PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Dimana mudah menemui orang
merokok, dari pria dewasa, wanita dewasa, dan anak-anak kecil, tidak
terkecuali. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya. Rokok
diperkirakan mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, yang secara
farmakologis terbukti aktif beracun, dapat menyebabkan mutasi
(mutagenetic), dan kanker (carcinogenic). Tiga racun utama dalam rokok
yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida (1).
Menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2013
lebih dari 6 juta orang meninggal karena penyakit akibat rokok. Bahkan
angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan dari kebiasaan
merokok ini terus meningkat. Pada tahun 2030 diperkirakan angka
kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa, dan 70%
diantaranya berasal dari negara berkembang. Bila kecenderungan ini
terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok (1).
ISPA adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah yang
disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host
apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun pada bayi di bawah
lima tahun dan bayi merupakan salah satu kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
1
2
B. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk melakukan
intervensi berdasarkan prioritas pemecahan masalah yaitu bahaya
merokok didalam rumah melalui penyuluhan, serta pembentukan
kaderisasi PHBS di Desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.
6
b. Tujuan Khusus
a. Melakukan intervensi penyuluhan mengenai bahaya merokok
didalam rumah kepada masyarakat Desa Damit, Kabupaten
Tanah Laut.
b. Melakukan intervensi pembentukan kaderisasi PHBS kepada
masyarakat Desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.
c. Melakukan intervensi pembuatan papan nama kepada
masyarakat Desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.
d. Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan.
e. Memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait agar
intervensi kesehatan yang telah dilakukan dapat menjadi program
daerah jika dinilai cukup efektif untuk mengatasi permasalahan
bahaya merokok didalam rumah.
3. PSKM FK Unlam
a. Menjalin kerjasama baik dengan instansi pemerintah yang ada di
Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut.
b. Membantu usaha perbaikan derajat kesehatan masyarakat
sehingga sebagai Prodi Kesehatan Masyarakat dapat memberikan
suatu kegiatan preventif dan promotif kepada masyarakat tentang
masalah kesehatan yang terjadi di wilayah tersebut.
4. Masyarakat
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan secara mandiri.
BAB II
INTERVENSI KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Berdasarkan prioritas masalah kesehatan di Desa Damit yang telah
didapatkan melalui Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 23 Juli
2017 di Balai Desa Damit dan dilanjutkan dengan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) pada tanggal 30 Juli 2017 yang dilaksanakan di
Balai Desa Damit pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I oleh
mahasiswa kelompok 10 PBL Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Lambung Mangkurat maka dibuat sebuah kegiatan intervensi
untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut. Intervensi ini
dimuat didalam suatu program yang bernama “Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah Di Desa
Damit Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut”. Intervensi yang
dilakukan yaitu intervensi fisik yang berupa pemasangan Papan Nama
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan intervensi non-fisik yang berupa
pelatihan kader dan penyuluhan mengenai dampak dan larangan
merokok.
B. Sasaran Kegiatan
1) Sasaran Primer
Sasaran primer dari kegiatan intervensi di Desa Damit Kecamatan
Batu Ampar mengenai masalah merokok di dalam rumah yaitu
masyarakat Desa Damit khususnya yang merokok.
8
9
2) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder dari kegiatan intervensi di Desa Damit
Kecamatan Batu Ampar mengenai masalah merokok dalam rumah
yaitu kader anti rokok Desa Damit.
3) Sasaran Tersier
Sasaran tersier dari kegiatan intervensi di Desa Damit Kecamatan
Batu Ampar mengenai masalah masalah merokok dalam rumah yaitu
Aparat Desa Damit, Puskesmas Tajau Pecah, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tanah Laut.
2. Materi Kegiatan
Materi kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai Permasalahan
Merokok Dalam Rumah di Desa Damit terbagi 2 yaitu:
a. Materi Penyuluhan
1) Pengertian Rokok
Rokok adalah suatu zat adiktif yang bila digunakan akan
berdampak buruk bagi kesehatan individu maupun orang-orang
10
b) Nikotin
Nikotin dapat meracuni syaraf dalam tubuh, meningkatkan tekanan
darah dan menyempitkan pembuluh perifer. Nikotin dengan
kandungan <13 mg, akan mendorong ketergantungan psikis.
c) Gas Karbonmonoksida
Gas karbonmonoksida (CO) akan menurunkan transportasi oksigen
dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen ditingkat
seluler. Ini terjadi karena gas CO memiliki afinitas dengan
hemoglobin ± 200 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan afinitas
oksigen terhadap hemoglobin.
d) Nitorsamin
Merupakan senyawa yang dapat menimbulkan kerusakan pada
DNA sehingga memicu kanker.
3) Alasan Merokok
Diantara alasan orang mulai merokok adalah sebagai berikut :
a) Ingin tahu/coba-coba
Banyak orang yang mulai merokok dari coba-coba. Mereka
meyakini bahwa merokok bisa dihentikan kapan saja. Padahal
terdapat zat adiktif di rokok yang dapat menyebabkan ketagihan.
b) Ingin dianggap dewasa/macho
Sebagian orang merokok karena mereka berfikir hal itu akan
membuatnya menjadi semakin menarik dan terlihat dewasa.
c) Pengaruh lingkungan/tekanan kelompok
Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap kebiasaan
merokok seseorang. Tekanan tersebut bisa dalam bentuk tantangan
langsung atau ancaman dari kelompok tertentu.
d) Korban iklan
Iklan rokok ditayangkan berulang-ulang yang dapat
menghipnotis orang-orang yang melihatnya, sehingga mereka
12
c) Mengurangi
Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara
berangsur-angsur dengan jumlah sampai 0 batang pada hari yang
telah diniatkan untuk berhenti.
Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok bisa
menghabiskan 32 rokok maka si perokok tadi merencanakan
pengurangan jumlah rokok dalam 1 minggu dengan jumlah
pengurangan sebanyak 5 batang perhari. Sebagai contoh:
Hari 1 : 27 batang
Hari 2 : 22 batang
Hari 3 : 17 batang
Hari 4 : 12 batang
Hari 5 : 7 batang
Hari 6 : 2 batang
14
Hari 7 : 0 batang
Selain tiga cara diatas ada cara lain yang juga efektif untuk
menghilangkan kebiasaan merokok diantaranya :
a) Rencanakan waktu berhenti
Rencanakan kapan anda mulai berhenti merokok, misalnya
berniat berhenti sekitar 2 minggu lagi sambal dikurangi kuantitas
rokok yang dihisap tiap harinya.
b) Obat-obatan
Obat membantu mengurangi gejala-gejala berhenti merokok
sampai efek terburuk terlewati.
c) Bantu diri sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keingingan untuk berhenti
merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang
ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya.
d) Kelompok Pendukung
Carilah dukungan dengan sesama orang-orang yang ingin
berusaha berhenti merokok.
e) Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan tenaga
kesehatan, missal dengan dokter yang terpercaya, psikolog,
perawat, atau konselor, forum ini akan membantu untuk berhenti
merokok dan cara mengatasinya.
f) Olahraga
Olahraga membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang
bertambah setelah anda berhenti merokok.
g) Ajak Sahabat, teman atau keluarga
Mintalah teman atau keluarga yang tidak merokok untuk
menyediakan waktu jika anda mengalami masa-masa sulit setelah
15
mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses
komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa
berlangsung dan mencapai hasil yang efektif. William J. Seiler (1988)
memberikan definisi komunikasi yang lebih bersifat universal. Dia
mengatakan komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan
nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti (13).
3) Ciri-Ciri Komunikasi Efektif
Adapun ciri-ciri komunikasi yang efektif yaitu sebagai berikut (6):
a) Jelas artinya dapat dipahami oleh sasaran. pesan menggunakan
kalimat yang singkat, bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
serta isinya mudah diingat tidak bertele-tele.
b) Pesan tidak terlalu banyak, artinya pesan disampaikan secara
bertahap agar mudah dicerna sasaran.
c) Pesan diatas tidak terlalu sulit, artinya disesuaikan dengan tingkat
pendidikan sasaran. hati – hati terhadap berbagai istilah teknis yang
tidak dimengerti oleh audiens. sebaiknya dihindari tapi bila tidak
bisa dihindari untuk digunakan, harus diberikan penjelasan lanjutan
terhadap istilah tersebut dan usahakan agar penggunaan istilah
setepat mungkin.
d) Pesan diatas menarik, artinya pesannya menarik, sebaiknya cara
penyampaiannya juga menarik sehingga tidak membosankan.
e) Pesan yang menggunakan gambar atau alat peraga alat audio –
visual lainnya harus sesuai dengan keadaan setempat sehingga lebih
menarik dan lebih mudah diingat.
21
D. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan terbagi sesuai jenis intervensi yaitu:
1. Pelatihan Kader
Kegiatan ini bekerja sama dengan Kepala Desa Damit,
Aparat Desa, Tokoh Masyarakat dan Bidan Desa Damit. Kegiatan
ini dilaksanakan di Balai Desa Damit.
2. Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan ini dilaksanakan di SDN Damit 1, SDN Damit 2,
MTs Darul Huda, Mesjid dan rumah warga yang mengadakan
acara yasinan dan pengajian. Penyuluhan di SDN Damit 1 dihadiri
oleh 44 siswa, penyuluhan di SDN Damit 2 dihadiri oleh 28 siswa,
penyuluhan di MTs Darul Huda dihadiri oleh 39 siswa,
penyuluhan di Mesjid pada acara pengajian dihadiri oleh kurang
lebih 70 orang dan penyuluhan di rumah warga yang mengadakan
acara yasinan dihadiri oleh kurang lebih 30 orang.
3. Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR)
Lokasi pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) ini dilaksanakan di Balai Desa, SDN Damit 1, SDN Damit 2,
MTs Darul Huda, Mesjid Al-Mujahidin dan Gereja Damit.
E. Susunan Acara
Susunan acara kegiatan program Pemberdayaan Masyarakat
Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di Desa Damit adalah
sebagai berikut:
22
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
11.00 - 11.10 Pre test Panitia
3. 11.10 - 11.30 Penyuluhan mengenai Pemateri dari
Komunikasi yang Efektif Mahasiswa
4. 11.30 - 11.50 Penyuluhan mengenai Dampak Pemateri dari
Merokok Terhadap Kesehatan Bidan Desa
dan Larangan Merokok
5. 11.50 - 12.20 Tanya jawab dan diskusi Pemateri dari
Bidan Desa dan
Mahasiswa
6. 12.20 - 12.30 Pembagian stiker dan poster Panitia
kepada kader
7. 12.30 - 12.40 Post test Panitia
8. 12.40 - 12.50 Doa dan penutup Panitia
9. 12.50 - 13.00 Foto bersama Panitia
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
SDN Damit 2
5. 12.00 - 12.15 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di Balai Desa
6. 12.15 - 12.30 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
Balai Desa
7. 12.30 - 12.45 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di Gereja
Damit
8. 12.45 - 13.00 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
Gereja Damit
9. 13.00 - 13.15 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di MTs
Darul Huda
10. 13.15 - 13.30 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
MTs Darul Huda
11. 13.30 - 13.45 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di Mesjid Al-
Mujahidin
12. 13.45 - 14.00 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
Mesjid Al-Mujahidin
Tahap Pemasangan Instrumen Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
yang dilaksanakan pada Selasa, 30 Januari 2018 ini dimulai dengan
Permasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok di SDN Damit 1,
kemudian dilanjutkan ke SDN Damit 2, Balai Desa, Gereja Damit dan
yang terakhir ke Mesjid Damit. Pada proses pemasangan instrumen
29
Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok ini dibantu oleh warga desa Damit,
pengelola sekolah, pengelola mesjid, pengelola gereja, serta aparat desa.
F. Susunan Kepanitiaan
Susunan kepanitiaan kegiatan intervensi di Desa Damit adalah sebagai
berikut:
Penanggung Jawab
Ketua Prodi PSKM FK UNLAM
Camat Batu Ampar
Kepala Puskesmas Tajau Pecah
Pembimbing
Dosen Pembimbing
Kepala Desa Damit
Bidan Desa Damit
Ketua-ketua RT
Ketua Pelaksana
Muhammad Najiyullah
Sekretaris Bendahara
Olya Radiati Hurul Firdha
Masyarakat
G. Anggaran Biaya
Anggaran biaya kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Permasalahan Merokok di Dalam Rumah di Desa Damit adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.13 Pemasukan Dana
Sumber Dana Jumlah (Rp) Satuan Total (Rp)
Donatur Rp 1.350.000,00 - Rp 1.400.000,-
Kas Kelompok Rp 109.900,00 - Rp 109.900,-
Total Pemasukan Rp 1.509.900
32
33
2. Intervensi Fisik
a. Pembuatan dan pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di tempat umum seperti Balai Desa, Sekolah, Mesjid dan Gereja
Pelaksanaan intervensi ini dilakukan pada tanggal 29-30 Januari
2018. Kegiatan ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah
tahapan pembuatan instrumen papan nama kawasan tanpa rokok.
Pada tahap ini mahasiswa dibantu masyarakat Desa Damit dalam
proses pembuatan dan pengecatan Papan Nama Kawasan Tanpa
Rokok. Tahap kedua adalah tahap pemasangan instrumen papan
nama kawasan tanpa rokok. Pada tahap ini, mahasiswa bersama-sama
dengan kader dan masyarakat desa melakukan pemasangan papan
nama Kawasan Tanpa Rokok, dimulai dari SDN Damit 1, kemudian
dilanjutkan ke SDN Damit 2, MTs Nurul Huda, Balai Desa, Gereja
Damit dan yang terakhir ke Mesjid Damit. Kegiatan ini diikuti dengan
antusias oleh para kader dan masyarakat. Setelah kegiatan
pemasangan papan nama Kawasan Tanpa Rokok dilakukan foto
bersama, pengurus tempat menandatangani perjanjian kerja sama dan
diakhiri dengan ramah tamah. Kelompok melakukan komunikasi
dengan pihak Banjarmasin Post (B-Post) guna untuk memberitakan
kegiatan yang dilakukan.
kaderisasi partisifasi aktif Kepala Desa, Ketua RT, dan kader serta
masyarakat desa Damit ditunjukkan dengan masyarakat yang
memahami materi mengenai bahaya merokok di dalam rumah dan
kawasan tanpa rokok di Balai Desa Damit.
b. Dana (Money)
Dana bertujuan untuk mendukung keberlangsungan suatu
kegiatan termasuk dalam kegiatan intervensi. Dana yang diperlukan
pada kegiatan intervensi ini digunakan untuk percetakan modul dan
kuesioner, pengadaan alat tulis, pembelian bahan untuk pembuatan
intervensi fisik, dan alat serta bahan yang mendukung kegiatan
penyuluhan dan pelatihan di Desa Damit. Sumber dana pada kegiatan
ini berasal dari anggaran desa dan masyarakat desa yang bersedia
sebagai donatur (Anggaran Terlampir).
c. Bahan (Materials)
Bahan atau mareials adalah bahan-bahan yang digunakan oleh
manusia untuk mendukung kelancaran suatu kegiatan. Bahan
digunakan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam suatu
kegiatan intervensi. Bahan atau materi-materi tersebut digunakan
sebagai sarana oleh manusia yang ahli dalam bidangnya. Dalam
kegiatan intervensi non-fisik materi yang digunakan adalah print out
powerpoint sebagai media penyampaian materi penyuluhan oleh
kelompok 10 PBL mengenai sampah dan cara memisahkan sampah
yang baik dan benar. Sedangkan untuk intervensi fisik yaitu
pembuatan plang KTR menggunakan alat dan bahan seperti kayu,
seng, pilox, stiker, paku, tukul, dan lain-lain.
d. Metode (Method)
Metode adalah suatu tata cara kerja yang digunakan untuk
memperlancar suatu kegiatan. Metode yang digunakan dalam
intervensi non-fisik adalah dengan penyuluhan dan pelatihan oleh
37
tenaga penyuluh, tanya jawab dan diskusi antara tenaga pelatih dan
peserta pelatihan. Sedangkan metode yang digunakan untuk
intervensi fisik digunakan metode diskusi bersama Kepala Desa dan
bidan Desa dan kader dalam menentkan design plang KTR.
e. Machine
Dalam kegiatan ini, machine merupakan sarana dan prasarana
yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan
dan pelatihan PBL 2 di Desa Damit adalah seperti kantor balai desa
yang digunakan sebagai tempat rapat dan pelatihan kader, laptop,
spanduk, modul pelatihan kader, kuesioner, dan lain-lain. Sedangkan
sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan intervensi
pembuatan tempat sampah dan sign warning adalah kayu, cat kayu,
kuas, paku, palu, gergaji, dan lain-lain.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses menurut Pietrzek (1990) memfokuskan diri pada
aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan
staf terdepan (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan
(objektif) program. Evaluasi proses dilakukan pada saat kegiatan
intervensi sedang berlangsung yang berupa interkasi antara mahasiswa
dan kader. Pelaksana kegiatan penyuluhan dan pelatihan kader mengenai
cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam rumah
dan kawasan tanpa rokok dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unlam yang dibantu oleh
penyuluh dari bidan desa (16).
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini dilaksanakan dengan menilai
proses kegiatan pelatihan, apakah sesuai dengan yang direncanakan. Juga
dilihat waktu pelaksanaan apakah sudah sesuai dengan jadual kegiatan.
Sedangkan pembuatan plang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
38
3) Metode/Pendekatan
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Evaluasi Terhadap Metode/Pendekatan
yang dipakai dalam Penyuluhan dan Pelatihan
No. Penilaian Jumlah (orang) Persentase
1. Menarik 11 64.7%
2. Cukup 6 35.3%
Jumlah 17 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.4, diketahui bahwa penilaian yang diberikan
peserta penyuluhan dan pelatihan dalam kegiatan intervensi terhadap
metode/pendekatan adalah menarik sebanyak 11 orang (64,7%).
Sedangkan, untuk penilaian cukup terhadap materi penyuluhan dan
pelatihan adalah 6 orang (35,3%).
4) Efektivitas intervensi non-fisik
Evaluasi terhadap suatu intervensi yang diberikan baru dapat
dilakukan jika suatu intervensi tersebut telah berjalan dalam cukup
waktu. Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan,
program ini memang harus melibatkan masyarakat agar terbentuk
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal (17).
Pada intervensi yang telah dilakukan, perlunya evaluasi untuk
mengetahui efektivitas dari intervensi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat. Yang mana efektivitas tersebut terbagi menjadi:
a. Pengetahuan
Untuk mengetahui efektivitas intervensi non-fisik diperlukan adanya
analisis sebelum dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan uji t-test
atau uji T berpasangan guna mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap
dan tindakan masyarakat. Namun sebelum melakukan uji, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang akan di uji
termasuk berdistribusi normal atau tidak. Berikut merupakan hasil uji
normalitas nilai pre dan post test:
43
1
46
P9 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P10 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P11 4 13 0 0 0 100
(23,5%) (76,5%)
P12 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P13 0 17 0 0 0 100
(100%)
P14 1 16 0 0 0 100
(5,9%) (94,1%)
P15 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P16 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P17 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
dalam rumah.
58
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam
mengenai manfaat pelaksaanaan kegiatan intervensi serta keefektifitan
kegiatan intervensi.
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah: Apakah intervensi kami
sangat bermanfaat bagi masyarakat disini, terutama bagi keluarga anda
dan apa alasannya?
“Pemasangan plang di tempat-tempat umum sangat bermanfaat karena bisa
dilihat orang lewat…” (Kepala Desa Damit).
“Menurut saya datang ke acara warga seperti yasinan sangatlah bagus
untuk memberi peringatan kepada warga mengenai bahaya rokok…” (Bidan
Desa Damit)
“Kegiatan penyampaian pesan tentang bahaya merokok di yasinan dan
pemasangan plang di tempat-tempat umum sangatlah bermanfaat untuk
masyarakat Desa Damit.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Hal diatas merupakan tanggapan mengenai kemanfaatan akan
intervensi yang dilakukan oleh kelompok terhadap Desa Damit. Hal ini
dibenarkan oleh Kepala Desa, Bidan Desa dan Tokoh Masyarakat yang
merupakan salah satu kader dan penerima langsung intervensi tersebut
terutama manfaat yang dirasakan adalah penyuluhan yang dilakukan
pada saat acara yang ada di masyarakat seperti acara yasinan, habsyi dan
acara keagamaan lain dapat mengurangi masyarakat yang merokok
didalam rumah dan tempat-tempat yang memiliki larangan merokok.
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat Desa Damit terutama
Kepala Desa, Bidan Desa dan Tokoh Masyarakat diketahui bahwa
kegiatan intervensi yang dilakukan bermanfaat.
Pertanyaan kedua yang diajukan adalah: Bagaimana pengelolaan
sarana intervensi yang akan dilakukan oleh masyarakat terutama aparat
desa Damit?
60
masuk ke tubuh perokok pasif. Racun pada perokok aktif akan terfilter
oleh ujung rokok sehingga hanya sedikit yang masuk sedangkan perokok
pasif akan langsung terpapar racun dari asap rokok tersebut (24).
Pertanyaan keempat yang diajukan adalah: Apakah biaya atau dana
yang dikeluarkan untuk pembuatan sarana dan kegiatan intervensi masih
bisa dijangkau masyarakat Desa Damit?
“Biaya untuk intervensi ini sangatlah terjangkau….” (Bidan Desa
Damit).
“Untuk biaya intervensi kedepannya akan ditanggung oleh masyarakat desa
Damit” (Kepala Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa dan Bidan Desa
Damit, diketahui bahwa untuk dana yang dibutuhkan dalam kegiatan
intervensi dan pembangunan sarana sangatlah mudah dijangkau, karena
pelaksanaan penyuluhan di acara keagamaan tidak memerlukan
konsumsi atau hal yang memerlukan biaya besar. Untuk pembangunan
sarana intervensi, seperti pembuatan plang, biaya yang dibutuhkan akan
dikumpulkan melalui swadaya desa Damit. Jadi setiap masyarakat di
lingkungan akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Pertanyaan kelima yang diajukan adalah: Apakah program
intervensi ini akan tetap berlanjut untuk ke depannya?
“Insya Allah, kami sebagai kader disini akan tetap memantau jalannya
kegiatan ini. Mudah-mudahan bisa tetap dilanjutkan (Bidan Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa, diketahui bahwa
seluruh kader yang telah ditunjuk akan menunjukkan komitmen dalam
menjalankan tugasnya sebagai kader di Desa Damit.
Pertanyaan keenam yang diajukan adalah: Apakah intervensi yang
dilakukan kelompok dapat mengurangi perokok dan penyebaran
penyakit ISPA di Desa Damit?
62
masyarakat Desa Damit bergotong royong jika ada tetangga ada warga
lain di Desa Damit membutuhkan bantuan. Karena terdapat makna yang
terkandung dalam kegiatan gotong royong adalah timbulnya rasa empati,
rasa senasib sepenanggungan, saling tolong menolong antar warga.
Masyarakat Desa Damit saling mengerti satu sama lain, tidak ada rasa
egois yang ditampilkan dalam perilakunya sehari-hari (23).
Pertanyaan ketiga yang diajukan adalah: Apakah dengan adanya
kader-kader yang sudah mengikuti pelatihan dan menjalankan tugasnya
dengan baik ketika sedang melakukan penyampaian materi di acara
yasinan merupakan metode yang dapat mengurangi masalah rokok?
”Metode nya sangat bagus, tapi kan untuk mengurangi masalah rokok.
Apalagi kan itu sangat bahaya sekali, yang tidak merokok dan yang merokok.
Apalagi dari sampeyan kemaren sampaikan bahwa merokok itu kan jangan sampai
di ruangan, jangan sampai di tempat umum yang tempatnya sangat banyak
orang. Kalau bisa mereka merokok ditempat yang khusus, misalnya di kebun dan
jauh dari orang banyak. Karena apa yang merokok itu 25% dan yang tidak
merokok 75% bahayanya. Oleh karena itu, saya sampaikan bahwa sangat-sangat
membantu masyarakat.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Damit,
diketahui bahwa kegiatan penyuluhan oleh kader merupakan salah satu
metode yang bagus untuk mengurangi perokok di Desa Damit yang
merokok tidak pada tempatnya, karena perokok pasif lebih berbahaya
daripada perokok aktif. Sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung
dalam rokok masuk ke dalam perokok aktif, sedangkan 75% yang lainnya
masuk ke tubuh perokok pasif. Racun pada perokok aktif akan terfilter
oleh ujung rokok sehingga hanya sedikit yang masuk sedangkan perokok
pasif akan langsung terpapar racun dari asap rokok tersebut (23).
66
A. Kesimpulan
Kegiatan kegiatan dari intervensi pengalaman belajar lapangan
(PBL) II yaitu “Pemberdayaan Masyarakat Mengenai Permasalahan
Merokok di Dalam Rumah” di Desa Damit. Bentuk kegiatan intervensi ini
yaitu berupa fisik dan non-fisik, kegiatan fisik yaitu berupa pemasangan
plang KTR dan non-fisik berupa penyuluhan dan pelatihan kader anti
merokok di dalam rumah.
Berdasarkan evaluasi input pelaksanaan kegiatan intervensi yang
dilaksanakan di Desa Damit berdasarkan dengan 5 indikator, yaitu man,
material, money, method, dan machine maka dapat dinilai kegiatan intervensi
telah sesuai dengan rencana kegiatan.
Berdasarkan evaluasi proses, intervensi ini berjalan dengan baik
yang didukung dari berbagai pihak sponsor (B-Post dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tanah Laut) yang mana Bpost memberikan bantuan untuk
publikasi kegiatan secara online dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Laut sendiri begitu mendukung adanya kegiatan intervensi ini dengan
memberikan berbagai media promosi yang dapat mendukung
keberhasilan program intervensi. Berdasarkan evaluasi output, tergambar
dari hasil pretest dan postest peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan
antara sebelum dan setelah penyuluhan.
Pada Kegiatan PBL II, intervensi telah dilaksanakan dengan baik
yang dilengkapi dengan evaluasi pada setiap kegiatan intervensi guna
mengetahui dan menilai seberapa jauh efektivitas intervensi yang
dilaksanakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat di Desa
Damit. Selain itu, monitoring dan evaluasi juga terus dijalankan untuk
memastikan keberlanjutan program intervensi kedepannya.
71
72
B. Saran
1. Mahasiswa
Saran kepada mahasiswa diharapkan memperdalam lagi
kemampuan dalam menjadi fasilitator di tengah-tengah masyarakat guna
membangun peran serta masyarakat dalam membangun lingkungan yang
sehat. Selain itu, diharapkan penyuluhan oleh kader dapat direalisasikan
sesuai dengan rencana yang telah disepakati serta terus melakukan
evaluasi untuk melihat keefektivan dari intervensi yang telah
dilaksanakan.
2. Masyarakat
Saran kepada masyarakat diharapkan dapat lebih peduli terhadap
kesehatan lingkungannya terutama perilaku merokok di dalam rumah.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat membiasakan perilaku
merokok di luar KTR guna menghindari penyakit yang dapat menyerang
para perokok pasif sehingga intervensi yang dilakukan dapat berhasil dan
terus berkelanjutan.
3. Kader
Saran kepada kader diharapkan dapat lebih berbagi informasi yang
telah didapat baik di penyuluhan maupun di pelatihan mengenai
larangan merokok di KTR dan dapat lebih peduli dan antusias dalam
menjalankan program penuyuluhannya. Selain itu, perlunya monitoring
dan evaluasi oleh Kepala Desa Damit selaku penanggungjawab kader.
4. Pemerintah dan Instusi
Saran kepada pemerintah dan institusi diarapkan dapat
meningkatkan kepedulian yang dalam terhadap masyarakat setempat
khususnya pinggiran kota guna menjadi motivasi diri untuk terus
meningkatkan kepedulian akan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
10. Rohim. Teori Komunikasi Perspektif Ragam dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2009.
21. Sriyono. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta; 1992.
25. Takoes, Kandou, Kawatu. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dan
Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa
Marinsouw dan Pulisan Kabupaten Minahasa Utara. Media Kesehatan
2017;9(2):1-10.
26. Sinaga, Lubis, Siregar. Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
Tahun 2014. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi
2015;1(1):1-9.