PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia untuk dapat melakukan
berbagai aktivitas baik secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan
hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan (WHO : Organisasi Kesehatan
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
potensi bangsa Indonesia baik masyarakat swasta maupun masyarakat Pemerintah (Depkes
RI, 2004:3).
Tujuan pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010 mengacu pada Undang-
Undang R.I No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes
RI, 2000:1)
kepada semua kalangan masyarakat Indonesia baik secara individu maupun kelompok.
mulut telah banyak dilakukan, namun tetap saja angka penyakit gigi dan mulut cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
Kesehatan gigi merupakan suatu masalah yang selayaknya mendapatkan perhatian dalam
porsi besar, sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan adalah kasus
karies gigi, karena prevalensinya cukup tinggi dalam ilmu Kedokteran Gigi di Indonesia.
Kesehatan Nasional (SURKENAS) tahun 2004 menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di
Indonesia adalah 90,05 %. Hal ini merupakan salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi
dan mulut masyarakat Indonesia. Gigi yang berlubang memang tidak sehat, namun
Terbukti dari separuh masyarakat Indonesia berusia 10 tahun mengidap masalah karies atau
Melihat keadaan ini sudah sangat jelas bahwa pencegahan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut perlu digalakkan. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah
mengurangi angka indeks karies dengan tindakan konservatif (penambalan). Penambalan gigi
adalah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan suatu bahan tambal pada lubang
gigi yang telah dibersihkan dengan pengeboran. Tujuan pengeboran adalah untuk
mengangkat dan membersihkan struktur gigi yang telah dirusak oleh asam yang diproduksi
bakteri. Setelah struktur yang rusak ini dibersihkan, lubang gigi yang baru harus diisi kembali
untuk mengembalikan fungsi gigi seperti semula, juga untuk mencegah proses kerusakan gigi
yang lebih lanjut sehingga mencegah terjadinya pencabutan. Bahan yang dipakai untuk
menambal gigi sangat bervariasi, bahan yang paling sering diaplikasikan oleh dokter gigi
Sejauh ini tambalan amalgam perak merupakan material restoratif yang paling penting dalam
sejarah kedokteran gigi. Telah miliaran tambalan amalgam yang dibuat sejak formulasi
awalnya diperkenalkan pada abad ke-19. pelopornya adalah Dokter Gigi Perancis yang
bernama Onesiphore Taveau dan ahli kimia Inggris Charles Bell yang mengalgamasikan
tambalan dari koin perak atau Ag dengan merkuri atau Hg (Preben, 1998:1).
berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh tambalan amalgam, baik oleh individu dan
kelompok pasien yang menggunakan tambalan amalgam maupun dari tenaga kesehatan gigi
tambalan amalgam tersebut terkenal dengan “Perang Amalgam”. Perang amalgam tersebut
justru telah menginisiasi didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi yang pertama didunia yaitu
amalgam kemudian diterima sebagai bahan tumpat yang ternyata paling banyak digunakan
karena kebaikan fisiknya serta ketahanannya dalam rongga mulut. Namun dibalik kelebihan
amalgam tersebut, ternyata campuran perak dan merkuri ini juga menimbulkan dampak
negatif kepada tenaga kesehatan dan pasien. Namun paparan yang terjadi pada dokter gigi
dan perawat jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien. Dengan demikian merkuri
jauh lebih berbahaya bagi tenaga kesehatan gigi daripada pasien, dan para pembantu dokter
Pro dan kontra mengenai amalgam memang tetap ada. Mengingat adanya dampak positif
yang dihasilkan dan juga diiringi oleh dampak negatif yang ditimbulkan. Amalgam memang
masih digunakan di beberapa negara, dan belum ada larangan jelas mengenai
penggunaannya. Namun negara seperti Jepang telah menolak penggunaan amalgam karena
sifatnya toksik yang mengandung merkuri, dan ada penelitian yang menunjukkan orang
dengan tambalan amalgam yang banyak menunjukkaan tingkat imun yang lebih rendah
Bekerja dilingkungan yang banyak mengandung bahan kimia, misalnya diruang praktek atau
klinik gigi akan menyebabkan efek negatif bagi kita sendiri. Banyak bahan kimia yang
berbahaya, diantaranya merkuri. Ancaman terhadap manusia semakin besar ketika bahan
beracun itu tersimpan dalam mulut manusia sebagai amalgam penambal gigi
(www.kompas.co.id). Karena sifatnya yang mudah berinteraksi dengan air, maka merkuri
dengan mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yakni melalui kulit, inhalasi (pernafasan)
maupun lewat makanan. Pekerja yang biasa menggunakan merkuri beresiko tinggi menghirup
uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat menyebabkan gangguan pada
Waktu dan cara terpaparnya pasien dengan tenaga kesehatan gigipun berbeda. Jika pasien
dapat terpapar pada waktu tindakan kondensasi, burnishing, pengukiran, pemolesan dan
pembongkaran tumpatan, tenaga kesehatan gigi akan terpapar dari mulai menakar atau
menimbang alloy dan merkuri sampai pemolesan serta pada waktu membongkar tumpatan,
ditambah lagi dengan adanya sisa-sisa merkuri yang tercecer yang tidak ditampung
sebagaimana mestinya. Cara terpaparnya para tenaga kesehatan gigi selain dari uapnya, juga
dari kontak langsung pada waktu pemerasan dan mulling yang dilakukan dengan tangan yang
hanya dilapisi dengan kain kasa. Setiap tindakan klinis diatas dapat meningkatkan tingkat
konsentrasi Hg pada udara sekitarnya. Disamping bernafas dalam udara yang telah terpolusi
Hg, sumber pemajanan Hg yang lain dapat pula berasal dari kontak langsung operator dengan
berbahaya terutama bagi tenaga kesehatan gigi, hal ini disebabkan oleh adanya kandungan
merkuri berbahaya yang terkandung di dalam tambalan amalgam tersebut. Namun pada
hakikatnya tambalan amalgam tidak dapat lagi terlepas dari dunia konservasi gigi. Maka
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh
merkuri dalam proses pembuatan tambalan amalgam bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut.
Banyaknya penggunaan merkuri di lingkungan kerja tenaga kesehatan gigi dan mulut,
hal tersebut selayaknya mendapatkan perhatian atas bahaya yang ditimbulkannya. Maka
penulis mengangkat masalah “Apakah pengaruh merkuri dalam proses pembuatan tambalan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan umum dan
Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh merkuri dalam proses pembuatan
Sehubungan dengan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini dapat memberikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
penulis sendiri sebagai input guna pengembangan dan pengaplikasian diri saat berada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan masukan
bagi penulisan selanjutnya terutama dalam hal yang terkait pada kesehatan gigi dan
mulut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna supaya tenaga kesehatan memahami
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan atau bahan tambahan untuk dapat
masyarakat.
Karya Tulis ini akan membahas mengenai merkuri, tambalan amalgam, kadar merkuri dalam
tambalan amalgam, bahaya yang ditimbulkan oleh merkuri dalam proses pembuatan
tambalan amalgam bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut serta pencegahan terhadap
keracunan merkuri dalam proses pembuatan tambalan amalgam bagi tenaga kesehatan gigi
dan mulut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Merkuri
Mercury adalah suatu Metal Toxis yang berada pada lingkungan baik bersifat organik
maupun non organik yang berada pada bentuk satu ke bentuk lain seperti pada tanah, udara,
dan air. Adapun sumber merkuri ini ditinjau dari senyawa kimia yaitu Elemental yang terdiri
dari Liquid Metal, Iorganik Salt yang terdiri dari Methyl, Ethyl, Dimethyl, Phenyl Organik
Group (Atjeh Student’s of Health Organization/ ASHO). Pada temperatur kamar Hg atau
merkuri adalah cairan logam putih keperakan, dalam bentuk logamnya, valensinya adalah nol
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hidragycum yang berarti perak cair,
logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia
mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar. Merkuri yang telah dilepaskan
kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang
Hydragyricum (Hg), merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair,
tidak berbau, berwarna keperakan, dan mengkilap. Merkuri akan menguap bila dipanaskan
sampai suhu 357‘C. Dan berdasarkan sumber berita yang didapat dari Posted Resource
Centre Online Digital Library pada bulan Agustus tahun 2005 mengatakan bahwa merkuri
atau air raksa merupakan satu-satunya logam berat berwarna putih keperakan dalam bentuk
cair pada suhu kamar. Merkuri cukup berbahaya dan beracun yang juga terbagi dalam
beberapa bentuk yang tidak berbau. Dan merkuri ini lebih dikenal dengan simbol kimianya
yaitu Hg (Webmaster@cepp.utm.my).
Merkuri atau air raksa adalah logam yang secara alami , satu-satunya logam, yang pada suhu
kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap.
Bila dipanaskan sampai suhu 357 derajat celcius air raksa akan menguap
(281online.tripod.com).
Merkuri ini berada dalam tiga bentuk yaitu elemen metalik, garam anorganik dan organik,
misalnya metal merkuri, etil merkuri, fenil merkuri (www.gatra.com). Air raksa atau merkuri
(Hg) merupakan suatu bahan kimia yang diperlukan dan dipakai oleh banyak industri seperti
industri cat, farmasi serta dipakai sebagai bahan campuran tumpatan gigi yaitu amalgam
(www.kompas.co.id).
Sifat-sifat umum dari merkuri adalah berbentuk cair, sehingga mudah menyebar di
permukaan air dan sulit dikumpulkan, bersifat mudah berubah menjadi gas dan uap (volatil)
sehingga dapat mencemari lingkungan, dapat diubah oleh mikroorganisme yang terdapat di
dalam air (laut, sungai, danau) menjadi komponen metil merkuri yang sangat beracun,
dimana dengan adanya rantai makanan memungkinkan terkumpul di dalam tubuh hewan dan
manusia, mengalami pemindahan tempat (translokasi) pada tanaman dan hewan
(www.pikiran-rakyat.com).
Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut : di
air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)).
Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap satu juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan.
Di udara 0,1 mg (miligram) metil merkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk
Batas maksimum yang disarankan untuk mengkonsumsi merkuri adalah 0,3 mg per orang per
minggu atau 0,005 mg per kg berat badan dan dari jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 0,2
Amalgam gigi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1826 sebagai ‘pasta perak’.
Tumpatan amalgam awal dibuat dari koin perak yang dicampur dengan merkuri, tetapi bahan
ini tidak dapat diandalkan dan pada abad kesembilan belas dinyatakan sebagai suatu tindakan
Amalgam adalah bahan tambal tertua dengan komposisi merkuri (43-54 %), perak,
timah, zink, dan tembaga. Bahan tambal merkuri pertama dipakai oleh dokter gigi Perancis
pada tahun 1810, kemudian penggunaannya meluas di beberapa negara karena sifat
kekerasannya, daya tahannya dan harganya yang murah. Pada tahun 1895 formula amalgam
cairan merkuri (raksa) dan 50 % bubuk campuran perak, timah, tembaga, merkuri dan zinc.
Tambalan amalgam merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter
gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak
banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal
amalgam. Kelemahan utama amalgam terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi
dengan air raksa. Reaksi yang timbul antara air raksa dan alloy amalgam disebut proses
Pencampuran kedua macam bahan tersebut dapat secara manual atau melalui alat.
Amalgam sebagai bahan tumpatan gigi geligi terutama gigi bagian posterior masih
banyak dipergunakan, baik di dalam maupun di luar negeri karena mempunyai berbagai
keuntungan yang tidak dipunyai bahan tumpatan lainnya antara lain dalam hal kekuatan
menahan daya kunyah, ekonomis, mempunyai masa kadaluarsa yang panjang serta teknik
manipulasi yang mudah. Meskipun demikian, pemakaian amalgam sebagai bahan tumpatan
gigi mempunyai resiko terjadinya pencemaran air raksa terutama bila cara penangannya
Sebelum dikenal adanya tambalan sewarna gigi, dunia tambalan gigi dikuasai oleh
amalgam. Hampir dua abad amalgam tidak memiliki saingan berarti. Tambalan amalgam
dapat disimpan lama dan dibandingkan dengan bahan restorasi lain bahan ini tidak begitu
mahal dan sampai tingkat tertentu kesalahan dalam manipulasi masih menghasilkan tumpatan
yang baik. Jika dibuat oleh operator yang terampil dan lingkungannya mendukung, bahan
tumpat ini dapat bertahan lama namun umur kliniknya rata-rata lima tahun (Pitt, 1993: 62).
Pendapat lain menyebutkan bahwa amalgam merupakan bahan tambal gigi yang
sampai saat ini masih cukup luas pemakainya. Paduan amalgam yang diproduksi di Indonesia
adalah paduan amalgam konvensional atau Low Copper Amalgam Alloys (Ellyza Herda,
1991:1). Amalgam cenderung mudah korosi di dalam lingkungan mulut karena strukturnya
yang heterogen, permukaannya yang kasar, dan adanya lapisan senyawa oksida yang belum
sempurna. Amalgam memerlukan beberapa jam untuk mencapai kekerasan penuhnya. Jika ini
lima puluh kali lebih banyak daripada amalgam konvensional. Amalgam dengan kandungan
tembaga tinggi adalah amalgam yang paling banyak dipakai. Amalgam ini disebut state of the
art, hindarilah pemakaiannya. Brune dan kawan-kawan membahas tiga tipe amalgam yakni
Amalgam dental adalah campuran suatu bubuk alloy dengan Hg yang jika telah
mengeras membentuk massa yang solid dengan kekuatan tinggi. Pada umumnya bubuk alloy
terdiri atas perak 70 %, timah 12-30 %, tembaga 5-30 % dan seng 0-2 %, bergantung kepada
macam alloynya. Amalgam perak yang telah mengeras (set) terdiri atas 43-50 % Hg yang
Amalgam dental dibuat dengan mencampur Alloy Ag-Sn dengan Hg, hasilnya
adalah pasta kental yang dapat dimasukkan ke dalam kavitas sebelum mengeras. Amalgam
yang digunakan untuk menambal gigi memang mengandung merkuri dalam bentuk cair
dicampur dengan bahan-bahan lain yakni bubuk amalgam yang terdiri dari Perak, Tembaga,
dalam tambalan amalgam bahwa amalgam yang digunakan untuk menambal gigi memang
mengandung merkuri (dalam bentuk liquid/cair) sebanyak 43-54 %, namun untuk menjadi
tambalan, dicampur dengan bahan-bahan lain yakni bubuk amalgam (amalgam alloy)
sebanyak 57-46 %, terdiri dari perak, tembaga, timah dan kadang-kadang sejumlah Zn,
2.1.4 Bahaya Merkuri dalam Proses Pembuatan Tambalan Amalgam bagi Tenaga
mengubah reaksi redoks menjadi reaksi radikal pada partikel atau senyawa yang mampu
menyimpan energi yang berasal dari sinar itu lalu memindahkannya ke molekul lain bila ada
faktor pemicu. Dengan masuknya sinar ultraviolet kebumi maka manusia yang didalam
tubuhnya terkandung senyawa sentizer tinggi seperti merkuri, antibiotik dan zat warna
tertentu akan mengalami gangguan kesehatan. Karena merkuri, antibiotik dan zat warna
mampu menyerap sinar elektromagnetik bergelombang pendek dengan sangat cepat. Begitu
pula halnya pada merkuri penambalan gigi, merkuri ini akan menyerap energi dari sinar
kesehatan di lingkungan pekerjaan dan yang paling lama dipermasalahkan serta sumber
umum yang paling banyak terjadi adalah pemajanan oleh tambalan amalgam (Preben:
1998:5).
Pencemaran air raksa terhadap lingkungan hidup akan menimbulkan dampak negatif
pada kesehatan manusia. Pencemaran tersebut akan mengakibatkan terjadinya toksisitas atau
keracunan tubuh manusia. Pencemaran air raksa di lingkungan kerja dokter gigi, dapat terjadi
Keracunan air raksa terjadi karena terbentuknya senyawa yang mudah diserap yaitu
air raksa yang teroksidasi atau terikat dengan sulfida. Air raksa mudah pula diabsorpsi
melalui kulit karena mudah larut dalam lemak. Dalam darah, air raksa diikat oleh protein
plasma dan eritrosit. Keracunan akut air raksa menunjukkan gejala-gejala seperti
berkurangnya pengeluaran air seni sampai berhenti sama sekali, rasa haus, adanya rasa sakit
dan terbakar pada kerongkongan dan perut, pusing, penglihatan menjadi kabur, tremor,
muntah darah, diare disertai lendir dan darah, sukar berbicara, menelan dan bernafas, nadi
cepat dan tidak teratur serta kulit pucat dan dingin. Sedangkan pada keracunan kronis akan
terjadi perubahan kepribadian tremor dan kejang radang selaput mata serta kebutaan, ketidak
teraturan bunyi jantung, halusinasi, urtikaria, erythema, depresi mental dan lain-lain (Harmas,
1996:38).
Munculnya berbagai tanda dan gejala keracunan merkuri pada seseorang sangat
bervariasi dan tidak pula pada kadar yang sama. Untuk mencapai kadar tertentu di dalam
tubuh manusia, bisa memerlukan waktu yang sama. Untuk mencapai kadar tertentu di dalam
tubuh manusia, bisa memerlukan waktu yang sangat panjang, sampai beberapa puluh tahun.
Tergantung kadar merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui rantai makanan maupun pintu
masuk seperti lewat udara (inhalasi) serta kulit. Keracunan merkuri sekurangnya
menimbulkan tanda dan gejala pada syaraf, saluran pencernaan dan kulit. Tanda dan gejala
pada sitem syaraf pusat antara lain berupa gemetar (tremor), kejang, penglihatan menjadi
kabur (rabun) sampai kelumpuhan. Ada gejala sistem syaraf pusat lain yang jarang disadari,
yaitu berupa sukar tidur (insomnia), ketakutan, gangguan kepribadian, depresi sampai pikun
(www.suaramerdeka.com).
perusakan susunan syaraf pusat dan ginjal. Pada keracunan akut dapat menimbulkan
gangguan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Methyl merkuri dapat menembus
blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak dan bersifat irreversible. Hubungan
kadar merkuri dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah bila kadar Hg dalam urine
20 ug/l biasanya tidak ada gejala. Bila kadarnya 20-100 ug/l terjadi penurunan respons
konduksi syaraf, gangguan bicara dan tremor. Bila kadarnya 100-500 ug/l menyebabkan
tremor, kehilangan daya ingat, irritable dan kelainan syaraf lainnya. Sedangkan kadar 500-
1000 ug/l akan disertai gangguan ginjal (www.depkes.go.id). Tingkat konsentrasi Hg tenaga
kesehatan gigi dapat diketahui terutama dari rambut, kuku, darah dan urin. Selanjutnya,
meskipun baru sedikit, telah pula diperiksa tingkat konsentrasi Hg di dalam organ dokter gigi
Konsentrasi Hg yang tinggi dalam udara telah ditemukan pada sejumlah tempat
praktek dokter gigi, dan tingkat pemajanan Hg terhadap tenaga kesehatan gigi ternyata sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Dengan demikian standar higiene Hg yang
Faktor-faktor utama yang penting dalam higiene Hg untuk ruang praktek dokter gigi adalah
penataan ruang praktek dan berbagai pekerjaan rutin yang dikerjakan sehari-hari dalam
menangani Hg. Para tenaga kesehatan gigi harus selalu waspada akan potensi bahaya logam
ini yang cukup tinggi. Pengarahan-pengarahan berlandaskan situasi dan praktek masing-
masing tempat praktek harus dibuat dan dibahas bersama-sama dengan para tenaga kesehatan
praktek bagi para dokter gigi perlu dilakukan. Pertama-tama agar tindakan pencegahan
tersebut lebih disadari kegunaannya, sebaiknya para dokter gigi juga harus menyadari bahwa
merkuri dapat menimbulkan keracunan karena uapnya. Merkuri juga dapat menguap pada
temperatur kamar, karena itu baik penyimpanan maupun penangannya harus dilakukan
dengan hati-hati dan menurut aturan. Keadaan kamar praktek juga harus diperhatikan agar
bersih dari merkuri dan apabila tercecer dapat dilakukan pembersihan dengan lebih mudah
(Edi, 2005:243).
Uap Hg bebas dapat menimbulkan bahaya keracunan bagi dokter gigi dan asistennya,
tetapi apabila telah berikatan dengan alloy sebagaimana halnya dalam amalgam, bahaya itu
tidak ada lagi. Untuk mengurangi bahayanya, Hg harus selalu disimpan dalam tempat tertutup
dan dijauhkan dari panas. Jika Hg dituangkan kedalam reservoir mesin pencampuran
hendaknya dilakukan diatas suatu nampan hingga Hg yang mungkin tercecer mudah
dikumpulkan. Ceceran Hg harus segera dibersihkan dan ditaruh di tempat tertutup berisi air
bersama-sama dengan sisa amalgam. Ceceran Hg yang terlihat dan dapat dijangkau sebaiknya
dikumpulkan dengan selembar kertas tebal kemudian disedot dengan pipet plastik sekali
pakai lalu ditumpahkan di botol tempat sisa amalgam. Cara ini lebih baik ketimbang
menggunakan kertas timah yang diperoleh dari pembungkus film rontgen karena walaupun
Hg akan bereaksi dengan timah namun kertas timah yang telah terkontaminasi ini
dapat dilakukan beberapa hal berikut, diantaranya adalah 1)monitoring tingkat air raksa baik
di dalam udara ruang kerja maupun di dalam tubuh petugas yang bekerja di lingkungan kerja
kedokteran gigi, 2) ruangan kerja atau praktek harus mempunyai ventilasi yang baik, 3)
hindarkan pemakaian karpet pada ruang kerja atau ruang praktek, 4) air raksa harus disimpan
dalam botol atau wadah yang tidak gampang pecah dan mempunyai tutup yang baik, 5)
jangan memeras amalgam dengan tangan telanjang, 6) selalu memakai masker terutama
dalam menangani tumpatan amalgam, 7) buanglah amalgam yang tidak terpakai dalam wadah
tinggi, akan mengurangi kandungan Hg di didaerah atau zona praktek (Preben, 1998:99).
Hal senada juga dirangkum oleh Edi (2005:246), bahwa kamar praktek harus diatur
sedemikian rupa sehingga ventilasi cukup baik. Karpet tidak dianjurkan untuk kamar praktek,
tetapi lantai sebaiknya dilapisi dengan polivinil chloride yang tidak porous. Lapisan ini
sebaiknya juga diteruskan pada dinding sekeliling kamar praktek setinggi 10 cm. Cara
pembersihan merkuri tidak boleh dengan menyapu, tetapi sebaiknya disedot. Dengan
menyapu, merkuri mungkin akan lebih tersebar. Dan jika tidak mungkin untuk dikumpulkan
sebaiknya ditaburi dengan bubuk sulfur untuk mengikat dan menghindari penguapannya.
Semprotan air dan penyedot yang cukup kuat harus digunakan pada waktu
penyedot tersebut uap merkuri dari pembongkaran tumpatan amalgam akan tersedot
dan udara di sekitar tempat kerja tidak mengandung uap merkuri. Kebersihan para
tenaga kesehatan gigi harus diperhatikan, termasuk ganti pakaian setiap hari,
penggunaan masker, dan sarung tangan jika membersihkan sisa-sisa amalgam yang
tercecer. Jangan menggunakan perhiasan pada waktu menumpat dengan amalgam,
pula untuk memeriksakan konsentrasi uap merkuri dalam kamar praktek secara
Variabel
BAB III
METODE PENELITIAN
mengumpulkan bahan-bahan bacaan dari berbagai sumber berupa jurnal, majalah, buku
panduan yang berhubungan dengan Pengaruh Merkuri dalam Proses Pembuatan Tambalan
Amalgam terhadap Tenaga kesehatan Gigi dan Mulut. Data dan informasi yang yang telah
dikumpulkan kemudian digabungkan dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya dan
dari berbagai sumber yang berhubungan dengan Pengaruh Merkuri dalam Proses Pembuatan
Tambalan Amalgam terhadap Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut, kemudian penulis
BAB IV
PEMBAHASAN
Kesehatan gigi merupakan suatu masalah yang selayaknya mendapatkan perhatian dalam
porsi besar. Sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan adalah kasus
karies gigi, karena prevalensinya cukup tinggi dalam ilmu Kedokteran Gigi di Indonesia.
Tindakan pencegahan untuk mengurangi prevalensi angka karies tersebut perlu dilakukan
adalah amalgam. Banyaknya pemakaian tambalan amalgam dalam dunia kedokteran gigi
dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Selama dekade terakhir ini, pembahasan
toksik dari amalgam perak terutama Hg, telah mengemuka kembali. Berdasarkan uraian dari
tinjauan pustaka, bahwa bekerja dilingkungan yang banyak mengandung merkuri akan
kedokteran gigi mungkin cukup mengejutkan, mengingat adanya masalah Hg di klinik dan
lingkungan sekitar serta ramainya pembahasan mengenai bahaya yang mungkin timbul dari
material ini. Mengapa amalgam masih belum tergeser kedudukannya oleh material tambalan
lain ?
Material restoratif berfungsi di bawah kondisi yang berat di lingkungan rongga mulut.
Material ini secara konstan terpajan oleh kebasahan, perubahan suhu, dan kekuatan kunyah.
Selain itu, material restoratif harus kuat menahan dekomposisi akibat berbagai komponen
makanan, fluktuasi pH dan serangan lebih lanjut dari mikroorganisme rongga mulut. Pada
saat yang sama, material restorasi tidak boleh menyebabkan kerusakan setempat pada gigi
atau mukosa dan tidak berpengaruh jelek terhadap kesehatan umum pasien, namun tak
satupun dari material dental ini, termasuk amalgam perak, yang memenuhi seluruh
kedokteran gigi lebih dari 170 tahun lamanya. Sebagian besar pertimbangan biologiknya
Sehubungan dengan penambalan amalgam, tim kesehatan gigi setiap harinya akan terpajan
pada Hg dan uapnya. Dokter gigi membongkar dan membuat restorasi amalgam, perawat
higienis (dental higienis) memoles restorasi baru atau yang lama, dan perawat pembantu
(dental assistant) melakukan triturasi dan menangani material yang berlebih. Setiap tindakan
klinis tersebut dapat meningkatkan tingkat konsentrasi Hg pada udara sekitar. Disamping
bernafas dalam udara yang yang telah terpolusi Hg, sumber pemajanan Hg yang lain yang
bisa pula berasal dari kontak langsung operator dengan amalgam yang belum mengeras. Para
personil kesehatan gigi harus selalu waspada akan potensi bahaya logam ini yang cukup
tinggi.
Preben (1998) menjelaskan, unsur uap amalgam perak yang telah mengeras (set) terdiri atas
43-50 % Hg yang bergabung baik dengan perak maupun dengan timah. Pemajanan Hg di
tempat kerja terjadi pada penyiapan serta penambalan amalgam kedokteran gigi. Tingkat
konsentrasi Hg personil kesehatan gigi dapat diketahui dari rambut, kuku, darah dan urin.
Tingkat konsentrasi Hg di dalam rambut berdasarkan survei pada personil kesehatan gigi
menunjukkan bahwa rambut kepala yang lebih terpajan mempunyai konsentrasi Hg yang
lebih tinggi daripada rambut di daerah yang kurang terpajan oleh merkuri. Dan tingkat
konsentrasi Hg dalam darah pada tenaga kesehatan gigi terbukti sedikit lebih tinggi daripada
Faktor-faktor lain yang secara bermakna mempengaruhi tingkat konsentrasi Hg dalam urin
adalah kualitas higiene Hg di kamar praktek dokter gigi dan jumlah restorasi amalgam per
subyek. Dengan demikian, para dokter gigi umum memiliki konsentrasi yang lebih tinggi
daripada dokter spesialis atau personil yang melayani kesehatan masyarakat. Variabel-
variabel lebih lanjut adalah usia dokter gigi, lamanya berpraktek, jumlah jam sekali praktek
setiap minggunya dan jumlah restorasi amalgam yang ditambalkan atau dibongkar per
minggunya. Pada dasarnya, sebagian besar faktor-faktor ini bergantung kepada higiene Hg.
Sedangkan perawat gigi mengandung HgU (merkuri dalam urine) lebih tinggi daripada
dokter gigi. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor bahwa merekalah yang lebih banyak
Pertanyaan yang timbul adalah sudah adakah, secara umum, laporan bahwa telah timbul
kerusakan akibat toksisitas Hg pada tubuh personil kesehatan gigi? Tindakan kewaspadaan
yang sangat tidak cermat dan kecerobohan dalam penanganan Hg telah terbukti menimbulkan
akibat yang serius. Tetapi bagaimana dengan sebagian besar personil kesehatan gigi yang
menangani Hg dengan penuh tanggung jawab? Untuk reaksi toksik atau keracunan yang
umum, gejala-gejala keracunan Hg kronis tidaklah jelas dan mungkin sukar didiagnosis.
Gejala-gejala tersebut adalah kelelahan, ansietas, insomnia, kehilangan nafsu makan, tremor
dan daya ingat yang pendek, gejala-gejala dalam rongga mulut yang sering dikaitkan dengan
logam.
Harmas (1996) juga menjelaskan, keracunan merkuri dapat terjadi melalui kulit karena
merkuri mudah larut dalam lemak. Gejala-gejala keracunan dapat terjadi pada saluran
pencernaan, pernafasan, dan gangguan penglihatan serta gangguan pada mental. Keterpajanan
merkuri yang telah terikat menjadi amalgam dapat terlepas terhadap tenaga kesehatan gigi
pada saat melakukan beberapa tindakan yang menyangkut di dalam proses pembuatan
Pelepasan merkuri pada waktu kondensasi terjadi karena proses penguapan. Merkuri tersebut
sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan larut dalam ludah. Pada waktu tindakan
burnishing, tekanan yang dilakukan akan mengangkat kelebihan merkuri kepermukaan yang
kemudian akan terlepas. Pada waktu pemolesan, merkuri dan unsur-unsur logam lainnya akan
terlepas karena terjadinya friksi antara permukaan logam dengan batu poles.
Merkuri dapat terlepas dalam tambalan amalgam sewaktu dimasukkan maupun dibongkar.
Pembongkaran amalgam menggunakan bor kecepatan tinggi tanpa air pendingin dan aspirator
Tindakan dalam proses tersebut diatas dapat menyebabkan terjadinya keracunan merkuri
yang terjadi karena terbentuknya senyawa yang mudah diserap yaitu merkuri yang teroksidasi
atau terikat dengan sulfida. Uap merkuri cepat sekali teroksidasi sehingga pada dosis berlebih
akan menimbulkan keracunan. Merkuri mudah pula diabsorpsi melalui kulit karena mudah
Edi (2005) juga menjelaskan bahwa waktu dan cara terpaparnya pasien dengan tenaga
kesehatan gigi terhadap merkuri juga berbeda. Jika pasien dapat terpapar pada waktu
kesehatan gigi akan terpapar dari mulai menimbang aloi dan merkuri sampai dengan
pemolesan serta pada waktu membongkar tumpatan, ditambah lagi dengan adanya sisa-sisa
merkuri yag tercecer yang tidak ditampung sebagaimana mestinya. Cara terpaparnya para
tenaga kesehatan gigi selain dari uapnya, juga dari kontak langsung pada waktu
mengumpulkan merkuri yang tercecer karena keteledoran penanganannya. Karena itu para
pembantu dokter gigi mempunyai risiko yang paling besar untuk keracunan merkuri.
Pendapat Edi juga didukung oleh Pitt Ford (1993) yang menerangkan bahwa keracunan
merkuri akan terjadi pada tenaga kesehatan gigi dan mulut apabila penyimpanan serta
disimpan dalam tempat tertutup dan dijauhkan dari panas, dan apabila ada ceceran Hg
tersebut sebaiknya segera dibersihkan dan ditaruh di tempat tertutup berisi air bersama-sama
Dona (2007) juga menjelaskan bahwa amalgam dapat menimbulkan gangguan fisik maupun
psikologis, dan amalgam berkaitan dengan gangguan saraf, cacat bawaaan dan gangguan
mental. Jumlah merkuri yang dilepaskan tambalan amalgam dan jumlahnya yang ditemukan
bahwa tambalan amalgam yang dikerjakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut dapat
membahayakan kesehatan. Pencemaran merkuri di lingkungan kedokteran gigi yang berasal
dari tambalan amalgam akan membahayakan bagi kesehatan petugas. Mengingat tenaga
kesehatan gigi dan mulutlah yang secara langsung berkontak dengan merkuri tersebut dalam
merkuri dalam tambalan amalgam sebanyak 43-50 % yang bergabung dengan perak.
Apabila dalam pengolahannya memperhatikan hygiene Hg yang benar, maka tidak akan ada
gejala pada personil kesehatan gigi dan turunannya yang dapat dikaitkan dengan pemakaian
bagi para dokter gigi perlu dilakukan. Pertama-tama agar tindakan pencegahan tersebut lebih
disadari kegunaannya, sebaiknya para dokter gigi juga harus menyadari bahwa merkuri dapat
menimbulkan keracunan karena uapnya. Merkuri juga dapat menguap pada temperatur
kamar, untuk itu kamar praktek juga harus diatur sedemikian rupa sehingga ventilasi cukup
baik. Karpet tidak dianjurkan untuk kamar praktek, tetapi lantai sebaiknya dilapisi dengan
Para tenaga kesehatan gigi harus lebih memproteksi diri dari bahaya yang ditimbulkan oleh
uap merkuri dalam proses pembuatan tambalan amalgam, diantaranya dengan mengganti
pakaian setiap hari, penggunaan masker, dan sarung tangan jika membersihkan sisa-sisa
amalgam yang tercecer ataupun dalam tindakan pengadukan secara manual, jangan
menggunakan perhiasan pada waktu menumpat dengan amalgam, dianjurkan pula untuk
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Berdasarkan uraian pada teori-teori serta pembahasan seperti tersebut di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar atau kandungan merkuri dalam tambalan
5.1.2 Pada proses pembuatan tambalan amalgam uap merkuri dapat membahayakan
kesehatan terutama terhadap tenaga kesehatan gigi dan mulut karena dapat
5.2 Saran
5.2.1 Dengan diketahuinya bahwa merkuri yang terkandung dalam proses pembuatan
memproteksi diri dari bahaya yang ditimbulkan oleh merkuri dalam proses
5.2.2 Dengan diketahuinya bahwa merkuri yang terkandung dalam proses pembuatan
gigi dan mulut lebih mengupayakan pencegahan untuk mencegah terjadinya toksisitas
atau keracunan yang sangat merugikan kesehatan didalam ruang lingkup pekerjaan.
5.2.3 Dengan diketahuinya bahwa merkuri yang terkandung dalam proses pembuatan
tambalan amalgam dapat membahayakan kesehatan tenaga kesehatan gigi dan mulut,