METODOLOGI KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
1
9. Kepada kedua orangtua yang telah memberikan dukungan serta dorongan
moral dan material hingga selesainya proposal skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini masih belum sempurna,
untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifaat konstruktif dan
membangun untuk kesempurnaan proposal skripsi ini.
Sapna Juliastuti
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Asap rokok menjadi penyumbang terbesar balita mudah terkena penyakit
pneumonia. Asap rokok yang terhirup anak secara tak sengaja akan merusak
keseimbangan daya tahan di pernapasan. Pertama-tama zat berbahaya dari
rokok ini merusak silia atau rambut halus yang berfungi menyakir benda
asing masuk ke tubuh. Apabila sering terpapar asap rokok, fungi silia tersebut
bias terganggu. Silia berbentuk seperti sapu, ketika sudah tidal berfungsi akan
menyebabkan benda asing masuk dan membuat daha berkumpulsehingga
anak menjadi batuk, balita yang sering terpapar asap rokok beresiko tinggi
terkena pneumonia (Farhat, 2017)
Pneumonia adalah suatu peradangan akut di parenkim paru yang
disebabkan oleh infeksi pathogen (Bakcteri, virus, jamur dan parasite), namun
tida termasuk Mycobacterium tubercolusis (PNPK,2023). Menurut WHO
2022, Pneumonia adalah suatu bentuk infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut
alveoli, yang terisi udara saat orang sehat bernafas. Ketika seseorang terkena
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan yang membuat pernafasan
terasa nyeri dan membatasi asupan oksigen.
Pneumonia pada anak merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang
bermakna di negara berkembang. Sekitar 7-13% pasien pneumonia anak
datang dengan pneumonia sangat berat dengan risiko kematian yang tinggi
(PDPI,2020). Pneumonia adalah penyebab kematian menular terbesar pada
anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia menewaskan 740.180 anak dibawah
usia 5 tahun pada tahun 2019, menyumbang 14% dari seluruh kematian anak
dibawah 5 tahun tetapi 22% dari seluruh kematian anak berusia 1 hingga 5
tahun. (WHO,2022).
Di Indonesia kejadian pneumonia pada balita diperkirakan 10-20% per
tahun dan 10% dari penderita pneumonia balita akan meninggal bila tidak
diberi pengobatan, yang berarti bahwa tanpa pengobatan akan didapat
250.000 kematian balita akibat pneumonia setiap tahunnya. Perkiraan angka
kematian pneumonia pada balita secara nasional adalah 5 per 1000 balita atau
sebanyak 140.000 balita per tahun, atau rata-rata 1 anak balita Indonesia
meninggal akibat pneumonnia setiap 5 menit. Setiap anak diperkirakan
4
mengalami 3-6 episode ISPA per tahun, ini berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali per tahun (PPI
Saluran pernafasan Akut,2011).
Pneumonia pada anak masih menjadi penyebab utama pada kematian
anak dibawah umur 5 tahun. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan
Indonesia tahun 2022 penyebab kematian terbanyak pada balita kelompok
usia 12-59 bulan adalah pneumonia (12,5%), penyebab lainnya yaitu diare,
kelainan kongenitial, demam berdarah, penyakit saraf, COVID -19, dll.
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2022 terdapat
2.944 kasus. Di Kota Tanjungpinang sendiri terdapat temuan kasus
pneumonia sebanyak 72 kasus. Sedangkan di Rsud Kota Tanjungpinang, pada
tahun 2022 terdapat 199 Kasus, dan terjadi peningkatan pada tahun 2023
sebanyak 270 kasus pada anak yang sedang dirawat di Ruangan Flamboyan.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut muncul masalah penelitian adalah
“Pengaruh Paparan Asap Rokok Pada Peningkatan Kasus Pneumonia Pada
Anak Usia Toddler Di Ruang Rawat Inap Flamboyan RSUD Kota
Tanjungpinang”
6
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran mengenai keperawatan anak.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi maupun data
untuk penelitian selanjutnya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu
keperawatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pneumonia
8
antaranya merupakan pneumonia berat. Jumlah kasus pneumonia anak
balita di dunia ada 156 juta. Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru
dan insidens pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup 74% (115,3
juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia, lebih dari setengahnya
terkonsentrasi di enam negara antara lain India 43 juta, China 21 juta,
Pakistan, 10 juta, Bangladesh, Indonesia dan Nigeria. Menurut Pofil
Kementrian tahun 2022, pneumonia menduduki urutan pertama sebagai
penyebab kematian bayi dan balita.
9
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai
pneumonia bilaretal atau ganda
2. Pnemonia lobularis (bronchopneumonia)
Bronchopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konssolidasi dalam lobus yang berada di dekatnya
3. Pneumonia interstisial
Proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (intestisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular (Wong, 2004 dalam
10
2.1.4 Etiologi
1.Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism
gram positif : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza,
Klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. (Padila, 2013)
2.Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus. (Padila, 2013)
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. (Padila, 2013)
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)
2.1.5 Patogenesis
11
fungsional asplenia, dan x-linked agammaglobulinemia yang diwariskan
secara genetic. Kondisi penyakit yang menyebabkan gangguan imun
tubuh seperti virus dan organisme seperto pneumosistis, jamur, dan
sebagainya. Gangguan mekanisme pembersihan mukosiliari yang ada di
saluran pernapasan yang biasa terjadi pada perokok, sindrom
Kartergerner, pasca infeksi virus, dan kondisi lainnya.
b) Akumulasi sekresi berlebih seperti yang sering dijumpai pada penyakit
kistik fibrosis dan obstruksi bronkial. Reaksi inflamasi dipicu oleh
aktivasi makrofag akibat paparan patogen dan debris asing dan reaksi ini
bertanggung jawab dalam perubahan histopatologis dan klinis sehingga
dapat menjadi gejala pneumonia. Makrofag awalnya memfagosit patogen
dan memicu respon inflamasi dengan dimediasi oleh mediator inflamasi
dan sitokin-sitokin pro inflamasi seperti TNF-α, IL-8, dan IL-1 yang
merangsang reaksi kemotaksis neutrophil menuju lokasi infeksi.
c) Antigen yang berasal dari patogen juga dibawa ke sel T di kelenjar getah
bening, sehingga dapat mengaktivasi jalur komplemen dan membentuk
antibodi. Respon inflamasi tersebut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler di parenkim paru, dan eksudasi cairan tersebut
b. Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut: 1) kepala terangguk-angguk, 2) pernapasan cuping hidung, 3)
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. 4) foto dada yang
menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dan lain-
lain).Selain dari yang di atas, bisa didapatkan pula tanda seperti: Napas
12
cepat: anak umur <2 bulan: >60 kali/menit; anak umur 2-11 bulan:
>50 kali/menit; anak umur 1-5 tahun: >40 kali/menit; anak umur >5
tahun: >30 kali/menit. Suara merintih/grunting pada bayi. pada
auskultasi terdengar crackles (ronki), suara pernapasan menurun, suara
pernapasan bronkial. Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai bayi
tidak dapat minum/makan atau memuntahkan semuanya, kejang,
letargis atau tidak sadar, sianosis, diare dan distress pernapasan berat.
A. Faktor Lingkungan
13
memudahkan balita terkena infeksi bakteri pneumokokus ataupun
Haemophilus influenzae
14
besar dibanding dengan berat badan lahir normal.
2. Status Gizi
Hal ini secara luas diakui bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI
eksklusif mengalami infeksi lebih sedikit dan memiliki penyakit
yang lebih ringan daripada mereka yang tidak mendapat ASI
eksklusif. ASI mengandung nutrisi, antioksidan, hormon dan
antibodi yang dibutuhkan oleh anak untuk bertahan dan berkembang,
dan membantu sistem kekebalan tubuh agar berfungsi dengan baik.
Kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh yang tidak berfungsi dengan
baik akan menyebabkan anak mudah terkena infeksi.
15
2.1.8 Tatalaksana pada anak
1. Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen <92% pada saat bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%. Pada pneumonia
berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat. Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak
direkomendasikan untuk anak dengan pneumonia. Antipiretik dan
analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk. Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat
diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance. Pasien yang
mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam
sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
2. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotic berupa Amoksisilin yang merupakan pilihan
pertama untuk antibiotik oral pada anak <5 tahun karena efektif melawan
sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia pada anak,
ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav,
ceflacor, eritromisin, claritromisin, dan azitromisin
2.2.1 Rokok
2.2.1.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rokok ialah gulungan
tembakau yang ukurannya + sebesar kelingking yang bisa dibungkus
dengan daun nipah atau kertas. Merokok merupakan sebuah aktivitas
menempatkan rokok di mulut, membakar, kemudian menghisap asap yang
dihasilkannya hingga menuju ke paru.1Perokok adalah seseorang yang
suka merokok, jenis perokok terbagi dua yaitu perokok aktif dan perokok
pasif. disebut perokok aktif bila orang tersebut melakukan aktivitas
merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila orang tersebut hanya
menerima asap rokok dari orang lain, bukan melakukan aktivitas merokok
sendiri
16
Bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung
kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya
berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar,
nikotin dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung
bahan- bahan kimia lain yang sangat beracun.
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam yang
merupakan subtansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan
psikoaktif sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan
berkurang toleransi dan keterikatan.
Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh
pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Selain itu
juga terdapat zat-zat lain seperti Kadmium, Amoniak, Asam Sianida
(HCN), Nitrous Oxside, Formaldehid, Fenol, Asetol, Asam Sulfida
(H2S), Piridin, Metil Klorida, Metanol, Polycyclik Aromatic
Hydrocarbons (PAH) dan Volatik Nitrosamine.33 Dengan
berkembangnya zaman, sudah dijumpai adanya bentuk rokok elektrik
atau yang dikenal dengan vape atau tembakau tanpa asap dengan dampak
kesehatan yang ditimbulkan sama dengan rokok tradisional.
Derajat merokok menurut indeks brinkman adalah hasil perkalian
anatara lama merokok dengan rata-rata jumlah rokok yang dihisap
perhari jika hasilnya kurang dari 200 dikatakan perkok ringan, jika
hasilnya antara 200-599 dikatakan perokok sedang dan jika hasilnya
lebih dari 600 dikatakan perokok berat. Semakin lama seseorang
merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap perhari, maka derajat
merokok akan semakin berat
17
menyebabnya iritasi lokal pada epitel saluran pernapasan sehingga lambat
laun menyebabkan kematian sel dan peningkatan neutrofil pada lokasi
inflamasi. Dampak lain dari asap rokok adalah terganggunya respon
pembersihan mukosiliar sehingga lebih sulit untuk mengeluarkan debris
maupun patogen dari saluran napas dan lebih tinggi terjadinya risiko
infeksi. Komponen asap rokok yang juga karsinogenik terjadi akibat
mutasi gen onkogen dan kerusakan kromosom dan sinyal pertumbuhan
menjadi meningkat. Sehingga, selain berisiko terkena infeksi saluran
pernapasan, asap rokok juga dapat menyebabkan penyakit PPOK dan
kanker paru.
Diketahui perokok memiliki hitung jenis leukosit yang lebih tinggi sekitar
30% bila dibandingkan dengan non-perokok yang diduga disebabkan dari
kandungan nikotin di dalam rokok. Sitokin proinflamasi juga dilepaskan
oleh makrofag alveolar seperti TNF-α, interleukin-1, interleukin-8, dan
sitokin lain diduga berhubungan dengan munculnya respon radang pada
paru perokok. Beberapa penelitian menyatakan bahwa nikotin merupakan
komponen imunosupresif bagi perokoknya. Dampak rokok terhadap
kesehatan berlaku baik untuk perokok aktif & perokok pasif.
- Usia
- Jenis kelamin
- Riwayat imunisasi
- Pemberian asi
- Kebiasaan Merokok
orangtua di dalam rumah
YA TIDAK
= Diteliti
19
2.5 Definisi Operasional
Alat Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Skala
Ukur Pengukuran
20