebersihan gigi dan mulut sangat diatas maka peneliti bermaksud
dipengaruhi oleh endapan yang melekat mengadakan penelitian mengenai
pada permukaan gigi seperti staining, plak, kebersihan gigi dan mulut pada perokok
dan karang gigi. Status kebersihan gigi dan siswa di SMK 2 Mei Jurusan Tehnik
mulut dari individu atau kelompok Komputer dan Jaringan Bandar Lampung.
masayarakat dapat diukur dengan
menggunakan indeks Oral Hygiene Index
Simplified(OHI-S). Menurut green dan METODE
VermilionOHI-S merupakan nilai yang
diperoleh dari penjumlahan antara Debris Jenis penelitian analitik, yaitu
Indeks (DI) dan Calculus Indeks (CI). penelitian yang dilakukan untuk mencari
Katagori OHI-S baik (good)0-1, 2, sedang hubungan fenomena-fenomena dengan
(fair)1 , 3 -3,0, b uruk (poor)3,1 -6,0 variabel-variabel yang lain atau hubungan
“World Health Organization” menetapkan antara faktor risiko dengan faktor efek
indeks OHIS yaitu ≤1,2 (Dirjen yang bertujuan untuk mengetahui
PMDKKG, 1995). hubungan merokok dengan kebersihan gigi
Hasil penelitian Sintarini (2011), dan mulut siswa SMK di Bandar
mengenai kondisi CPITN Mahasiswa Lampung.
perokok di Fakultas Ekonomi Manajemen Variabel yang diteliti adalah
angkatan 2009 Universitas Lampung tahun variabel kebersihan gigi dan mulut melalui
2011 pada 77 mahasiswa bahwa 11 orang pemeriksaan dan variabel perokok
memiliki kondisi sehat, 5 orang kodisi dikumpulkan melalui wawancara, analisis
pendarahan, 59 orang memiliki kondisi univariat disajikan secara distribusi
karang gigi dan 2 orang yang memiliki frekuensi dan persentase. Analisis bivariat
kondisi poket dangkal.Penelitian yang yang digunakan adalah uji Chi Square,
dilakukan pada penduduk di Desa Simpang yaitu uji yang digunakan untuk
Agung Kecamatan Seputih Agung menentukan ada hubungan antara perokok
Lampung Tengah yang berjenis kelamin dengan kebersihan gigi dan mulut.
laki-laki didapatkan hasil bahwa ada Selanjutnya hasil analisis dibandingkan
pengaruh antara kebersihan gigi dan mulut dengan tingkat kemaknaan penelitian
dengan kebiasaan merokok, dengan sampel α=0,05. Hipotesis dijawab dengan
perokok 33 orang didapatkan hasil 57,57% membandingkan nilai p value dengan nilai
kebersihan gigi pada tingkat buruk, alpha. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka Ho
27,27% pada tingkat sedang, dan 15,16% ditolak atau Ha diterima dan jika p value>
pada tingkat baik. (Suryati, 2010).Survei 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

[85]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

HASIL responden. Hasil uji statistic diperoleh p-


value =.000 (< 0,05) maka Ho ditolak dan
Analisis univariat Ha diterima yang artinya ada hubungan
antara merokok dengan status Kebersihan
Tabel 1: Distibusi Responden Berdasarkan Gigi dan Mulut.
Perokok

Kategori f % PEMBAHASAN
Merokok 73 65,2
Tidak Merokok 39 34,8 Perokok
Jumlah 112 100 Karakteristik kategori perokok dari
112 Responden, 73 (65,2%) adalah
Berdasarkan Tabel 1 didapat dari perokok. Banyaknya perokok pada siswa
112 responden ada 73 (65,2%) responden tidak terlapas dari banyaknya faktor yang
yang merokok dan 39 (34,8%) responden menyebabkan seseorang mempunyai
yang tidak merokok. kebiasaan merokok yaitu a). faktor
farmakologis yaitu zat nikotin yang
Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan terdapat dalam rokok yang dapat
Tingkat Kebersihan Gigi dan mempengaruhi perasaan atau
Mulut kebiasaan, b). faktor sosial yakni jumlah
teman yang merokok, merokok yang
Kebersihan Gigi &Mulut f % dirasakan akan lebih diterima dalam
Baik 38 33,9 lingkungan teman dan merasa lebih
Sedang 45 40,2 nyaman, c). faktor psikologis yakni
Buruk 29 25,9 merokok dianggap dapat meningkatkan
Total 112 100
konsentrasi, d). faktor iklan, iklan idustri
rokok dapat memasuki kehidupan
Berdasarkan Tabel 2 didapat bahwa
masyarakat dengan menjadi sponsor utama
responden yang memiliki kebersihan gigi
berbagai tayangan olah raga, acara-acara
dan mulut baik sebanyak 38 (33,9%)
musik sehingga menarik perhatian remaja
responden, sedang 45 (40,2%) responden
yang menjadi salah satu sasaran industri
dan buruk 29 (25,9%) responden.
rokok (Alamsyah, 2009).
Selain faktor di atas usia mulai
Analisa Bivariat
merokok di Indonesia sebagai penyebab
banyaknya perokok. Usia mulai merokok
Tabel 3: Hubungan Perokok dengan
yang setiap tahun semakin muda. Bila dulu
Tingkat Kebersihan Gigi dan
orang mulai berani merokok biasanya
Mulut
mulai Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Kebersihan gigi dan p
maka sekarang dapat dijumpai anak-anak
Katagori mulut value Sekolah Dasar (SD) sudah mulai banyak
Baik Sedang Buruk yang merokok secara diam-diam (Mutadin,
Merokok 3 13 23
0.000
2002).
Tidak Merokok 35 32 6 Menurut Riskesdas 2010, persentase
Total 38 45 29 usia mulai merokok di Indonesia yaitu
Berdasarkan Tabel 3 didapat bahwa pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada
responden yang tidak merokok memiliki usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia
Kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 15-19 tahun sebesar 43,3%.
35 responden, sedang 32 responden dan Observasi penelitian di SMK 2 Mei
buruk 6 responden, sedangkan responden Bandar Lampung peneliti tidak pernah
yang merokok memiliki kebersihan gigi menemukan kasus siswa merokok dalam
dan mulut baik sebanyak 3 responden, lingkungan sekolah. Siswa lebih mentaati
sedang 13 responden dan buruk 23 peraturan larangan merokok di dalam

[86]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

lingkungan sekolah. Namun kenyataannya Hubungan perokok dengan kebersihan


siswa banyak yang merokok setelah keluar gigi dan mulut
dari lingkungan sekolah. Kecendrungan Hasil uji statistic diperoleh p-value
siswa untuk merokok dipengaruhi oleh =.000 (<0,05) maka Ho ditolak dan Ha
lingkungan teman sekitar. Siswa yang diterima yang artinya ada hubungan antara
awalnya mencoba untuk merokok dan merokok dengan status kebersihan gigi dan
berteman dalam lingkungan perokok maka mulut siswa SMK 2 Mei Jurusan Tehnik
akan mudah untuk dapat menjadi perokok. Komputer dan Jaringan Bandar Lampung
Tahun 2016.
Kebersihan gigi dan mulut Rokok menyimpan bahan-bahan
Karakteristik kebersihan gigi dan kimia didalamya berupa cairan dan gas.
mulut kategori perokok dari 112 cairan kimia yang terdapat pada rokok
Responden, 45 ( 40,2%) adalah sedang. meliputi nikotin, tar, formic acid,
Rata-rata kebersihan gigi dan mulutpada methanol, yridine, Acrolein, sedangkan
kategori sedang disebabkan banyaknya komponen gas yang terdapat pada rokok
perokok pada siswa yaitu 73 ( 65,2%) yaitu karbon monoksida, hydrogen
perokok dan 39 ( 34,8%) tidak perokok . cyanide, nitrous oxide, formaldehyde,
Kondisi Kebersihan gigi dan mulutsiswa ammonia, hydrogen sulfide (Sukmana,
SMK 2 Mei Jurusan Tehnik Komputer dan 2007). Tar dalam rokok merupakan
Jaringan Bandar Lampung hampir 40,2% kumpulan cairan kental berwarna coklat
pada katagori sedang, namun terdapat juga tua atau hitam. “Tar dapat diendapkan
katagori buruk yaitu 29 (25,9%). Jumlah pada permukaan gigi dan akar gigi
katagori baik yaitu 38 (33,9%) sehingga permukaan gigi menjadi kasar
Faktor lain yang berhubungan dengan dan mempermudah perlekatan plak
kebersihan gigi dan mulut selain rokok (Manson, 2009).
adalah faktor fisiologis meliputi posisi gigi, Dampak buruk lain yang ditimbulkan
tindakan oral hygiene, anatomi gigi, oleh rokok yang berhubungan dengan
gesekan pengunyahan (friksi), struktur kebersihan gigi dan mulut adalah
permukaan gigi, anatomi jaringan sekitar pembentukan stain, pada saat rokok
gigi. Faktor diet makanan meliputi dihisap tar masuk ke dalam rongga mulut
makanan yang lunak, manis dan melekat, sebagai uap padat setelah dingin, akan
akan mempercepat terbentuknya plak. menjadi padat dan membentuk endapan
Faktor lingkungan sekitar meliputi berwarna cokelat pada permukaan gigi
lamanya waktu dan frekwensi makan (staining) (Yudhi, 2008). Karang gigi pun
dalam kegiatan sehari-hari. Berhubungan lebih mudah berkembang pada seorang
dengan waktu apabila seseorang yang merokok. Karang gigi adalah plak
mengabaikan kebersihan gigi dan mulut berisi bakteri yang telah mengalami
dalam waktu yang lama maka bakteri- pengapuran atau kalsifikasi dan menempel
bakteri dalam plak terus berkembang, dan pada permukaan gigi. Karang gigi banyak
semakin sering seseorang makan, semakin ditemukan pada perokok (Admin, 2009).
sering pula sisa-sisa makanan tertinggal di Dari penelitian yang telah dilakukan plak
dalam mulut, sehingga memudahkan dan karang gigi lebih banyak terbentuk
lapisan plak terbentuk pada permukaan pada rongga mulut perokok dibandingkan
gigi (Djuita, 1992). Tindakan oral higiene bukan perokok (Manson, 2009).
yang bisa dilaksanakan adalah menyikat Merokok lebih meningkatkan resiko
gigi dan pengguaan alat bantu sikat gigi. terbentuknya plak, stain, karang gigi yang
Sebanyak 10% penduduk Indonesia merupakan endapan yang mempengaruhi
menggosok gigi dengan cara yang benar kebersihan gigi dan mulut dibandingkan
(Malik, 2008) dengan seseorang yang tidak merokok.
Dengan demikian erat hubungan katagori
perokok dengan kebersihan gigi dan mulut.
Ketiga endapan tersebut mempengaruhi

[87]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

kebersihan gigi dan mulut. Menurut Green kebersihan gigi dan mulut sebagian besar
dan Vermillion kebersihan gigi dan mulut tingkta kebersihannya pada tingkat sedang
dapat dikatagorikan kedalam tingkatan 45 (40,2%). Ada hubungan perokok
baik, sedang dan buruk. dengan kebersihan gigi dan mulut, nilai p-
Faktor fisiologis yang mempengaruhi value = .000.
kebersihan gigi dan mulut adalah a) Posisi Disarankan untuk dicanangkan
gigi, posisi gigi yang berjejal dan tidak program anti merokok melalui konseling,
teratur dalam lengkung rahang media sehingga jumlah perokok pada
mempermudah deposit melekat pada siswa dan masyarakat dapat ditekan,
permukaan gigi. b) Tindakan oral hygiene, melaksanakan program asuhan kesehatan
tindakan ini berkaitan dengan perilaku gigi dan mulut melalui UKS dengan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kemitraan secara lintas sektoral untuk
yang meliputi menyikat gigi, penggunaan pencapaian derajat kesehatan gigi dan
alat bantu sikat gigi, dan kontrol kesehatan mulut yang optimal.
gigi termasuk kebersihan gigi dan mulut.
c) Anatomi gigi, bagian gigi yang
terlindungi dibawah bagian yang cembung,, DAFTAR PUSTAKA
pit dan fissure gigi, ruang dibawah titik
kontak gigi mempermudah lapisan plak Alamsyah, Mayasari, Rika. 2009, Faktor-
melekat pada tempat tersebut. d) Gesekan faktor yang mempengaruhi
pengunyahan (friksi), yaitu perilaku kebiasaan merokok dan
mengunyah makanan seseorang bila hubungannya dengan setatus
mengunyah hanya menggunakan sebelah penyakit periodontal remaja dikota
rahang maka, bagian yang tidak Medan tahun 2007. Tersedia di
dipergunakan untuk mengunyah tempat (Hptt// repository. USU. ac.
yang baik bagi pertumbuhan plak dan id/bitsream/123456789/6703/1/09EO
deposit makanan melekat.e) Struktur 2236.pdf)
permukaan gigi, anatomi jaringan sekitar Aulia, Lisa, Ellizabeth, 2010. Stop
gigi, Struktur permukaan gigi yang kasar Merokok, Garai ilmu, Jogjakarta.
dan tepi gusi yang tidak baik akan Djuita Indah, Spesifik protection, Depkes
mempercepat pertumbuhan plak. RI, SPRG, Jakarta, 1992.
Faktor diet makanan meliputi diet Hastono SP, Analisa Data, Fakultas
makanan yang lunak, manis dan melekat Kesehatan Masyarakat UI, Depok,
akan mempercepat terbentuknya plak, 2001.
dibandingkan dengan diet makanan yang Kandungan Rokok, 2012, Tesis. Tersedia
cair dan berserat, keras. (http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok)
Faktor lingkungan sekitar meliputi [3 desember 2011]
lamanya waktu dan frekwensi makan Kusuma ARP, Pengaruh Merokok
dalam kegiatan sehari-hari. Bila seseorang Terhadap Kesehatan Gigi dan
mangabaikan kebersihan gigi dalam jangka Rongga Mulut, Tesis, Unissula,
waktu yang lama dan makin seringnya 2012.
frekwensi makan manis dan melekat akan Meldyiam, 2012, Kandungan Tar Rokok
semakin sering dan mudah plak tumbuh Cerutu. Tersedia (http://meldyiam.
dan berkembang pada permukaan gigi. blogspot.com/2012/05/pengertian-
lenkap-tentang.html) [14 juli 2012]
Sitopoe M, Kekususan Rokok Indonesia.
KESIMPULAN PT Gramedia; jakarta, 2000
Notoatmodjo S, Promosi Kesehatan Dan
Berdasarkan hasil penelitian maka Ilmu Prilaku, Rineka Cipta, Jakarta,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 2007.
responden adalah perokok sebanyak 73
siswa (65,2%), sedangkan untuk

[88]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

Suryati, 2004, Hubungan Kebersihan Gigi Sintarini, 2011. Kondisi CPITN


dan Mulut dengan Kebiasaan padamahasiswa perokok
Merokok pada Penduduk Desa difakultasekonomi Manajemen
Simpang Agung RT 05 RW 08 angkatan 2009Universitas Lampung
Kecamatan Seputih Agung Lampung tahun 2011.Tipe-tipe perokok
Tengah, KTI Politeknik Kesehatan menurut sitepoe, 2012, tesis.
Tanjung Karang, Keperawatan Gigi, Tersedia (http://www.unissula.ac.id),
Bandar Lampung. [24 Desember 2011]

[89]

Anda mungkin juga menyukai