Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Kopi dengan Kejadian

Diskolorasi Gigi pada Remaja Usia 15-24 Tahun di Kelurahan Alalak


Tengah

Skripsi
Diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana
Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh
Rizqi Risfiana Putri
1811111320022

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN
Agustus, 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Merokok adalah kegiatan mengisap asap dari pembakaran tembakau yang


kemudian menjadi kebiasaan yang cukup umum bagi masyarakat. Perilaku remaja
sekarang yang beranggapan bahwa rokok merupakan suatu hal yang tidak asing
dan Kurangnya pengetahuan remaja terhadap bahaya merokok dapat menjadi
faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Masalah Kesehatan secara
umum dipengaruhi oleh rokok, terutama Kesehatan gigi dan mulut, sehingga
setiap individu perlu memerhatikan kondisi Kesehatan gigi dan mulut karena
berpengaruh pada Kesehatan tubuh secara menyeluruh.1

Kopi adalah minuman seduhan yang berasal dari biji kopi yang sudah menjadi
bubuk. Kopi menjadi salah satu minuman paling populer digemari di seluruh
dunia dan salah satu minuman yang populer dikonsumsi setiap hari oleh
masyarakat. kopi telah dikonsumsi dari generasi ke generasi Penikmat kopi
biasanya minum kopi 1-4 cangkir setiap hari. Hal ini menyebabkan seseorang
dapat ketergantungan minuman kopi. Perlu disadari bahwa minuman kopi
merupakan agen kromogenik yang mengandung suatu zat warna, yaitu tanin yang
dikenal sebagai agen pengubah warna pada gigi..2

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018, Tembakau telah
merenggut lebih dari 7 juta orang setiap tahunnya. Sekitar 890.000 adalah akibat
terpapar oleh asap rokok (perokok pasif). Kemudian, Lebih dari 6 juta kematian
tersebut adalah akibat dari penggunaan tembakau langsung. Menurut Indonesia
Coffee Annual Report, konsumsi minuman kopi di Indonesia pada tahun
2016/2017 adalah sebanyak 3,32 juta kantung dan meningkat pada tahun
2017/2018 sebanyak 3,4 juta kantung. Menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Kalimantan Selatan tahun 2018, prevalensi Perokok setiap hari
di kota Banjarmasin yaitu 18,02%. Prevalensi merokok pada penduduk umur 15-
19 tahun adalah 8,30% usia 20-24 tahun sebanyak 22,22%. Selain itu, proporsi
umur pertama

1
2

kali merokok di Kota Banjarmasin pada usia 20-24 tahun yaitu 30,17% dan
proporsi tertinggi ada pada usia 15-19 tahun sebanyak 45,04%.3,4
Remaja adalah fase paling penting dalam kehidupan manusia karena periode
peralihan dari fase anak hingga dewasa, perubahan fisik, psikologis, mental dan
psikososial yang berpengaruh dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan.
Kecantikan dan kesempurnaan fisik merupakan hal penting untuk daya Tarik
dalam proses sosialisasi pada remaja. Remaja merasa tidak puas jika mereka
melihat penampilan wajahnya, termasuk giginya Ketika tampak kurang sempurna.
Ketidakpuasan ini dapat menyebabkan tekanan sehingga rasanya lebih rendah diri
dan tidak percaya diri. Selain merasa tertekan juga mengurangi fungsinya dalam
kehidupan sosial, keluarga, dalam bekerja dan bahkan dapat mengurangi aktivitas
belajar karena mereka sering tidak bersekolah karena mereka malu bertemu orang
lain.5

Kebersihan gigi merupakan suatu aspek yang perlu diperhatikan karena


masalah gigi dan mulut bisa terjadi karena kurangnya perhatian terhadap
kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut diindonesia perlu
diperhatikan karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dikeluhkan
oleh masyarakat dan masalah ini dapat mengenai siapa saja tanpa mengenal usia
Diskolorasi gigi ialah warna yang menempel diatas permukaan gigi biasanya
terjadi karena pelekatan warna makanan, minuman ataupun kandungan nikotin
yang merupakan substansi penghasil stain gigi. Perubahan warna dapat
diklasifikasikan sebagai ekstrinsik dan intrinsik, perubahan warna ekstrinsik
ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal dari lokal, misalnya
noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi coklat ke kuning-
kuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman
menyebabkan gigi menjadi gelap, pewarnaan karena nitrat perak, bercak
kehijauan yang dihubungkan dengan membran nasmyth pada
anakanak.Perubahan warna intrinsic adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan
oleh noda yang terdapat didalam email dan dentin, penyebabnya adalah
penumpukan atau penggabungan bahan-bahan didalam struktur gigi misalnya
stain tetrasiklin, yang bila masuk kedalam dentin akan terlihat dari luar karena
transluensi email.6
3

K
andungan senyawa kimiawi dan temperatur asap rokok yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan secara lokal di dalam rongga mulut. Perubahan yang
terjadi pada jaringan rongga mulut dapat diklasifikasikan ke dalam lesi malignan
dan non-malignan. Pada jaringan gigi, rokok menyebabkan diskolorasi pada
permukaan enamel terutama pada servikal gigi. Stain berwarna hitam kecokelatan
disebabkan oleh getah tembakau yang merupakan hasil dari sisa pembakaran
tembakau. Hal ini menyebabkan masalah estetis dan juga merupakan faktor
predisposisi penumpukan plak.7 Selama ini perubahan warna gigi menjadi
masalah di dalam praktik kedokteran gigi sehingga dilakukan berbagai cara untuk
menghilangkan perubahan warna gigi dan menjadi obyek penelitian selama
bertahun-tahun. Perubahan warna pada gigi dapat disebabkan oleh noda ekstrinsik
melalui deposisi bahan-bahan kromogenik pada permukaan gigi seperti tembakau,
teh dan kopi, serta noda ekstrinsik melalui penumpukan bahan-bahan kromogenik

8
di dalam struktur gigi email dan dentin.

Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Enny Khalisa perokok yang
memiliki pembentukan stain (76,7%) lebih banyak dibandingkan tidak ada stain,
hal ini secara teoretis karena kandungan tar pada rokok yang dapat mengendap
pada permukaan gigi. Merokok dapat memberikan dampak terhadap
kesehatan gigi dan mulut seperti penyakit rongga mulut yaitu penyakit
periodontal yang berupa gingivitis, perubahan warna pada gigi, karies,
dan kehilangan gigi.9 Berdasarkan hasil penelitian Munadirah indikator stain
paling tinggi yaitu Buruk sebanyak 77,13% dan yang sedang 22,85%. Dimana di
ketahui bahwa ternyata semakin banyak kita mengkomsumsi kopi maka
pembentukan stain lebih banyak.10 Berdasarkan data riskesdas 2013 usia 15-24
tahun di Kalimantan Selatan yang mengalami masalah pada Kesehatan gigi dan
mulut berada diperingkat kedua yaitu 36,1%.11

Berdasarkan latar belakang diatas masalahnya adalah semakin banyak kita

mengkonsumsi kopi maka pembentukan stain lebih banyak yaitu sebanyak


3

77,13% dan pada perokok memiliki pembentukan stain 76,7% lebih banyak

dibandingkan tidak ada stain.


4

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan kebiasaan merokok dan konsumsi kopi dengan
kejadian diskolorasi gigi pada Remaja Usia 15-24 Tahun di Kelurahan Alalak
Tengah ?
1.3 Tinjauan Penelitian
1.3.1 Tinjauan Penelitian Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Hubungan
Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Kopi dengan Kejadian diskolorasi gigi
pada Remaja Usia 15-24 Tahun di Kelurahan Alalak Tengah.
1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus
1. Menghitung prevalensi diskolorasi gigi pada Remaja Usia 15-24 Tahun di
Kelurahan Alalak Tengah
2. Mengetahui jenis rokok, jumlah rokok, , lama merokok pada remaja usia
15-24 tahun di Kelurahan Alalak Tengah
3. Mengetahui jenis kopi, jumlah konsumsi kopi perhari pada remaja usia 15-
24 tahun di Kelurahan Alalak Tengah
4. Menganalisis hubungan jenis rokok, jumlah rokok, lama merokok dan
konsumsi kopi dengan kejadian diskolorasi gigi pada remaja usia 15-24
tahun di Kelurahan Alalak Tengah
1.4 Manfaat Penelititan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menjadi bahan Referensi tentang hubungan kebiasaan merokok dan konsumsi
kopi dengan Kejadian diskolorasi gigi pada remaja usia 15-24 tahun di
Kelurahan Alalak Tengah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan tingkat kejadian
kebiasaan merokok dan konsumsi kopi pada remaja.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan,
informasi dan edukasi kepada masyarakat. Khususnya kepada masyarakat
perokok dan remaja yang mengkonsumsi kopi guna mencegah terjadinya
diskolorasi gigi dan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yulianti ME, Rasyid CD, Kasriani. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Karies Gigi Di Dusun Bilaji Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Jurnal Mitrasehat,
2020 November; 10(2):193.
2. Zarwinda I, Sartika D. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap Kafein dalam Kopi.
Jurnal Lantanida, 2018; 6(2): 180-182.
3. Sekeronej DP, Saija AF, Kailola NE. Tingkat Pengetahuan dan Sikap tentang Perilaku
Merokok pada Remaja di SMK Negeri 3 Ambon Tahun 2019. Pattimura Medical Review,
2020; 2(1): 60-61.
4. Kementrian Kesehatan Rupblik Indonesia. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018. 233-234.
5. Boy H. Khairullah. Hubungan Karies Gigi dengan Kualitas Hidup Remaja SMA di Kota
Jambi. Jurnal Kesehatan Gigi, 2019; 6(1): 10-11.
6. Arsyad, Husain J. Andry W. Tingkat Pengetahuan Perokok Terhadap Perubahan Warna
Gigi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra, 2018 Desember; 6(2): 123.
7. Rampi CEND, Gunawan P, Pangemanan DHC. Gambaran Kebersihan Gigi dan Mulut
pada anak penderita Down Syndrome di SLB YPAC Manado. Jurnal Kedokteran Klinik,
2017 April; 1(3): 35.
8. Hutami SN, Triaminingsih S, Indrani DJ. Effect of tooth immersion in the coffee drink
with different types of c offee roast temperature on tooth discoloration. Journal of Physics
2018: 1-8.
9. Khalisa, E. Adhani R. Arifin S. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Pembentukan Stain
(Noda) Pada Pasien di Poli Gigi RSUD Ratu Zalecha Martapura, Banjarmasin. Jurnal
Kedokteran Gigi Lambung Mangkurat, 2016 Maret; 1(1): 30.
10. Munadirah, Abdullah N. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi yang Dapat
Menimbulkan Stain di Puskesmas Larompong Kec. Larompong Kab. Luwu. Media
Kesehatan Gigi. 2020; 19(1): 31-32.
11. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013; Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai