Merokok adalah menghisap bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh (Prasetya Lukyta., 2016).
Perilaku merokok banyak dilakukan pada masa remaja. Pada tahun 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi remaja usia 16 –19 tahun yang merokok 20,5 %. Usia merokok pada remaja di Indonesia
sekarang adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok pemula usia 10 –14 tahun
meningkat lebih dari 100 % dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun (Riskesdas, 2018).
Rokok dibuat dengan bahan utama adalah daun tembakau yang dikeringkan yang dapat
mengandung 1% – 3% senyawa nikotin. Bila rokok dinyalakan dan asapnya dihisap maka nikotin
dalam darah meningkat sekitar 40 – 50 mg/ml darah. Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit
Persahabatan, Agus Dwi Susanto mengatakan, rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia,
sebanyak 60 di antaranya bersifat karsinogenik atau penyebab kanker (Kompas, Mei 2016). Lebih
lanjut menurut Aditama (1992) ada sekitar 4000 bahan kimia yang dihasilkan dari pembakaran
rokok, dan yang bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker diantaranya adalah nikotin,
gaskarbon monooksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, ammoniak, asetilen, benzaldehid, uretan,
benzen, metanol, koumarin, 4-etilkatekol, ortokresol, perilen dan lainnya, yang berada dalam bentuk
komponen gas dan padat atau partikel. Komponen padat atau partikel dibagi lagi menjadi nikotin
dan tar. Dikatakan pula bahwa tar merupakan kumpulan ribuan bahan kimia bersifat karsinogenik
yang terdapat dalam asap rokok. Sementara nikotin, selain dapat menjadi senyawa nitrosamin yang
bersifat karsinogenik juga merupakan senyawa adiktif, yang menyebabkan seseorang ketagihan dan
menimbulkan rasa ketergantungan.
Kandungan rokok ini menyebabkan kerusakan dan berbagai macam penyakit di mulut seperti
periodonitis (infeksi pada gusi), penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring) dan
laringitis(infeksi laring atau pita suara), penyakit di bronkus seperti bronkitis (infeksi bronkus), dan
Selain menginduksi kanker, konsumsi nikotin dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru dan
saluran pernafasan. Glutation (GSH) merupakan senyawa antioksidan sebagai pelindung fital dari
intra- dan ekstra seluler dalam paru-paru. Menurunnya metabolisme GSH dalam alveolus dan paru-
paru merupakan penyebab utama dari banyak kasus radang paru-paru (Irfan dan William, 1999).
Diterangkan juga bahwa pada perokok kronis (menahun), terjadi peningkatan GSH pada cairan
dinding epitel paru-paru, tapi pada perokok akut (mendadak tapi parah) tidak didapatkan GSH
(habis) pada sel. Dengan terjadinya peradangan pada paruparu dan saluran pernafasan dapat
menginduksi rusaknya elastisitas paru-paru (Aula & Lisa, E., 2015).