Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Dimana mudah menemui orang
merokok, dari pria dewasa, wanita dewasa, dan anak-anak kecil, tidak
terkecuali. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya. Rokok
diperkirakan mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, yang secara
farmakologis terbukti aktif beracun, dapat menyebabkan mutasi
(mutagenetic), dan kanker (carcinogenic). Tiga racun utama dalam rokok
yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida (1).
Menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2013
lebih dari 6 juta orang meninggal karena penyakit akibat rokok. Bahkan
angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan dari kebiasaan
merokok ini terus meningkat. Pada tahun 2030 diperkirakan angka
kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa, dan 70%
diantaranya berasal dari negara berkembang. Bila kecenderungan ini
terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok (1).
ISPA adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah yang
disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host
apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun pada bayi di bawah
lima tahun dan bayi merupakan salah satu kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.

1
2

Penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang dapat


menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
dan faktor penjamu. Data Biro Pusat Statistika menunjukkan jumlah
perokok pemula usia 5-9 tahun meningkat tajam dari 0,4% (2012)
menjadi 2,8% (2014). Trend perokok pemula meningkat tajam per
tahunnya, dari 9,5% (2).
Berdasarkan data pola penyakit pasien rawat jalan dari
Puskesmas Tajau Pecah tahun 2016 menunjukkan bahwa penyakit ISPA
merupakan penyakit tertinggi ketiga di desa Damit setelah pola
penyakit hipertensi dan penyakit ringan, seperti batuk dan pilek. Dari
data pola penyakit pasien rawat jalan dari Puskesmas Tajau Pecah
bulan Januari 2016 - Maret tahun 2017, ISPA masih menjadi penyakit
tertinggi ketiga (3).
Salah satu faktor penyebab ISPA juga yaitu keadaan lingkungan
fisik dan pemeliharaan lingkungan rumah. Pemeliharaan lingkungan
rumah dengan cara menjaga kebersihan di dalam rumah, mengatur
pertukaran udara dalam rumah, menjaga kebersihan lingkungan luar
rumah dan mengusahakan sinar matahari masuk ke dalam rumah di
siang hari, supaya pertahanan udara di dalam rumah tetap bersih
sehingga dapat mencegah kuman dan termasuk menghindari
kepadatan penghuni karena dianggap risiko (4).
Salah satu permasalahan yang terdapat di Desa Damit, Kecamatan
Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut adalah Kebiasaan merokok orang
tua di dalam rumah menjadikan balita dan anggota rumah tangga
yang lainnya sebagai perokok pasif yang selalu terpapar asap rokok.
Rumah yang orang tuanya mempunyai kebiasaan merokok berpeluang
meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan
3

rumah yang orang tuanya tidak merokok di dalam rumah. Sementara


itu jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup tinggi (5).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian tubuh
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih
rendah (6).
Manusia merupakan salah satu faktor perilaku yang
menyebabkan ISPA. Jumlah perokok aktif di dalam rumah yang cukup
tinggi dapat meningkatkan angka kejadian ISPA. Di Indonesia
khususnya kasus Infeksi saluran Pernafasan Akut selalu menempati
urutan pertama kematian pada bayi tahun 2012 mencapai 32,1%, serta
kematian pada balita tahun 2013 mencapai 18,2% dan tahun 2014
mencapai 38,8%. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10
penyakit terbanyak di rumah sakit (2).
Pola hidup sehat pada dasarnya adalah kehidupan yang
mengarah pada perilaku untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
tubuh dan kebugaran stamina. Hal ini dapat terlihat dari berbagai cara
dan aktifitas yang dilakukan untuk menunjang kesehatan, misalnya
olahraga, istirahat, dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi. Begitu rentannya anggota keluarga mengalami infeksi saluran
pernafasan akut, diperlukan peran serta petugas kesehatan untuk terus
mensosialisasikan kriteria rumah sehat yang memenuhi syarat dan
memodifikasi rumah yang telah ada secara terperinci dan jelas untuk
menghindarkan bayi yang masih memiliki imunitas rendah dari
terjadinya ISPA (7).
Permasalahan yang mendukung masalah penyakit ISPA di desa
Damit ini adalah Kemungkinan pertama disebabkan karena
4

keterpaparan asap rokok merupakan salah satu jenis faktor pencetus


terjadinya ISPA. Hal ini disebabkan asap rokok menyebabkan kadar
oksigen dalam ruangan menurun dan menigkatkan kada CO sehingga
bayi lebih banyak mengirup CO daripada oksigen. Keterpaparan asap
rokok menyebabkan ISPA pada bayi sehingga menstimulasi saluran
pernafasan untuk bereaksi dengan cara batuk, pengeluaran secret,
demam yang merupakan manifestasi klinis ISPA. Begitupun sebaliknya
jika anggota keluarga tidak merokok maka kualitas udara dalam
ruangan baik karena lebih banyak oksigen daripada asap rokok yang
menyebabkan bayi terpapar pada udara yang bersih dan sehat (6).
Dilihat dari aspek perilaku dan pola hidup masyarakat sehari-hari
maka perlu mendapatkan penanganan atau perhatian yang serius,
mengingat banyaknya masyarakat yang terkena penyakit ISPA. Data
dari buku Bidan desa menunjukkan bahwa penyakit tertinggi sejak
bulan Januari 2016 - Maret 2017 ialah penyakit ISPA. Sedangkan dari
hasil observasi ditemukan ada 62 orang (10,2%) dari 605 orang (umur ≥
18 tahun) yang menyatakan bahwa mereka pernah di diagnosa
menderita penyakit ISPA. Untuk menangani masalah tersebut kami
sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat yang melaksanakan PBL di
Desa Damit, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut akan
memberikan intrevensi yaitu melakukan penyuluhan tentang bahaya
merokok didalam rumah dan pembentukan kaderisasi terkait PHBS
pada masyarakat desa.
Dari hasil kegiatan diagnosa komunitas PBL I terkait masalah
merokok didalam rumah, ada 78% masyarakat yang merokok didalam
rumah dari 100 sampel. Itu merupakan termasuk dalam kategori yang
berbahaya bagi masyarakat yang ada di desa Damit tersebut. Dari segi
polusi udara itu sangat berbahaya bagi masyarakat yang menghirup
udaranya. Khususnya bagi balita dan anak-anak. Dari data 78% udara
5

yang tercemari itu menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat


itu sendiri, seperti penyakit ISPA yang tertinggi di desa Damit tersebut
(7).
Sehingga pada saat kegiatan musyawarah mufakat desa (MMD)
PBL I Desa Damit Kabupaten Tanah Laut, di dapatkan prioritas
masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah merokok didalam
rumah. Sebab pada kegiatan diagnosa komunitas didapatkan
masyarakat desa Damit yang sudah terbiasa merokok disembarang
tempat. Alasan tindakan tersebut dilakukan karena masyarakat
terkendala dalam hal pengetahuan tentang berbahayanya perokok aktif
dan perokok pasif sehingga pada kegiatan Forum Group Discussion
(FGD) intervensi yang dilaksanakan pada PBL II adalah penyuluhan
tentang bahaya merokok didalam rumah dan pembentukan kaderisasi
PHBS.
Adapun teknik evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan
intervensi ini yaitu menggunakan yaitu teknik jangka panjang dan
teknik jangka pendek melalui pembentukan kaderisasi PHBS dan juga
memberikan penyuluhan bahaya merokok didalam rumah serta lembar
kuisioner tentang pengetahuan masalah bahaya merokok bagi
kesehatan masyarakat desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.

B. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk melakukan
intervensi berdasarkan prioritas pemecahan masalah yaitu bahaya
merokok didalam rumah melalui penyuluhan, serta pembentukan
kaderisasi PHBS di Desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.
6

b. Tujuan Khusus
a. Melakukan intervensi penyuluhan mengenai bahaya merokok
didalam rumah kepada masyarakat Desa Damit, Kabupaten
Tanah Laut.
b. Melakukan intervensi pembentukan kaderisasi PHBS kepada
masyarakat Desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.
c. Melakukan intervensi pembuatan papan nama kepada
masyarakat Desa Damit, Kabupaten Tanah Laut.
d. Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan.
e. Memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait agar
intervensi kesehatan yang telah dilakukan dapat menjadi program
daerah jika dinilai cukup efektif untuk mengatasi permasalahan
bahaya merokok didalam rumah.

c. Manfaat Evaluasi Intervensi


1. Mahasiswa
a. Menerapkan pembelajaran yang didapat dari perkuliahan
sehingga menambah pengalaman mahasiswa dalam
berkehidupan sehari-hari di masyarakat.
b. Melatih kemampuan serta keterampilan dalam melakukan
intervensi dan evaluasi hasil dari pengalaman belajar lapangan
(PBL).
2. Dinas Kesehatan
a. Melakukan advokasi terhadap pihak terkait untuk membantu
dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan mengenai bahaya
merokok didalam rumah.
b. Membantu memberikan penyelasaian terhadap masalah
kesehatan yang telah didapatkan sebelumnya.
7

3. PSKM FK Unlam
a. Menjalin kerjasama baik dengan instansi pemerintah yang ada di
Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut.
b. Membantu usaha perbaikan derajat kesehatan masyarakat
sehingga sebagai Prodi Kesehatan Masyarakat dapat memberikan
suatu kegiatan preventif dan promotif kepada masyarakat tentang
masalah kesehatan yang terjadi di wilayah tersebut.
4. Masyarakat
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan secara mandiri.
BAB II
INTERVENSI KEGIATAN

A. Nama Kegiatan
Berdasarkan prioritas masalah kesehatan di Desa Damit yang telah
didapatkan melalui Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 23 Juli
2017 di Balai Desa Damit dan dilanjutkan dengan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) pada tanggal 30 Juli 2017 yang dilaksanakan di
Balai Desa Damit pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I oleh
mahasiswa kelompok 10 PBL Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Lambung Mangkurat maka dibuat sebuah kegiatan intervensi
untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut. Intervensi ini
dimuat didalam suatu program yang bernama “Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah Di Desa
Damit Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut”. Intervensi yang
dilakukan yaitu intervensi fisik yang berupa pemasangan Papan Nama
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan intervensi non-fisik yang berupa
pelatihan kader dan penyuluhan mengenai dampak dan larangan
merokok.

B. Sasaran Kegiatan
1) Sasaran Primer
Sasaran primer dari kegiatan intervensi di Desa Damit Kecamatan
Batu Ampar mengenai masalah merokok di dalam rumah yaitu
masyarakat Desa Damit khususnya yang merokok.

8
9

2) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder dari kegiatan intervensi di Desa Damit
Kecamatan Batu Ampar mengenai masalah merokok dalam rumah
yaitu kader anti rokok Desa Damit.
3) Sasaran Tersier
Sasaran tersier dari kegiatan intervensi di Desa Damit Kecamatan
Batu Ampar mengenai masalah masalah merokok dalam rumah yaitu
Aparat Desa Damit, Puskesmas Tajau Pecah, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tanah Laut.

C. Bentuk dan Materi Kegiatan


1. Bentuk Kegiatan
Bentuk dari kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di Desa Damit terbagi 2 yaitu :
a. Intervensi Non Fisik
1) Pelatihan Kader.
2) Penyuluhan kesehatan mengenai bahaya dan dampak merokok baik
untuk perokok aktif maupun perokok pasif.
b. Intervensi Fisik
1) Pembuatan dan pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di tempat umum seperti Balai Desa, Sekolah, Mesjid dan Gereja.

2. Materi Kegiatan
Materi kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai Permasalahan
Merokok Dalam Rumah di Desa Damit terbagi 2 yaitu:
a. Materi Penyuluhan
1) Pengertian Rokok
Rokok adalah suatu zat adiktif yang bila digunakan akan
berdampak buruk bagi kesehatan individu maupun orang-orang
10

disekitarnya. Rokok berbentuk silinder dari kertas dengan ukuran


panjang antara 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar salah satu ujungnya agar asapnya bisa
dihirup melalui mulut pada ujung lainnya (8).
Rokok dibedakan berdasarkan isinya menjadi tiga yaitu, rokok
mild/rokok putih, rokok kretek, dan rokok klembak. Rokok putih
merupakan rokok dengan bahan baku berupa daun tembakau yang
diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa tertentu, mengandung
sekitar 14–15 mg tar dan 5 mg nikotin. Rokok kretek merupakan
rokok dengan bahan baku tembakau, cengkeh dan perasa agar
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, mengandung kadar tar
dan nikotin lebih tinggi daripada rokok putih yaitu 20-40 mg tar dan
3–5 mg nikotin. Rokok klembak merupakan rokok yang bahan
bakunya berasal dari campuran tembakau, cengkeh, kemenyan dan
perasa agar tercipta rasa dan aroma tertentu (8).
2) Zat-Zat yang Terkandung dalam Rokok
Rokok itu ibaratkan pabrik kimia. Dalam rokok diketahui
terdapat sebanyak 4000 lebih zat kimia berbahaya yang terkandung,
diantaranya Tar, Nikotin, gas karbonmonoksida dan Nitorsamin (8).
a) Tar
Tar mengandung berbagai macam senyawa toksik, antara lain:
metal, polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH), dioksin dan beberapa
nitrosamin non-volatil. Dilaporkan bahwa senyawa PAH merupakan
karsinogen yang dapat memicu karsinogenesis pada paru-paru. Tar
masuk ke rongga mulut dalam bentuk uap padat. Ketika terjadi
penurunan suhu, tar akan mengendap ke permukaan gigi, saluran
nafas dan paru-paru.
11

b) Nikotin
Nikotin dapat meracuni syaraf dalam tubuh, meningkatkan tekanan
darah dan menyempitkan pembuluh perifer. Nikotin dengan
kandungan <13 mg, akan mendorong ketergantungan psikis.
c) Gas Karbonmonoksida
Gas karbonmonoksida (CO) akan menurunkan transportasi oksigen
dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen ditingkat
seluler. Ini terjadi karena gas CO memiliki afinitas dengan
hemoglobin ± 200 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan afinitas
oksigen terhadap hemoglobin.
d) Nitorsamin
Merupakan senyawa yang dapat menimbulkan kerusakan pada
DNA sehingga memicu kanker.
3) Alasan Merokok
Diantara alasan orang mulai merokok adalah sebagai berikut :
a) Ingin tahu/coba-coba
Banyak orang yang mulai merokok dari coba-coba. Mereka
meyakini bahwa merokok bisa dihentikan kapan saja. Padahal
terdapat zat adiktif di rokok yang dapat menyebabkan ketagihan.
b) Ingin dianggap dewasa/macho
Sebagian orang merokok karena mereka berfikir hal itu akan
membuatnya menjadi semakin menarik dan terlihat dewasa.
c) Pengaruh lingkungan/tekanan kelompok
Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap kebiasaan
merokok seseorang. Tekanan tersebut bisa dalam bentuk tantangan
langsung atau ancaman dari kelompok tertentu.
d) Korban iklan
Iklan rokok ditayangkan berulang-ulang yang dapat
menghipnotis orang-orang yang melihatnya, sehingga mereka
12

terpengaruh untuk mulai merokok.


4) Perbedaan Perokok dan Dampaknya
Perokok dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perokok aktif
dan perokok pasif. Perokok aktif adalah setiap orang yang merokok
baik itu orang yang sehari merokok bisa sampai 40 batang atau
orang yang merokok 1 hari 1 batang rokok atau orang yang jarang
merokok hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma
sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam
paru-paru. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak
merokok tetapi berdekatan dengan orang yang sedang merokok,
misalkan di dalam suatu ruangan ada orang yang merokok dan di
dekat orang tersebut ada orang yang bukan perokok maka orang
inilah yang disebut dengan perokok pasif.
Dampak kesehatan bagi perokok aktif diantaranya adalah
meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, kadar kolesterol
dalam darah meningkat, tekanan darah tinggi, diabetes dan stroke.
Sedangkan bagi perokok pasif dampak kesehatan yang dirasakan
diantaranya adalah pembentukan lendir pada saluran napas secara
berlebihan, batuk, iritasi paru-paru, nyeri dada, iritasi pada saluran
pernapasan dan mata.
5) Cara Berhenti Merokok
Ada 3 cara menghentikan kebiasaan merokok, yaitu berhenti
seketika, menunda, dan mengurangi. Hal yang paling utama adalah
niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut.
a) Berhenti Seketika
Cara ini merupakan cara yang paling berhasil untuk
menghentikan kebiasaan merokok. Tetapi bagi perokok kategori
berat mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi
efek ketagihan karena kandungan di dalam rokok banyak
13

mengandung zat adiktif.


b) Menunda
Perokok bisa menunda menghisap rokok dalam beberapa jam
setiap hari sebelumnya dan disarankan untuk 7 hari berturut-turut
melakukan kebiasaan ini.
Sebagai contoh: Seorang perokok menghisap rokoknya setiap
pukul 08.00 pagi, maka pada:
Hari 1 : pukul 10.00
Hari 2 : pukul 12.00
Hari 3 : pukul 14.00
Hari 4 : pukul 16.00
Hari 5 : pukul 18.00
Hari 6 : pukul 20.00
Hari 7 : pukul 22.00

c) Mengurangi
Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara
berangsur-angsur dengan jumlah sampai 0 batang pada hari yang
telah diniatkan untuk berhenti.
Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok bisa
menghabiskan 32 rokok maka si perokok tadi merencanakan
pengurangan jumlah rokok dalam 1 minggu dengan jumlah
pengurangan sebanyak 5 batang perhari. Sebagai contoh:
Hari 1 : 27 batang
Hari 2 : 22 batang
Hari 3 : 17 batang
Hari 4 : 12 batang
Hari 5 : 7 batang
Hari 6 : 2 batang
14

Hari 7 : 0 batang

Selain tiga cara diatas ada cara lain yang juga efektif untuk
menghilangkan kebiasaan merokok diantaranya :
a) Rencanakan waktu berhenti
Rencanakan kapan anda mulai berhenti merokok, misalnya
berniat berhenti sekitar 2 minggu lagi sambal dikurangi kuantitas
rokok yang dihisap tiap harinya.
b) Obat-obatan
Obat membantu mengurangi gejala-gejala berhenti merokok
sampai efek terburuk terlewati.
c) Bantu diri sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keingingan untuk berhenti
merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang
ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya.
d) Kelompok Pendukung
Carilah dukungan dengan sesama orang-orang yang ingin
berusaha berhenti merokok.
e) Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan tenaga
kesehatan, missal dengan dokter yang terpercaya, psikolog,
perawat, atau konselor, forum ini akan membantu untuk berhenti
merokok dan cara mengatasinya.
f) Olahraga
Olahraga membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang
bertambah setelah anda berhenti merokok.
g) Ajak Sahabat, teman atau keluarga
Mintalah teman atau keluarga yang tidak merokok untuk
menyediakan waktu jika anda mengalami masa-masa sulit setelah
15

mulai berhenti merokok.


h) Terapi alternatif
Banyak perokok yang ingin berhenti menggunakan metode
hipnotis atau akupuntur untuk membantu mereka berhenti
merokok, meskipun hal ini tidak banyak terbukti berhasil, namun
jika metode ini bisa menghentikan anda merokok berarti metode
tersebut cocok dengan anda.
6) Pengertian Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR,
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau mem-promosikan produk tembakau (Pasal 1 ayat 1
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 188/Menkes/Pb/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok). Berdasarkan Pasal 3
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 188/Menkes/Pb/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Tempat-tempat yang
dilarang merokok adalah di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja. Masing-masing tempat umum
tersebut diatur lebih lanjut sebagai berikut (9) :
a) Tempat kerja yang dimaksudkan sebagai tempat Kawasan Tanpa
Rokok adalah di tempat dan atau gedung tertutup sampai batas
kucuran air dari atap paling luar terhadap tempat dan atau
gedung tertutup.
b) Adapun tempat Ibadah yang dimaksudkan yaitu masjid, gereja,
vihara, klenteng dan pura sampai dengan batas luar pagar area
lingkungan peribadatan.
16

c) Tempat bermain atau berkumpulnya anak-anak meliputi


kelompok bermain, penitipan anak, Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan Taman Kanak-Kanak yaitu tempat atau gedung
tertutup dan atau areal sampai batas pagar terluar.
d) Kendaraan angkutan umum antara lain bus umum, angkutan
kota, termasuk kendaraan wisata, bus angkutan anak sekolah, dan
bus angkutan karyawan.
e) Lingkungan tempat belajar mengajar antara lain meliputi sekolah,
perguruan tinggi, balai pendidikan dan pelatihan, balai latihan
kerja, bimbingan belajar, dan kursus.
f) Fasilitas Pelayanan Kesehatan antara lain meliputi rumah sakit,
rumah bersalin, poliklinik, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), balai pengobatan, posyandu, dan tempat praktek
kesehatan swasta.
g) Tempat prasarana olahraga antara lain lapangan olahraga atau
tempat/ gedung terbuka atau tertutup yang dipergunakan untuk
kegiatan olahraga sampai batas luar pagar area prasarana
olahraga.
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut telah menetapkan Perda
nomor 7 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok (KTR).
Sanksi Pidana perda ini yaitu kurungan paling lama 6 bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000. sedangkan sanksi perdata:
berupa pencabutan izin, pengawasan, penghentian sementara, denda
administratif atau daya paksa polisional.
17

7) Peran Keluarga dan Kader dalam Mewujudkan Kawasan Tanpa


Rokok dan Rumah Tanpa Asap Rokok
Diantara peran keluarga atau kader dalam mewujudkan
kawasan tanpa rokok dan rumah tanpa asap rokok adalah sebagai
berikut:
a) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak
merokok kepada seluruh anggota rumah tangga dan masyarakat.
b) Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan Rumah
Tanpa Asap Rokok.
c) Menegur jika ada anggota rumah tangga yang merokok di dalam
rumah.
d) Tidak memberikan dukungan kepada perokok di dalam rumah
dalam bentuk apapun, missal tidak diberikan uang untuk
membeli rokok, tidak memberikan kesempatan kepada siapapun
untuk merokok di dalam rumah dan tidak menyediakan asbak di
dalam rumah.
e) Tidak menyuruh anak membelikan rokok untuknya.
f) Orang tua adalah panutan utama untuk anak agar tidak merokok.
g) Melarang anak untuk tidak merokok bukan karena alasan
ekonomi tetapi karena alasan kesehatan.
b. Materi Pelatihan Kader
1) Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses dimana kita dapat
memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan
proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi
yang belaku. Menurut Moor, komunikasi adalah penyampaian
pengertian antar individu. Dia mengatakan semua manusia dilandasi
kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan,
pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang
18

lain. Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi


perilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang
penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut
(10).
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi. Pemilihan metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan
materi yang hendak disampaikan, kemampuan dosen dalam mengelola
sumber belajar, waktu yang tersedia, dan sarana/prasarana yang
tersedia. Komunikasi merupakan seni penyampaian informasi (pesan,
ide, sikap, atau gagasan) dari komunikator atau penyampaian berita,
untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikasi atau penerima
berita (pola, sikap, pandangan, dan pemahamannya), kelola dan
pemahaman yang dikehendaki bersama (11).
Komunikasi harus dilakukan secara efektif agar komunikasi itu
dapat mudah dimengerti oleh komunikan, komunikasi yang efektif
dapat dilakukan apabila seseorang yang berkomunikasi memahami
tentang pengertian dari komunikasi efektif, proses komunikasi efektif
dan unsur-unsur komunikasi efektif. Komunikasi merupakan sarana
untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan
adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa
manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, antara yang satu dengan
yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi yang
timbal balik. Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya
terjadinya proses komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari tujuan
yang menjadi topik atau pokok pembahasan, dan juga untuk
tercapainya proses penyampaian informasi itu akan berhasil apabila
ditunjang dengan alat atau media sebagai sarana penyaluran informasi
atau berita (11).
19

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi


diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami,
hubungan, kontak. Komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu kata
depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata
bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda
communio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti
kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, dan
hubungan. Komunikasi adalah suatu pemindahan makna atau
pemahaman dari pengirim kepada penerima, di dalamnya tercangkup
tiga bagian penting dari komunikasi yang efektif yakni sang pengirim,
sang penerima dan keberhasilan pengirim makna (11).
2) Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk
menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam
komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan
dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan
penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan
balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara
baik. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya
pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan (12).
Komunikasi dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila
terdapat aliran informasi dua arah antara pendidik dengan peserta
didik dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan
harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Meskipun penelitian
mereka terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajar-
20

mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses
komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa
berlangsung dan mencapai hasil yang efektif. William J. Seiler (1988)
memberikan definisi komunikasi yang lebih bersifat universal. Dia
mengatakan komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan
nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti (13).
3) Ciri-Ciri Komunikasi Efektif
Adapun ciri-ciri komunikasi yang efektif yaitu sebagai berikut (6):
a) Jelas artinya dapat dipahami oleh sasaran. pesan menggunakan
kalimat yang singkat, bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
serta isinya mudah diingat tidak bertele-tele.
b) Pesan tidak terlalu banyak, artinya pesan disampaikan secara
bertahap agar mudah dicerna sasaran.
c) Pesan diatas tidak terlalu sulit, artinya disesuaikan dengan tingkat
pendidikan sasaran. hati – hati terhadap berbagai istilah teknis yang
tidak dimengerti oleh audiens. sebaiknya dihindari tapi bila tidak
bisa dihindari untuk digunakan, harus diberikan penjelasan lanjutan
terhadap istilah tersebut dan usahakan agar penggunaan istilah
setepat mungkin.
d) Pesan diatas menarik, artinya pesannya menarik, sebaiknya cara
penyampaiannya juga menarik sehingga tidak membosankan.
e) Pesan yang menggunakan gambar atau alat peraga alat audio –
visual lainnya harus sesuai dengan keadaan setempat sehingga lebih
menarik dan lebih mudah diingat.
21

D. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan terbagi sesuai jenis intervensi yaitu:
1. Pelatihan Kader
Kegiatan ini bekerja sama dengan Kepala Desa Damit,
Aparat Desa, Tokoh Masyarakat dan Bidan Desa Damit. Kegiatan
ini dilaksanakan di Balai Desa Damit.
2. Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan ini dilaksanakan di SDN Damit 1, SDN Damit 2,
MTs Darul Huda, Mesjid dan rumah warga yang mengadakan
acara yasinan dan pengajian. Penyuluhan di SDN Damit 1 dihadiri
oleh 44 siswa, penyuluhan di SDN Damit 2 dihadiri oleh 28 siswa,
penyuluhan di MTs Darul Huda dihadiri oleh 39 siswa,
penyuluhan di Mesjid pada acara pengajian dihadiri oleh kurang
lebih 70 orang dan penyuluhan di rumah warga yang mengadakan
acara yasinan dihadiri oleh kurang lebih 30 orang.
3. Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR)
Lokasi pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) ini dilaksanakan di Balai Desa, SDN Damit 1, SDN Damit 2,
MTs Darul Huda, Mesjid Al-Mujahidin dan Gereja Damit.

E. Susunan Acara
Susunan acara kegiatan program Pemberdayaan Masyarakat
Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di Desa Damit adalah
sebagai berikut:
22

Tabel 2.1 Susunan Acara Kegiatan ‘Rapat Persiapan Intervensi


(Jumat, 19 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 19.00 - 19.15 Registrasi dan pembagian snack Panitia
2. 19.15 - 19.30 Pembukaan dan sambutan- -Kepala Desa
sambutan Damit
-Ketua
Kelompok 10
3. 19.30 - 20.15 Pembahasan rapat persiapan Perwakilan
intervensi Mahasiswa
4. 20.15 - 20.40 Tanya jawab dan diskusi Panitia
5. 20.40 - 21.00 Doa dan penutup Panitia
Rapat Persiapan Intervensi dilaksanakan pada Jumat, 19 Januari
2018 di Balai Desa Damit. Rapat Intervensi ini dihadiri oleh Kepala Desa
Damit, Aparat Desa, Tokoh Masyarakat, Bidan Desa dan para Kader Anti
Rokok. Pada rapat kali ini membahas persiapan intervensi yang akan
dilaksanakan seperti pelatihan kader, penyuluhan kesehatan dan
pemasangan papan nama Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Selain itu, pada
rapat ini juga membahas tugas dan tanggungjawab kader dalam
memberikan penyuluhan kepada masyarakat pada acara yasinan dan
pengajian.

Tabel 2.2 Susunan Acara Kegiatan ‘Pelatihan Kader (Selasa, 23


Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan Masyarakat
Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di
Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 10.00 - 10.30 Registrasi dan pembagian snack Panitia
2. 10.30 - 11.00 Pembukaan dan sambutan- -Kepala Desa
sambutan Damit
-Bidan Desa
Damit
-Ketua
Kelompok 10
23

Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
11.00 - 11.10 Pre test Panitia
3. 11.10 - 11.30 Penyuluhan mengenai Pemateri dari
Komunikasi yang Efektif Mahasiswa
4. 11.30 - 11.50 Penyuluhan mengenai Dampak Pemateri dari
Merokok Terhadap Kesehatan Bidan Desa
dan Larangan Merokok
5. 11.50 - 12.20 Tanya jawab dan diskusi Pemateri dari
Bidan Desa dan
Mahasiswa
6. 12.20 - 12.30 Pembagian stiker dan poster Panitia
kepada kader
7. 12.30 - 12.40 Post test Panitia
8. 12.40 - 12.50 Doa dan penutup Panitia
9. 12.50 - 13.00 Foto bersama Panitia

Pelatihan Kader dilaksanakan pada Selasa, 23 Januari 2018 di Balai


Desa Damit. Pelatihan Kader ini dihadiri oleh Kepala Desa Damit, Aparat
Desa, Tokoh Masyarakat, Bidan Desa dan para Kader Anti Rokok. Pada
acara Pelatihan Kader ini disampaikan materi penyuluhan mengenai
Komunikasi yang Efektif oleh Mahasiswa. Setelah itu disampaikan materi
penyuluhan mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan dan
Larangan Merokok oleh Ibu Sutiani selaku Bidan Desa Damit. Pada acara
Pelatihan Kader ini diberikan Pre test dan Post test untuk mengukur
peningkatan pengetahuan kader. Pada acara Pelatihan Kader ini juga
dibagikan stiker dan poster kepada semua kader untuk dipasang di
rumah masing-masing.
24

Tabel 2.3 Susunan Acara Kegiatan ‘Penyuluhan di RT. 1 dan RT.6


(Kamis, 25 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 19.00 - 19.30 Penyuluhan di Acara Yasinan Perwakilan
Mahasiswa
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Kamis, 25 Januari 2018 di
acara yasinan masyarakat desa Damit. Dalam kegiatan ini, mahasiswa
dibagi menjadi 3 tim yang akan menyebar ke acara yasinan warga di
setiap dusun. Pada penyuluhan di RT.1 dan RT.6 dilaksanakan oleh Dwi
Febriyanti dan Hurul Firdha.

Tabel 2.4 Susunan Acara Kegiatan ‘Penyuluhan di RT. 13 dan RT.14


(Kamis, 25 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 19.00 - 19.30 Penyuluhan di Acara Yasinan Perwakilan
Mahasiswa
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Kamis, 25 Januari 2018 di
acara yasinan masyarakat desa Damit. Dalam kegiatan ini, mahasiswa
dibagi menjadi 3 tim yang akan menyebar ke acara yasinan warga di
setiap dusun. Pada penyuluhan di RT.13 dan RT.14 dilaksanakan oleh
Ruana Al-Fajri dan Kartika Muktima Pratiwi.

Tabel 2.5 Susunan Acara Kegiatan ‘Pengajian di Mesjid Damit


(Jumat, 26 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 14.00 - 16.00 Penyuluhan di Acara Pengajian Perwakilan
Mahasiswa
25

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Jumat, 26 Januari 2018 di


acara pengajian masyarakat di Mesjid Damit. Pada kegiatan penyuluhan
di acara pengajian ini dilaksanakan oleh Olya Radiati, Hurul Firdha,
Kartika Muktitama Pratiwi dan Dwi Febriyanti.

Tabel 2.6 Susunan Acara Kegiatan ‘Penyuluhan di RT. 10 dan RT.11


(Jumat, 26 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 19.00 - 19.30 Penyuluhan di Acara Yasinan Perwakilan
Mahasiswa
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Jumat, 26 Januari 2018 di
acara yasinan masyarakat desa Damit. Dalam kegiatan ini, mahasiswa
dibagi menjadi 3 tim yang akan menyebar ke acara yasinan warga di
setiap dusun. Pada penyuluhan di RT.10 dan RT.11 dilaksanakan oleh M.
Najiyullah dan Olya Radiati.

Tabel 2.7 Susunan Acara Kegiatan ‘Penyuluhan di SDN Damit 1


(Senin, 29 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 09.00 - 10.00 Penyuluhan Kesehatan Perwakilan
Mahasiswa
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Senin, 29 Januari 2018 di
SDN Damit 1. Dalam kegiatan ini, mahasiswa dibagi menjadi 3 tim yang
menyebar ke semua sekolah yang berada di desa Damit. Pada
penyuluhan di SDN Damit 1 dilaksanakan oleh Olya Radiati dan Hurul
Firdha. Selain itu, pada penyuluhan ini dibagikan stiker dan poster untuk
ditempel di lingkungan sekolah.
26

Tabel 2.8 Susunan Acara Kegiatan ‘Penyuluhan di SDN Damit 2


(Senin, 29 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 09.00 - 10.00 Penyuluhan Kesehatan Perwakilan
Mahasiswa
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Senin, 29 Januari 2018 di
SDN Damit 2. Dalam kegiatan ini, mahasiswa dibagi menjadi 3 tim yang
menyebar ke semua sekolah yang berada di desa Damit. Pada
penyuluhan di SDN Damit 2 dilaksanakan oleh Dwi Febriyanti dan
Kartika Muktitama Pratiwi. Selain itu, pada penyuluhan ini dibagikan
stiker dan poster untuk ditempel di lingkungan sekolah.

Tabel 2.9 Susunan Acara Kegiatan ‘Penyuluhan di MTs Darul Huda


(Senin, 29 Januari 2018)’ pada program Pemberdayaan
Masyarakat Mengenai Permasalahan Merokok Di Dalam
Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 09.00 - 10.00 Penyuluhan Kesehatan Perwakilan
Mahasiswa
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Senin, 29 Januari 2018 di
MTs Darul Huda. Dalam kegiatan ini, mahasiswa dibagi menjadi 3 tim
yang menyebar ke semua sekolah yang berada di desa Damit. Pada
penyuluhan di MTs Darul Huda dilaksanakan oleh M. Najiyullah dan
Ruana Al-Fajri. Selain itu, pada penyuluhan ini dibagikan stiker dan
poster untuk ditempel di lingkungan sekolah.
27

Tabel 2.10 Susunan Acara Kegiatan ‘Tahap Pembuatan Instrumen


Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok (Senin, 29 Januari
2017)’ pada program Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 11.00 - 11.20 Persiapan alat dan barang Warga dan
Panitia
2. 11.20 - 12.30 Pemantapan Desain Instrumen Warga dan
Panitia
3. 12.30 - 17.00 Pembuatan dan Pengecatan Warga dan
Papan Nama Panitia
Tahap Pembuatan Instrumen Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
yang dilaksanakan pada Senin, 29 Januari 2018 ini dimulai dengan tahap
persiapan alat dan barang, kemudian dilanjutkan dengan pemantapan
desain instrumen. Setelah itu, dilakukan pembuatan dan pengecatan
Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok. Dalam proses pembuatan
instrumen ini, mahasiswa dibantu oleh kader dan warga desa Damit.

Tabel 2.11 Susunan Acara Kegiatan ‘Tahap Pemasangan Instrumen


Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok (Selasa, 30 Januari
2017)’ pada program Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 11.00 - 11.15 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di SDN
Damit 1
2. 11.15 - 11.30 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
SDN Damit 1
3. 11.30 - 11.45 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di SDN
Damit 2
4. 11.45 - 12.00 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
28

Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
SDN Damit 2
5. 12.00 - 12.15 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di Balai Desa
6. 12.15 - 12.30 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
Balai Desa
7. 12.30 - 12.45 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di Gereja
Damit
8. 12.45 - 13.00 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
Gereja Damit
9. 13.00 - 13.15 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di MTs
Darul Huda
10. 13.15 - 13.30 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
MTs Darul Huda
11. 13.30 - 13.45 Perizinan dan Acara Warga dan Panitia
Peresmian Permasangan
Papan Nama Kawasan
Tanpa Rokok di Mesjid Al-
Mujahidin
12. 13.45 - 14.00 Permasangan Papan Nama Warga dan Panitia
Kawasan Tanpa Rokok di
Mesjid Al-Mujahidin
Tahap Pemasangan Instrumen Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
yang dilaksanakan pada Selasa, 30 Januari 2018 ini dimulai dengan
Permasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok di SDN Damit 1,
kemudian dilanjutkan ke SDN Damit 2, Balai Desa, Gereja Damit dan
yang terakhir ke Mesjid Damit. Pada proses pemasangan instrumen
29

Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok ini dibantu oleh warga desa Damit,
pengelola sekolah, pengelola mesjid, pengelola gereja, serta aparat desa.

Tabel 2.12 Susunan Acara Kegiatan ‘Penutupan (Selasa, 30 Januari


2018)’ pada program Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Permasalahan Merokok Di Dalam Rumah di Desa Damit
Waktu
No. Kegiatan acara Pengisi acara
(WITA)
1. 19.00 - 19.15 Registrasi dan pembagian snack Panitia
2. 19.15 - 19.20 Pembukaan dan sambutan- -Kepala Desa
sambutan Damit
-Ketua
Kelompok 10
3. 19.20 - 19.40 Pembahasan evaluasi mengenai Perwakilan
tugas kader Mahasiswa
4. 19.40 - 20.00 Diskusi Panitia
5. 20.00 - 20.10 Penyerahan Kenang-kenangan Perwakilan
kepada Kepala Desa Damit Mahasiswa
6. 20.10 - 20.20 Penyerahan Kenang-kenangan Perwakilan
kepada Ketua Kader Mahasiswa
7. 20.20 - 20.30 Doa dan penutup Panitia
Pada acara penutupan yang dilaksanakan pada Selasa, 30 Januari
2018 ini membahas evaluasi mengenai tugas kader yang sudah
dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai
komitmen dan tugas-tugas kader tersebut. Setelah itu diserahan kenang-
kenangan kepada Kepala Desa Damit dan Ketua Kader yang telah
membantu kami dalam menjalankan program intervensi di desa Damit.
30

F. Susunan Kepanitiaan
Susunan kepanitiaan kegiatan intervensi di Desa Damit adalah sebagai
berikut:

Penanggung Jawab
Ketua Prodi PSKM FK UNLAM
Camat Batu Ampar
Kepala Puskesmas Tajau Pecah

Pembimbing
Dosen Pembimbing
Kepala Desa Damit
Bidan Desa Damit
Ketua-ketua RT

Ketua Pelaksana
Muhammad Najiyullah

Sekretaris Bendahara
Olya Radiati Hurul Firdha

Seksi Pemberdayaan Seksi Perlengkapan Seksi Humas dan


G. Kegiatan dan Logistik Dana Usaha
H. Kartika Muktitama Dwi Febriyanti Ruana Al-Fajri
Pratiwi

Masyarakat

Gambar 2.1 Susunan Kepanitiaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat


Mengenai Permasalahan Merokok di Dalam Rumah di
Desa Damit.
31

G. Anggaran Biaya
Anggaran biaya kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Permasalahan Merokok di Dalam Rumah di Desa Damit adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.13 Pemasukan Dana
Sumber Dana Jumlah (Rp) Satuan Total (Rp)
Donatur Rp 1.350.000,00 - Rp 1.400.000,-
Kas Kelompok Rp 109.900,00 - Rp 109.900,-
Total Pemasukan Rp 1.509.900

Tabel 2.14 Pengeluaran Dana


Jenis
No. Nama Barang Jumlah Satuan (Rp) Total (Rp)
Keperluan
1. Lakban 1 pcs Rp. 15.000,- Rp. 15.000,-
2. Pulpen 2 packs Rp. 20.000,- Rp. 20.000,-
3. Refill tinta 3 pcs Rp. 35.000,- Rp. 105.000,-
print
ATK
4. Fotocopy 550 lembar Rp. 500,- Rp. 275.000,-
5. Jilid 10 buah Rp. 3.000,- Rp. 30.000,-
6. Pita 1 pcs Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-
7. Print 369 lembar Rp. 200,- Rp. 67.400,-
8. Plakat 2 pcs Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
9. Stiker papan 6 pcs Rp. 60.000,- Rp. 360.000,-
nama
10. Stiker rokok 2 roll Rp. 15.000,- Rp. 30.000,-
11. Stiker kader 3 roll Rp. 12.500,- Rp. 37.500,-
12. Spanduk 1 buah Rp. 60.000,- Rp. 60.000,-
Perlengkapan/
13. Poster 4 lembar Rp. 10.000,- Rp. 40.000,-
Penunjang
14. Seng 2,5 meter Rp. 30.000,- Rp. 75.000,-
15. Pilox 3 buah Rp. 30.000,- Rp. 90.000,-
16. Cat 2 kaleng Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
17. Kuas 1 pcs Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
18. Poster 1 pcs Rp. 35.000,- Rp. 35.000,-
struktur kader
19. Aqua 3 dus Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
20. Kue putri ayu 30 biji Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
21. Risol 30 biji Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
Konsumsi
22. Bakwan 30 biji Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
23. Pisang 30 biji Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
Goreng
Total Pengeluaran Rp. 1.509.900,-
BAB III

HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN INTERVENSI

A. Pelaksanaan Intervensi Kesehatan Masyarakat


1. Intervensi Non Fisik
a) Pelatihan Kader
Kegiatan intervensi ini dilakukan pada tanggal 23 Januari 2018 di
Desa Damit. Penyuluhan di awali dengan pre test yang diberikan
kepada peserta penyuluhan kemudian dilanjutkan penyampaian
materi dari Bidan Sutiani A.Md, dengan bahaya merokok di dalam
rumah dan tempat-tempat umum. Selain materi dari bidan desa
Damit kelompok juga memberikan penyuluhan dengan materi
metode komunikasi efektif. Setelah memberikan penyuluhan,
kelompok memberikan kenang-kenangan kepada pemateri dan pihak
Desa Damit, post-test, kemudian foto bersama dan diakhiri dengan
ramah tamah. Pada saat pelatihan berlangsung, peserta terlihat
antusias dalam mengikuti jalannya kegiatan. Hal ini bisa dilihat dari
adanya masyarakat yang bertanya mengenai materi tersebut. Hasil
kegiatan intervensi non fisik berupa pelatihan dikatakan berhasil
karena banyak masyarakat yang datang menghadiri pelatihan dan
adanya perubahan peningkatan pengetahuan yang di dapat dari pre-
test dan post-test melalui uji statistika. Setelah pelaksanaan pelatihan,
kelompok melakukan komunikasi dengan pihak Banjarmasin Post (B-
Post) untuk memberitakan kegiatan yang dilakukan.

32
33

b) Penyuluhan Kesehatan Mengenai Bahaya dan Dampak Merokok


Baik Untuk Perokok Aktif Maupun Perokok Pasif
Pelaksanaan intervensi ini dilakukan dua kali yaitu pada tanggal
25-26 Januari 2018 dan 29 Januari 2018. Persiapan penyuluhan
pertama yang dilakukan oleh kelompok adalah membagi kelompok
menjadi beberapa kelompok kecil yang menuju ke RT yang berbeda.
Kelompok pertama menuju acara yasinan wilayah RT 1 dan RT 6.
Kelompok kedua menuju acara yasinan wilayah RT 13 dan RT 14.
Kelompok ketiga menuju acara yasinan wilayah RT 10 dan RT 11.
Kemudian, perwakilan dari kelompok juga menuju pengajian di
Masjid Al-Mujahidin, Damit. Kegiatan penyuluhan berlangsung
sebelum dimulai acara yasinan dan pengajian setelah mendapatkan
izin dari ketua yasinan setempat. Lalu, persiapan penyuluhan kedua
yang dilakukan oleh kelompok adalah melakukan perizinan dengan
pihak sekolah desa Damit untuk melakukan penyuluhan di sekolah.
Kemudian, setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, persiapan
kelompok selanjutnya adalah membagi kelompok menjadi beberapa
kelompok kecil yang menuju ke sekolah yang berbeda. Kelompok
pertama melakukan penyuluhan di SDN 1 Damit. Kelompok kedua
melakukan penyuluhan di SDN 2 Damit. Kelompok ketiga melakukan
penyuluhan di MTs Darul Huda. Setelah kegiatan penyampaian
materi, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan peserta
penyuluhan. Sesi tanya jawab, berlangsung dengan baik karena
peserta antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Lalu
pemberian kenang-kenangan dengan pihak sekolah berupa
pemasangan poster dan stiker bahaya merokok di wilayah sekolah.
34

2. Intervensi Fisik
a. Pembuatan dan pemasangan Papan Nama Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di tempat umum seperti Balai Desa, Sekolah, Mesjid dan Gereja
Pelaksanaan intervensi ini dilakukan pada tanggal 29-30 Januari
2018. Kegiatan ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah
tahapan pembuatan instrumen papan nama kawasan tanpa rokok.
Pada tahap ini mahasiswa dibantu masyarakat Desa Damit dalam
proses pembuatan dan pengecatan Papan Nama Kawasan Tanpa
Rokok. Tahap kedua adalah tahap pemasangan instrumen papan
nama kawasan tanpa rokok. Pada tahap ini, mahasiswa bersama-sama
dengan kader dan masyarakat desa melakukan pemasangan papan
nama Kawasan Tanpa Rokok, dimulai dari SDN Damit 1, kemudian
dilanjutkan ke SDN Damit 2, MTs Nurul Huda, Balai Desa, Gereja
Damit dan yang terakhir ke Mesjid Damit. Kegiatan ini diikuti dengan
antusias oleh para kader dan masyarakat. Setelah kegiatan
pemasangan papan nama Kawasan Tanpa Rokok dilakukan foto
bersama, pengurus tempat menandatangani perjanjian kerja sama dan
diakhiri dengan ramah tamah. Kelompok melakukan komunikasi
dengan pihak Banjarmasin Post (B-Post) guna untuk memberitakan
kegiatan yang dilakukan.

B. Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kegiatan Intervensi


Evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana
proses tujuan suatu program dapat dicapai. Evaluasi dapat dikatakan
sebagai proses monitoring dan penyesuaian yang dikehendaki oleh para
evaluator dalam menentukan atau meningkatkan kualitas program.
Evaluasi dapat memberikan informasi dan menunjukkan seberapa baik
program berjalan dan menyediakan cara untuk memperbaikinya.
Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk
35

melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan


keputusan berikutnya (14).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka evaluasi dapat diartikan
sebagai kegiatan memberikan informasi dan menunjukkan seberapa baik
program berjalan dan menentukan sampai sejauh mana proses tujuan
suatu program dapat dicapai.
Kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan intervensi ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu evaluasi jangka pendek dan evaluasi jangka
menengah. Penilaian evaluasi jangka pendek dilakukan dengan
menggunakan pre-post test setelah materi penyuluhan diberikan dan
menggunakan lembar checklist setelah pelatihan dilakukan. Sedangkan
evaluasi jangka menengah dan panjang dinilai dari pengetahuan dan
perubahan sikap atau perilaku setelah intervensi dilakukan. Dan
komitmen dalam duplikasi sign warning KTR yang dilakukan antara
mahasiswa dengan kepala Desa Damit. Berikut ini penjelasan lebih lanjut
mengenai evaluasi dari kegiatan intervensi yang telah dilakukan di Desa
Damit pada PBL II:
1. Evaluasi Input
Evaluasi input menurut Pietrzak, dkk (1990) adalah evaluasi terhadap
elemen-elemen yang terkait dalam menentukan standar layanan program,
termasuk peserta, SDM, sumber daya program, dan sumber daya
penunjang lainnya (15).
a. Sumber Daya Manusia (Man)
Dalam kegiatan intervensi, sumber daya manusia yang
mendukung adalah mahasiswa Kesehatan Masyarakat FK UNLAM
yang melakukan penyuluhan, moderator, notulen, penyampaian
materi dari bidan desa, dan penyampaian materi dari mahasiswa,
serta aparat dan masyarakat desa Damit yang bersedia hadir pada
kegiatan tersebut. Dalam kegiatan rapat persiapan dan pelatihan
36

kaderisasi partisifasi aktif Kepala Desa, Ketua RT, dan kader serta
masyarakat desa Damit ditunjukkan dengan masyarakat yang
memahami materi mengenai bahaya merokok di dalam rumah dan
kawasan tanpa rokok di Balai Desa Damit.
b. Dana (Money)
Dana bertujuan untuk mendukung keberlangsungan suatu
kegiatan termasuk dalam kegiatan intervensi. Dana yang diperlukan
pada kegiatan intervensi ini digunakan untuk percetakan modul dan
kuesioner, pengadaan alat tulis, pembelian bahan untuk pembuatan
intervensi fisik, dan alat serta bahan yang mendukung kegiatan
penyuluhan dan pelatihan di Desa Damit. Sumber dana pada kegiatan
ini berasal dari anggaran desa dan masyarakat desa yang bersedia
sebagai donatur (Anggaran Terlampir).
c. Bahan (Materials)
Bahan atau mareials adalah bahan-bahan yang digunakan oleh
manusia untuk mendukung kelancaran suatu kegiatan. Bahan
digunakan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam suatu
kegiatan intervensi. Bahan atau materi-materi tersebut digunakan
sebagai sarana oleh manusia yang ahli dalam bidangnya. Dalam
kegiatan intervensi non-fisik materi yang digunakan adalah print out
powerpoint sebagai media penyampaian materi penyuluhan oleh
kelompok 10 PBL mengenai sampah dan cara memisahkan sampah
yang baik dan benar. Sedangkan untuk intervensi fisik yaitu
pembuatan plang KTR menggunakan alat dan bahan seperti kayu,
seng, pilox, stiker, paku, tukul, dan lain-lain.
d. Metode (Method)
Metode adalah suatu tata cara kerja yang digunakan untuk
memperlancar suatu kegiatan. Metode yang digunakan dalam
intervensi non-fisik adalah dengan penyuluhan dan pelatihan oleh
37

tenaga penyuluh, tanya jawab dan diskusi antara tenaga pelatih dan
peserta pelatihan. Sedangkan metode yang digunakan untuk
intervensi fisik digunakan metode diskusi bersama Kepala Desa dan
bidan Desa dan kader dalam menentkan design plang KTR.
e. Machine
Dalam kegiatan ini, machine merupakan sarana dan prasarana
yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan
dan pelatihan PBL 2 di Desa Damit adalah seperti kantor balai desa
yang digunakan sebagai tempat rapat dan pelatihan kader, laptop,
spanduk, modul pelatihan kader, kuesioner, dan lain-lain. Sedangkan
sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan intervensi
pembuatan tempat sampah dan sign warning adalah kayu, cat kayu,
kuas, paku, palu, gergaji, dan lain-lain.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses menurut Pietrzek (1990) memfokuskan diri pada
aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan
staf terdepan (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan
(objektif) program. Evaluasi proses dilakukan pada saat kegiatan
intervensi sedang berlangsung yang berupa interkasi antara mahasiswa
dan kader. Pelaksana kegiatan penyuluhan dan pelatihan kader mengenai
cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam rumah
dan kawasan tanpa rokok dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unlam yang dibantu oleh
penyuluh dari bidan desa (16).
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini dilaksanakan dengan menilai
proses kegiatan pelatihan, apakah sesuai dengan yang direncanakan. Juga
dilihat waktu pelaksanaan apakah sudah sesuai dengan jadual kegiatan.
Sedangkan pembuatan plang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
38

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unlam yang dibantu oleh


masyarakat desa Damit. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengelolaan
sampah dan pembuatan kompos ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Selasa, 23 Januari 2018
Waktu : 09.00- selesai
Tempat : Balai Desa Damit
Sasaran
a. Sasaran Primer : Seluruh warga masyarakat Desa Damit
b. Sasaran sekunder : Pejabat pemerintahan di Desa Damit dan
Kader Anti Merokok di Dalam Rumah
Pelaksanaan kegiatan intervensi berupa penyuluhan dan pelatihan
mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam
rumah dan kawasan tanpa rokok ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari
2018 di Balai Desa Damit pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan
mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam
rumah dan kawasan tanpa rokok ini terlah terlaksana sesuai perencanaan
dengan melibatkan kader dalam proses kegiatannya. Kader yang hadir
berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung. Begitu pula
dengan seluruh mahasiswa yang kooperatif selama proses penyuluhan
dan pelatihan sehingga penyuluhan dan pelatihan mengenai cara
berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam rumah dan
kawasan tanpa rokok terlaksana dengan mudah dan lancar.
Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan intervensi berupa
pembuatan plang KTR mulai dilaksanakan dengan penyebaran proposal
untuk mendapatkan dana dari bulan Januari 2018. Dan pembuatan tempat
sampah serta sign warning ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar
selama dua hari yaitu pada tanggal 3-4 Februari 2017.
Evaluasi jangka pendek dilakukan dengan memberikan kuesioner
melalui pre dan post test. Di dalam materi penyuluhan dan pelatihan
39

mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam


rumah dan kawasan tanpa rokok ini memiliki sub pokok bahasan antara
lain pengertian rokok, zat yang terkandung di dalam rokok, jenis perokok,
dampak kesehatan, cara berhenti merokok, pengertian KTR, sanksi, peran
keluarga dan kader. Sedangkan sub pokok bahasan dari pemberian
pelatihan yaitu komunikasi efektif dan cara berkomunikasi efektif.
Sedangkan untuk evaluasi jangka panjang dilakukan dengan pengawasan
kader oleh Kepala Desa Damit dan Mahasiswa.
3. Evaluasi Output
Evaluasi hasil (output) menurut Piertzek, diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap
penerimaan layanan (recipient) (16). Dalam kegiatan intervensi PBL II di
Damit terdapat evaluasi intervensi secara fisik maupun non-fisik yang
mana di uraikan sebagai berikut:
a) Output intervensi non-fisik
Intervensi non-fisik yang dilakukan oleh Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat pada saat PBL II antara lain penyuluhan dan pelatihan
mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, merokok di dalam
rumah dan kawasan tanpa rokok. Dalam mengevaluasi output terhadap
kegiatan intervensi non-fisik yang telah dilakukan, maka diberikan lembar
evaluasi kegiatan kepada masyarakat sebagai peserta penyuluhan dan
pelatihan. Berdasarkan lembar evaluasi tersebut, maka dapat didapatkan
hasil evaluasi, yaitu:
40

1) Karakteristik Peserta Penyuluhan


a. Identitas Kader
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Identitas Kader pada Kegiatan
Intervensi Penyuluhan dan Pelatihan Anti Merokok di
Dalam Rumah
No. Responden Alamat Jenis Rentang Pendidikan Pekerjaan
(RT) Kelamin Umur
1 Abdul Latif 11 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
2 Buang 13 L >50 tahun Tamat SD Petani
Suyanto
3 Sutrisno 21 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
4 Ali Hasan 10 L 21-49 tahun Tamat SD Berkebun
5 Bandi 4 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
6 Tohir 14 L >50 tahun Tamat SD Petani
7 Sandi 17 L >50 tahun Tamat SLTP Petani
8 Ramijan 6 L >50 tahun Tamat SD Petani
9 Fatkur 22 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
10 Sapuan 23 L >50 tahun Tamat SLTP Berkebun
11 Sarmon 20 L >50 tahun Tamat SD Petani
12 Suwono 22 L 21-49 tahun Tamat SD Petani
13 Wagiri 16 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
14 Gozali 22 L >50 tahun Tamat SLTP Petani
15 Hartoyo 24 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
16 Jumadi 12 L >50 tahun Tamat SD Berkebun
17 Qurdi 4 L 21-49 tahun Tamat SLTP Petani
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.1, dapat diketahui bahwa peserta penyuluhan
dan pelatihan adalah laki-laki sebanyak 17 orang (100%). Berdasarkan
tabel 3.1, dapat diketahui bahwa rata-rata umur paling banyak yang
menjadi peserta pelatihan dan penyuluhan adalah usia 21-49 tahun
sebanyak 9 orang (52,9%). Berdasarkan tabel 3.1, dapat diketahui bahwa
rata-rata pendidikan paling banyak yang menjadi peserta pelatihan dan
penyuluhan adalah SLTP/Sederajat atau SLTA/Sederajat sebanyak 10
orang (58,8%). Berdasarkan tabel 3.1, dapat diketahui bahwa rata-rata
41

pekerjaan peserta yang paling banyak adalah petani sebanyak 14 orang


(82,4%).
b. Penghasilan
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Penghasilan Peserta pada Kegiatan
Intervensi Penyuluhan dan Pelatihan Anti Merokok di
Dalam Rumah
No. Penghasilan (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 <Rp 1.337.500 8 47.1
2 > Rp 1.337.500 9 52.9
Jumlah 17 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.2, dapat diketahui bahwa rata-rata penghasilan
peserta yang paling banyak adalah dengan rentang >Rp 1.337.500
sebanyak 9 orang (52,9%). Sedangkan rata-rata penghasilan yang paling
sedikit adalah <Rp 1.337.500 sebanyak 8 orang (47,1%).
2) Materi
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Evaluasi Terhadap Materi Penyuluhan
dan Pelatihan (Jumlah Materi, Kesesuaian dengan Tujuan
Pelatihan)
No. Penilaian Jumlah (orang) Persentase
1. Baik 12 70.6%
2. Cukup 5 29.4%
Jumlah 17 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.3, diketahui bahwa penilaian yang diberikan
peserta penyuluhan dan pelatihan dalam kegiatan intervensi terhadap
materi adalah baik sebanyak 12 orang (70,6%). Untuk penilaian cukup
terhadap materi penyuluhan dan pelatihan adalah 5 orang (29,4%).
42

3) Metode/Pendekatan
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Evaluasi Terhadap Metode/Pendekatan
yang dipakai dalam Penyuluhan dan Pelatihan
No. Penilaian Jumlah (orang) Persentase
1. Menarik 11 64.7%
2. Cukup 6 35.3%
Jumlah 17 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.4, diketahui bahwa penilaian yang diberikan
peserta penyuluhan dan pelatihan dalam kegiatan intervensi terhadap
metode/pendekatan adalah menarik sebanyak 11 orang (64,7%).
Sedangkan, untuk penilaian cukup terhadap materi penyuluhan dan
pelatihan adalah 6 orang (35,3%).
4) Efektivitas intervensi non-fisik
Evaluasi terhadap suatu intervensi yang diberikan baru dapat
dilakukan jika suatu intervensi tersebut telah berjalan dalam cukup
waktu. Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan,
program ini memang harus melibatkan masyarakat agar terbentuk
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal (17).
Pada intervensi yang telah dilakukan, perlunya evaluasi untuk
mengetahui efektivitas dari intervensi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat. Yang mana efektivitas tersebut terbagi menjadi:
a. Pengetahuan
Untuk mengetahui efektivitas intervensi non-fisik diperlukan adanya
analisis sebelum dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan uji t-test
atau uji T berpasangan guna mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap
dan tindakan masyarakat. Namun sebelum melakukan uji, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang akan di uji
termasuk berdistribusi normal atau tidak. Berikut merupakan hasil uji
normalitas nilai pre dan post test:
43

Tabel 3.5 Uji Normalitas Pre dan Post Test Pengetahuan


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan pre .188 17 .114 .892 17 .050
Pengetahuan post .287 17 .001 .808 17 .003
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa besar sampel adalah 17 orang yang berarti kita menggunakan hasil
nilai sig. pada Shapiro-Wilk. Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai
sig. nilai pre dan post test adalah 0.050 dan 0.003 < 0.05 yang berarti data
tersebut tidak berdistribusi normal.
Jika data yang akan di uji tidak berdistribusi normal, maka tidak
memenuhi syarat untuk melakukan uji T berpasangan dan diganti dengan
Uji Wilcoxon. Berikut merupakan tabel uji Wilcoxon untuk menilai
adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi berupa penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam
rumah.
Tabel 3.6 Uji Wilcoxon Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok Di Dalam
Rumah
Test Statisticsa
post – pre
Z -3.572b
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Pada tabel uji Wilcoxon di atas, diketahui bahwa nilai sig. 0.0001 <
0.05 yang mana berarti keputusan adalah Ho ditolak, artinya adanya
perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah dilakukannya
intervensi penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam rumah
44

secara signifikan. Jika dilihat berdasarkan distribusi frekuensi sebelum


dan sesudah, maka dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Evaluasi Pengetahuan Sebelum dan


Sesudah Dilakukan Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti
Merokok Di Dalam Rumah

No. Kategori Persentase Persentase


Sikap Sebelum (%) Sesudah (%)
1. Baik 17,6 94,2
2. Cukup 70,5 5,8
3. Kurang 11,9 0
Jumlah 100% 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.7, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
peserta sebelum dilakukan penyuluhan dan pelatihan adalah
pengetahuan baik sebanyak 3 orang (17,6%), dan dengan pengetahuan
cukup sebanyak 12 orang (70,5%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2
orang (11,9%). Namun, setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan,
pengetahuan semua peserta meningkat menjadi baik sebanyak 16 orang
(94,2%) dan cukup sebanyak 1 orang (5,8%).
b. Sikap
Untuk mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah intervensi
penyuluhan dan pelatihan kader, maka dilakukan uji paired t-test atau uji
T berpasangan. Namun sebelum melakukan uji tersebut terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi
dengan normal atau tidak. Berikut adalah hasil uji normalitas sikap pre
dan post test:
45

Tabel 3.8 Uji Normalitas Pre dan Post Test Sikap


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Sikap pre .163 17 .200* .929 17 .210
Sikap post .150 17 .200 * .940 17 .316
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan seperti tabel diatas
menunjukkan besar sampel adalah 17 orang yang berarti menggunakan
nilai sig. pada Shapiiro-Wilk. Seperti yang tabel diatas, dapat dilihat
bahwa nilai sig. sikap pre 0,210 > 0,05 dan sikap post 0,316 > 0,05 yang
berarti data tersebut berdistribusi normal. Jika data tersebut berdistribusi
normal, maka memenuhi syarat untuk melakukan uji T Berpasangan.
Berikut merupakan tabel uji T berpasangan untuk menilai apakah
ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan dan pelatihan
kader di lakukan :
Tabel 3.9 Uji T Berpasangan Sikap Sebelum dan Sesudah Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam
Rumah

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)
Deviati Error Interval of the
on Mean Difference
Lower Upper
P
a
ipre total - post
-5.471 3.538 .858 -7.289 -3.652 -6.376 16 .000
rtotal

1
46

Berdasarkan tabel uji T berpasangan mengenai sikap, diketahui


bahwa nilai sig. 0.001 < 0.05 yang berarti keputusannya adalah Ho ditolak,
artinya ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi berupa penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam
rumah secara signifikan. Jika dilihat berdasarkan distribusi frekuensi
sebelum dan sesudah, maka dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Evaluasi Sikap Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok
Di Dalam Rumah
No. Kategori Persentase Persentase
Sikap Sebelum (%) Sesudah (%)
1. Baik 76,5 100
2. Cukup 23,5 0
Jumlah 100% 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.10, dapat diketahui bahwa tingkat sikap peserta
sebelum dilakukan penyuluhan dan pelatihan adalah sikap baik sebanyak
13 orang (76,5%), dan dengan pengetahuan cukup sebanyak 4 orang
(23,5%) Namun, setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan,sikap semua
peserta meningkat menjadi baik sebanyak 17 orang (100%).
5) Evaluasi Setelah Intervensi Dilaksanakan
a) Evaluasi penyuluhan dan pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam
Rumah
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Kualitas Pemateri Kegiatan Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam
Rumah
No. Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Baik 17 100
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa penilaian yang
diberikan peserta dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan kader
47

terhadap pemateri sebagai fasilitator adalah baik sebanyak 17 orang


(100%).
Penyuluhan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bersifat non
formal yang ditunjukkan untuk mengubah perilaku baik pengetahuan,
sikap, dan keterampilan manusia. Pada penyuluhan dan pelatihan kader
anti merokok di dalam rumah, penilaian peserta terhadap pemateri adalah
baik (18).
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Alasan Penilaian Kualitas Pemateri
Kegiatan Intervensi Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti
Merokok di Dalam Rumah
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Jelas dan mudah dipahami 17 100
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa dalam proses
penyuluhan dan pelatihan sudah berjalan dengan baik karena warga
sebagai peserta penyuluhan dan pelatihan menilai fasilitator sebagai
pemateri dalam menyampaiakan materi dan pelatihan kader anti merokok
di dalam rumah dengan jelas serta materinya mudah dipahami sebanyak
17 orang (100%).
Kualitas materi yang disampaikan oleh pemateri dinilai peserta jelas
dan mudah dipahami. Aspek kejelasan materi dan urutan materi
memenuhi kriteria baik, berarti menunjukkan sudah sesuai dengan
tahapan berpikir warga sebagai peserta penyuluhan dan pelatihan kader
anti merokok di dalam rumah. Pendapat ini sesuai dengan penelitian
Purnamasari (2012) yang menyatakan bahwa tahap berpikir mengikuti
tahapan perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju ke
berpikir kompleks (19).
48

Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Fasilitator Paling Menarik dalam


Kegiatan Intervensi Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti
Merokok di Dalam Rumah
No. Fasilitator Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Mahasiswa 9 52.9
2 Bidan 8 47.1
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa menurut peserta,
mahasiswa dan bidan dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan
kader anti merokok di dalam rumah miliki daya tarik yang hampir sama
sebagai fasilitator. Hal ini dapat dilihat dari tabel 3.19 bahwa sebanyak 9
orang (52,9%) menyatakan pemateri yang paling menarik adalah
mahasiswa dan sebanyak 8 orang (47,1%) juga yang menyatakan jika
pemateri yang paling menarik adalah dari bidan.
Berdasarkan penilaian dari masyarakat fasilitator paling menarik
adalah mahasiswa, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
salah satu faktor keberhasilan penyuluhan adalah kepercayaan
masyarakat. Masyarakat lebih memperhatikan dan tertarik dengan
informasi yang yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka
kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai
informasi (19).
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Alasan Memilih Bidan sebagai
Fasilitator Paling Menarik dalam Kegiatan Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam
Rumah
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Jelas dalam menjelaskan 5 62.5
2 Mudah dipahami 3 37.5
Total 8 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.14, dapat diketahui bahwa alasan memilih bidan
sebagai fasilitator paling menarik adalah karena jelas dalam menjelaskan
49

dengan frekuensi 5 orang (62,5%) dan juga alasan mudah di pahami


sebanyak 3 orang (37,5%).
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Alasan Memilih Mahasiswa sebagai
Fasilitator Paling Menarik dalam Kegiatan Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Jelas dalam menjelaskan 5 55.6
2 Singkat dan jelas 4 44.4
Total 9 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.15 dapat diketahui bahwa mahasiswa sebagai
pemateri yang paling menarik bagi peserta dalam penyuluhan dan
pelatihan dengan alasan pemateri jelas dalam menjelaskan materi yaitu
sebanyak 5 orang (55,6%), dan mahasiswa memberikan materi secara
singkat dan jelas sebanyak 4 orang (44,4%).
Penilaian peserta penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di
dalam rumah dalam memilih mahasiswa sebagai pemateri yang paling
menarik karena mahasiswa dalam menjelaskan materi dengan jelas dalam
menjelaskan materi sedangkan peserta penyuluhan dan pelatihan kader
anti merokok di dalam rumah yang memilih pemateri dari bidan sebagai
pemateri yang paling menarik karena jelas dalam menjelaskan materi. Hal
ini dapat dikatakan bahwa pemateri sudah berhasil memberikan materi
dalam penyuluhan dan pelatihan kepada peserta, karena semakin baik
program intervensi yang ditunjukkan dengan penjelasan yang
meyakinkan, memberikan kesempatan bertanya, penjelasan mudah
dipahami, kesediaan memberikan penjelasan, dan dilakukan secara
berulang akan meningkatkan minat peserta dalam mengikuti program
penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam rumah (20).
50

Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Penilaian yang Diberikan Peserta


untuk Kualitas Materi dalam Kegiatan Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam
Rumah
No. Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Baik 12 70.6
2 Cukup 5 29.4
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.16 dapat diketahui bahwa kebanyakan peserta
dalam penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam rumah
menyatakan kualitas materi yang diberikan sudah baik, yaitu sebanyak 8
orang (72,7%). Sisanya sebanyak 3 orang (27,3%) menyatakan kualitas
materi yang diberikan pada penyuluhan dan pelatihan kader anti
merokok di dalam rumah sudah cukup. Hal ini dapat dikatakan bahwa
materi yang diberikan sudah baik.
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Alasan Menilai Materi Penyuluhan
dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam Rumah Baik
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Bisa dimengerti 2 16.7
2 Bermanfaat 3 25
3 Singkat dan jelas 7 58.3
Total 12 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.

Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Alasan Menilai Materi Penyuluhan


dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam Rumah Cukup
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Cukup jelas 5 100.0
Total 5 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.18, dapat diketahui bahwa dari 12 orang yang
menyatakan kualitas materi baik, alasan yang diberikan adalah karena
materi yang disampaikan bisa dimengerti yaitu sebanyak 2 orang (16,7%),
51

karena materi bermanfaat untuk peserta yaitu sebanyak 3 orang (25%),


karena materi yang disampaikan singkat dan jelas yaitu sebanyak 7 orang
(58,3). Sedangkan dari 5 orang yang menyatakan kualitas materi cukup,
alasan yang diberikan adalah karena materi yang disampaikan cukup jelas
yaitu sebanyak 5 orang (100%).
Penilaian peserta terhadap kualitas materi penyuluhan dan pelatihan
kader anti merokok di dalam rumah paling banyak adalah materi
disampaikan dengan singkat dan jelas. Hal ini berarti informasi yang
diberikan kepada peserta sudah tersampaikan dengan baik karena
masyarakat desa lebih mudah memahami materi yang disampaikan
dengan singkat dan tidak berbelit-belit.
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Penilaian yang Diberikan Peserta
untuk Metode yang Digunakan dalam Kegiatan Intervensi
Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam
Rumah
No. Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Menarik 11 64.7
2 Cukup Menyenangkan 6 35.3
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Alasan dari Penilaian yang Diberikan
Peserta untuk Metode yang Digunakan dalam Kegiatan
Intervensi Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti Merokok
di Dalam Rumah
No. Alasan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Menyenangkan 7 41.2
2 Mudah dipahami 5 29.5
3 Menarik 3 17.6
4 Penyampaian jelas 2 11,7
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.20 dapat diketahui bahwa seluruh peserta dalam
penyuluhan dan pelatihan kader menyatakan bahwa metode yang
digunakan dalam penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam
52

rumah menarik yaitu sebanyak 11 orang (64,7%). Alasan yang diberikan


peserta terhadap metode yang digunakan yaitu menyenangkan sebanyak
7 orang (41.2%), mudah dipahami sebanyak 5 orang (29,5%), menarik
sebanyak 3 orang (17,6%), dan penyampaian jelas sebanyak 2 orang
(11,7%).
Metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam
kegiatan belajar mengajar. Metode merupakan cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sriyono (1992),
metode ceramah adalah penuturan dan penjelasan pemateri secara lisan
dimana dalam pelaksanaannya pemateri dapat menggunakan alat bantu
untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada pendengarnya (21).
Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Manfaat yang Dirasakan Peserta
Setelah Kegiatan Intervensi Penyuluhan dan Pelatihan
Kader Anti Merokok di Dalam Rumah
No Manfaat Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Menambah ilmu pengetahuan 9 53
2 Bisa mengurangi jumlah perokok 3 17.6
3 Ilmu yang bermanfaat untuk keluarga 5 29.4
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tanel 3.21 dapat diketahui bahwa manfaat yang
dirasakan warga sebagai peserta penyuluhan dan pelatihan kader anti
merokok di dalam rumah yang paling banyak adalah menambah ilmu
pengetahuan yaitu sebanyak 9 orang (53%). Manfaat lainnya yaitu bisa
mengurangi jumlah perokok sebanyak 3 orang (17,6%). Sedangkan
manfaat lainnya adalah ilmu yang bermanfaat untuk keluarga yaitu
sebanyak 5 orang (29,4%).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertensu yang belum
53

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan seseorang


tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong
orang yang bersangkutan untuk mencari tahu, akan mengembangkan
kemampuan seseorang dalam memahami dunia sekelilingnya (22).
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Hal yang Paling Mengesankan yang
Dirasakan Peserta Setelah Kegiatan Intervensi Penyuluhan
dan Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam Rumah
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Bermanfaat untuk kesehatan 8 47.1
2 Menambah pengetahuan 6 35.3
3 Penjelasan menyenangkan 3 17.6
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.22 dapat diketahui bahwa hal yang paling
mengesankan bagi peserta selama kegiatan penyuluhan dan pelatihan
yang paling banyak adalah bermanfaat untuk kesehatan yaitu sebanyak 8
orang (47,1%), menambah pengetahuan yaitu sebanyak 6 orang (35,5%),
dan penjelasan yang menyenangkan yaitu sebanyak 3 orang (17,6%).
1. Masukkan atau saran yang diberikan peserta setelah kegiatan
intervensi pada peyuluhan dan pelatihan kader.
Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Masukkan atau Saran yang diberikan
Peserta Setelah Kegiatan Intervensi Penyuluhan dan
Pelatihan Kader Anti Merokok di Dalam Rumah
No. Alasan Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Semoga program berjalan lancar 9 53
2 Semoga dapat menambah wawasan 5 29.4
3 Sudah baik 3 17.6
Total 17 100.0
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.23 dapat diketahui bahwa saran atau masukkan
peserta dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di
dalam rumah yang paling banyak adalah warga berharap agar program
yang sudah direncanakan dapat berjalan lancar yaitu sebanyak 9 orang
54

(53%). Sedangkan peserta yang tidak memberikan saran atau masukan


karena kegiatan penyuluhan dan pelatihan sudah baik yaitu sebanyak 3
orang (17,6%). Selain itu saran atau masukkan yang diberikan peserta
yaitu semoga materi yang disampaikan dapat menambah wawasan
masyarakat desa yaitu sebanyak 5 orang (29,4%).
b) Evaluasi Pelatihan Kader
Dalam kegiatan pelatihan kader ini mahasiswa memberikan
informasi mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien. Dan
materi yang disampaikan oleh bidan yaitu mengenai pengertian rokok,
kandungan rokok dan dampak merokok dan kawasan tanpa rokok.
Setelah diberikan pelatihan kader melakukan penyuluhan pada yasinan
desa pada malam jumat mengenai dampak merokok di dalam rumah dan
kawasan tanpa rokok. Salah satu kegiatan intervemsi PBL II di Desa
Damit adalah diadakannya pelatihan dan penyuluhan kader anti merokok
di dalam rumah yang mana evaluasinya dapat terlihat pada pemaparan
dibawah ini:
1. Keterangan Pertanyaan
Tabel 3.24 Keterangan Pertanyaan Evaluasi Ceklist Kader Anti
Merokok di Dalam Rumah
No. Pertanyaan
1. Komunikasi yang efektif terjadi jika pesan yang dimaksudkan oleh
pengirim sama dengan pesan yang diterima oleh penerima
2. Komunikasi yang efisien terjadi pada sumber daya (biaya dan waktu)
yang minimal
3. Komunikator adalah pihak yg memprakarsai komunikasi
4. Media untuk memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak
yang dituju
5. Media Cetak yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet,
brosur, dan sebagainya.
6. Pesan yang jelas artinya dapat dipahami oleh sasaran.
7. Pesan yang menggunakan gambar atau alat peraga alat audio – visual
lainnya harus sesuai dengan keadaan setempat sehingga lebih menarik
dan lebih mudah diingat.
8. Rokok adalah suatu zat adiktif yang bila digunakan akan berdampak
55

buruk bagi kesehatan individu maupun orang-orang disekitarnya.


9. Nikotin dapat meracuni syaraf dalam tubuh, meningkatkan tekanan
darah.
10. Alasan orang mulai merokok adalah sebagai berikut ingin tahu/coba-
coba, ingin dianggap dewasa/macho, pengaruh lingkungan/tekanan
kelompok, korban iklan.
11. Dampak kesehatan dari merokok yaitu, meningkatkan risiko terkena
penyakit jantung, kadar kolesterol dalam darah meningkat, tekanan
darah tinggi
12. Peran kader dalam mewujudkan rumah tanpa asap rokok adalah
memberikan penyuluhan, tidak menyediakan asbak di dalam rumah.
13. Saya sudah mengerti komunikasi yang efektif
14. Saya sudah mengerti bentuk-bentuk media komunikasi
15. Saya sudah mengerti pengertian dan kandungan dari rokok
16. Saya sudah mengerti dampak kesehatan dari merokok
17. Saya sudah mengerti peran kader dalam mewujudkan rumah tanpa
asap rokok

2. Hasil dan Pembahasan Lembar Ceklist


a) Hasil Lembar Ceklist
Tabel 3.25 Distribusi dan Frekuensi Hasil Pembahasan Lembar Ceklist
Kategori Penilaian Persentase
(orang) dan (%) (%)
Pertanyaan Sangat Setuju Netral Tidak Sangat
Setuju /Ragu- Setuju Tidak
ragu Setuju
P1 4 13 0 0 0 100
(23,5%) (76,5%)
P2 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P3 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P4 4 13 0 0 0 100
(23,5%) (76,5%)
P5 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P6 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P7 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P8 3 12 0 2 0 100
(17,6%) (70,6%) (11,8%)
56

P9 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P10 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P11 4 13 0 0 0 100
(23,5%) (76,5%)
P12 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P13 0 17 0 0 0 100
(100%)
P14 1 16 0 0 0 100
(5,9%) (94,1%)
P15 2 15 0 0 0 100
(11,7%) (88,3%)
P16 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)
P17 3 14 0 0 0 100
(17,7%) (82,3%)

Berdasarkan hasil jawaban responden dari pertanyaan no 13 yaitu


“Saya sudah mengerti komunikasi yang efektif” dijawab setuju oleh 17 orang
(100%). Dan pertanyaan no 14 yaitu “Saya sudah mengerti bentuk-bentuk
media komunikasi” dijawab setuju oleh 16 orang (94,1%).
b) Output intervensi fisik (sign and warning)
Untuk mengetahui evaluasi output intervensi fisik berupa
pembuatan plang atau papan nama Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
beberapa tempat di desa Damit yaitu di sekolah, masjid, gereja dan balai
desa. Untuk kelanjutan dari intervensi fisik ini mahasiswa melakukan
kerjasama dengan kepala desa untuk duplikasi sign atau papan nama KTR
untuk perluasan daerah yang akan diberikan plang tersebut.
c) Evaluasi Pasca Penyuluhan dan Pelatihan Kader
Evaluasi dilakukan setelah kegiatan pelatihan kader selesai
dilakukan. Mahasiswa mendatangi rumah-rumah kader yang hadir dalam
pelatihan setelah seminggu dilakukan pelatihan. Hal ini berguna untuk
mengetahui apakah kader masih mengingat tentang materi yang telah
57

diberikan guna kelancaran kader dalam menyampaikan pesan pada saat


penyuluhan.
1) Evaluasi pengetahuan kader
Untuk mengetahui efektivitas evaluasi jangka pendek diperlukan
adanya analisis sesudah penyuluhan dan seminggu setelah diberikan
penyuluhan dengan menggunakan uji t-test atau uji T berpasangan guna
mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.
Namun sebelum melakukan uji, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah data yang akan di uji termasuk berdistribusi
normal atau tidak. Berikut merupakan hasil uji normalitas nilai post dan
evaluasi test:
Tabel 3.26 Uji Normalitas Post dan Evaluasi Test Pengetahuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan post .287 17 .001 .808 17 .003
Pengetahuan .339 17 .000 .750 17 .000
evaluasi
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa besar sampel adalah 17 orang yang berarti kita menggunakan hasil
nilai sig. pada Shapiro-Wilk. Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai
sig. nilai post dan evaluasi test adalah 0.003 dan 0.001 < 0.05 yang berarti
data tersebut tidak berdistribusi normal.
Jika data yang akan di uji tidak berdistribusi normal, maka tidak
memenuhi syarat untuk melakukan uji T berpasangan dan diganti dengan
Uji Wilcoxon. Berikut merupakan tabel uji Wilcoxon untuk menilai
adanya perbedaan yang signifikan antara sesudah penyuluhan dan
seminggu setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di

dalam rumah.
58

Tabel 3.27 Uji Wilcoxon Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Dan


Seminggu Setelah Diberikan Penyuluhan Dan Pelatihan
Kader Anti Merokok Di Dalam Rumah
Test Statisticsa
post – pre
Z -3.698b
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Pada tabel uji Wilcoxon di atas, diketahui bahwa nilai sig.
0.0001 < 0.05 yang mana berarti keputusan adalah Ho ditolak, artinya
adanya perbedaan pengetahuan antara sesudah penyuluhan dan seminggu
setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan kader anti merokok di dalam

rumah secara signifikan. Jika dilihat berdasarkan distribusi frekuensi


sebelum dan sesudah, maka dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Evaluasi Pengetahuan Sesudah
Penyuluhan Dan Seminggu Setelah Diberikan Penyuluhan
Dan Pelatihan Kader Anti Merokok Di Dalam Rumah
No. Kategori Persentase Persentase
Sikap Sebelum (%) Sesudah (%)
1. Baik 94,2 100
2. Cukup 5,8 0
Jumlah 100% 100%
Sumber: Data primer PBL II Desa Damit.
Berdasarkan tabel 3.27, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
peserta sesudah dilakukan penyuluhan dan pelatihan adalah pengetahuan
baik sebanyak 16 orang (94,2%), dan dengan pengetahuan cukup
sebanyak 1 orang (5,8%). Namun, setelah diberikan penyuluhan dan
pelatihan selama seminggu, pengetahuan semua peserta meningkat
menjadi baik sebanyak 17 orang (100%).
1) Analisis Wawancara dengan Masyarakat
Setelah melakukan evaluasi pre-post test, dilakukan wawancara
kepada kepala desa, bidan desa dan tokoh masyarakat di Desa Damit.
59

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam
mengenai manfaat pelaksaanaan kegiatan intervensi serta keefektifitan
kegiatan intervensi.
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah: Apakah intervensi kami
sangat bermanfaat bagi masyarakat disini, terutama bagi keluarga anda
dan apa alasannya?
“Pemasangan plang di tempat-tempat umum sangat bermanfaat karena bisa
dilihat orang lewat…” (Kepala Desa Damit).
“Menurut saya datang ke acara warga seperti yasinan sangatlah bagus
untuk memberi peringatan kepada warga mengenai bahaya rokok…” (Bidan
Desa Damit)
“Kegiatan penyampaian pesan tentang bahaya merokok di yasinan dan
pemasangan plang di tempat-tempat umum sangatlah bermanfaat untuk
masyarakat Desa Damit.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Hal diatas merupakan tanggapan mengenai kemanfaatan akan
intervensi yang dilakukan oleh kelompok terhadap Desa Damit. Hal ini
dibenarkan oleh Kepala Desa, Bidan Desa dan Tokoh Masyarakat yang
merupakan salah satu kader dan penerima langsung intervensi tersebut
terutama manfaat yang dirasakan adalah penyuluhan yang dilakukan
pada saat acara yang ada di masyarakat seperti acara yasinan, habsyi dan
acara keagamaan lain dapat mengurangi masyarakat yang merokok
didalam rumah dan tempat-tempat yang memiliki larangan merokok.
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat Desa Damit terutama
Kepala Desa, Bidan Desa dan Tokoh Masyarakat diketahui bahwa
kegiatan intervensi yang dilakukan bermanfaat.
Pertanyaan kedua yang diajukan adalah: Bagaimana pengelolaan
sarana intervensi yang akan dilakukan oleh masyarakat terutama aparat
desa Damit?
60

“Untuk pemeliharaan sarana intervensi, masyarakat Desa Damit akan


saling bekerja sama untuk memelihara dan memperbanyak plang…” (Kepala
Desa Damit)
Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Damit, dapat diketahui
bahwa untuk pengelolaan sarana dan prasarana intervensi yang telah
diberikan akan ditanggung oleh masyarakat Desa Damit. Dan untuk
memperbanyak plang “Kawasan Tanpa Rokok” akan langsung
dikoordinasi oleh Kepala Desa Damit agar setiap lingkungan RT minimal
memiliki plang tersebut sebanyak 2 buah. Untuk biaya, masyarakat Desa
Damit melakukan swadaya pengumpulan dana. Untuk bantuan tenaga,
masyarakat Desa Damit bergotong royong jika ada tetangga ada warga
lain di Desa Damit membutuhkan bantuan. Karena terdapat makna yang
terkandung dalam kegiatan gotong royong adalah timbulnya rasa empati,
rasa senasib sepenanggungan, saling tolong menolong antar warga.
Masyarakat Desa Damit saling mengerti satu sama lain, tidak ada rasa
egois yang ditampilkan dalam perilakunya sehari-hari (23).
Pertanyaan ketiga yang diajukan adalah: Apakah dengan adanya
kader-kader yang sudah mengikuti pelatihan dan menjalankan tugasnya
dengan baik ketika sedang melakukan penyampaian materi di acara
yasinan merupakan metode yang dapat mengurangi masalah rokok?
”Kader menjalankan tugasnya dengan baik dan mendapat sambutan yang
baik pula dari masyarakat karena kader memang berasal dari masyarakat Damit
sendiri.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Damit,
diketahui bahwa kegiatan penyuluhan oleh kader merupakan salah satu
metode yang bagus untuk mengurangi perokok di Desa Damit yang
merokok tidak pada tempatnya, karena perokok pasif lebih berbahaya
daripada perokok aktif. Sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung
dalam rokok masuk ke dalam perokok aktif, sedangkan 75% yang lainnya
61

masuk ke tubuh perokok pasif. Racun pada perokok aktif akan terfilter
oleh ujung rokok sehingga hanya sedikit yang masuk sedangkan perokok
pasif akan langsung terpapar racun dari asap rokok tersebut (24).
Pertanyaan keempat yang diajukan adalah: Apakah biaya atau dana
yang dikeluarkan untuk pembuatan sarana dan kegiatan intervensi masih
bisa dijangkau masyarakat Desa Damit?
“Biaya untuk intervensi ini sangatlah terjangkau….” (Bidan Desa
Damit).
“Untuk biaya intervensi kedepannya akan ditanggung oleh masyarakat desa
Damit” (Kepala Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa dan Bidan Desa
Damit, diketahui bahwa untuk dana yang dibutuhkan dalam kegiatan
intervensi dan pembangunan sarana sangatlah mudah dijangkau, karena
pelaksanaan penyuluhan di acara keagamaan tidak memerlukan
konsumsi atau hal yang memerlukan biaya besar. Untuk pembangunan
sarana intervensi, seperti pembuatan plang, biaya yang dibutuhkan akan
dikumpulkan melalui swadaya desa Damit. Jadi setiap masyarakat di
lingkungan akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Pertanyaan kelima yang diajukan adalah: Apakah program
intervensi ini akan tetap berlanjut untuk ke depannya?
“Insya Allah, kami sebagai kader disini akan tetap memantau jalannya
kegiatan ini. Mudah-mudahan bisa tetap dilanjutkan (Bidan Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa, diketahui bahwa
seluruh kader yang telah ditunjuk akan menunjukkan komitmen dalam
menjalankan tugasnya sebagai kader di Desa Damit.
Pertanyaan keenam yang diajukan adalah: Apakah intervensi yang
dilakukan kelompok dapat mengurangi perokok dan penyebaran
penyakit ISPA di Desa Damit?
62

“Saat ini kami masih melakukan penyuluhan secara bertahap untuk


menguranginya…” (Bidan Desa Damit).
”Masih belum bisa dikatakan berhenti 100 % tapi dapat terlihat penurunan
penyakit ISPA secara bertahap.” (Kepala Desa Damit).
“Jelas mengurangi dan ya tidak mungkin menghapus kan mas. Ya paling
tidak mengurangilah.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa, bidan desa dan
tokoh masyarakat Desa Damit, diketahui bahwa dengan adanya
intervensi yaitu pembuatan plang “Kawasan Tanpa Rokok” dan kegiatan
penyuluhan di acara keagamaan akan mengurangi perokok yang
merokok di sembarang tempat. Meskipun tidak menghilangkan 100%
perokok di Desa Damit, paling tidak mulai berkurang penyebaran
penyakit ISPA di Desa Damit. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih
dari saluran napas, mulai hidung sampai alveoli temasuk andeksanya.
Prevalensi penyakit ISPA di Indonesia tertinggi pada balita (25).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling banyak tersebar di
Desa Damit. Masyarakat yang memiliki bayi atau balita pun tergolong
banyak di Desa Damit, sehingga sangat beresiko terkena penyakit ISPA.
Karena bayi atau balita yang berumur 0-59 bulan sangat beresiko terkena
penyakit ISPA (26).
Pertanyaan ketujuh yang diajukan adalah: Dari intervensi yang kami
lakukan, apakah masih ada yang perlu ditambahkan?
“Menurut saya pemasangan plang sudah sangat cukup karena mengingat
cara ini tidak langsung menegur orang sehingga membuatnya tersinggung ”
(Kepala Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Damit,
didapatkan bahwa intervensi yang dilakukan sudah tergolong sangat
bagus, karena cara ini termasuk cara tidak langsung dan dinilai oleh
63

masyarakat Desa Damit sebagai teguran tidak langsung. Masyarakat Desa


Damit beranggapan jika seseorang langsung menegur orang yang
merokok, maka akan ada timbul rasa tidak nyaman dan orang yang
ditegur kemungkinan besar akan ada rasa kesal di hatinya.
2) Analisis Wawancara dengan Masyarakat
Setelah melakukan evaluasi pre-post test, dilakukan wawancara
kepada kepala desa, bidan desa dan tokoh masyarakat di Desa Damit.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam
mengenai manfaat pelaksaanaan kegiatan intervensi serta keefektifitan
kegiatan intervensi.
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah: Apakah intervensi kami
sangat bermanfaat bagi masyarakat disini, terutama bagi keluarga anda
dan apa alasannya?
“Ya bermanfaat, jadi gini ya karena masyarakat Desa Damit mayoritas
adalah perokok, karena adanya intervensi yang dilakukan adek-adek sekalian, kita
bisa lihat dari skala kecil dulu, dari lingkungan kantor desa. Di kantor desa
mereka sekarang sudah mulai mengurangi merokok, kemudian yang biasanya
merokok di dalam rumah sekarang sudah mulai berhenti melakukannya, meski
belum semuanya yang melakukannya.” (Kepala Desa Damit).
”Kalau menurut saya memakai pendekatan seperti itu sangatlah bagus, jadi
misalkan datang ke acara yasinan, lebih-lebih pada acara yasinan bapak-bapak,
nah itu lebih mengena gitu, nah kalau di tempat umum dengan adanya plang-
plang tersebut, jadi kita semua tahu kalau di tempat itu bukan merupakan
kawasan merokok dan mereka mudah menyerap dengan apa yang kalian berikan.”
(Bidan Desa Damit).
“Iya memang untuk masyarakat memang sangat bermanfaat dan lagi itu
merupakan anjuran kesehatan untuk masyarakat. Jadi sangat besar sekali
manfaatnya dan membantu masyarakat untuk hidup sehat.” (Tokoh
Masyarakat Desa Damit).
64

Hal diatas merupakan tanggapan mengenai kemanfaatan akan


intervensi yang dilakukan oleh kelompok terhadap Desa Damit. Hal ini
dibenarkan oleh Kepala Desa, Bidan Desa dan Tokoh Masyarakat yang
merupakan salah satu kader dan penerima langsung intervensi tersebut
terutama manfaat yang dirasakan adalah penyuluhan yang dilakukan
pada saat acara yang ada di masyarakat seperti acara yasinan, habsyi dan
acara keagamaan lain dapat mengurangi masyarakat yang merokok
didalam rumah dan tempat-tempat yang memiliki larangan merokok.
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat Desa Damit terutama
Kepala Desa, Bidan Desa dan Tokoh Masyarakat diketahui bahwa
kegiatan intervensi yang dilakukan bermanfaat.
Pertanyaan kedua yang diajukan adalah: Bagaimana pengelolaan
sarana intervensi yang akan dilakukan oleh masyarakat terutama aparat
desa Damit?
“Begini kalau untuk plang, itu nanti kalau menurut saya, kita akan
memerintahkan para ketua RT sebagai penguasa lingkungan ya kan. Itu untuk
pembuatan plang di wilayah masing-masing. Untuk pengelolaan plang sendiri, di
lingkungan kami ya otomatis jadi tanggung jawab kami. Yang jelas swadaya. Jadi
misalkan di suatu lingkungan RT, kita perintahkan, tolong buat plang yang
seperti ini dan masyarakat akan berswadaya dan masyarakat akan gotong royong
dan nanti mereka akan mengumpulkan dana. Itu biasanya yang terjadi disini.”
(Kepala Desa Damit)
Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Damit, dapat diketahui
bahwa untuk pengelolaan sarana dan prasarana intervensi yang telah
diberikan akan ditanggung oleh masyarakat Desa Damit. Dan untuk
memperbanyak plang “Kawasan Tanpa Rokok” akan langsung
dikoordinasi oleh Kepala Desa Damit agar setiap lingkungan RT minimal
memiliki plang tersebut sebanyak 2 buah. Untuk biaya, masyarakat Desa
Damit melakukan swadaya pengumpulan dana. Untuk bantuan tenaga,
65

masyarakat Desa Damit bergotong royong jika ada tetangga ada warga
lain di Desa Damit membutuhkan bantuan. Karena terdapat makna yang
terkandung dalam kegiatan gotong royong adalah timbulnya rasa empati,
rasa senasib sepenanggungan, saling tolong menolong antar warga.
Masyarakat Desa Damit saling mengerti satu sama lain, tidak ada rasa
egois yang ditampilkan dalam perilakunya sehari-hari (23).
Pertanyaan ketiga yang diajukan adalah: Apakah dengan adanya
kader-kader yang sudah mengikuti pelatihan dan menjalankan tugasnya
dengan baik ketika sedang melakukan penyampaian materi di acara
yasinan merupakan metode yang dapat mengurangi masalah rokok?
”Metode nya sangat bagus, tapi kan untuk mengurangi masalah rokok.
Apalagi kan itu sangat bahaya sekali, yang tidak merokok dan yang merokok.
Apalagi dari sampeyan kemaren sampaikan bahwa merokok itu kan jangan sampai
di ruangan, jangan sampai di tempat umum yang tempatnya sangat banyak
orang. Kalau bisa mereka merokok ditempat yang khusus, misalnya di kebun dan
jauh dari orang banyak. Karena apa yang merokok itu 25% dan yang tidak
merokok 75% bahayanya. Oleh karena itu, saya sampaikan bahwa sangat-sangat
membantu masyarakat.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Damit,
diketahui bahwa kegiatan penyuluhan oleh kader merupakan salah satu
metode yang bagus untuk mengurangi perokok di Desa Damit yang
merokok tidak pada tempatnya, karena perokok pasif lebih berbahaya
daripada perokok aktif. Sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung
dalam rokok masuk ke dalam perokok aktif, sedangkan 75% yang lainnya
masuk ke tubuh perokok pasif. Racun pada perokok aktif akan terfilter
oleh ujung rokok sehingga hanya sedikit yang masuk sedangkan perokok
pasif akan langsung terpapar racun dari asap rokok tersebut (23).
66

Pertanyaan keempat yang diajukan adalah: Apakah biaya atau dana


yang dikeluarkan untuk pembuatan sarana dan kegiatan intervensi masih
bisa dijangkau masyarakat Desa Damit?
“Kalau menurut saya sangat murah dan terjangkau, alasannya kan kita
ketika ikut yasinan tidak memerlukan biaya konsumsi apapun, kan kita disana
hanya ikut memberikan pengetahuan kepada masyarakat.” (Bidan Desa Damit).
Kalau untuk plang, biaya dari desa mungkin bisa aja dari biaya swadaya.
Dari biaya swadaya nanti bisa memperbanyak. Di desa Damit sangatlah
terjangkau. Mungkin nanti kita akan menggerakkan seluruh ketua RT buat 2
plang untuk RT masing-masing. Jadi bila untuk 24 RT ya nantikan jadi 48 RT ya
menurut saya sangat terjangkau sekali. Dan mungkin untuk Desa Damit, hal
tersebut bisa dilakukan karena desa kami terkenal dengan gotong royongnya jadi
kegiatan ini dapat dilakukan dengan baik kedepannya.” (Kepala Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa dan Bidan Desa
Damit, diketahui bahwa untuk dana yang dibutuhkan dalam kegiatan
intervensi dan pembangunan sarana sangatlah mudah dijangkau, karena
pelaksanaan penyuluhan di acara keagamaan tidak memerlukan
konsumsi atau hal yang memerlukan biaya besar. Untuk pembangunan
sarana intervensi, seperti pembuatan plang, biaya yang dibutuhkan akan
dikumpulkan melalui swadaya desa Damit. Jadi setiap masyarakat di
lingkungan akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Pertanyaan kelima yang diajukan adalah: Apakah program
intervensi ini akan tetap berlanjut untuk ke depannya?
“Insya Allah, kami sebagai kader disini akan tetap memantau jalannya
kegiatan ini. Mudah-mudahan bisa tetap dilanjutkan (Bidan Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa, diketahui bahwa
seluruh kader yang telah ditunjuk akan menunjukkan komitmen dalam
menjalankan tugasnya sebagai kader di Desa Damit.
67

Pertanyaan keenam yang diajukan adalah: Apakah intervensi yang


dilakukan kelompok dapat mengurangi perokok dan penyebaran
penyakit ISPA di Desa Damit?
Untuk yang kita kerjakan saat ini, yang kalian berikan pengetahuan tentang
itu, itu sangat membantu sekali, minimal mengurangilah penyakit ISPA, ya
mudah-mudahan lah berkurang, terutama mereka yang punya anak bayi/balita
atau ibu hamil di rumahnya agar mengubah perilakunya agar tidak merokok di
rumah” (Bidan Desa Damit).
”Dikatakan mampu mengatasi ya mampu mengatasi. Namun ya itu,
sebagaimana yang telah disampaikan. Kalau secara signifikan ya belum, karena
masih perlu waktu. Kalau mengatasi masalah, itu kalau saya rasa sudah ada
usaha untuk mengarah kesana, namun masih belum bisa maksimal, karena kita
tau jumlah masyarakat kita itu, ya hampir 1000 KK, kemudian kita yang bergerak
disini ditambah dengan kader, namun pekerjaan para kader bukan hanya sebagai
kader tapi mereka juga punya tanggung jawab lain yang harus dilaksanakan.
Namun untuk mengatasi masalah itu saya rasa sudah baik dan saya rasa nanti
akan ada perubahan yang signifikan.” (Kepala Desa Damit).
“Jelas mengurangi dan ya tidak mungkin menghapus kan mas. Ya paling
tidak mengurangilah.” (Tokoh Masyarakat Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa, bidan desa dan
tokoh masyarakat Desa Damit, diketahui bahwa dengan adanya
intervensi yaitu pembuatan plang “Kawasan Tanpa Rokok” dan kegiatan
penyuluhan di acara keagamaan akan mengurangi perokok yang
merokok di sembarang tempat. Meskipun tidak menghilangkan 100%
perokok di Desa Damit, paling tidak mulai berkurang penyebaran
penyakit ISPA di Desa Damit. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih
dari saluran napas, mulai hidung sampai alveoli temasuk andeksanya.
Prevalensi penyakit ISPA di Indonesia tertinggi pada balita (23).
68

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling banyak tersebar di


Desa Damit. Masyarakat yang memiliki bayi atau balita pun tergolong
banyak di Desa Damit, sehingga sangat beresiko terkena penyakit ISPA.
Karena bayi atau balita yang berumur 0-59 bulan sangat beresiko terkena
penyakit ISPA (24).
Pertanyaan ketujuh yang diajukan adalah: Dari intervensi yang kami
lakukan, apakah masih ada yang perlu ditambahkan?
“Untuk pemasangan plang di depan itu, karena jika apa ya. Ya saya sendiri
sangat menyarankan dengan pemasangan plang tersebut. Dan bagi kami yang
ada di lingkungan ini sangat efektif sekali ya. Karena secara tidak langsung jika
ada orang luar yang masuk kesini dia meliat plang tersebut. Apalagi baik di
dalam kantor atau luar kantor ya setidaknya dengan adanya larangan merokok
tersebut walau tidak secara langsung lebih mengena. Karena kadang-kadang jika
kita melarang orang merokok secara langsung, orang tersebut akan tersinggung.
Dan kadang-kadang juga mereka akan berasumsi bahwa hak asasinya. Kalau
dengan cara seperti itu, ya paling tidak lebih efektif dan seperti rambu-rambu
peringatan. Dan yang kita lihat di perkantoran seperti di kabupaten dan
perkotaan bahwa cara tersebut lebih efektif dibandingkan dengan teguran
langsung. Karena hal ini bisa membuat selisih paham, gak dihiraukan orang. Tapi
kalau peringatan seperti itu setiap kita lewat pasti kita melihat. Jadi ini seperti
teguran yang tidak langsung.” (Kepala Desa Damit).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Damit,
didapatkan bahwa intervensi yang dilakukan sudah tergolong sangat
bagus, karena cara ini termasuk cara tidak langsung dan dinilai oleh
masyarakat Desa Damit sebagai teguran tidak langsung. Masyarakat Desa
Damit beranggapan jika seseorang langsung menegur orang yang
merokok, maka akan ada timbul rasa tidak nyaman dan orang yang
ditegur kemungkinan besar akan ada rasa kesal di hatinya.
69

C. Rencana Tindak Lanjut


Dalam pelaksanaan kegiatan intervensi PBL II di Desa Damit
Kecamatan Batu Ampar, masih terdapat beberapa kendala. Partisipasi
masyarakat yang masih kurang sering terjadi saat pelaksanaan kegiatan
sehingga intervensi sebagian besar hanya diikuti oleh para aparat desa.
Untuk menyelesaikan masalah ini, diharapkan para aparat desa dapat
menghimbau para warganya untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan kedepannya dan juga dapat ikut
melaksanakan kegiatan intervensi seperti penyuluhan, pembuatan plang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) seperti yang telah dicontohkan, dan lain-
lain.
Kendala lain nya adalah dimana intervensi berupa plang KTR hanya
dapat dibuat beberapa contoh yang diletakkan di balai desa, sekolah, dan
tempat ibadah. Hal ini dikarenakan minimnya dana pada kegiatan
intervensi PBL II. Untuk hal ini diharapkan desa bisa memberikan dana
desa untuk kelanjutan intervensi ini seperti membuat lebih banyak tempat
plang KTR yang dapat diletakkan di setiap rumah Ketua RT di Desa
Damit sehinggga juga dapat digunakan sebagai fasilitas umum desa.
Rencana tindak lanjut dari pelaksanaan intervensi ini adalah:
1. Kader dapat menjalankan program penyuluhan sesuai dengan
perencanaaan yang telah disepakati yaitu melakukan penyuluhan di
acara keagamaan yang dihadiri oleh banyak orang seperti yasinan,
maulid habsyi, dan lain-lain, serta di kegiatan rapat desa dan gotong
royong minimal 1 kali dalam seminggu.
2. Pembuatan plang KTR percontohan yang telah dilaksanakan pada
kegiatan intervensi bersama dengan warga akan dilihat tingkat
efektivitasnya melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Tingkat
efektivitas yang dilihat adalah apakah plang KTR dimanfaatkan dengan
baik oleh masyarakat Desa Damit atau tidak dan apakah plang KTR
70

yang dibuat dapat mengubah perilaku masyarakat atau tidak. Sehingga


jika ternyata pembuatan plang KTR efektif untuk masyarakat,
diharapkan untuk rencana jangka panjang terjadi duplikasi oleh
masyarakat sekitar sehingga jumlahya bertambah atas inisiatif
masyarakat.
3. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi minimal satu kali dalam sebulan
oleh Kepala Desa sebagai penanggung jawab
4. Masyarakat diharapkan dapat membiasakan perilaku tidak merokok di
Kawasan Tanpa Rokok khususnya di rumah sehingga angka penderita
ISPA di Desa Damit dapat mengalami penurunan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan kegiatan dari intervensi pengalaman belajar lapangan
(PBL) II yaitu “Pemberdayaan Masyarakat Mengenai Permasalahan
Merokok di Dalam Rumah” di Desa Damit. Bentuk kegiatan intervensi ini
yaitu berupa fisik dan non-fisik, kegiatan fisik yaitu berupa pemasangan
plang KTR dan non-fisik berupa penyuluhan dan pelatihan kader anti
merokok di dalam rumah.
Berdasarkan evaluasi input pelaksanaan kegiatan intervensi yang
dilaksanakan di Desa Damit berdasarkan dengan 5 indikator, yaitu man,
material, money, method, dan machine maka dapat dinilai kegiatan intervensi
telah sesuai dengan rencana kegiatan.
Berdasarkan evaluasi proses, intervensi ini berjalan dengan baik
yang didukung dari berbagai pihak sponsor (B-Post dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tanah Laut) yang mana Bpost memberikan bantuan untuk
publikasi kegiatan secara online dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Laut sendiri begitu mendukung adanya kegiatan intervensi ini dengan
memberikan berbagai media promosi yang dapat mendukung
keberhasilan program intervensi. Berdasarkan evaluasi output, tergambar
dari hasil pretest dan postest peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan
antara sebelum dan setelah penyuluhan.
Pada Kegiatan PBL II, intervensi telah dilaksanakan dengan baik
yang dilengkapi dengan evaluasi pada setiap kegiatan intervensi guna
mengetahui dan menilai seberapa jauh efektivitas intervensi yang
dilaksanakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat di Desa
Damit. Selain itu, monitoring dan evaluasi juga terus dijalankan untuk
memastikan keberlanjutan program intervensi kedepannya.

71
72

B. Saran
1. Mahasiswa
Saran kepada mahasiswa diharapkan memperdalam lagi
kemampuan dalam menjadi fasilitator di tengah-tengah masyarakat guna
membangun peran serta masyarakat dalam membangun lingkungan yang
sehat. Selain itu, diharapkan penyuluhan oleh kader dapat direalisasikan
sesuai dengan rencana yang telah disepakati serta terus melakukan
evaluasi untuk melihat keefektivan dari intervensi yang telah
dilaksanakan.
2. Masyarakat
Saran kepada masyarakat diharapkan dapat lebih peduli terhadap
kesehatan lingkungannya terutama perilaku merokok di dalam rumah.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat membiasakan perilaku
merokok di luar KTR guna menghindari penyakit yang dapat menyerang
para perokok pasif sehingga intervensi yang dilakukan dapat berhasil dan
terus berkelanjutan.
3. Kader
Saran kepada kader diharapkan dapat lebih berbagi informasi yang
telah didapat baik di penyuluhan maupun di pelatihan mengenai
larangan merokok di KTR dan dapat lebih peduli dan antusias dalam
menjalankan program penuyuluhannya. Selain itu, perlunya monitoring
dan evaluasi oleh Kepala Desa Damit selaku penanggungjawab kader.
4. Pemerintah dan Instusi
Saran kepada pemerintah dan institusi diarapkan dapat
meningkatkan kepedulian yang dalam terhadap masyarakat setempat
khususnya pinggiran kota guna menjadi motivasi diri untuk terus
meningkatkan kepedulian akan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Neni K. Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Infeksi


Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Desa Pucung Rejo
Kabupaten Magelang Tahun 2014. Jurnal Kebidanan. 2015;8(4):21-6.

2. Salma M. Hubungan Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah dengan


Kejadian ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota
Manado. Jurnal Keperawatan. 2015;2(3):34-9.

3. Sri H. Gambaran Faktor Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


pada Balita di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 2014;1(11):31-5.

4. Kallo V. Hubungan Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah dengan Kejadian


ISPA di Puskesmas Kota Semarang. Jurnal Kesmas. 2016;2(1):55-64.

5. Paramitha A. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu


tentang ISPA dengan Kemampuan Ibu Merawat balita ISPA pada Balita di
Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan. 2013;1(1):77-81.

6. Ana M, Trisnawati. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya


ISPA pada Bayi (1-12 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Bandar Lampung Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. 2015;2(1):57-62.

7. Arinda L. Nitric Oxide pada Perokok dan Bukan Perokok. Jurnal


Keperawatan. 2016;4(2):6-9.

8. Utami C. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia


Mangostana) terhadap Gambaran Histologik Trakea dan Paru-Paru Mencit
(Mus Musculus) yang Terpapar Asap Rokok. Universitas Negeri
Yogyakarta. 2017.

9. Fathurrahman, Basirun. Analisis terhadap Larangan Merokok Ditempat


Umum Berdasarkan perda Kota Mataram No 4 Tahun 2013 tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Jurnal Muhakkamah. 2016;1(1):1-10.

10. Rohim. Teori Komunikasi Perspektif Ragam dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2009.

11. Kisworo. Revolusi Mengajar. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,


Menyenangkan (Pakem). Jakarta: Asik Generation; 2016.

12. Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2008.

13. Muhammad. Komunikasi Organisasi Jakarta: Bumi Aksara; 2011.


14. Modana RR, Raharjo ST, Mulyana N. Evaluasi Program Penguatan
Kelompok (Kumm) Kelompok Usaha Mandiri Masyarakat “Lancar Jaya”
Oleh Divisi Ekonomi Lembaga Kemanusiaan Nasional Pkpu Di Kampung
Pedurenan Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Bekasi. Prosiding
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 2016;3(2):155-291.

15. Pudjiastuti W. Special event. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2010.

16. Azham I. Evaluasi Program Penguatan Kelompok (Kumm) Kelompok


Usaha Mandiri Masyarakat “Lancar Jaya” Oleh Divisi Ekonomi Lembaga
Kemanusiaan Nasional Pkpu Di Kampung Pedurenan Kelurahan Jatiluhur
Kecamatan Jatiasih Bekasi. Skripsi. 2011:1-127.

17. Irmayanti. Intervensi Penyuluhan Pertanian Dalam Pemberdayaan Social


Ekonomi Kelompok Tani. Skripsi. 2013.

18. Wati R. Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tangan


Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencucitangan Pada Siswa Kelas V Di
SDN Bulukantil Surakarta. Program Studi IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Karya Tulis Ilmiah. 2013.

19. Purnamasari. Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Terhadap


Pemahaman Konsep Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas IV SD
Negeri 2 Tamansari dan SD Negeri 2 Karanggude, Karanglewas,
Banyumas. Skripsi. 2012.

20. Nuriati P. Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panombeiab


Panei Kabupaten Simalungun. tesis. 2008.

21. Sriyono. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta; 1992.

22. Usman, Setiawati. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.


Bandung: PT Remaja Rosdayakarya; 2001.

23. Taufiq. Upaya Pemeliharaan Lingkungan oleh Masyarakat di Kampung


Sukadaya Kabupaten Subang. Jurnal Gea. 2014;2(14):124-34.

24. Wijana, Mudana. Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10


Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dalam Rangka Perlindungan
Terhadap Perokok Pasif. Jurnal Kertha Negara. 2014;2(1):1-5.

25. Takoes, Kandou, Kawatu. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dan
Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa
Marinsouw dan Pulisan Kabupaten Minahasa Utara. Media Kesehatan
2017;9(2):1-10.

26. Sinaga, Lubis, Siregar. Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
Tahun 2014. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi
2015;1(1):1-9.

Anda mungkin juga menyukai