Kelompok :
Merokok merupakan faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal
maupun sistemik. Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia
yang paling berbahaya dalam asap rokok.
Peserta dalam kegiatan edukasi ini adalah 100 warga masyarakat Desa Banabungi.
Mayoritas yang mengikuti kegiatan edukasi ini adalah laki – laki 60 responden (60%) dan
Minoritas perempuan 40 responden (40%), kemudian bersadarkan berdasarkan usia mayoritas
responden berusia 20-30 tahun 55 responden (55%), berikutnya usia antara 31-40 tahun
sebanyak 30 responden(30%) dan urutan terakhir usia 40 keatas sebanyak 15 Responden
(15%), responden berdasarakan pekerjaan beragam mulai dari yang paling banyak adalah
siswa/mahasiswa sebanyak 30 Responden (30%), selanjutnya urutan ketiga ada petani 25
Responden (25%) dan lain-lain sebanyak 25 Responden (25%) selanjutnya karyawan swasta
sebanyak 10 Responden (10%) dan PNS/TNI/POLRI menduduki urutan kelima ada 10
Responden (10%). Lalu untuk tingkat Merokok dan Tidak Merokok mayoritas responden
Merokok sebanyak 55 Responden (55%), sedangkan yang tidak Merokok sebanyak 45
Responden (45%)
ABSTRAK
Smoking is a risk factor for several types of disease, both local and systemic. Tar, nicotine
and carbon monoxide are the three most dangerous chemicals in cigarette smoke.
This Community Service activity aims to provide education to the people of Banabungi about
the risk factors that smoking can cause lung cancer. The implementation of this activity was
divided into 4 sessions, namely pre-test session, seminar session, question and answer
session and post-test session.
Participants in this educational activity were 100 residents of Banabungi Village. The
majority who took part in this educational activity were men 60 respondents (60%) and a
minority of women 40 respondents (40%), then based on age the majority of respondents
were 20-30 years old 55 respondents (55%), the next age was between 31-40 years as many
as 30 respondents (30%) and the last rank is aged 40 and over as many as 15 respondents
(15%), respondents based on various occupations starting from the most numerous being
students with 30 respondents (30%), then in third place there are farmers 25 respondents
(25%) and others with 25 respondents (25%), followed by private employees with 10
respondents (10%) and civil servants/TNI/POLRI in fifth place with 10 respondents (10%).
Then for smoking and non-smoking levels, the majority of respondents who smoke are 55
respondents (55%), while those who do not smoke are 45 respondents (45%)
The results of this service activity obtained an increase in smokers' awareness about
smoking as a risk factor for lung cancer.
PENDAHULUAN
Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker paru. Paparan asap
rokok yang lama dapat menyebabkan seseorang menderita kanker paru sebesar 80-90%.
Rokok mengandung sekitar 4000 senyawa kimia, salah satu diantaranya adalah Polisiklik
Aromatik Hidrokarbon (PAH). PAH adalah senyawa yang paling banyak dijumpai pada asap
rokok dan bersifat karsinogenik.
Sampai kini, telah berhasil diisolasi berbagai macam zat kimia hingga mencapai lebih
dari 4000 senyawa pada asap rokok. Sebagian besar senyawa tersebut bersifat toksik bagi sel-
sel tubuh kita. Substansi toksik dalam bentuk gas, yaitu berupa karbon monoksida (CO),
hidrogen sianida (HCN), oksida nitrogen, serta zat kimia yang volatil seperti nitrosamin,
formaldehid banyak terdapat dalam asap rokok. Selain mengandung bahan-bahan yang
bersifat toksik, di dalam asap rokok terdapat juga zat-zat radikal bebas, di antaranya
peroksinitrit, hidrogen peroksida, dan superoksida. Radikal bebas dalam asap rokok dapat
mempercepat kerusakan seluler akibat stress oksidatif.
Insidens tertinggi kejadian kanker pada laki laki adalah kanker paru. Kasus kanker
paru di dunia dijumpai sekitra 1,8 juta jiwa dan sekitar 1,31 juta jiwa mengalami kematian
oleh karena nya (Loomis, Huang and Chen, 2014). Jumlah penderita kanker paru di Indonesia
menempati urutan ketiga setelah Cina dan India (Loomis, Huang and Chen, 2014). Pasien
kanker paru yang meninggal di Indonesia mencapai lebih dari 30.000 jiwa (Sung et al., 2021).
Insidens tertinggi kejadian kanker pada laki laki adalah kanker paru. Kasus kanker
paru di dunia dijumpai sekitra 1,8 juta jiwa dan sekitar 1,31 juta jiwa mengalami kematian
oleh karena nya (Loomis, Huang and Chen, 2014). Jumlah penderita kanker paru di Indonesia
menempati urutan ketiga setelah Cina dan India (Loomis, Huang and Chen, 2014). Kanker
paru di Indonesia menempati urutan ketiga penyakit kanker terbanyak setelah kanker
payudara dan kanker serviks (Sung et al., 2021). Pasien kanker paru yang meninggal di
Indonesia mencapai lebih dari 30.000 jiwa (Sung et al., 2021). Seorang perokok memiliki
risiko sepuluh kali lebih besar menderita kanker paru dibandingkan dengan yang tidak
merokok (Rappaport, 2012).
Proses karsinogenesis kanker paru melibatkan dua faktor antara lain faktor lingkungan
dan faktor penjamu. Faktor lingkungan merupakan paparan zat karsinogenik dari luar tubuh,
salah satunya adalah asap rokok (Komite Penanggulangan kanker Nasional, 2016). Merokok
merupakan suatu faktor risiko kanker paru yang dapat dimodifiaksi, sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya kanker paru (Bergen and Caporaso, 1999). Angka kejadian
perokok di Indonesia dapat ditekan dengan cara melakukan upaya promosi kesehatan
mengenai perilaku dan metode berhenti merokok. Berdasarkan penelitian bahwa faktor yang
dapat mendorong perokok untuk berhenti merokok adalah dukungan sosial dari keluarga atau
orang terdekat, kontrol diri, tingkat ekonomi, kesadaran dari diri sendiri (Ardita, 2016).
Kesadaran yang tinggi dari diri sendiri akan bahaya merokok dan dampaknya pada kesehatan
akan menimbulkan keinginan yang besar untuk berhenti merokok (Faridha Alexander
Zulkarnain, 2020).
kanker mulut,
faring (tenggorokan atas),
hidung dan sinus,
laring (kotak suara),
kerongkongan (pipa makanan),
hati,
pankreas,
lambung,
ginjal,
usus,
ovarium,
kandung kemih,
leher rahim, dan
beberapa jenis kanker darah seperti leukemia.
Selain itu, durasi merokok juga berpengaruh pada risiko serangan kanker. Semakin
banyak rokok yang kamu isap sehari, semakin tinggi risiko kanker, jadi mengurangi jumlah
rokok yang kamu isap sehari bisa menjadi langkah awal yang baik untuk kemudian berhenti
secara total dari kebiasaan ini.
Setiap 15 batang rokok yang diisap, ada perubahan DNA yang menyebabkan sel
dalam tubuh menjadi kanker. DNA di semua sel tubuh mengendalikan bagaimana mereka
bekerja, jadi jika DNA rusak tubuh ikut mengalami efeknya. Bahan kimia dalam asap rokok
merusak sistem pembersihan yang digunakan tubuh kita untuk menghilangkan racun,
sehingga tubuh perokok menjadi kurang mampu menangani bahan kimia beracun
dibandingkan dengan mereka yang memiliki paru-paru dan darah yang sehat.
Menurut Drg Rahmi Amtha, MDS. Sp.PM, PhD, ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut
Indonesia, Rokok mengandung ratusan zat karsinogen atau zat yang dapat memicu kanker.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebiasaan yang dapat memicu penyakit
kanker paru paru adalah merokok. Bahkan, sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan
sekitar 70% pada wanita disebabkan oleh asap rokok. Jika Anda merupakan perokok aktif
yang kuat, maka semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada
wanita), disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Penyebab lainnya
yaitu paparan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran
oven arang di lingkungan kerja, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga
merokok.
Sementara itu, paparan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru, masih belum
ditemukan secara pasti. Kemudian, sejumlah pasien kanker paru-paru juga memiliki riwayat
adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Terkadang, kanker paru (terutama
adenokarsinoma) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena
penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis
Secara umum merokok adalah penyebab utama kanker paru-paru, terdapat juga
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker paru-paru adalah sebagai berikut:
Sering kali gejala baru akan muncul ketika tumor sudah membesar dan kanker mulai
menyebar ke jaringan lainnya.
Namun, beberapa gejala awal yang kerap dialami pengidap kanker paru-paru adalah sebagai
berikut:
Apabila sudah mencapai kondisi ini, maka beberapa gejala yang berpotensi muncul pada
pengidap kanker paru-paru adalah:
Sakit kepala
Masalah pernapasan
Berat badan turun secara drastis
Penurunan daya ingat
Keseimbangan tubuh terganggu
Mata dan kulit berubah kekuningan
Nyeri pada sendi dan tulang
Pembengkakan kelenjar getah bening
Kesulitan dalam menelan
Nafsu makan hilang
Dahak disertai darah
Terdapat sumbatan atau peradangan pada paru-paru
Pencegahan kanker paru-paru bisa dilakukan dengan beberapa upaya berikut ini:
Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus yang
berasal secara primer dari paru (PDPI, 2011).
Kalsifikasi kanker paru berdasarkan histologi sel kanker paru menurut WHO dibagi menjadi:
Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil (KPKSK = Small Cell Carsinoma)
Kanker paru-paru sel kecil dapat menyerang siapa saja, namun biasanya menyerang
orang-orang yang memiliki riwayat panjang penggunaan tembakau, khususnya
merokok. Kanker paru-paru sel kecil adalah kanker paru-paru langka yang tumbuh
dengan cepat. Satu-satunya cara untuk mencegah kanker paru-paru sel kecil adalah
dengan berhenti merokok.
Kanker Paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = Non Small Cell Carsinoma)
Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil dapat menyerang perokok maupun
perokok pasif. Kanker paru-paru bukan sel kecil adalah sekelompok kanker paru-paru
yang berperilaku sama, seperti karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Gejalanya adalah batuk yang tidak sembuh, sesak napas, penurunan berat badan, atau
batuk darah. Penanganan berupa operasi, kemoterapi, dan radiasi
Karsinoma Sel Squamosa (KSS)
Skuamosa karsinoma sel paru adalah jenis kanker paru-paru non-sel kecil yang lambat
tumbuh . Gejalanya adalah batuk yang tidak hilang dan sesak napas. Pengobatan
umum meliputi operasi. Jika kanker menyebar luas atau agresif, kemoterapi atau
radiasi mungkin disaranka
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah kanker paru-paru yang umum ditemukan, yang berawal dari
sel-sel kelenjar penghasil mukosa yang terletak di lapisan saluran udara Anda.
Karsinoma sel besar dapat menyerang bagian mana pun dari paru-paru dan cenderung
tumbuh dan menyebar lebih cepat dari adenokarsinoma atau karsinoma sel skuamosa
Karsinoma Sel Besar (KSB)
Karsinoma sel besar adalah jenis kanker paru-paru yang paling jarang terjadi, dan
menyumbang sekitar 1 dari 10 kasus kanker paru-paru
Dan lain-lain (bronchoalveolar carsinoma, karsinoid, dll) (PDPI, 2011)
Tabel 1. Skala Tampilan Umum Penderita
a. Tampilan Umum (Status Performances) Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan
prognosis penyakit yaitu tampilan umum, yang juga dapat menjadi indikasi untuk
menentukan jenis terapi, dan agresivitas pengobatan. Tampilan penderita kanker paru dapat
dinilai oleh dokter berdasarkan keluhan subjektif dan objektifnya. Ada beberapa skala
Internasional yang digunakan untuk menilai tampilan ini. Di indonesia sering digunakan
Karnofsky Scale tetapi skala tampilan WHO juga dapat digunakan. Berdasarkan skala
tampilan ini dapat ditentukan dapat atau tidaknya pemberian kemoterapi atau radioterapi
kuratif (PDPI, 2011).
b. Diagnosis Kanker Paru
Gejala klinis permulaan yang dialami pasien merupakan tanda awal penyakit. Kelompok usia
yang lebih muda keluhan yang sering ditemui adalah nyeri dada sedangkan pada kelompok
yang lebih tua yang paling sering adalah batuk dan sesak nafas (Ak et al., 2007).
Keluhan utama yang dapat dijumpai antara lain :
Batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen). Batuk adalah keluhan
yang paling sering muncul pada penderita kanker paru, sekitar 65-75% dan lebih
dari 25% kasus disertai dengan batuk yang produktif (Beckles et al., 2003)
Batuk darah Gejala batuk darah dapat muncul sekitar 6-35% pada pasien. Hampir
sekitar 20-30% penderita kanker paru gejala batuk berkembang menjadi batuk darah
Sesak nafas
Hampir 60% pasien kanker paru menderita sesak nafas, yang disebabkan oleh
adanya hambatan pada saluran nafas atau bagian parenkim paru
Suara serak
.Sakit dada
Sulit/sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab pada lengan dengan rasa
nyeri yang hebat
Gejala lain dapat muncul oleh karena ada metastase keluar organ paru, seperti gejala yang
timbul oleh karena kompresi yang hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang.
Beberapa gejala dan keluhan yang tidak khas antara lain (PDPI, 2011):
Peserta kegiatan edukasi ini adalah warga masyarakat Desa Banabungi yang berjumlah
100 orang. Jumlah perserta ini ditetapkan berdasarkan kesedian waktu dan kesempatan dari
warga kelurahan Pelawi Utara untuk mengikuti kegiatan edukasi ini. Seluruh warga
masyarakat yang terdapat pada kelurahan ini diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan
edukasi ini. Sosialisasi kegiatan edukasi ini telah dilakukan tiga minggu sebelum kegiatan
berlangsung
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah ceramah dan edukasi. Kegiatan
edukasi diberikan melalui 4 sesi kegiatan, yaitu: sesi pre test, sesi seminar, sesi tanya jawab,
dan sesi post test. Sebelum kegiatan ceramah dan edukasi seluruh peserta diberikan beberapa
pertanyaan melalui angket untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta mengenai topik
edukasi ini. Sesi seminar dilakukan dengan memberikan presentasi tentang prilaku merokok
sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru. Pemberian materi disampaikan oleh pemateri
yang kompeten dibidangnya. Setelah diberikan materi, peserta diberikan kesempatan
bertanya pada sesi tanya jawab. Pada sesi ini pemateri memastikan pemahaman masyrakat
sudah baik tentang merokok sebagai faktor risiko kanker paru. Sesi selanjutnya adalah post
test dimana peserta menjawab beberapa pertanyaan melalui angket untuk menilai pengetahun
peserta setelah mendapatkan edukasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Jumlah 55 30 15 100
Prosentase 55 30 15 100
%
Merokok/Tidak Merokok
110
100 100
90
70
55 55
50 45 45
30
10
Perokok /
No Inisial Jenis Kelamin Usia Pekerjaan
Tidak Perokok
Kegiatan edukasi dihadiri oleh 100 orang dari warga masyarakat desa Banabungi.
Pada sesi pertama peserta aktif mengikuti kegiatan secara tertib. Kegaitan pertama yang
dilakukan adalah pembagian angket kepada seluruh peserta untuk menilai pengetahuan
tentang merokok sebagai faktor risiko kanker paru. Setelah selesai pengisian angket
dilanjutkan dengan pemberian materi edukasi. Meateri edukasi lebih ditekankan kepada
bagaimana bahaya rokok terhadap kesehatan. Isi dari materi edukasi adalah memberikan
pengetahuan masyarakat akan bahaya dari merokok dan asap rokok yang dapat mengawali
proses inisiasi terjadinya kanker paru sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk tidak
merokok. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sebelum masuk ke dalam sesi
terakhir (Post Test) masyarakat aktif melakukan tanya jawab dengan pemberi materi. Sesi
terakhir adalah pengisian angket untuk menilai pengetahuan peserta tentang topik yang
diberikan. Berdasarkan Hasil pre test dan post test yang diperoleh bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang bagaimana mengetahui gejala-gejala dari kanker paru, upaya
yang dilakukan apabila menemui gejala kanker paru, bahaya merokok sebagai faktor risiko
terjadinya kanker paru.
KESIMPULAN
Kanker paru-paru seringkali terkait erat dengan kebiasaan merokok dan peradangan.
Penyelidikan hubungan ini akan menghasilkan gambaran yang lebih lengkap tentang
lingkungan paru-paru yang berisiko berkembangnya kanker paru-paru.
Kegiatan pengabdian Edukasi pada masyarakat yang telah dilaksanakan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan masyarakat dan kader kesehatan tentang merokok sebagai faktor
risiko terjadinya kanker paru.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian ini diperoleh meningkatnya kesadaran
perokok tentang bahaya merokok sebagai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru.
histologi kanker paru perokok paling banyak didapati adalah jenis adenokarsinoma diikuti
kemudian jenis skuamos sel karsinoma. Mayoritas responden adalah laki-laki 60% minoritas
wanita 40%, usia mayoritas responden 15-25 tahun 55% dan minoritas 45 tahun ke atas 15%.
Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden siswa/mahasiswa 30% dan minoritas
PNS/TNI/POLRI 10%, Kemudian berdasarkan tingkat merokok dan tidaknya merokok
responden mayoritas perokok 55%.
REFERENSI
dr. Rizal Fadli Diakses pada Desember 2021. Kanker Paru Inilah Alasan Asap Rokok Bisa
Memicu Kanker Paru-Paru. https://www.halodoc.com/artikel/inilah-alasan-asap-rokok-bisa-
memicu-kanker-paru-paru
Ditinjau oleh Redaksi Halodoc. 04 Februari 2019. lasan Rokok Bisa Jadi Penyebab Kanker.
https://www.halodoc.com/artikel/alasan-rokok-bisa-jadi-penyebab-kanker
Amin Z.. 2010. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo A.W., Setryohadi B., Alwi I., Simadibrata M.K.,
Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ak, G. et al. (2007) ‘Lung cancer in individuals less than 50 years of age’, Lung, 185(5), pp.
279–286.
Bergen, A. W. and Caporaso, N. (1999) ‘Cigarette smoking’, Journal of the National Cancer
Institute, 91(16), pp. 1365–1375.
Herlina, HD, S. R., & Dewi, Y. I. (2014). Hubungan Riwayat Merokok dengan stadium Ca
paru. Jurnal Online Mahasiswa, 6(1), 1–7.
Puspawati, P. R., Kristina, S. A., & Wiedyaningsih, C. (2020). Dampak merokok terhadap
kematian dini akibat kanker di Indonesia: estimasi years of life lost (YLL). Majalah
Farmaseutik, 16(1), 104. https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v16i1.49790
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2021. What Are the Risk Factors
for Lung Cancer?
Healthline. Diakses pada 2021. The Connection Between Smoking and Lung Cancer
Artikel ini dibuat dan diterbitkan oleh Siloam Hospitals, baca selengkapnya di:
*https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/kanker-paru-paru*